PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stress merupakan reaksi yang normal ,maka setiap orang pasti akan
mengalaminya, baik orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Stres
merupakan tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban
yang bersifat nonspesifik.(Kanisius,2009).
Secara Stress tidak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga pada
remaja. Banyak tantangan yang harus dihadapi remaja yang tidak kalah berat
dengan orang dewasa. Selain itu juga remaja harus menyesuaikan dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik, remaja harus mengikuti berbagai tes dan
ujian sekolah ,konflik dengan orang tua ,dan juga tekanan oleh sebaya. Semua
ini yang membuat remaja kadang mengalami tekanan atau stress melebihi
orang dewasa (Saefullah, 2010). Sehingga banyak orang yang menggunakan
rokok termasuk remaja untuk mengurangi perasaan negatif seperti cemas yang
bisa disebut sebagai penyebab awal stress. Karena merokok sendiri dianggap
sebagai penyelesaian alternatif untuk mengurangi cemas sebagai tanda awal
penyebab strees. (Aryani, 2010).
Kebiasaan merokok sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit
paru(PPOM). Namun kebiasaan merokok di negeri ini tetap tidak bisa
dihilangkan, bahkan semakin meningkat. Sebagian besar penduduk di
sejumlah negara mengurangi konsumsi mereka terhadap rokok, orang
Indonesia justru sebaliknya . Indonesia negara dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, RRC dan Jepang. Tidak kurang dari
70% penduduk Indonesia kini jadi perokok aktif dan ironisnya lagi, sekitar
13,2% perokok di Indonesia adalah remaja berusia 15-19 tahun
(Muchtar,2008).
Fenemona merokok di Indonesia memang sudah sangat
memprihatinkan dan kini merambah ke anak-anak sekolah. Di sejumlah
tempat seperti warung nasi, terminal atau tempat-tempat nongkrong, sering
dijumpai sekumpulan siswa berseragam putih abu-abu(SLTA) bersenda gurau
sambil berlomba “mengepulkan asap” Untuk tahap pertama mungkin saja
merokok pun meningkat dan bisa saja akibat desakan kebutuhan terhadap
rokok mendorong sebagian siswa mengambil langkah salah membohongi atau
menipu orang tua. Bahkan sangat mungkin karena demi rokok, ada di
antaranya terjerumus atau memeras (Muchtar,2008).
Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan
800 juta di antaranya berada di negara berkembang. Menurut data WHO,
Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin
tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian
akibat rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan
mencapai 10 juta jiwa, dan 70% di antaranya berasal dari negara berkembang.
Bila kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh
oleh rokok, yang setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur
hidup(lost life) sebesar 20 sampai 25 tahun(Depkes, 2013).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) 2013 ,sebesar 85%
rumah tangga di Indonesia terpapar asap rokok, estimasinya adalah delapan
perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal
karena terpapar asap rokok orang lain. Sedikitnya 25.000 kematian di
Indonesia terjadi dikarenakan asap rokok orang lain.
Berdasarkan data survey dari GYTS tahun 2014 dari total remaja yang
di survey ditemukan 19,4% remaja pengisap tembakau selama 30 hari
terakhir. Pada remaja yang survey tersebut didapatkan 35,3% remaja laki-laki
dan 3,4% remaja perempuan. Sementara itu dari total remaja yang di survei
didapatkan 18,3% remaja pengisap rokok selama 30 hari terakhir, sebanyak
33,9% pada remaja laki-laki dan 2,5 pada remaja perempuan. Sedangkan dari
total remaja yang di survei ditemukan 2,1% remaja pengisap rokok elektrik
selama 30 hari terakhir, dan hal ini terjadi pada 3% remaja laki-laki dan 1,1%
remaja perempuan. Kemudian didapatkan total remaja yang disurvei sebanyak
32,1 pernah merokok walaupun hanya 1-2 isapan, dan pada remaja tersebut
ditemukan 54,1% remaja laki-laki dan 9,1% remaja perempuan.
Hasil studi pendahuluan (survey pendahuluan ) yang dilakukan pada
tanggal 28 januari 2017 di Smk Gamaliel Madiun di dapat siswa kelas XI
sejumlah siswa 120 siswa diambil sampel dari kelas tersebut 20 siswa
ditemukan merokok akibat stress 8 siswa, sedangkan 12 siswa dengan
perilaku merokok.
Faktor lain mempengaruhi kebiasaan merokok ialah kurangnya
perhatian dari orang tua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang
gemuk : sedangkan bila merokok akan merasa lebih dewasa dan bisa
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan sebagai latihan dalam meningkatkan
kemampuan melaksankan penelitian keperwatan sebagai data untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ,sikap, perilaku siswa dalam mengkonsumsi rokok maupun
dampak-dampak sosial yang ditimbulkan dari budaya merokok.
2. Bagi IPTEK
Dapat digunakan sebagai pedoman tentang hubungan stress
dan perilaku merokok pada remaja di Smk Gamaliel Madiun.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Remaja/Pelajar
Sebagai bahan instropeksi diri sejauh pengetahuan dan sikap
efek merokok terhadap kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk
memperluas wawasan mahasiswa Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun tentang hubungan stress dan perilaku merokok pada remaja.
3. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukkan bagi
pengelola pendidikan dan bagi responden sebagai bahan informasi
dalam meningkatkan mutu pelayanan .