Anda di halaman 1dari 9

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.

1 (2): 95 - 103

Observasi Klinis Seduhan Serbuk Kulit Batang Kayu Susu


(Alstonia scholaris (L.) R. Br.) Sebagai Antimalaria Di Manokwari

Clinical Observation Of Steeping Powder Milky Wood Cortex


(Alstonia scholaris (L.) R. Br.) As Antimalarial In Manokwari

Ratna Sri Rezeki1, Awaluddin Saragih1*, Saiful Bahri2


1
Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara
2
Departemen Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Latar belakang: Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, merupakan daerah endemik
malaria, yang dapat disebabkan adanya resistensi nyamuk terhadap insektisida dan resistensi
parasit terhadap obat malaria yang ada. Pohon kayu Susu (Alstonia scholaris (L.) R.Br.)
dipercayai dan digunakan masyarakat setempat untuk pengobatan malaria. Kulit batangnya
sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat malaria dengan meminum rebusan kulit
batangnya. Observasi klinis merupakan pembuktian secara ilmiah manfaat obat tradisional
dengan melakukan pengamatan dan pendataan pada subjek penelitian (pasien).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi kulit batang tumbuhan pohon kayu
Susu dan manfaat seduhan serbuk kulit batangnya sebagai antimalaria sehingga dapat
dipergunakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasi klinis tanpa kontrol pada
pasien malaria yang diobati dengan seduhan serbuk kulit batang pohon kayu Susu yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari Papua Barat. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan perhitungan kepadatan parasit malaria secara mikroskopik semi
kuantitatif.
Hasil: Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air 7,94%, kadar abu total 3,73%, kadar abu
tidak larut asam 0,35%, kadar sari larut dalam air 25,27%, kadar sari larut dalam etanol 10,62%.
Seduhan serbuk kulit batang kayu Susu memberikan manfaat sebagai antimalaria yang dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan sediaan darah tebal/tipis secara mikroskopik. Seluruh subjek
penelitian di hari ke 7 sampai 14 memberikan hasil negatif terhadap jumlah parasit malaria dan
gejala klinis berupa demam, sakit kepala, nyeri otot, diare, berkurang.
Kesimpulan: Karakteristik simplisia memenuhi syarat Farmakope Herbal Indonesia sehingga
dapat digunakan dalam penelitian dan berdasarkan observasi klinis terhadap penderita malaria,
seduhan serbuk kulit batang kayu Susu bermanfaat sebagai antimalaria.

Kata kunci: kayu susu, Alstonia scholaris (L.) R. Br.; antimalaria; Manokwari

ABSTRACT

Background: Manokwari of West Papua is a malarial endemic area. The high incidence of
malarial is caused by mosquito resistance to insecticides and parasite resistance to existing drug
regimes. Milky wood plant (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) is trusted and used by local
communities for treat malarial. Cortex of this plant is often used by people as a malarial
remedy by boiling in water and the boiled water is drunk. The clinical observation is scientific
proving of people that used traditional medicine by observations and data collection on the
subject of the study (patients) according to the state of nature that use traditional medicine.

*Korespondensi penulis: ibs2342@gmail.com

95
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

Objectives: This study was aimed to characterize Milky wood cortex and to study the benefits
of steeping of the cortex plant powder as antimalarial that can be used in public health
services.
Method:The research used clinical observations method without control to malarial patients that
used steeping powder Milky wood cortex in the General Hospital of Manokwari of West
Papua. Data processing was performed used malarial parasite density calculations microscopic
on a semi quantitative data.
Result: The results of Milky wood cortex characterization were 7.94% water content, 3.73%
total ash, 0.35% acid insoluble ash, 25.27% the levels of pollen soluble in water, 10.62%
soluble in ethanol extract. the steeping of powder Milky wood cortex gave antimalarial activity
that could be seen from the results examination of thick/thin blood preparation microscopically,
all of research subject at days 7 to 14 gave negative results for malarial parasites and clinical
symptoms such as fever, headache, muscle aches, diarrhea decreased.
Conclusion: Characterization of Milky wood cortex qualify to Herbal Pharmacopoeia Indonesia
book, so it can be used in research. Clinical observations of malarial patient, the steeping of
powder Milky wood cortex useful as antimalarial.

Keywords: Milky wood cortex, Alstonia scholaris (L.) R.Br.; antimalarial; Manokwari

PENDAHULUAN beberapa wilayah di Indonesia (Bangka,


Papua) (Tjitra, 2009).
Negara–negara tropis dan subtropis Kabupaten Manokwari Provinsi
umumnya merupakan daerah endemis Papua Barat, merupakan daerah endemik
bagi malaria (Anugrah, 1992). malaria. Tingginya kasus malaria ini
Penyakit malaria masih ditemukan disebabkan adanya resistensi nyamuk
di seluruh provinsi di Indonesia. terhadap insektisida dan resistensi parasit
Pemerintah telah berusaha semaksimal terhadap obat malaria yang ada. Keadaan
mungkin untuk memberantas penyebaran ini perlu dicegah dengan pengobatan yang
penyakit malaria ini tetapi masih terdapat tepat dan efektif sehingga dapat
hambatan diantaranya faktor resistensi menurunkan morbiditas dan mortalitas
vektor nyamuk terhadap insektisida dan akibat penyakit ini (Anonima, 2012).
resistensi parasit terhadap obat malaria Disisi lain peran obat tradisional
yang ada. Pada tahun 1973 ditemukan dalam pembangunan nasional semakin
pertama kali adanya kasus resistensi nyata karena kebutuhan obat tradisional
Plasmodium falciparum terhadap yang merupakan warisan budaya bangsa
Klorokuin di Kalimantan Timur. Sejak itu semakin jelas baik yang menyangkut
kasus resistensi terhadap Klorokuin aspek kesehatan dan kesejahteraan
semakin meluas (Verdrager dan Arwati, masyarakat maupun aspek ekonomi.
1974). Masalah resistensi malaria terhadap obat
Pada tahun 1996 telah terjadi malaria yang ada membuat masyarakat
resistensi parasit Plasmodium falciparum mencari pengobatan alternatif dengan
terhadap Klorokuin di seluruh provinsi di memanfaatkan tumbuhan yang dipercaya
Indonesia. Selain itu juga adanya kasus sebagai antimalaria salah satunya
resistensi Plasmodium terhadap tumbuhan pohon kayu Susu yang terdapat
Sulfadoksin-Pirimethamin (SP) di di kabupaten Manokwari.
beberapa tempat di Indonesia. Dari Pengobatan tradisional dengan
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat
lembaga kesehatan dan lembaga penelitian dan aman merupakan pengobatan yang
lainnya telah ditemukan adanya resistensi dimanfaatkan dan diakui masyarakat,
Plasmodium vivax terhadap Klorokuin di yang menandai kesadaran untuk kembali

96
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

ke alam (back to nature) untuk mencapai Pengolahan sampel


kesehatan yang optimal dan untuk Kulit batang kayu Susu dibersihkan
mengatasi berbagai penyakit secara alami dari kotoran dengan cara mencuci di
(Wijayakusuma, 2000). bawah air mengalir hingga bersih dan
Obat tradisional yang berkualitas, ditiriskan, lalu ditimbang berat basah,
bermanfaat dan berkhasiat perlu kemudian dikeringkan dalam lemari
dikembangkan maka tanaman kayu Susu pengering pada suhu 40-500C. Kulit
perlu mendapat pembuktian ilmiah batang kayu Susu dianggap kering apabila
manfaat dan khasiatnya. Berdasarkan latar sudah rapuh, lalu ditimbang berat kering.
belakang di atas perlu dilakukan observasi Selanjutnya sampel diserbukkan dengan
klinis yang merupakan pembuktian secara menggunakan blender, lalu disimpan
ilmiah dengan melakukan pengamatan dan dalam wadah plastik di tempat yang
pendataan pada subjek penelitian (pasien) terlindung dari cahaya sebelum
menurut keadaan alamiah yang digunakan.
menggunakan pengobatan tradisional di
masyarakat dimana identitas subjek dan Pembuatan serbuk simplisia
gejala klinis maupun laboratorik Serbuk yang telah dihaluskan
merupakan parameter utama (Depkes, dengan cara di blender kemudiaan diayak
2004). dengan pengayak nomor 60, sehingga
Pengamat menerapkan beberapa didapat serbuk halus, lalu ditimbang
tahapan penelitian yang meliputi tempat sebanyak 1 gram, dikemas dalam wadah
dan waktu penelitian, kriteria inklusi dan plastik yang bertutup rapat, ditimbang dan
eksklusi, jumlah subjek penelitian, cara dikemas sebanyak 250 bungkus (Menkes,
kerja, pemeriksaan klinis dan 2011).
laboratorium, tindakan keamanan.
Pembuatan pereaksi

METODE PENELITIAN Pembuatan pereaksi asam klorida 2N


Asam klorida pekat sebanyak 17 ml
Pengumpulan sampel diencerkan dalam air suling hingga 100 ml
Simplisia yang dipergunakan adalah (Ditjen POM, 1995).
kulit batang pohon kayu Susu (Alstonia
scholaris (L.) R. Br.) yang diperoleh dari Pembuatan pereaksi kloralhidrat
kabupaten Manokwari Provinsi Papua Larutkan 50 g Kloralhidrat P dalam
Barat. Pengambilan sampel dilakukan campuran 15 ml air dan 10 ml gliserin P
secara purposive yaitu tanpa (Ditjen POM,1995).
membandingkan dengan tumbuhan yang
sama dari daerah lain. Pembuatan larutan Giemsa 3%
Larutkan 3 ml giemsa stok dan
Identifikasi sampel 97 ml larutan buffer (Depkes, 2009).
Identifikasi tanaman dilakukan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pembuatan larutan buffer Giemsa
(LIPI) Pusat Penelitian Biologi-LIPI Larutan buffer dapat dibuat dengan
Bogor Jl. Raya Jakarta – Bogor Km. 46 cara mencampurkan satu tablet buffer
Cibinong, Indonesia. (pH 7,2) dalam 1 liter aquades atau air

97
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

mineral (air kemasan dalam botol) yang 2. Wanita hamil/menyusui, bila


jernih, tidak berbau dan tidak berasa diperlukan dengan pemeriksaan
(Depkes, 2009). planotes untuk menentukan
kehamilan.
Tahapan Observasi Klinis 3. Peserta tidak melakukan pemeriksaan
Observasi klinis adalah pembuktian sediaan darah tebal/tipis sesuai
secara ilmiah dengan melakukan prosedur penelitian
pengamatan dan pendataan pada subjek 4. Selama penelitian dijumpai tanda dan
penelitian (pasien) menurut keadaan gejala malaria berat (malaria dengan
alamiah yang menggunakan pengobatan komplikasi) yang diketahui dari
tradisional di masyarakat yang pemantauan pemeriksaan fisik atau
menggunakan parameter utama dari pemeriksaan parasit.
diantaranya identitas subjek dan gejala 5. Mengundurkan diri dari penelitian
klinis maupun laboratorik. Peneliti setelah mendapat penjelasan dari
sebagai pengamat menerapkan beberapa peneliti.
tahapan penelitian yang meliputi tempat
dan waktu penelitian, kriteria inklusi dan Jumlah subjek penelitian
eksklusi, jumlah subjek penelitian, cara Jumlah subjek penelitian adalah 10
kerja, pemeriksaan klinis dan (sepuluh) orang (laki-laki/perempuan)
laboratorium, tindakan keamanan yang darahnya mengandung parasit
(Depkes, 2004). malaria berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopik sediaan darah tebal/tipis.
Cara kerjanya meliputi:
Tempat penelitian 1. Setiap pasien yang datang atau
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit ditemukan dengan gejala klinis
Umum Daerah kabupaten Manokwari malaria dilakukan pemeriksaan
Provinsi Papua Barat. sediaan darah tebal/tipis. Seluruh
pasien yang memenuhi kriteria
Kriteria inklusi sebagai sampel penelitian (subjek
1. Berusia ≥ 20 tahun, laki-laki dan penelitian), akan diberi informasi
perempuan menyangkut waktu penggunaan obat
2. Penderita malaria dengan tradisional dan pemberian informasi
pemeriksaan sediaan darah tebal/tipis untuk mendapat persetujuan
3. Tidak mengkonsumsi obat-obat yang (informed consent) tentang kegiatan
bersifat antimalaria dalam 2 minggu penelitian, manfaat maupun resiko
terakhir penelitian.
4. Bersedia ikut dalam penelitian dan 2. Subjek penelitian selanjutnya dilakukan
bersedia mengikuti prosedur yang pemeriksaan klinis dan
ditetapkan (informed consent) laboratorium.
3. Pemberian seduhan serbuk kulit batang
Kriteria eksklusi kayu Susu kepada subjek penelitian
1. Adanya efek samping terhadap obat dengan takaran serbuk simplisia
yang diberikan terhadap pasien yang yang diberikan adalah 1 gram yang
tidak dapat ditolerir seperti muntah diseduh dalam segelas air panas
yang hebat, sehingga pengobatan diminum beserta ampasnya untuk
harus dihentikan sebelum waktunya.

98
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

sekali minum, pemakaian 3 x sehari (+++) = positif 3 (ditemukan 1 - 10 parasit


selama 5 hari. dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10
Pemeriksaan klinis parasit dalam 1 LPB) (Depkes,
Pemeriksaan klinis yang dilakukan 2009).
bagi setiap pasien (subjek penelitian)
adalah sebagai berikut: Tindakan keamanan
1. Melihat keluhan utama dan riwayat Selama pengobatan penderita di
penyakit misalnya demam, pantau terhadap kepatuhan, efek samping,
menggigil, berkeringat, sakit kepala, komplikasi malaria ataupun keadaan klinis
mual, muntah, nyeri otot/pegal- lain yang dianggap penting. Apabila
pegal. dalam pemantauan pasien terjadi
2. Pemeriksaan fisik, meliputi: berat komplikasi malaria atau menunjukkan
badan dan tinggi badan (hanya pada keadaan malaria berat atau kepadatan
hari H0) tekanan darah, suhu tubuh parasit pada hari ke-3 tidak menurun atau
axilla, dan pemeriksaan fisik organ meningkat, maka kepada penderita ini
(pada segera diberikan pengobatan malaria yang
hari H0, H1, H2, H3 kemudian H7, lebih intensif dan dikeluarkan dari
dan H14). penelitian.
3. Pemeriksaan parasit malaria dengan
sediaan darah tebal/tipis (pada hari Persetujuan Komite Etik Penelitian
H0, H1, H2, H3 kemudian H7, dan Observasi klinis dilaksanakan
H14). terlebih dahulu diminta persetujuan
Komite Etik Penelitian kesehatan dari
Pemeriksaan laboratorium Fakultas kedokteran, Universitas
Pemeriksaan laboratorium meliputi Sumatera Utara, dengan nomor:
pemeriksaan sediaan darah tebal/tipis 388/KOMET/FK USU/2012.
darah subjek penelitian (pasien).

Diagnosa atas dasar pemeriksaan HASIL DAN PEMBAHASAN


laboratorium
Pemeriksaan sediaan darah Identifikasi tumbuhan
tebal/tipis adalah untuk menentukan ada Identifikasi tumbuhan yang
tidaknya parasit malaria (positif/negatif), dilakukan di Herbarium Bogoriense
menentukan spesies dan stadium Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-
Plasmodium, menentukan kepadatan LIPI Bogor, identitas tumbuhan adalah
parasit dengan menggunakan metode (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) suku
semi kuantitatif: Apocynaceae.
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit
dalam 100 LPB (Lapangan Uji pendahuluan observasi klinis pada
Pandang Besar) penderita malaria yang menggunakan
(+) = positif 1 (ditemukan 1 – 10 parasit seduhan serbuk simplisia
dalam 100 LPB) Observasi klinis pada pengobatan
(++) = positif 2 (ditemukan 11 – 100 tradisional di masyarakat adalah
parasit dalam 100 LPB) pembuktian secara ilmiah manfaat obat
tradisional dengan melakukan pengamatan

99
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

dan pendataan subjek menurut keadaan Tabel 1. Hasil karakterisasi serbuk


alamiah misalnya identitas subjek dan kulit batang kayu Susu (Alstonia
gejala klinis maupun laboratorik. Peneliti scholaris (L.) R. Br.)
sebagai pengamat menerapkan beberapa
kaidah uji klinis seperti: kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan
Farmakope
persyaratan umum yang harus dipenuhi Hasil Herbal
oleh subjek penelitian agar dapat No Parameter
(%) Indonesia,
diikutsertakan ke dalam penelitian. Tahun 2008
Persyaratan dalam kriteria inklusi 1 Kadar air 7,94 ≤ 10%
mencakup karakteristik klinis, subjek
bersedia dan mampu mengikuti prosedur 2 Kadar sari larut 25,27 ≥ 11%
dan bersedia menandatangani informed dalam air
consent. Kriteria eksklusi atau kriteria 3 Kadar sari larut 10,62 ≥ 5,3%
penolakan adalah keadaan yang dalam etanol
menyebabkan subjek penelitian yang ≤ 7,0%
4 Kadar abu total
3,73
memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak
dapat diikut sertakan dalam penelitian
Kadar abu tidak
misalnya adanya penyakit lain, kepatuhan 5
larut dalam
0,35 ≤ 3%
pasien, pasien menolak diteliti, dan asam
masalah etik (Depkes, 2004).

Berdasarkan Tabel 1 tersebut diperoleh antimalaria yang dilihat dari hasil


hasil karakterisasi simplisia memenuhi pemeriksaan secara mikroskopik.
syarat sesuai dengan standar Farmakope Subjek penelitian terlebih dahulu
Herbal Indonesia (FHI) Edisi I tahun 2008, diberi penjelasan mengenai penelitian
sehingga simplisia dapat digunakan yang dilakukan dan menandatangani
sebagai bahan penelitian (Menkes, 2008). lembaran bersedia ikut dalam penelitian
dan mengikuti prosedur yang ditetapkan
Jumlah subjek penelitian (informed consent), bila subjek yang ikut
Penggunaan serbuk kulit batang dalam penelitian mengalami kondisi yang
kayu Susu pada penderita malaria, dari 15 memburuk dapat diberi pengobatan
subjek 5 dikeluarkan dari penelitian malaria yang lebih intensif dengan
karena tidak datang kontrol pemeriksaan menggunakan obat yang umum dipakai
sehingga jumlah subjek yang mengikuti untuk pengobatan malaria dan dikeluarkan
prosedur penelitian sampai akhir masa dari penelitian.
penelitian sebanyak 10 orang keterbatasan
jumlah subjek penelitian sebenarnya tidak Takaran pemakaian serbuk simplisia
mewakili jumlah penderita malaria yang Pemberian takaran serbuk kulit
rata-rata perharinya 40 sampai 50 orang batang kayu Susu kepada subjek
yang datang ke Rumah Sakit tersebut penelitian dilakukan berdasarkan
disebabkan keterbatasan waktu, tenaga observasi klinis (pengamatan) di
dan biaya penelitian ini juga merupakan masyarakat secara empirik menggunakan
uji pendahuluan observasi klinis untuk kulit batang kayu Susu yang sudah
memberikan gambaran efektivitas digiling menjadi serbuk, diambil sebanyak
simplisia kulit batang kayu Susu sebagai 2 sendok makan direbus dengan 2 gelas

100
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah tinggal di daerah endemik malaria, seperti
dingin disaring, minum sekaligus. kabupaten Manokwari provinsi Papua
Mengacu pada takaran 1 sendok makan Barat. Hal ini disebabkan
berkisar 1-2 gram, maka peneliti imunitas/resistensi terhadap parasit
mengambil takaran pemberian simplisia malaria pada penduduk di daerah endemik
terhadap penderita malaria yaitu dosis 1 yang meningkat karena telah terjadi
gram yang diseduh dalam segelas air infeksi malaria sejak dini dan berulang.
panas diminum beserta ampasnya untuk
sekali minum, pemakaian 3 x sehari Pembersihan parasit
selama 5 hari. Hasilnya subjek penelitian Pembersihan parasit (parasite
tidak mengalami efek samping yang clearence) dengan pengobatan
berupa mual, muntah, ruam kulit, pusing menggunakan seduhan serbuk simplisia
dan kepadatan parasit menurun pada dengan pemantauan kepadatan parasit
pemeriksaan sediaan darah tebal/tipis malaria baik itu Falciparum/Vivax
diikuti berkurangnya keluhan penyakit. menunjukkan bahwa pada hari ke tujuh
(7) sampai di hari ke empat belas (14)
Karakterisasi subjek penelitian pada semua subjek penelitian
Dari 10 subjek penelitian yang menunjukkan kepadatan parasit nol
masuk kriteria inklusi, umur termuda (negatif).
adalah 28 tahun dan paling tua adalah 68
tahun. 7 (tujuh) orang perempuan Efikasi pengobatan dan efek samping
dan 3 (tiga) orang laki-laki, 2 (dua) orang Berdasarkan uji pendahuluan
menderita malaria Falciparum, 8 (delapan) observasi klinis terhadap 10 (sepuluh)
orang menderita malaria Vivax. orang penderita malaria (subjek
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa penelitian) yang menggunakan seduhan
dari 10 (sepuluh) orang penderita malaria serbuk kulit batang kayu Susu tunggal
yang menggunakan seduhan serbuk kulit terbukti bermanfaat sebagai antimalaria.
batang kayu Susu 7 (tujuh) orang Seduhan serbuk kulit batang kayu
mengalami penurunan parasit pada hari Susu dengan dosis 1 gram 3 x sehari
pertama (negatif) dan 3 (tiga) orang di selama 5 hari pada penderita malaria baik
hari berikutnya sehingga seluruh pasien itu Falciparum/Vivax tanpa komplikasi
(subjek penelitian) di hari ke 7 (tujuh) mempunyai manfaat sebagai antimalaria
tidak ditemukan parasit dalam sediaan dan mengurangi keluhan sakit pasien
darah tebal/tipis secara mikroskopik. Hal seperti demam, sakit kepala, diare, nyeri
tersebut menandakan bahwa seduhan otot dan pemantauan efek samping tidak
serbuk kulit batang kayu Susu berkhasiat ditemukan keluhan yang berarti.
sebagai antimalaria.
Uji toksisitas
Keluhan subjek penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari
Keluhan penderita malaria/subjek Maria (1996), tidak ada kematian dan efek
penelitian berdasarkan anamnse yang toksik yang muncul pada uji toksisitas
terbanyak adalah demam diikuti sakit pemberian berulang pada mencit selama
kepala, pegal dan menggigil. Gejala 14 hari menunjukkan bahwa (Alstonia
malaria yang klasik berupa demam, scholaris (L.) R. Br.) tidak toksik sampai
menggigil, berkeringat ternyata jarang dosis 650 mg/kg BB (10 x DM)
dijumpai lagi pada pasien malaria yang (Anonimb, 2012).

101
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

Tabel 2. Hasil pemeriksaan kepadatan parasit secara mikroskopik sediaan darah pasien
malaria yang menggunakan seduhan serbuk kulit batang kayu Susu di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Manokwari Papua Barat.

Nama pasien Jenis Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil


No. (umur/tahun) parasit jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah
Malaria parasit parasit parasit parasit parasit
Hari (0) malaria malaria malaria malaria malaria
Hari (1) Hari (2) Hari (3) (7) (14)
1 Fredrik A. 48) Pv(+) - - - - -
2 Popi R. (46) Pf(+) - - - - -
3 Elisabet M. (39) Pv(+) - - - - -
4 Ronbrak D.(60) Pv(+) - - - - -
5 M. keyman (68) Pv(+) - - - - -
6 Devis R. (28) Pv(+) - - - - -
7 Ida L. (53) Pv(+) - - - - -
8 Yos T. (43) Pf(+) Pf(+) Pf(+) - - -
9 Neri L. (55) Pv(+) Pv(+) - - - -
10 Marthina K. (30) Pv(+) Pv(+) Pv(+) Pv(+) - -
Keterangan:
Pv : Plasmodium vivax
Pf : Plasmodium falciparum

KESIMPULAN Toksisitas dan Isolasi Alkaloid


dari korteks Alstonia scholaris (L.)
Berdasarkan hasil dan pembahasan R.Br. Thesis oleh Maria
diatas dapat disimpulkan bahwa observasi
Immaculata Iwo. (1996). Dari:
klinis seduhan serbuk kulit batang kayu
Susu di kabupaten Manokwari Papua http://jurnal-alstonia scholaris.htm.
Barat membuktikan bahwa tanaman kayu Diunduh Pada tanggal 10
Susu (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) September 2012.
bermanfaat sebagai antimalaria.
Anugrah. (1992). Catatan Kuliah
Farmakologi. Cetakan I. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Laboratorium Farmakologi
Fakultas kedokteran Universitas
Anonima. (2012). Malaria Serang Sriwijaya. Halaman 157.
Manokwari. Dari:
Depkes RI. (2004). Pedoman Tekhnis
http://www.malaria-serang-
Penelitian Pengobataan
manokwari.html. Diunduh Pada
Tradisional untuk Sentra P3T.
tanggal 10 Juli 2012.
Jakarta: Direktorat Kesehatan
Anonimb. (2012). Efek antimalaria Komunitas Dirjen Bina Kesmas.
falcifarum in vitro dan mekanisme Departemen Kesehatan RI.
kerja ekstrak Metanol dan fraksi Halaman 22, 41, 58-60.
Kloroform korteks Alstonia
Depkes RI. (2009). Pedoman Tekhnis
scholaris (L.) R.Br. dan daun
Pemeriksaan Parasit Malaria.
Cassia siamea Lamk. Serta

102
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (2): 95 - 103

Jakarta:Direktorat Pengendalian Tjitra E. (1997). Evaluation of


Penyakit Bersumber Binatang Antimalarial Drugs in Indonesia.
Direktorat Jenderal PP & PL Buletin Penelitian Kesehatan.
Departemen Kesehatan R.I. Jakarta: vol: 25 (1). Halaman 27-
Halaman 1, 3-14. 58.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Verdrager J and Arwati. (1974). Resistant
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: P. falciparum Infection from
Departemen Kesehatan RI. Samarinda, Kalimantan. Buletin
Halaman 1033-1043. Penelitian Kesehatan. Jakarta: vol:
Menkes. (2008). Farmakope Herbal 2 (2). Halaman 43-50.
Indonesia. Edisi I. Jakarta: Wijayakusuma, H.M. (2000).
Kementerian Kesehatan Republik Ensiklopedia Milenium
Indonesia. Halaman 115-118. Tumbuhan Berkhasiat Obat
Menkes. (2011). Farmakope Herbal Indonesia. Jilid I. Cetakan
Indonesia. Edisi I. Jakarta: Pertama. Jakarta: Prestasi Insan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1-2.
Indonesia. Halaman 106, 107, 110-
114.

103

Anda mungkin juga menyukai