Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami
vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo
termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di
Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria.
Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.

Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau
trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma
tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani,
karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat
merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo
ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena
terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.

Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat
penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan
keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan
masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.

1. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa mampu
secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan pada klien vertigo.
Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara
komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem
diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut
diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar
namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak
ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa ‘berputar’ ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com)

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan
benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan
pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)

1. Etiologi
2. Otologi 24-61% kasus
3. Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
4. Meniere Desease
5. Parese N VIII Uni/bilateral
6. Otitis Media
7. Neurologik 23-30% kasus
8. Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
9. Ataksia karena neuropati
10. Gangguan visus
11. Gangguan serebelum
12. Gangguan sirkulasi LCS
13. Multiple sklerosis
14. Vertigo servikal
15. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
16. Tekanan darah naik turun
17. Aritmia kordis
18. Penyakit koroner
19. Infeksi
20. < glikemia
21. Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
22. . Psikiatrik > 50% kasus
23. Depresi
24. Fobia
25. Anxietas
26. Psikosomatis
27. Fisiologik

Melihat turun dari ketinggian.


1. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu
makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness),
nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien
akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi
atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat
mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang
dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar
secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala
dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan
berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan
THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa,
lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan
nistagmus posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba – tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

1. Komplikasi
2. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII
(Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.

2. Kelemahan otot

Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk
berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat
menyebabkan kelemahan otot.

1. Patofisiologi dan Pathway

Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis
media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan
keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis
media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus,
multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII
yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi
diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan
terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat
mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N
VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan
vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

1. Pemeriksaan Penunjang

Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:

1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan mata
3. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
4. Pemeriksaan neurologik
5. Pemeriksaan otologik
6. Pemeriksaan fisik umum
7. Pemeriksaan khusus
8. ENG
9. Audiometri dan BAEP
10. Psikiatrik
11. Pemeriksaan tambahan
12. Radiologik dan Imaging
13. EEG, EMG

1. Penatalaksanaan
2. Penatalaksanaan Medis

Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :

1. Anti kolinergik
o Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
o Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
2. Simpatomimetika
o Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
3. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
o Golongan antihistamin

Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :

1. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam


2. Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.

Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :

1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitatif

2. Penatalaksanaan Keperawatan
3. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam
dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
4. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif
vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis.
Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek
yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih
enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
5. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver-
tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual
yang kuat.
6. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
7. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang
belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien
merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat
sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan
membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
8. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini
untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular
akut. (http://niarahayu9.blogspot.com)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian data keperawatan


1. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

1. Sirkulasi

Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan

1. Integritas Ego

Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,


ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala,
mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)

1. Makanan dan cairan

Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur,
daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan

1. Neurosensoris

Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi,
trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore,
perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan
refleks tendon dalam, papiledema.

1. Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

1. Keamanan

Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

1. Interaksi sosial

Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit

1. Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain
termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
4. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
5. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
4. Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam masalah risiko jatuh dapat
teratasi.

Kriteria Hasil :

 Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya


 Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh

Intervensi Rasional
1. Energi yang besar dapat
memberikan keseimbangan pada tubuh
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien saat istirahat

2. Berikan terapi ringan untuk 2. Salah satu terapi ringan adalah


mempertahankan kesimbangan menggerakan bola mata, jika sudah
terbiasa dilakukan, pusing akan
3. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif berkurang.
dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien.
3. Mengantisipasi dan meminimalkan
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) resiko jatuh.
sebelum aktivitas
4. Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.

1. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam masalah intoleransi aktivitas
dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

 Meyadari keterbatasan energi


 Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
 Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
 Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

Intervensi Rasional
1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
1. Kaji respon emosi, sosial, dan
mempengaruhi kehendak klien dalam
spiritual terhadap aktivitas
melakukan aktivitas
2. Berikan motivasi pada klien
2. Klien dapat bersemangat untuk
untuk melakukan aktivitas
melakukan aktivitas
3. Ajarkan tentang pengaturan
3. Energi yang tidak stabil dapat
aktivitas dan teknik manajemen waktu
menghambat dalam melakukan aktivitas,
untuk mencegah kelelahan.
sehingga perlu dilakukan manajemen waktu
4. Kolaborasi dengan ahli terapi
4. Terapi okupasi dapat menentukan
okupasi
tindakan alternatif dalam melakukan aktivitas.

1. Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maslah kurang nutrisi dapat
sedikit teratasi.

Kriteria Hasil :

 Klien tidak merasa mual muntah


 Nafsu makan meningkat
 BB stabil atau bertahan

Intervensi Rasional
1. Kebiasaan makan yang disukai dapat
1. Kaji kebiasaan makan yang
meningkatkan nafsu makan
disukai klien
2. Untuk memantau status nutrisi pada klien
2. Pantau input dan output pada
klien
3. Mempertahankan status nutisi pada klien
agar dapat meningkat atau stabil.
3. Ajarkan untuk makan sedikit tapi
sering
4. Ahli gizi dapat menentukan makanan
yang tepat untuk meningkatkan kebutuhan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
nutrisi pada klien.

1. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maslah gangguan perepsi
sensori pendengaran dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

 Klien dapat memfokuskan pendengaran


 Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
 Pendengaran adekuat

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pendengaran pada
klien 1. Mengetahui tingkat kemaksimalan
pendengaran pada klien untuk menentukan
2. Lakukan tes rinne, weber, atau terapi yang tepat.
swabah untuk mengetahui
keseimbangan pendengaran saat terjadi 2. Mengetahui keabnormalan yang terjadi
tinitus akibat tinitus

3. Ajarkan untuk memfokuskan 3. Mempertahankan keadekuatan


pendengaran saat terjadi tinitus pendengaran

4. Kolaborasi penggunaan alat 4. Memaksimalkan pendengaran pada klien


bantu pendengaran

1. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam masalah koping individu
tidak efektif dapat teratsi.

Kriteria Hasil :

 Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran


 Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri

Intervensi Rasional
1. Mengetahui batas maksimal kemampuan
1. Kaji kemampuan klien dalam
pendengaran klien
mempertahankan keadekuatan
pendengaran
2. Klien tidak mengalami depresi akibat
keadaan fisiknya
2. Berikan motivasi dalam
menerima keadaan fisiknya
3. Pusing yang terjadi dapat memunculkan
tinitus
3. Ajarkan cara mengatasi masalah
pendengaran akibat pusing yang
4. Obat untuk mengatasi tinitus.
diderita

4. Kolaborasi pemberian
antidepresan sedatif, neurotonik, atau
transquilizer serta vitamin dan mineral.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI


VERTIGO

A. LANDASAN TEORI MEDIS

1. I. Pengertian

Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo
adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai
gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo
mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh
dingin,mual, muntah) dan pusing.

1. II. Etiologi

Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :

1. Lesi vestibular :

 Fisiologik
 Labirinitis
 Menière
 Obat ; misalnya quinine, salisilat.
 Otitis media
 “Motion sickness”
 “Benign post-traumatic positional vertigo”

1. Lesi saraf vestibularis

 Neuroma akustik
 Obat ; misalnya streptomycin
 Neuronitis
 vestibular

1. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal

 Infark atau perdarahan pons


 Insufisiensi vertebro-basilar
 Migraine arteri basilaris
 Sklerosi diseminata
 Tumor
 Siringobulbia
 Epilepsy lobus temporal
Menurut

1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :

 Telinga bagian luar : serumen, benda asing.


 Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
 Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi,
hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
 Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
 Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior,
tumor, sklerosis multipleks.

1. Penyakit SSP :

 Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi


kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus
karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
 Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
 Trauma kepala/ labirin.
 Tumor.
 Migren.
 Epilepsi.

1. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal,


keadaan menstruasi-hamil-menopause.
2. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
3. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
4. Intoksikasi.

1. III. Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat
kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler,
visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih
dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh
berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan,
jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang
muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di
samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika
fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.

1. IV. Klasifikasi Vertigo

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :

1. Vertigo paroksismal

Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di
antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :

o Yang disertai keluhan telinga :

Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom


Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa crania posterior, kelainan gigi/ odontogen.

o Yang tanpa disertai keluhan telinga :


Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren
ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).

o Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi :


Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal
benigna.

1. Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia Kedokteran No.
144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan menjadi:

o Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues
serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.

o Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra,
siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis,
kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.

o Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.

1. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang,


dibedakan menjadi :
o Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan
labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.

o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior,


ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria
serebeli inferior posterior.

Ada pula yang membagi vertigo menjadi :

1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.


2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan visual
3.
4. V. Manifestasi klinik

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu
mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit,
mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

1. VI. Pemerikasaan Penunjang


2. Pemeriksaan fisik :

 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
 Pemeriksaan neurologik
 Pemeriksaan otologik
 Pemeriksaan fisik umum.

1. Pemeriksaan khusus :

 ENG
 Audiometri dan BAEP
 Psikiatrik

1. Pemeriksaan tambahan :

 Laboratorium
 Radiologik dan Imaging
 EEG, EMG, dan EKG.

1. VII. Penatalaksanaan Medis

Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari :

1. Terapi kausal
2. Terapi simtomatik
3. Terapi rehabilitatif.

B. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Aktivitas / Istirahat

o Letih, lemah, malaise

o Keterbatasan gerak

o Ketegangan mata, kesulitan membaca

o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.

o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan
cuaca.

Sirkulasi

o Riwayat hypertensi

o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.

o Pucat, wajah tampak kemerahan.

Integritas Ego

o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu

o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi

o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala

o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

Makanan dan cairan

o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur,
daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).

o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)

o Penurunan berat badan


Neurosensoris

o Pening, disorientasi (selama sakit kepala)

o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.

o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.

o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.

o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore

o Perubahan pada pola bicara/pola pikir

o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.

o Penurunan refleks tendon dalam

o Papiledema.

Nyeri/ kenyamanan

o Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster,
tumor otak, pascatrauma, sinusitis.

o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.

o Fokus menyempit

o Fokus pada diri sendiri

o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.

o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

Keamanan

o Riwayat alergi atau reaksi alergi

o Demam (sakit kepala)

o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis

o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

Interaksi sosial
o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.

Penyuluhan / pembelajaran

o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga

o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.

II. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh
faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.

Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria Hasil :

o Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang

o Tanda-tanda vital normal

o pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi Rasional
o Pantau tanda-tanda vital, o Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri. melakukan tindakan keperawatan.

o Anjurkan klien istirahat ditempat o istirahat untuk mengurangi intesitas


tidur nyeri.

o Atur posisi pasien senyaman o posisi yang tepat mengurangi


mungkin penekanan dan mencegah ketegangan otot
serta mengurangi nyeri.
o Ajarkan teknik relaksasi dan napas
dalam o relaksasi mengurangi ketegangan dan
membuat perasaan lebih nyaman.
o Kolaborasi untuk pemberian
analgetik. o analgetik berguna untuk mengurangi
nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman

2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi, metode


koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria Hasil :

o Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif

o Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di miliki.

o Mengkaji situasi saat ini yang akurat

o Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi yang tepat.

Intervensi Rasional
o Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat o Mengenal sejauh dan mengidentifikasi
umum. penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan tindakan
o Sarankan klien untuk keperawatan.
mengekspresikan perasaannya.
o klien akan merasakan kelegaan setelah
o Berikan informasi mengenai mengungkapkan segala perasaannya dan
penyebab sakit kepala, penenangan dan menjadi lebih tenang.
hasil yang diharapkan
o agar klien mengetahui kondisi dan
o Dekati pasien dengan ramah dan pengobatan yang diterimanya, dan
penuh perhatian, ambil keuntungan dari memberikan klien harapan dan semangat
kegiatan yang dapat diajarkan. untuk pulih.

o membuat klien merasa lebih berarti


dan dihargai.

3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.

Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil :

o Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.

o Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

Intervensi Rasional
o Kaji tingkat pengetahuan klien dan o megetahui seberapa jauh pengalaman
keluarga tentang penyakitnya. dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya
o Berikan penjelasan pada klien
tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang. o dengan mengetahui penyakit dan
kondisinya sekarang, klien dan
o Diskusikan penyebab individual dari keluarganya akan merasa tenang dan
sakit kepala bila diketahui. mengurangi rasa cemas.

o Minta klien dan keluarga mengulangi o untuk mengurangi kecemasan klien


kembali tentang materi yang telah serta menambah pengetahuan klien tetang
diberikan. penyakitnya.

o Diskusikan mengenai pentingnya o mengetahui seberapa jauh pemahaman


posisi atau letak tubuh yang normal klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang
o Anjurkan pasien untuk selalu dilakukan.
memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang o agar klien mampu melakukan dan
berhubungan. merubah posisi/letak tubuh yang kurang
baik.

o dengan memperhatikan faktor yang


berhubungan klien dapat mengurangi sakit
kepala sendiri dengan tindakan sederhana,
seperti berbaring, beristirahat pada saat
serangan.

Anda mungkin juga menyukai