Anda di halaman 1dari 9

GLAUKOMA

Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau


gejala patologis yang di tandai dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO) dengan segala
akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi
pada sel ganglion retina, merusak discuss opticus, menyebabkan atrofi saraf optik dan
hilangnya pandangan perifer.glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan
hilangnya pandangan ireversibele tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul
secara tiba tiba dan meneybabkan kebutaan dalam beberapa jam.

Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital.

GLAUKOMA PRIMER

Glaukoma jenis ini merupakan yangpaling sering terjadi, struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan rabsorbsi reabsorbsi akuos humor mengalami perubahan patologi langsung.

1. Glaukoma Sudut Terbuka

Glaukoma sudut terbuka atau glaukoma kronik merupakan bentuk glaukoma


primer yang lebih tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi (kurang
lebih 90% dari klien glaukoma). Seringkali merupakan gangguan dari herediter yang
menyebabkan perubahan degeneratif. Bentuk ini terjadi pada individu yang
mempunyai sudut ruang (sudut antara iris dan kornea) terbuka normal tetapi terdapat
hambatan pada aliran keluar akuos humor melalui sudut ruangan. Hambatan dapat
terjadi di jaringan trabekular, kanal, Schlemn atau vena vena akueos

Keadaan ini terjadi pada klien usia lanjut (lebih dari 40 tahun) dan perubahan pada
usia lanjut memegang peranan penting dalam proses sklerosa badan silier dan jaringan
trabekel.

2. Glaukoma Sudut Tertutup

Glaukoma sudut tertutp terkenanya secara mendadak dan harus ditangani


sebagai keadaan emergency. Mekanisme dasar yang terlibat dalam patofisiologi
glaukoma ini adalah menyempitnya sudut dan mperubahan letak iris yang terlalu ke
depan. Perubahan letak iris menyebabkan kornea menyempit atau menutup sudut
ruangan, yang akan menghalangi aliran keluar akueos tumor. TIO meningkat dengan
cepat, kadang kadang mencapai tekanan darah 50-70 mmHg.

Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat didalam dan sekitar mata, timbulnya halo di
sekitar cahaya, pandangan kabur. Klien kadang mengeluh keluhan umum seperti sakit
kepala, mual, muntuh, kedinginan, demam, bahkan perasaan takut mati miri serangan
angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata tidak di rasakan oleh
klien.

GLAUKOMA SEKUNDER

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan pada mata.
Kondisi ini secara tidak langsung menganggu aktifitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan rebsorbsi akuos tumor.

Gangguan ini terjadi akibat

a. Perubahan lensa, dislokasi lensa, intumensensi lensa yang katarak, terlepasnya


kapsul lensa pada katarak.

b. Perubahan uvea, uveitis anterior, melanoma dari jaringan uvea, neovaskularisasi


di iris.

c. Trauma, ivema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus disertai prolabs iris

d. Operasi, pertumbuhan epiet yang masuk cameri oculi anterior (COA), gagalnya
pembentukan COA setelah operasi katarak, uveitis pascaekstraksi katarak yang
meneybabkan perlengketan iris.

GLAUKOMA KONGENITAL

Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular.


Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral

PATOFISIOLOGI

TIO dietentukan oleh kecpatan produksi akueos humor dan aliran keluar dari mata. TIO
normal adalah 10-20 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara
produksi dan aliran keluar akueos humor. Akueos humor diproduksi dalam badan silier
dan mengalir keluar melalui kanal schlemn ke dalam sistem vena. Ketidakseimabangan
dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh meningkatkan hambatan
abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA).
Meningkatkan tekanan intraokuler lebih dari 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
saksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan retina. Iskemia
menyebabkan struktur ini menghilangkan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari parifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan saraf optik dan retina adalah erefersibel dan hal ini bersifat permanen tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai
dengan adanya titi buta pada lapang pandang.

INTERVENSI BEDAH

Jika obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka operasi
merupakan salah satu alternatif. Alternatif operasi meliputi:

a. Laser Trabeculoplasty, tindakan ini dilakukan dengan lokal anastesi untuk membuat
lubang di jaringan trabekular untuk membuka sudut untuk mempermudah aliran akuos
humor. Komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang
dengan asetaminofen dan/atau disertai mual, nyeri dahi dan atau perubahan tajam
pengelihatan.

b. Operasi filtrasi, jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan
membuat saluran dari ruang anterior ke ruang subkonjungtiva.

c. Laser iridotomy atau atau iridectomy perifer, kedua prosedur ini mengurangi tekanan
dengan mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali outflow akuos humor

d. Cyclocryotheraphy, tindakan ini secara permanen merusak sel dalam badan silierdan
menurunkan produksi akuos humor

1. Perawatan pre operasi

Lakukan perawatan preoperasi rutin yang meliputi mencukur bulu mata,


pemeriksaan TIO, mencuci rambut (keramas).

2. Perawatan pasca operasi

a. Lakukan perawatan pascaoperasi rutin


b. Pemberian antibiotik sub konjungtiva oleh ahli oftalmologis

c. Tinggikan bagian kepala tempat tidur 15-20 derajat untuk menurunkan


tekanan dalam mata selama tidur

d. Laporkan drainase pada dokter segera, tetapi jangan mengangkat balutan


sampai ada instruksi tertulis

e. Klien mungkin mengalami sakit kepala ringan dan pandangan kabur dalam 24
jam pertama. Oleh karena itu instruksikan klien untuk mencegah
meningkatnya tekanan vena pada kepala, leher, dan mata untuk menghindari
manuver valsalva, tidak membungkuk, mempertahankan kepala diatas dan
tidak melakukan gerakan mendadak

f. Berikan laksan untuk mencegah konstipasi

g. Bantu klien untuk ambulasi dan makan sesuai kebutuhan

h. Instruksianklien untuk tidak berbaring pada sisi operatif

i. Instruksikan klien untuk melaporkan gejala nyeri dahi, nyeri mata hebat atau
mual.

j. Observasi dan laporkan komplikasi pembedahan

k. Hindari latihan fisik/olahraga berat selama 3 minggu.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesis

Anamnesis mencangkup data demografi yang meliputi

a. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun

b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih

c. Pekerjaan, terutama yang beresiko mengalami trauma mata


2. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan fisik dilakukan menggunakan oftalmoksop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus.

b. Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang


cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap

c. Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi


mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi tehadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terjadi lebih keras di banding
mata yang lain.

d. Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open


atau open angle closure 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure kurang lebih 30 mmHg.

B. Diagnosis Dan Intervensi Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang terjadi adalah :

1. Perubahan sensori/persepsi (visual) yang berhubungan dengan kerusakan saraf


akibat peningkatan TIO

Tujuan, klien akan:

a. Mengidentifikasi tipe perubahan visual yang terjadi saat TIO meningkat di atas
level aman

b. Mencari bantuan saat terjadi perubahan visual

c. Mendapatkan kembali dan mempertahankan visus normal dengan pengobatan

Intervensi keperawatan

a. Kolaborasi dalam pemberian :


- Miotik, untuk konstriksi pupil dan kontraksi otot silier (seperti Pilocarpin) yang
dapat menyebabkan pandangan kabur selama 1-2 jam setelah penggunaan adaptasi
pada lingkungan gelap mengalami kesulitan, karena mengalami konstriksi pupil.

- Agens penghambat pembentuk akuos humor, seperti Timolol

- Inhibitor karbonat anhidrase(seperti Asetazolamid) untuk mengurangi akueos


humor, dengan efek samping mati rasa, rasa gatal pada kaki dan tangan, mual.

- Agen osmotik sistemik (mis gliserin oral) untuk klien glaukoma akut untuk
mengurangi tekanan okular

b. Lakukan tindakan untuk mencegah semakin tingginya TIO, meliputi :

- Diet rendah natrium

- Pembatasan kafein

- Mencegah konstipasi

- Mencegah manuver valsava

- Mengurangi stress

c. Pantau kemampuan klien untuk melihat dengan jelas

2. Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan TIO

Tujuan, klien akan : Klien akan mengalami pengurangan nyeri

Intervensi keperawatan

- Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler dan cegah tindakan yang
dapat meningkatkan TIO (batuk, bersin, mengejan)

- Beri lingkungan gelap dan tenang

- Observasi tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak
menerima agens osmotik intravena

- Observasi derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut


- Observasi asupan-haluaran tiap 8 jam saat klien mendapatkan agens osmotik
intravena

- Observasi ketajaman pengelihatan setiap waktu sebelum penetesan obst msts ysng
di resepkan

- Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaukoma dan beritahu dokter jika
terjadi hipotensi, haluaran urine <24 ml/jam, nyeri pada mata tidak hilang dalam
waktu 30 menit setelah terapi obat, tajam pengelihatan turun terus menerus.

- Berikan analgesik narkotik yang di resepkan jika klien mengalami nyeri hebat dan
evaluasi keefektifannya.

3. Ketidakpatuhan (pada program medikasi) yang berhubungan dengan efek samping


pengobatan, kurangnya motivasi, kesulitan mengingat regimen terapi atau implikasi
finansial

4. Defisit pengetahuan (tentang proses penyakit, kondisi klinis, rencana terapi dan
penatalaksanaan di rumah) berhubungan dengan kurangnya informasi dan/atau
mispersepsi informasi yang di dapat sebelumnya.

Tujuan, klien akan : klien akan mengetahui penatalaksanaan penyakitnya dan mampu
mengulang an mendemonstarsikan kembali pendidikan kesehatan yang di berikan

Intervensi keperawatan :

- Jika gejala akut terkontrol, berikan informasi tentang kondisinya. Tekankan


bahwa glaukoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup, harus teratur dn tidak
terputus.

- Instruksikan klien untuk mencari pertolongan medis jika saat menggunakan obat
obatan. Ajari klien tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medis dengan
segera.

- Perubahan visus mendadak, bahkan dengan kacamata yang baru tidak dapat
melihat dengan jelas

- Meningkatnya nyeri mata


- Ajarkan klien dan keluarga serta izinkan klien untuk mempraktikkan sendiri cara
pemberian tetes mata

- Berikan informasi tentang dosis, nama, jadwal, tujuan, dan efek samping yang
dapat di laporkan dari semua obat-obatan yang di resepkan di rumah.

- Ingatkan klien agar menggunakan obat obat resep dan jangan membeli obat bebas
atau yang lain tanpa sepengetahuan dokter

- Jamin semua intruksi ndan informasi tentang obat yang di resepkan telah di
berikan secara tertulis

- Identifikasi efek samping atau reaksi yang merugikan dari pengobatan

- Dorong klien untuk membuat perubahan yang perlu untuk melakukan pola hidup.

- Anjurkan keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma

Diagnosis tambahan

Ansietas/takut yang berhubungan dengan hilangnya pandangan aktual/potensial atau


benturan penyakit kronis terhadap gaya hidup

Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan mual,


muntah sekunder akibat peningkatan TIO

Risiko cidera yang berhubungan dengan penurunan pandangan perifer

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan berkurangnya pandangan

Isolasi sosial yang berhubungan dengan penurunan pandangan perifer, takut cedera
atau respons negative lingkungan terhadap ketidakmampuan visual

Berduka adaptif/maladaptif yang berhubungan dengan hilangnya visus aktual

Evaluasi

1. Klien dapat mempertahankan visus optimal

2. Tidak terjadi komplikasi

3. Klien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara aman


4. Klien mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai