Contoh konsep proposal PKMK ini secara konsep sudah bagus. Proposal PKMK ini salah
satu yang diterima di DIKTI tahun 2008. untuk format sesuaikan dengan aturan DIKTI
I. Pendahuluan
Teknologi komputer dan printer yang ada sekarang, telah memungkinkan kita untuk
mencetak tidak hanya teks dan gambar sederhana, namun sudah dapat mencetak dengan hasil
kualitas foto. Bahkan apabila menggunakan kertas khusus untuk foto, hasilnya menyerupai
cetak foto.
Teknologi komputer dan printer yang semakin canggih, menjadikan hasil yang
diperoleh akan semakin baik, dan proses produksi menjadi semakin cepat dan mudah.
Melihat potensi lingkungan sekitar permintaan akan teknologi print digital yang
semakin meningkat dalam kegiatan-kegiatan umum maupun pribadi seseorang, maka usaha
digital printing mempunyai pangsa pasar prospektif dan tidak pernah surut. Oleh karena itu
peluang usaha di bisnis ini bisa dikatakan cukup menjanjikan.
Pelatihan Teknik Kultur Spirulina platensis Skala Semi Massal dan Potensinya sebagai
Pakan Alami Ikan di Desa Beji Purwokerto.
Kabupaten Banyumas dikenal sebagai penghasil ikan Gurame terbesar dengan sentra
pembesaran di Sumpiuh, Kemranjen, dan Tambak. Penghasil benih Gurame berada di Beji dan
Singasari. Benih gurami dari kedua desa itu sudah mendapat sertifikat pada tahun 2005 dan
2006. Kelompok Petani Ikan di Desa tersebut mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi
Sistem Mutu Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Dirjen Perikanan Budi daya dengan nomor
001/BBATS-AGS/Sys/III/200. Pembenihan ikan gurami (osphronemus goramy) untuk jenis
produksi telur sampai P2.
Desa Beji ditargetkan sebagai desa mina pada 2007 dan saat ini masih dalam penataan.
Masyarakat di Desa Beji hampir separuh warganya bermata pencaharian sebagai peternak ikan
dan yang tercatat sebagai anggota Koperasi Giat Makaryo sebanyak 70 peternak ikan, setiap
anggota menaungi langsung 10 peternak. Masing-masing anggota memproduksi benih Tawes,
Melem, Mujahir, Nila, Emas, dan Lele Dumbo. Akan tetapi ikan yang banyak di kembangkan di
Desa Beji adalah jenis Gurame.
Budidaya Gurame di Desa Beji dimulai dari tahap pemilihan induk. Induk yang digunakan
sudah mencapai umur 3 tahun. Gurame dipilih untuk dipijahkan dengan perbandingan jumlah
antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 – 14. Dengan harapan induk jantan paling sedikit bisa
mengawini dua ekor induk betina dalam satu tarikan. Setelah Gurame mengeluarkan telur,
diambil dipindahkan pada tempat penetasan. Telur akan menetas dalam tempo 30 sampai 36 jam.
Selama 5 hari benih-benih belum membutuhkan makanan tambahan, karena masih mengisap
kuning telur (yolk sack). Setelah lewat masa itu benih membutuhkan makanan yang harus
disuplai dari luar.
Suplai makanan terdiri dari pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami larva ikan di Desa
Beji masih mengandalkan pakan yang dibeli dari pembudidaya pakan alami yang berada jauh
dari lokasi peternakan. Pakan alami larva ikan yang sering digunakan adalah Cacing Tubifex.
Tubifex diperoleh dengan harga Rp 5.000 per 200 ml. Pengeluaran terbesar dalam pembenihan
ikan adalah untuk pengadaan pakan alami yang sangat dibutuhkan pada saat proses
perkembangan larva.
Pakan alami sangat dibutuhkan oleh benih ikan untuk melangsungkan hidupnya. Fungsi
utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan
pertama-tama digunakan untuk kelangsungan/ mempertahankan hidupnya dan kelebihannya akan
dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Selama ini jenis pakan yang banyak digunakan di Desa Beji
adalah pakan buatan. Sebagai pakan benih ikan, jenis pakan buatan mempunyai banyak
kekurangan dibandingkan pakan alami. Komponen penyusun pakan alami lebih lengkap,
sehingga ikan cenderung lebih menyukai pakan alami. Selain itu tidak membahayakan
pemangsa.
Kebutuhan pakan alami ini semakin sulit terpenuhi, karena peternak ikan belum memahami
teknik kultur pakan alami. Oleh karena itu baru beberapa pengusaha yang menanamkan
modalnya secara khusus dalam produksi pakan ikan alami. Berbeda dengan pakan buatan yang
lebih praktis dan mudah pengerjaannya, sehingga banyak pembudidaya ikan menggunakannya
meskipun sebenarnya kurang baik atau sering membahayakan untuk pembenihan larva udang
maupun ikan. Kelemahan pakan buatan adalah kurang menarik pemangsa karena lama-lama
tidak mengambang/ melayang di air. Disamping itu apabila tidak habis dapat membahayakan
ikan dan udang peliharaan, serta perairan menjadi tercemar.
Spirulina merupakan mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami benih ikan.
Alga ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi, yaitu protein yang bisa mencapai 70 % dari
berat keringnya sehingga dapat menjadi alternatif bagi makanan kesehatan. Dalam dunia
perikanan, mikroalga ini telah banyak dijual dalam bentuk tepung dan produk-produk makanan
olahan. Tepung seperti ini sudah diproduksi secara komersial di California, Israel, Jepang,
Taiwan dan juga Mexico.
Kultur pakan alami Spirulina dapat dilakukan oleh para petani dengan mudah dan tidak
memerlukan lahan yang luas. Pengembangan pakan alami mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya karena mikroalga mudah dikultur, ukuran sesuai mulut larva/ ikan pemangsa,
pergerakan mampu memberikan rangsangan bagi pemangsa untuk memakannya, mampu
berkembang biak dengan cepat dalam waktu relatif singkat sehingga ketersediaannya dapat
terjamin sepanjang waktu.
Spirulina merupakan mikroalga hijau kebiruan, sel berkoloni dan membentuk filamen
terpilin yang menyerupai spiral/ helig. Alga ini mengandungan berbagai zat gizi seperti protein
dapat mencapai 72 %, lipid 8%, karbohidrat 16%,vitamin B1, B2, B6, B12, C, niasin, β karotin
dan kandungan asam amino yang cukup seimbang. Spirulina juga mengandung salah satu asam
lemak esensial yaitu asam γ-linoleat (GLA), yang merupakan asam lemak majemuk.
Spirulina menyediakan semua asam amino yang diperlukan tubuh dan dalam bentuk tersebut
5 kali lebih mudah untuk dicerna dibanding dengan protein kedelai. Spirulina mengandung 8
asam amino essensial dan 10 asam amino non essensial.
Manfaat lain dari mikroalga Spirulina adalah sebagai pakan zooplankton/ larva udang atau
ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Di Jepang Spirulina diberikan pada ikan mas koki dan ikan
hias lainnya untuk meningkatkan kualitas warna ikan hias tersebut. Hingga saat ini di Indonesia
belum terdapat pembudidayaan spirulina skala massal yang dilakukan oleh peternak ikan untuk
kepentingan pakan alami. Menurut Prof Nyoman Kabinwa, periset spirulina, perairan Indonesia
meliputi perairan tawar, payau, dan laut berpotensial untuk pengembangan ganggang hijau biru.
Mikroalga bersel silindris dengan dinding selnya yang tipis ini memiliki potensi
pengembangan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi. Mikroalga
Spirulina dapat mudah dikembangkan dengan lebih cepat dan praktis. Pengembangan dilakukan
menurut dimensi volume, berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi yang saat ini masih
dikembangkan dalam dimensi luas. Pemanfaatan luas lahan yang sama, dapat memberikan
efisiensi yang lebih besar bagi pembudidayaan mikroalga. Selain itu dengan daur hidupnya yang
pendek mikroalga Spirulina mampu berkembang biak dalam waktu yang singkat, dapat dipanen
sekitar 3-7 hari setelah inokulasi. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi, misalnya padi paling cepat
membutuhkan waktu sekitar 100 hari untuk dapat dipanen.
C. Perumusan Masalah
1. Peternak ikan masih mengabaikan penggunaan pakan benih ikan yang bermutu pada
tahap pemeliharaan larva, sehingga pertumbuhan larva kurang optimum, hasil yang
rendah sebagai akibat mortalitas yang tinggi
2. Peternak ikan belum mempunyai keterampilan mengenai teknik kultur pakan alami.
3. Spirulina merupakan pakan alami yang mempunyai kandungan gizi lengkap yang
dibutuhkan ikan
1. Memberikan Pengetahuan dasar terhadap peternak ikan mengenai pentingnya pakan alami
berkualitas dalam proses pembenihan ikan, sehingga dapat menekan tingkat mortalitas
dalam fase larva ikan.
2. Memberikan keterampilan mengenai teknik kultur pakan alami skala semi massal,
sehingga peternak ikan mampu untuk memproduksi pakan alami sendiri secara
berkesinambungan.
3. Memberikan pejelasan mengenai keunggulan Spirulina sebagai pakan alami benih ikan.
2. Peternak ikan mendapatkan keterampilan mengenai teknik kultur Spirulina skala semi
massal serta mampu menghasilkan pakan alami untuk kepentingan pribadi ataupun
dijual kepeternak lain.
F. Kegunaan Program
Permasalahan para peternak ikan di Desa Beji adalah tingginya tingkat mortalitas ikan pada
fase larva disebabkan tidak sesuainya pakan yang diberikan dengan sifat morfologis dan
fisiologis dari larva ikan. Kurangnya keanekaragaman nutrisi yang terdapat pada pakan yang
selama ini digunakan untuk menopang kelangsungan hidupnya pada saat adaptasi.
Melalui program pengabdian masyarakat para peternak ikan diharapkan memahami dan
mampu untuk memproduksi pakan alami yang kaya akan nutrisi dan sekaligus berguna sebagai
suplemen immunostimulan yang sangat diperlukan oleh ikan pada fase larva yang rentan terkena
penyakit. Dengan keterampilan teknik kultur, peternak ikan dapat memproduksi pakan alami
untuk kepentingan sendiri ataupun dijadikan lapangan pekerjaan baru sebagai produsen pakan
alami yang bisa dijual ke para peternak ikan lain.
Pelaksanaan Program Kreatifitas Mahasiswa, akan mengundang 3 orang dari perangkat Desa
sebagai wakil dan pemantau dari pihak pemerintahan dan melibatkan 10 peternak ikan yang
merupakan kelompok anggota Koperasi Giat Makaryo dengan pertimbangan untuk kelancaran
dan kesejahteraan usaha peternakan ikan di Desa Beji dan demi keberlangsungan kegiatan
Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdiaan Masyarakat ini. Jarak antara kampus Biologi
dengan Desa Beji sekitar 15 km.
Metode yang akan digunakan dalam Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian masyarakat
adalah dengan alih teknologi yaitu transfer ilmu sekaligus memberikan pelatihan mengetahui
cara produksi Spirulina skala semi massal kepada para peternak ikan di Desa Beji, selain itu juga
akan dilaksanakan praktek cara teknik kultur, teknik perangkaian dan penggunaan alat-alat kultur
serta proses-proses dalam berlangsungnya kultur.
Kultur Spirulina dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi atau pembuatan stok murni diruang
alga. Dalam program ini stok murni diperoleh dari Balai Besar Budidaya Air Payau Jepara.
Sedangkan perbanyakan kultur Spirulina skala laboratriun dilakukan di Laboratorium Biologi
Akuatik, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Dan kultur skala semi massal dan
massal dilakukan oleh para peternak ikan di Desa Beji.
Kultur dilakukan secara bertahap dimulai dari kultur skala laboratorium volume 500-1000 ml
dengan pemberian bibit Spirulina sebanyak 1/3 dari air media. Setelah bibit (inokulan)
dimasukkan ke dalam botol kultur yang berisi air media, diberi aerasi (udara) agar Spirulina
dapat berkembang dengan cepat. Suhu ruangan diusahakan stabil sekitar 230C-240C. Sebagai
sumber cahaya untuk berlangsungnya fotosintesis digunakan lampu TL-40 watt dengan intenitas
cahaya 3.000-4.500 lux. Penggantian air media dilakukan 4-5 hari sekali. Yaitu dimana Spirulina
sedang dalam masa pertumbuhan, ditandai secara visual dengan warna air yang sesuai dengan
pigmentasi sel Spirulina yang dikultur. Kultur skala laboratorium dilakukan secara bertahap
hingga volume 2-5 Liter.
Program pengabdian masyarakat dimulai dari kultur skala semi massal mulai dari volume 20
liter hingga 100 liter. wadah I terbuat dari ember berukuran 25 liter dan wadah II terbuat dari bak
plastik berukuran 120 liter. Air yang digunakan untuk kultur harus disterilisasi dulu dengan cara
air yang akan digunakan disaring sebelumnya dengan screen, laku ditambahkan chlorin 60 mg/ L
selama minimal 1 jam dan dinetralisir dengan larutan Na-Thiosulfat 20 mg/ L untuk
menghilangkan sisa-sisa chlorin dalam air hingga bau chlorin hilang.
Air steril dimasukan pada wadah I, kemudian di masukan inokulum sekitar 1 / 20 bagian dari
total volume atau untuk 20 liter air datambahkan sekitar 4 liter Spirulina. Inokulum dipupuk
Menggunakan media CFTR (2) yakni berasal dari komposisi NPK (17:17:17 atau 15:15:15)
1.000 mg, TSP 100 mg, MgSO4 50 mg. NaHCO3 4000 mg. Pencahayaan hanya mengandalkan
cahaya matahari pada siang hari. Pada keadaan tertentu dimana cahaya matahari kurang
memadai, dapat menggunakan lampu TL atau lampu sorot. Aerasi dijaga jangan sampai mati,
karena hal itu akan menghambat pertumbuhan Spirulina dan dapat menyebabkan kematian.
I. Jadwal Pelaksanaan
Keterangan Waktu ( bulan) J. Nama dan
Biodata Ketua serta
1 2 3 4 5 6 Anggota Kelompok
Persiapan alat dan bahan X
Kultur skala laboratorium X 1. Ketua Pelaksana
Pemberi materi dan X Kegiatan
praktek kultur
Pemantauan kultur X X a. Nama lengkap :
Penyusunan laporan X Sani Iskandar
b. NIM : B1J005056
c. Fakultas : Biologi
2. Anggota Pelaksana I
b. NIM : B1J002164
c. Fakultas : Biologi
Anggota pelaksana II
b. NIM : B1J004046
c. Fakultas : Biologi
d. NIM : B1J005084
c. Fakultas : Biologi
Anggota pelaksana IV
f. NIM : B1J005066
c. Fakultas : Biologi
2. NIP : 131855813
L. Anggaran Kegiatan
M. Daftar Pustaka
Arlyza, Irma Shita. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin dari Mikroalga Spirulina palatensis.
Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2005 No. 38 : 79-92.
Arlyza, Irma Shita. 2005. Phycocyanin dari Mikroalga Bernilai Ekonomis Tinggi sebagai Produk
Industri. Jurnal Oseana, Volume XXX, No. 3, 2005 : 27-36.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1990. Petunjuk Teknis Budidays Pakan Alami
Iksn dan Udang. Departemen Pertanian. Jakarta.
Belay, Amha. 2002. The Potensial Application of Spirulina (Arthospira) as aNutritional and
Therapeutic Supplement in Health Management. Jurnal of American Nutraceutical
Association Vol. 5, No. 2, Spring 2002.
Direktorat Bina Pembenihan. 1998. Budidaya Mikroalga Skala Laboratorium dan Massal .
Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta : 1-10.
Durachman. 2001. Teknik Budidaya lkan Gurame. Sub Dinas Perikanan Dinas Pertanian
Kabupaten Kuningan.
Fogg, G. E. 1995. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. The University of Wisconsin
Press, Madison, Wilwaukee and London.
Nurhidayati, Tutik. 2005. Pengaruh Penambahan IAA terhadap Laju Pertumbuhan Populasi
Spirulina sp dalam Media Zarrouk Modifikasi. Jurnal IPTEK, Vol. 8, No 3, September
2005.
Panji, Tri. 1996. Produksi asam γ–linolenat dari ganggang mikro Spirulina platensis
menggunaka limbah lateks pekat. Jurnal Menara Perkebunan, 1996, 64 (1), 34-44
Panji, Tri dan Suharyanto. 2003. Produksi Spirulina platensis dan Potensinya sebagai Pakan
Ikan. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Bogor, 9 september 2003.
Silitonga, P. !982. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
(Tilapia nilotica). Tesis. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru.
Simanjuntak, Sorta Basar Ida et all. 2003. Hispatologis Organ Limpa dan Ginjal Ikan Patin
Jambal (Pangasius djambal Bleeker) Akibat Pemberian Spirulina dalam Pakan Seacara
disontinyu. Jurnal Biosfera 20 (2) Mei 2003.
Soelchan, F. 1996. Biologi dari Chlorella. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta.
Buletin Perikanan Darat 9 (1) Juni 1996.
Suhartono. 2000. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. Institut Teknologi Bogor.
Supriyantini, Endang et all. 2004. Studi Penggunaan Hormon Pertumbuhan (Indole Acetid Acid,
Giberelin Acid dan Citokinin) dalam Kultur Spirulina sp. Julnal Biosfera.
Tarwiyah. 2001. Budidaya Ikan Gurame. Dinas Perikanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Jakarta.