Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA

DENGAN PENYAKIT DI SASANA TRESNA


WERDHA CIRACAS JAKARTA TIMUR

OLEH:

TRILIANA NOFIANTI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2018
BAB I
Pendahuluan

Menurut WHO pada tahun 2010, harapan hidup orang Indonesia di atas 60 tahun mencapai 20,7
juta orang lalu bertambah 36 juta orang. Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan populasi
lanjut usia (lebih dari 75 tahun) ,meningkat secara pesat di Negara berkembang. Menurut Biro
Statistic penduduk lanjut usia 60 tahun keatas pada tahun 2010 penduduk lanjut usia akan mencapai
9,77%. Dengan demikian jumlah lanjut usia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang amat
pesat (Mujahidullah, 2012).

Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat serta dalam proses
menangkap maupun merespom sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala. Proses
menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah fisik, biologis, mental
maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah kesehatan yang paling
banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah satu diantaranya penyakit kronis yang paling
banyak menyerang pada lanut usia adalah asam urat ( Diantri dan Chandra 2013)

Gout artritis adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis konsentrasi asam urat
di dalam plasma. Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan terjadi
kelainan metabolism purin ( Helmi, Zairin Helmi 2011). Penyakit Gout atritis (asam Urat)
merupakan salah satu penyakit yang banyak diumpai pada laki-laki usia antara 30-40 tahun,
sedangkan pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause
(Tjokroprawiro, 2008)

Salah satu penyakit degeneratif yang sering dialami oleh golongan lansia yaitu gout (Wiwi
Indraswari, 2012). Resiko terjadinya asam urat akan bertambah apabila sidertai dengan pola
konsumsi makan yang tidak seimbang. Kebiasan makan adalah factor penting yang berpengaruh
kepada status kesehatan dan kemampuan fisik seorang lanut usia (Pirlich & Lochs 2001 dalam
Wiwi Indraswari, 2012).

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 terletak di Jl. Bina Marga No.58, Cipayung,
Jakarta Timur. Terdiri dari 6 wisma dan salah satunya adalah Wisma Dahlia yang
merupakan lansia perempuan dengan jumlah lansia 39. Masalah lansia di dominan dengan
dimensia dan lansia dengan total care , selain itu juga terdapat beberapa lansia menderita
Hipertensi,DM dan Osteoartritis.

1.1 Tujuan Penulisan


1.1.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan
penyakit Hipertensi di Sasana Tresna Werdha Ciracas Jakarta Timur

1.1.2 Tujuan Khusus


1.1.2.1 Teridentitifkasinya kondisi kesehatan lansia dengan masalah gangguan
Hipertensi
1.1.2.2 Teridentifikasinya pengkajian pada pasien dengan Hipertensi
1.1.2.3 Teridentifikasinya diagnosis keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi
1.1.2.4 Teridentifikasinya rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi
1.1.2.5 Teridentifikasinya intervensi keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi
1.1.2.6 Teridentifikasinya hasil implementasi (evaluasi tindakan) keperawatan
pada pasien dengan Hipertensi

1.2 Manfaat Penulisan


1.2.1 Bagi Panti
Sebagai informasi tentang kegiatan ADL (Activity of Daily Living) lansia yang
menderita Hipertensi sehingga dapat dimanfaatkan pihak Panti, sebagai
pertimbangan dalam intervensi dalam mempertahankan atau memperbaiki status
Kesehatan Lansia di Sasana Tresna Werdha 1 Ciracas.

1.2.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai sumber informasi dan pedoman dalam proses belajar-megajar terkait
mengenai ilmu keperawatan gerontik.

1.2.3 Bagi Lansia


Sebagai informasi dalam mempertahankan atau meningkatkan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan lansia, khususnya lansia yang mengalami Hipertensi.
BAB II

PENGERTIAN

Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang memiliki gambaran khusus, yaitu artritis
akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkann pada wanita biasanya mendekati masa
manopause. (Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid pertama, 2001; 542)

Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu
penyakit inflamasi yang menyerang persendian.

Arthritis Pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal
asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang
berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau
ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout mungkin primer atau sekunder.

1 .Gout primer merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat
2. Gout sekunder Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi
asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

B. ETIOLOGI
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi
asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.Hyperuricemia
pada penyakit ini disebabakan oleh:
1. Pembentukan asam urat yang berlebih.
a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukimia.
2. Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang
sehat. Penyabab tidak diketahui
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis
kronis atau gagal ginjal kronis.

C. PATIFISIOLOGI
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah
diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout
akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg / dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler
misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan
dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Kemasan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
6. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

D. TANDA DAN GEJALA


Gout berkembang dalam 4 tahap:
1. Tahap asimtomatik:
Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
2. Tingkat Akut:
Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi
pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat
pada sendi yang terkena, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-
lahan akan sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14
hari.
3. Tingkat Interkritikal:
Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai
aktivitas olahraga tanpa merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan
pertama itu hilang bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun
kemudian akan ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya
sekali sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
4. Tingkat Kronik:
Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi
serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa disertai masa bebas serangan.Masa
sakit menjadi lebih panjang bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-
menerus disertai bengkak dan kaku pada sendi yang sakit.

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan non medik .
1. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
2. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.

Penatalaksanaan medik .
1. Fase akut.
Obat yang digunakan:
a. Colchicine (0,6 mg)
b. Indometasin (50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
c. Fenilbutazon.
2. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
a. Golongan urikosurik
a) Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat
dalam serum.
b) Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari
c) Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
d) Benzbromaron.
b. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi
xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tingkat asam urat serum meningkat.
2. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
3. Tingkat asam urat urine dapat normal atau meningkat.
4. Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau toffee menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
5. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.

G. KOMPLIKASI
1. Nodulus reumatoid ekstrasinovialdapat terbentuk pada katup jantung atau pada paru,
mata, atau limpa. Funngsi pernapasan dan jantung dapat terganggu. Glukoma dapat
terjadi ketika nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan okuler terbentuk pada
mata.
2. Vasulitis (inflamasi sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosist dan infark.
3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, depresi dan stres
keluarga dapat bergabung eksaserbasi penyakit.

H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera (biologis).
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX I : Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen cidera (biologis).
Ditandai dengan:
1. Klien mengatakan kaki kirinya terasa nyeri. Dengan skala nyeri 3 (nyeri berat). Terasa
sakit saat menggerakkan kaki.
2. klien mengatakan ketika berbaring klien batuk.
3. klien tampak lemah
4. klien tampak meringis
5. klien tampak menahan nyeri
Dengan kriteria hasil:
1. Nyeri berkurang dan teratasi dengan skala nyeri 0 (tidak ada nyeri).
2. Klien tidak meringis lagi
3. Klien merasa tidak nyeri lagi.
Intervensi:
1. Pantau kadar asam urat serum.
2. Berikan istirahat dengan kaki ditnggikan.
3. Berikan kantung es atau panas basah.
4. Berikan analgesik yang diprogram.
5. Berikan obat anti gout yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya
6. Instruksikan pasien untuk minim2-3 liter cairan setiap hari dan meningkatkan
masukan makanan pembuat alkalis seperti susu, buah sitrun dan daging.

DX II : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.


Ditandai dengan:
1. Klien juga mengatakan tadi malam tidurnya hanya ± 5 jam.
2. Klien tampak lemah.
3. tampak lingkaran hitam di bawah mata klien .
Dengan kriteria hasil:
1. tidur klien dapat terpenuhi.
2. Klien tampak segar.
Intervensi: Obs. TTV
1. atur posisi senyaman mungkin
2. ajarkan tehnik relaksasi.
3. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
4. Kolaborasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : Rabu, 14 Maret 2018


3.1 Data Biografi
Oma usia 78 tahun, saat ini mengatakan kaki dan tangan terasa linu dan kesemutan
terlebih saat beraktifitas dan saat bengkak, oma mengatakan terganggu dengan
sakitnya terutama sendi ditangan dan kakinya, skala nyeri 5 . Oma mengatakan saat
malam nyeri sering muncul sehingga sulit tidur. Oma tampak mengurut kakinya dan
dengan hasil tes asam urat 11,5 mg/dl.
3.2 Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS : Oma persendian kaki dan Peradangan sendi Gangguan rasa
nyaman nyeri
tangan terasa linu, kesemutan
pada saat beraktifitas.

DO :
- TTV : TD :140/80
mmHG, N:80x/mnt,
Rr:20x/mnt, S:36Co
- Oma tampak mengurut
kaki dan tangannya
yang sakit
- Skala nyeri 5

2. DS: Oma S mengatakan kedua Penurunan massa tulang/oeteoporosis Resiko Cedera


kakinya sulit untuk berjalan dan
tidak kuat bila berdiri dan Deformitas pada kedua kaki
pernah jatuh 4 bulan lalu
Kaki agak bengkok
DO:
- Berdiri dengan Kaki sulit untuk berdiri
bantuan/berpegangan
- Kaki agak bengkok Hambatan mobilitas fisik
- Mobilitas menggunakan
kursi roda
Resiko cedera

3. DS: Oma mengatakan susah Nyeri Perubahan pola tidur


tidur karena nyeri sering muncul
pada malam hari

DO:
 Terlihat kurang tidur

Diagnosa keperawatan:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri


2. Resiko Cedera
3. Perubahan pola tidur
2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan umum dan TTV 1. Keadaan umum menunjukkan
nyaman nyeri selama 2x24 jam diharapkan WBS keadaan WBS secara utuh
dapat mengontrol nyeri dan dengan mengetahui tanda
berkurang dengan kriteria – tanda vital terutama
hasil : tekanan darah. Untuk
- WBS tidak menentukan tindak lanjut
mengungkapkan selanjutnya
adanya nyeri 2. Kaji tingkat nyeri WBS 2. Untuk mengetahui tingkat
- WBS tampak nyaman nyeri WBS dengan
- TTV dalam batas menggunakan pengkajian
normal PORST.
3. Bantu WBS dalam ambulasi 3. Untuk menhindari insiden
sesuai kebutuhan kecelakaan atau terjatuh
karena WBS pusing
4. Berikan penjelasan cara 4. Untuk menghindari
untuk menghindari terjadinya terjadinya tekanan darah
tekanan darah tinggi tinggi
2. Resiko Cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemampuan pasien - Berguna dalam menentukan
keperawatan selama 2x24 jam dalam mobilisasi sebatas mana resiko cedera
diharapkan tidak terjadi dapat terjadi
cedera akan berkurang
dengan kriteria hasil: 2. Pantau TTV - Berguna dalam memantau
- WBS terbebas dari cedera tanda-tanda perubahan status
- WBS mampu kesehatan WBS
menjelaskan cara/metode
untuk mencegah injury 3. Sediakan lingkungan yang aman - Berguna dalam mencegah
- Mampu menjelaskan untuk pasien terjadi nya cedera
foktor resiko dari
lingkungan/perilaku
- Berguna untuk mencegah
personal 4. Berikan penjelasan mengenai hal
cedera
– hal yang dapat menyebabkan
cedera

- Berguna untuk pasien dapat


5. Berikan penjelasan kepada WBS
menghindari hal – hal yang
cara menggunakan kursi roda .
dapat menyebabkan cedera.
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pentingnya tidur yang - WBS mengerti dan dapat
keperawatan selama 2x24 jam adekuat istirahat dengan baik
diharapkan pola tidur baik
dengan kriteria hasil:
- Jumlah jam tidur dalam 2. Ciptakan lingkungan yang aman, - Dapat menciptkan
batas normal kolaborasi dengan petugas panti lingkungan yang aman
- WBS dapat
mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur

Hari/ Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal Diagnosa
Keperawatan

1. Rabu, 13 Gangguan rasa - Mengkaji nyeri oma S S : Oma S mengatakan nyeri sudah
Maret 2018 nyaman nyeri berkurang
Rs : oma S mengatakan nyeri seperti di
O : - Skala nyeri 2
tusuk –tusuk dikepala dan hilang
- TTV : TD : 130/80mmHg, N:
timbul. Skala nyeri 3
79x/mnt, Rr : 18x/mnt, S: 36 C
A : masalah belum teratasi
- Pantau TTV dan keadaan umum:
P : lanjutkan intervensi
Ro: TD: 130/80 mmHg, N: 80x/m, RR:
20x/m, S: 36°C, Ku baik,kesadaran CM
- Menjelaskan makana yang
menyebabkan hipertesi

Ro: Oma S mengerti dan dapat


menyebutkan 2 dari 3 makanan
penyebab hipertensi
2. Kamis, 15 Resiko Cedera - mengkaji tingkat kemampuan oma S S : Oma S mengatakan mampu menggunakan
Maret 2018 kursi roda dengan aman
dalam beraktifitas .
O : - mampu mempraktekkan penggunaan
Rs: Oma S mengatakan masih mampu kursi roda
dalam memenuhi ADL dan berpindah - TTV : TD : 130/80mmHg, N:
79x/mnt, Rr : 18x/mnt, S: 36 C
dari tempat tidur ke kursi roda.
A : masalah teratasi
P : intervensi selesai
- Pantau TTV
Ro: TD: 130/80 mmHg, N: 80x/m, RR:
20x/m, S: 36°C

- Menelaskan faktor – faktor penyebab


cedera
Ro: Oma S mengerti dan membereskan
kain kain yang berantakan di tempat
tidurnya.

- Mempertahankan lingkungan yang


aman untuk oma S
Rs: Oma S mengatakan lampu selalu
dinyalakan di wisma dan bila ada
tumpahan air selalu di bersihkan.
3. Gangguan Pola - Menelaskan tentang penting tidur yang S : Oma S mengatakan masih sering
tidur kebangun pada malam hari
cukup
O: Oma S tampak lesu
Rs: oma S mengerti dan mau
A: Masalah belum teratasi
melaksanakan
P: Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai