REPUBLIK INDONESIA
NOMOR……………..TAHUN 2017
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU
PROGRAM YANG WAJIB DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN
PELAKSANAAN, PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
-1-
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 294);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 15);
-2-
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5103);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 326, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5749);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5941);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6042);
13. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 267);
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17
Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah;
-3-
16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.33/MenLHK-II/2016 tentang Adaptasi
Perubahan Iklim (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 521);
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya
disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.
2. Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
adalah Menteri, menteri/kepala lembaga pemerintah
-4-
non kementerian terkait, gubernur, atau
bupati/walikota yang bertanggung jawab terhadap
penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program.
3. Penyusun KLHS adalah orang yang melakukan
pembuatan dan pelaksanaan KLHS
4. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
berpotensi menimbulkan dampak dan risiko
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
adalah kebijakan, rencana, dan/atau program yang
wajib dilaksanakan KLHS selain kebijakan, rencana,
dan/atau program yang telah ditetapkan oleh
peraturan perundangan.
5. Penapisan adalah rangkaian kegiatan seleksi dan
penyaringan dengan mempertimbangkan kriteria-
kriteria yang telah ditentukan.
6. Laporan KLHS adalah dokumen yang memuat proses
dan hasil pembuatan dan pelaksanaan serta hasil
penjaminan kualitas KLHS.
7. Standar kompetensi penyusun KLHS merupakan
ukuran kemampuan minimal pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipenuhi dalam
menyusun KLHS.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang perlindungan dan
pengelolaan Lingkungan Hidup.
9. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang
menyelenggarakan fungsi di bidang planologi
kehutanan dan tata lingkungan.
10. Kepala Perangkat Daerah adalah kepala perangkat
daerah yang menyelenggarakan fungsi di bidang
Lingkungan Hidup.
-5-
Pasal 2
(1) Pedoman ini menjadi acuan menteri/kepala lembaga
pemerintah non kementerian, gubernur, dan
bupati/walikota dalam penyelenggaraan dan
pengaturan KLHS sesuai kewenangannya
(2) Pedoman ini melengkapi peraturan Menteri yang
mengatur metodologi dan tata laksana kajian tentang :
a. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
b. dampak lingkungan hidup;
c. risiko lingkungan hidup;
d. ekosistem;
e. sumber daya alam;
f. kerentanan terhadap perubahan iklim;
g. keanekaragaman hayati;
h. isu-isu pembangunan berkelanjutan lainnya yang
relevan.
Pasal 3
-6-
(2) Untuk dilaksanakan KLHS, Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditetapkan terlebih dulu oleh penyusun Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program.
(3) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program tingkat Nasional, Provinsi, dan
Kota.
(4) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat
Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan;
c. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional;
d. Rencana Tata Ruang Laut Nasional;
e. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau
pulau kecil
f. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional
Tertentu Untuk Pulau-Pulau Kecil Terluar;
g. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan;
h. Rencana Pembangunan Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Tingkat Nasional;
i. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional; dan
j. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional;
k. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
berpotensi dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c nasional atau lintas provinsi
-7-
(5) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat
Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;
b. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;
c. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil;
d. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil;
e. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi;
f. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Provinsi;
g. Rencana Pembangunan Pusat Pertumbuhan
Ekonomi Tingkat Provinsi;
h. Rencana Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan Tingkat Provinsi; dan
i. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
berpotensi dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c provinsi, atau lintas kabupaten/kota
(6) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
b. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota;
c. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
d. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang
merupakan bagian wilayah kabupaten;
e. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Kabupaten/Kota;
f. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten/Kota; dan
-8-
g. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
berpotensi dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c kabupaten/kota
Pasal 4
Pasal 5
-9-
BAB II
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
Pasal 7
- 10 -
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersifat
lintas daerah dan/atau lintas sektor dilaksanakan
oleh:
a. Menteri, untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang bersifat lintas Provinsi dan lintas
sektor;
b. menteri/kepala lembaga pemerintah non
kementerian, untuk Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang bersifat lintas Provinsi
dan berada dalam kewenangan pembinaan teknis
yang sesuai; atau
c. Gubernur, untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang bersifat lintas Kabupaten/Kota.
Pasal 8
Bagian Kedua
Tata Cara Penapisan
Pasal 9
- 11 -
muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan kriteria
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan.
(2) Kriteria dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup
dan pembangunan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. perubahan iklim;
b. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati;
c. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran dan lahan;
d. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya
alam;
e. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau
lahan;
f. peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau
g. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.
(3) Dalam melaksanakan pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyusun Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program wajib terlebih dahulu
mengidentifikasi lingkup wilayah pengaruh Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program berdasarkan cakupan
ekosistem dan ekoregionnya.
(4) Keputusan hasil pengujian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memperhatikan :
a. tingkat pentingnya salah satu atau lebih kriteria
yang dimaksud pada ayat (2) terpenuhi;
b. tingkat pentingnya konsekuensi mitigasi yang
- 12 -
harus dimuat dalam Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program sebagai antisipasi atas
terpenuhinya satu atau lebih kriteria sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
(5) Pelaksanaan penapisan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I peraturan
menteri ini.
Bagian Ketiga
Penetapan Hasil Penapisan
Pasal 10
Pasal 11
- 13 -
pada ayat (1) adalah hasil penapisan.
(3) Daftar Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
memenuhi kriteria wajib KLHS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun setelah berkonsultasi
kepada Direktur Jenderal.
Bagian Keempat
Tata Cara Penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program Berdasarkan Permintaan Masyarakat
Pasal 12
- 14 -
tindaklanjutnya tercantum dalam Lampiran II
peraturan menteri ini.
BAB III
PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KLHS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
- 15 -
Pasal 14
Pasal 15
- 16 -
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran III peraturan menteri ini.
Bagian Kedua
Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau
Program Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan Berkelanjutan
Pasal 16
- 17 -
Paragraf 1
Persiapan
Pasal 17
Paragraf 2
Identifikasi dan Perumusan
Isu Pembangunan Berkelanjutan
Pasal 18
- 18 -
(1) Identifikasi dan perumusan isu Pembangunan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) huruf a dilakukan untuk menentukan isu-isu
yang paling strategis.
(2) Identifikasi isu Pembangunan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara mengumpulkan dan melakukan
pemusatan isu-isu Pembangunan Berkelanjutan yang
diketahui dan dirasakan.
(3) Hasil identifikasi isu Pembangunan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan
berdasarkan prioritas dengan mempertimbangkan
unsur-unsur paling sedikit:
a. karakteristik wilayah;
b. tingkat pentingnya potensi dampak;
c. keterkaitan antar isu strategis pembangunan
berkelanjutan;
d. keterkaitan dengan muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program;
e. muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup; dan/atau
f. hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program pada hirarki di atasnya yang harus
diacu, serupa dan berada pada wilayah yang
berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan
dan/atau relevansi langsung.
(4) Hasil identifikasi isu Pembangunan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat daftar
yang paling sedikit berkaitan dengan:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
- 19 -
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
e. status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap
perubahan iklim;
h. tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau
penghidupan sekelompok masyarakat serta
terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat;
i. risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat; dan/ atau
j. ancaman terhadap perlindungan terhadap
kawasan tertentu secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat
hukum adat.
(5) Pengumpulan dan pemusatan isu Pembangunan
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan perumusan berdasarkan prioritas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan dengan
menghimpun masukan dari pemangku kepentingan
melalui konsultasi publik.
(6) Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam Lampiran V
peraturan menteri ini.
Paragraf 3
Identifikasi Muatan Kebijakan Rencana
dan/atau Program yang Berpotensi Menimbulkan
Pengaruh Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan Berkelanjutan
Pasal 19
- 20 -
(1) Identifikasi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program) yang berpotensi menimbulkan pengaruh
terhadap kondisi Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dilakukan
untuk menemukan dan menentukan muatan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang harus
dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
kondisi Lingkungan Hidup.
(2) Identifikasi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan:
a. menelaah konsep rancangan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang akan disusun; atau
b. menelaah seluruh materi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program berlaku yang akan dievaluasi.
(3) Hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dijadikan dasar untuk analisis pengaruh muatan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup.
(4) Langkah-langkah penelaahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran V peraturan
menteri ini.
Paragraf 4
Analisis Pengaruh Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau
Program yang Berpotensi Menimbulkan Pengaruh
Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
Pasal 20
- 21 -
(1) Hasil identifikasi muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dianalisis pengaruhnya terhadap kondisi
Lingkungan Hidup dengan memperhatikan hasil
identifikasi isu Pembangunan Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
(2) Pelaksanaan analisis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempertimbangkan faktor-faktor yang
diantaranya adalah:
a. situasi sosial dan politik yang melatari
penyusunan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program;
b. situasi ekonomi dan pengaruh iklim investasi
yang sedang berlangsung; dan
c. situasi tata pemerintahan dan kelembagaan yang
ada.
(3) Pelaksanaan analisis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menggunakan lingkup, metoda, teknik dan
kedalaman analisis yang sesuai berdasarkan:
a. jenis dan tema Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program;
b. tingkat kemajuan penyusunan atau evaluasi
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;
c. relevansi dan kedetilan informasi yang
dibutuhkan;
d. input informasi KLHS dan kajian Lingkungan
Hidup lainnya yang terkait dan relevan untuk
diacu; dan
e. ketersediaan data.
(4) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat kajian:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung
Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
- 22 -
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko
Lingkungan Hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati.
(5) Muatan kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat menggunakan rujukan yang telah
dipublikasikan secara resmi.
(6) Hasil analisis pengaruh sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), dapat dikonsultasikan dengan pemangku
kepentingan untuk pengayaan dan penajaman hasil.
(7) Pemilihan lingkup, metoda, teknik, dan kedalaman
analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
kriteria pemenuhan muatan kajian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan (4) tercantum dalam
Lampiran V peraturan menteri ini.
Pasal 21
- 23 -
c. Hal-hal yang karena keterbatasan pengetahuan
dan data menyebabkan dibutuhkannya kajian
lebih lanjut dan/atau tindakan-tindakan
penerapan prinsip kehati-hatian sebagai upaya
meminimalkan risiko.
(2) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi dasar perumusan alternatif penyempurnaan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.
Bagian Ketiga
Perumusan Alternatif Penyempurnaan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Pasal 22
- 24 -
g. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi
dampak dan risiko Lingkungan Hidup.
(2) Alternatif penyempurnaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipilih berdasarkan:
a. manfaat yang lebih besar;
b. risiko yang lebih kecil;
c. kepastian keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat yang rentan terkena dampak; dan
d. mitigasi dampak dan risiko yang lebih efektif.
(3) Perumusan alternatif penyempurnaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pendekatan
sistem.
(4) Perumusan alternatif penyempurnaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pemangku
kepentingan untuk pengayaan dan penajaman pilihan.
(5) Hasil perumusan alternatif penyempurnaan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dijadikan dasar dalam
menyusun rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Pasal 23
Bagian Keempat
Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk
Pengambilan Keputusan Kebijakan, Rencana,
- 25 -
dan/atau Program yang Mengintegrasikan
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
- 26 -
(1) Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
mengintegrasikan hasil KLHS ke dalam Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program.
(2) Pokok-pokok pengintegrasian hasil KLHS dituangkan
dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh pejabat
penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dan
ketua kelompok kerja KLHS.
(3) Format Berita Acara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII
peraturan ini.
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI PENYUSUN KLHS
Pasal 27
- 27 -
(4) Keterampilan yang dimaksud pada ayat (2) huruf b,
memiliki paling sedikit salah satu keterampilan dalam
pembuatan dan pelaksanaan KLHS yang meliputi:
a. analisis kuantitatif;
b. analisis spasial;
c. analisis sistem;
d. analisis teknis tertentu yang terkait dengan isu
dalam KLHS yang bersangkutan; atau
e. keterampilan lain yang diperoleh dari pelatihan
KLHS dan kajian lingkungan hidup lainnya.
(5) Pengalaman di bidang pembuatan dan pelaksanaan
KLHS atau kajian Lingkungan Hidup yang sejenis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
pernah menyusun KLHS atau kajian Lingkungan
Hidup sejenis.
BAB V
PENJAMINAN KUALITAS DAN PENDOKUMENTASIAN
KLHS
Bagian Kesatu
Penjaminan Kualitas KLHS
Pasal 28
- 28 -
tahapan akhir pembuatan dan pelaksanaan
KLHS.
(3) Hasil penjaminan kualitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara yang
disahkan oleh pejabat penyusun Kebijakan, Rencana
dan/atau Program.
Pasal 29
- 29 -
hasil dan ketentuan proses pembuatan dan
pelaksanaan KLHS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 26; dan
b. rekomendasi perbaikan KLHS yang telah diikuti
dengan perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.
(4) Penilaian mandiri sekaligus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, adalah penilaian
mandiri keseluruhan pembuatan dan pelaksanaan
KLHS yang dilakukan setelah KLHS selesai dan
diintegrasikan ke dalam Kebijakan, Rencana
dan/atau Program.
(5) Hasil penilaian mandiri sekaligus sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) memuat informasi tentang:
a. kelayakan KLHS jika telah memenuhi kualitas
hasil dan ketentuan proses pembuatan dan
pelaksanaan KLHS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 26; dan
b. rekomendasi perbaikan KLHS yang telah diikuti
dengan perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.
(6) Penilaian mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus mempertimbangkan:
a. dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang relevan; dan
b. laporan KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang terkait dan relevan.
(7) Dalam hal dokumen Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup belum tersusun maka
penilaian mandiri mempertimbangkan daya dukung
dan daya tampung Lingkungan Hidup sebagaimana
hasil kajian daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dalam Pasal 21 ayat (4) huruf a.
- 30 -
(8) Kriteria penilaian mandiri tercantum dalam Lampiran
IX peraturan ini.
Bagian Kedua
Pendokumentasian KLHS
Pasal 30
- 31 -
g. hasil penjaminan kualitas KLHS; dan
h. ringkasan eksekutif.
(3) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program.
(4) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi informasi pendukung sistem pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
serta sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah
dan Pemerintah Daerah.
(5) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.
BAB VI
VALIDASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Pasal 31
- 32 -
a. Kesesuaian hasil KLHS dengan penjaminan
kualitas; dan
b. Rekomendasi
(3) Validasi KLHS dilaksanakan secara bertahap atau
sekaligus pada tahap akhir mengikuti tahapan
penjaminan kualitas yang dilaksanakan.
(4) Validasi KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan berdasarkan permohonan penyusun
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.
(5) Validasi KLHS yang digunakan sebagai dasar
pengesahan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
adalah validasi yang diberikan untuk KLHS yang
seluruh tahapan pelaksanaan dan penjaminan
kualitasnya telah lengkap sampai tahap akhir.
Pasal 32
Pasal 33
- 33 -
dan/atau Program kepada Menteri melalui
Direktur Jenderal;
b. gubernur kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal; atau
c. bupati/walikota kepada gubernur melalui Kepala
Perangkat Daerah Provinsi.
(2) Permohonan validasi KLHS sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. surat permohonan;
b. rancangan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang dilaksanakan KLHS;
c. laporan KLHS yang mencakup bukti penjaminan
kualitasnya; dan
d. bukti pemenuhan standar kompetensi tenaga
ahli.
(3) Dalam hal permohonan validasi bertahap, rancangan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program serta laporan
KLHS yang disampaikan adalah sesuai dengan
tahapan yang telah dilaksanakan.
(4) Direktur Jenderal atau Kepala Perangkat Daerah
Provinsi memeriksa kelengkapan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
(5) Dalam hal permohonan validasi yang diperiksa
kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dinyatakan:
a. Tidak lengkap, maka harus dikembalikan untuk
dilengkapi dan diajukan permohonan baru; atau
b. Lengkap, maka dilakukan proses telaah teknis
dan penerbitan Surat Persetujuan Validasi KLHS
dalam waktu paling lama 20 (dua puluh) hari
kerja, terhitung sejak permohonan diterima.
- 34 -
(6) Dalam hal Direktur Jenderal atau Kepala Perangkat
Daerah Provinsi tidak memproses permohonan
validasi KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan (5), maka KLHS dianggap telah memperoleh
persetujuan validasi.
(7) Direktur Jenderal atau Kepala Perangkat Daerah
Provinsi mengumumkan Surat Persetujuan Validasi
KLHS kepada masyarakat dalam waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak diterbitkan.
(8) Kriteria validasi KLHS tercantum dalam Lampiran X
peraturan ini.
BAB VII
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI, DAN
PEMBIAYAAN KLHS
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 34
- 35 -
kementerian teknis lainnya yang
menyelenggarakan KLHS;
b. pembuatan dan pelaksanaan KLHS pada
Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan
urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup,
bidang penataan ruang, bidang kelautan dan
perikanan, dan bidang pembangunan dan
perencanaan daerah.
Pasal 35
Pasal 36
- 36 -
d. pendidikan dan pelatihan;
e. pengembangan balai kliring KLHS;
f. penyebarluasan informasi KLHS kepada pemangku
kepentingan; dan/atau
g. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab
pemangku kepentingan.
Bagian Kedua
Pemantauan dan Evaluasi
Pasal 37
- 37 -
(3) Pemantauan dan evaluasi KLHS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam laporan
tertulis berkala setiap akhir tahun.
(4) Muatan laporan pemantauan dan evaluasi saat
pembuatan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a mencakup:
a. ketaatan penyusun Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program dalam membuat KLHS sesuai
ketentuan pembuatan dan pelaksanaan KLHS
sebagaimana diatur dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 26;
b. ketaatan penyusun Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program dalam memenuhi kewajiban
kompetensi pembuatan dan pelaksanaan KLHS
sesuai ketentuan standar kompetensi
sebagaimana diatur dalam Pasal 27;
c. ketaatan penyusun Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program dalam melaksanakan
penjaminan kualitas KLHS dan pemenuhan
kewajiban pendokumentasian KLHS sesuai
ketentuan penjaminan kualitas dan
pendokumentasian KLHS sebagaimana diatur
dalam Pasal 28 sampai dengan Pasal 30;
d. ketaatan penyusun Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program dalam mengajukan
permohonan validasi KLHS sebagaimana diatur
dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 33;
e. jangka waktu dan kualitas pelayanan validasi
KLHS yang diterima penyusun Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program sebagaimana diatur
dalam Pasal 33;
f. kualitas pelibatan dan umpan balik pemangku
kepentingan dalam KLHS yang dilaksanakan
- 38 -
penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program;
g. pelaksanaan pembinaan KLHS yang
dilaksanakan sesuai kewenangan sebagaimana
diatur dalam Pasal 34 sampai dengan Pasal 36.
(5) Muatan laporan pemantauan dan evaluasi terhadap
pembuatan dan pelaksanaan KLHS yang telah
mendapat persetujuan validasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup:
a. Kualitas integrasi hasil KLHS ke dalam
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;
b. Kualitas rekomendasi KLHS dalam penyelesaian
masalah saat diterapkan.
(6) Laporan pemantauan dan evaluasi KLHS sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) disampaikan
kepada:
a. Menteri, oleh menteri/kepala lembaga
pemerintahan non kementerian, dan gubernur;
b. Gubernur, oleh bupati/walikota
Bagian Ketiga
Pembiayaan
Pasal 38
- 39 -
c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
peraturan perundangan.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 39
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Pasal 41
- 40 -
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal……..
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
SITI NURBAYA
- 41 -
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Pembangunan tanggul
2 - - - - + - + dst.
pantai
3 Urban renewal pesisir + - + - + + + dst.
Pembangunan
4 - - + - + + - dst.
Infrastruktur
5 Dst dst.
Keterangan:
+ = berdampak positif terhadap lingkungan hidup
- = berdampak negatif terhadap lingkungan hidup
0 = tidak berdampak terhadap lingkungan hidup
- 43 -
institusi lingkungan hidup setempat dan/atau Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.
Contoh : dengan menggunakan matrik uji tabulasi silang, ditemukan
bahwa salah satu materi konsep Kebijakan yang akan diuji akan
menyebabkan penurunan mutu sumber daya alam. Berdasarkan
penilaian secara umum yang dilakukan bersama dengan para ahli dan
institusi lingkungan hidup, penurunan mutu tersebut akan berdampak
luas pada banyak penduduk miskin sehingga diputuskan Kebijakan
tersebut butuh dikaji lebih lanjut dengan KLHS.
6. Menetapkan hasil penapisan bagi Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang wajib KLHS.
Ttd
SITI NURBAYA
- 44 -
CONTOH FORMAT
KEPALA SURAT
BERITA ACARA
NOMOR ……………………
Tentang
Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama/NIP : [Nama Pejabat]/[NIP]
Jabatan : [Jabatan dari pejabat yang ditunjuk]
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dibuat di …………………………………
[Nama Jabatan],
Tanda Tangan
Nama Lengkap
NIP
*) coret salah satu
CONTOH FORMAT
KEPALA SURAT
Tentang
Penetapan Daftar Kebijakan, Rencana dan/atau Program
yang Berpotensi Menimbulkan Dampak dan/atau Risiko Lingkungan Hidup dan
Pembangunan Berkelanjutan
MENTERI…/KEPALA LEMBAGA…/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA,
Ditetapkan di …….
Pada tanggal……
Menteri…/Kepala Lembaga…/
Gubernur/Bupati/ Walikota,
(ttd)
- 46 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
PERMOHONAN MASYARAKAT
Kepada Yth.
[Menteri/Gubernur *)]
*) pilih salah satu opsi yang dituju
Di –
Tempat
Dengan hormat,
Bersama surat ini kami dari organisasi kelompok masyarakat…………………… yang
berkedudukan di………. dengan identitas terlampir (lampirkan identitas resmi organisasi
dan pribadi penanggung jawabnya) menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terkait dengan Rencana Pembangunan ……………………… yang terletak di ..............,
dan berdasarkan fakta dan informasi yang kami ketahui bahwa Rencana
Pembangunan tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup jangka panjang sebagai berikut:
a. [jenis dampak]…………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………………………
c. dst (sebagaimana data & informasi pendukung terlampir)
2. Berdasarkan hal tersebut di atas, kami mohon untuk dapat dilakukan proses KLHS.
Demikian permohonan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan tanggapannya, kami
ucapkan terima kasih.
Tanda Tangan
Nama Lengkap
Lampiran surat ini sekurang-kurangnya mencakup:
A. DESKRIPSI SINGKAT KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM
- Jenis Kebijakan, Rencana atau Program Pembangunan
- Kementerian/Lembaga, Perangkat Daerah yang
menyusun/menetapkan, atau diperkirakan akan menjadi
penanggung jawab Kebijakan, Rencana, atau Program tersebut.
- Lokasi Kebijakan, Rencana atau Program Pembangunan (Desa,
Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi)
- Perkiraan lingkup luasan Rencana
Pembangunan:....................(hektar)
B. PERKIRAAN POTENSI DAMPAK DAN/ATAU RISIKO LINGKUNGAN
HIDUP
- Deskripsi singkat perkiraan dampak dan/atau risiko lingkungan
hidup yang mungkin ditimbulkan, dapat dilengkapi contoh kasus
yang serupa di wilayah lain, pendapat ahli, atau hasil
kajian/publikasi ilmiah yang relevan yang dapat diakses masyarakat.
- Deskripsi singkat dampak dan/atau risiko yang akan diterima
masyarakat pemohon secara khusus, dan masyarakat lain yang
diperkirakan terkena dampak secara umum. Dapat dilengkapi
pendapat ahli bila perlu.
C. DOKUMENTASI/FOTO LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN
Lokasi Perencanaan
Lokasi Perkiraan Tempat yang Terkena Dampak
- 49 -
CONTOH FORMAT
KEPALA SURAT
BERITA ACARA
NOMOR ……………………
Tentang
Hasil Penapisan KLHS Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Berdasarkan Permintaan Masyarakat
Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:
1. [Nama Pejabat].... (Direktur Jenderal atau Kepala Perangkat Daerah), selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA.
2. [Nama Pejabat].... (Pejabat Eselon I di kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian terkait atau Pejabat Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung
jawab terhadap Kebijakan, Rencana, dan/atau Program) ………, selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA.
Menyatakan bahwa berdasarkan Surat Kelompok Masyarakat .... No. ... tanggal ... perihal
...., kami telah melaksanakan koordinasi penapisan terhadap [nama dokumen perencanaan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program] dengan hasil:
Demikian Berita Acara ini kami buat dengan sebenarnya dan disampaikan kepada
pihak-pihak terkait untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di …………………………………
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
[Nama Jabatan] [Nama Jabatan]
- 50 -
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
- 52 -
a. menyusun kerangka acuan kerja;
b. melaksanakan konsultasi publik;
c. melaksanakan pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau
Program terhadap kondisi Lingkungan Hidup:
d. melaksanakan perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan,
Rencana dan/atau Program;
e. melaksanakan penyusunan rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program;
f. melaksanakan pengintegrasian hasil KLHS ke dalam Kebijakan,
Rencana dan/atau Program;
g. menginisiasi pelaksanaan penjaminan kualitas KLHS; dan
h. melaksanakan pendokumentasian KLHS.
Ttd
SITI NURBAYA
- 53 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
A
Perbaikan Desain
B
MEMINIMALKAN DAMPAK
Pendekatan Dampak NEGATIF PEMBANGUNAN
untuk Mitigasi TERHADAP ASPEK-ASPEK
Dampak/Resiko
LINGKUNGAN HIDUP
Kriteria jenis Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang masuk kategori A adalah :
1. Belum ada gambaran desain/skenarionya;
A 2. Baru berbentuk ide namun belum konkrit berwujud;
3. Ada desain/skenario sektoral, namun belum jelas lokasinya;
4. Ada desain/skenario namun makro, lingkup wilayahnya luas/tidak spesifik, dan
muatannya umum; atau
5. Ada desain/skenario, namun masih ditataran stratejik (tergantung situasi politik,
sosbud, ekonomi dan pandangan publik)
Kriteria jenis Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang masuk kategori B adalah :
B 1. Desain/skenario/muatan sudah terikat; dan/atau
2. Desain/skenario/muatan berada di tingkat rinci/detil
54
Contoh bagaimana kerangka berpikir di atas diterapkan dalam memilih
cara pembuatan dan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut:
Kebijakan, Rencana, atau Program yang masuk dalam kategori A
dalam gambar adalah Kebijakan, Rencana, atau Program yang masih
makro, umum, lebih banyak di tataran konsep. KLHS pada
pendekatan seperti ini didorong untuk lebih banyak menguji strategi-
strategi makro agar konsep besarnya memang ditujukan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang masuk dalam kategori B
dalam gambar adalah Kebijakan, Rencana, atau Program yang
sifatnya sudah detail/rinci, terikat atas pengaturan pada hirarki di
atasnya, dan sudah mengatur teknis. KLHS pada pendekatan ini
lebih realistis untuk fokus pada pengujian tindakan-tindakan mitigasi
dampak dan memperbaiki desain detail.
55
Tabel IV.2
Kerangka Pendekatan Strategis dan Pendekatan Dampak
Dalam Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS
56
B. KERANGKA KERJA DAN PILIHAN CARA PEMBUATAN DAN
PELAKSANAAN KLHS
57
Cara pembuatan dan pelaksanaan KLHS yang tepat sangat dipengaruhi
oleh bagaimana pemangku kepentingan diidentifikasi dan dilibatkan.
Tujuan identifikasi dan pelibatan pemangku kepentingan adalah:
1) menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pembuatan dan pelaksanaan KLHS;
2) menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU
PPLH;
3) menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh
publik;
4) Memberdayakan pemangku kepentingan untuk untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan
tentang lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan melalui
proses penyelenggaraan KLHS.
58
Tabel IV.2. Contoh Pemetaan Pemangku Kepentingan
Masyarakat/Lembaga/Instansi/
Posisi dan Peran
Pemangku Kepentingan
59
Tabel IV.3. Contoh Teknik Komunikasi untuk Melibatkan Pemangku
Kepentingan
Manfaat
Menyampaikan Menjaring Merumuskan
Teknik
Informasi Masukan Kesepakatan
Bersama
Pemanfaatan V V
dokumen-dokumen
cetak yang ada
Pameran V V
Poster V V
Layanan Informasi V V
melalui Hotline
Pembahasan melalui V V V
multimedia
Survei kuesioner, V V
wawancara serta
observasi fisik dan
sosial
Konsultasi publik V V V
Lokakarya V V V
Pembentukan komite V V V
ahli atau wakil-wakil
komunitas
60
beberapa isu spesifik dapat dilakukan secara khusus dan tajam dengan
peserta yang terbatas, sehingga dialog dan pengambilan keputusan
dapat dilakukan dengan lebih efektif. Dengan cara ini, keberatan publik
atas hasil KLHS diharapkan dapat ditanggapi melalui dialog yang
konstruktif.
Ttd
SITI NURBAYA
61
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Tabel V.1
Tahapan Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
62
kriteria keberlanjutan/kriteria pembangunan berkelanjutan yang tepat
konteks dan memadai untuk digunakan sebagai indikator penguji.
63
5. Memutuskan isu yang strategis dan prioritas, antara lain dapat dengan
menyusun daftar pendek yang telah memperhatikan hasil konsultasi
kepada masyarakat dan telah dikonfirmasikan dengan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Hasil pada tahapan ini adalah sintesa dari hasil identifikasi isu strategis
dan identifikasi muatan kebijakan, rencana, dan atau program yang
diperkirakan menimbulkan dampak/risiko lingkungan hidup.
64
Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan :
a. telaah keterkaitan dengan hasil identifikasi isu strategis;
b. telaah keterkaitan dengan muatan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau informasi baseline daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup
c. telaah keterkaitan dengan hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program pada hirarki diatasnya yang harus diacu, serupa
dan berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki
keterkaitan dan/atau relevansi langsung.
D. ANALISIS PENGARUH
65
3. Apabila terjadi kekurangan data dan keterbatasan analisis akibat
metodologi yang terlalu rumit, dapat menggunakan rujukan kajian resmi
yang sudah dipublikasikan
4. Apabila terjadi keterbatasan analisis dan rujukan kajian resmi belum
ada, maka harus dicatatkan dalam proses bahwa kajian yang belum
sempurna ini harus dijadikan pertimbangan dan direkomendasikan
untuk dilaksanakan sebagai tindak lanjut.
No Muatan Penjelasan
1. Kapasitas daya Kajian ini mengukur kemampuan suatu
dukung dan daya ekosistem untuk mendukung satu/rangkaian
tampung lingkungan aktivitas dan ambang batas kemampuannya
hidup untuk berdasarkan kondisi yang ada. Kepentingan
pembangunan kajian ini terutama adalah untuk menentukan
apakah intensitas pembangunan masih dapat
dikembangkan atau ditambahkan.
66
No Muatan Penjelasan
ketentuan yang telah tersedia (misalnya
Pedoman Dampak Penting) dan metodologi
yang diakui secara ilmiah (misalnya metodologi
Environmental Risk Assessment).
3. Kinerja layanan/jasa Kajian ini terutama ditujukan untuk
ekosistem memperkirakan kinerja layanan atau fungsi
ekosistem yang terutama didalamnya adalah
yaitu:
a. Layanan/fungsi penyedia (provisioning
services) : Ekosistem memberikan
jasa/produk darinya, seperti misalnya
sumber daya alam, sumber daya genetika,
air dll.
b. Layanan/fungsi pengatur (regulating
services) : Ekosistem memberikan manfaat
melalui pengaturan proses alam, seperti
misalnya pengendalian banjir, pengendalian
erosi, pengatur iklim dll.
c. Layanan/fungsi budaya (cultural services) :
Ekosistem memberikan manfaat non
material yang memperkaya kehidupan
manusia, seperti misalnya pengkayaan
perasaan dan nilai spiritual, pengembangan
tradisi dan adat istiadat, pengalaman batin,
nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
d. Layanan/fungsi pendukung kehidupan
(supporting services) : Ekosistem
menyediakan dan/atau mendukung
pembentukan faktor produksi primer yang
diperlukan makhluk hidup, seperti misalnya
produksi biomasa, produksi oksigen, nutrisi,
air, dll.
67
No Muatan Penjelasan
penyediaan untuk kebutuhan di masa
mendatang; dan
c. Mengukur dengan nilai dan distribusi
manfaat dari sumber daya alam tersebut
secara ekonomi
5. Tingkat kerentanan Analisis dilakukan dengan cara :
dan kapasitas a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan
adaptasi terhadap iklim sesuai ketentuan yang berlaku
perubahan iklim b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi
perubahan iklim
6. Tingkat ketahanan Analisis dilakukan dengan cara :
dan potensi a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan
keanekaragaman spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang
hayati meliputi:
- Penetapan dan penggolongan yang
dilindungi atau tidak dilindungi
- Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta
habitatnya
- Pemeliharaan dan pengembangbiakan
- Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian
dari tumbuhan dan satwa liarnya
- Tingkat keragaman hayati dan
keseimbangannya
b. Mengkaji ekosistem, yang meliputi :
- Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
- Potensi jasa yang diberikan dalam
konteks daya dukung dan daya tampung
c. Mengkaji genetik, yang meliputi :
- Keberlanjutan sumber daya genetik
- Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan
dan satwa
Contoh teknik analisis yang bisa digunakan:
a) Metoda analisis spasial dengan GIS
b) Model sistem dinamis
c) Metoda analisis multi-kriteria atau analisis hirarki proses
d) Metoda Delphi (penilaian pakar)
e) Metoda valuasi ekonomi
f) Model proyeksi berbasis skenario
Pelaksanaan analisis memperhatikan:
a. Keberadaan pedoman, acuan, standar, contoh praktek terbaik dan
informasi tersedia yang ditetapkan dengan peraturan perundangan dan
penelitian yang telah diakui kompetensinya secara nasional maupun
internasional; dan/atau
b. Dukungan konsensus kesepakatan antar pakar yang dibuat dengan
langkah-langkah dan metoda ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
68
E. ILUSTRASI DAN CONTOH
Langkah 1 :
Identifikasi isu strategis :
1. Banjir
2. Tingginya sedimentasi di daerah hilir
3. Meningkatnya volume sampah
4. Degradasi ekosistem laut
5. Penurunan permukaan tanah
6. Pencemaran air akibat aktivitas industri
7. Kemerosotan keanekaragaman hayati
8. Hilangnya ekosistem mangroove
9. Pendapatan perkapita regional tahunan yang rendah
10. Tingkat kesejahteraan nelayan yang rendah
11. Konflik sosial nelayan
12. Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
13. Penurunan kualitas air tanah
14. Pencemaran udara
15. Kekurangan air bersih
69
Langkah 2 :
Pemusatan isu-isu pembangunan berkelanjutan dilakukan berdasarkan
kesamaan substansi dan/atau telaahan sebab-akibat:
Gambar V.1
Teknik Focussing melalui Pemetaan Masalah Cepat
1. Banjir
2. Tingginya sedimentasi di Banjir
daerah hilir
3. Meningkatnya volume sampah
7. Kemerosotan keanekaragaman
hayati
Kemerosotan
8. Hilangnya ekosistem
kehati
mangroove
9. Pendapatan perkapita
regional tahunan yang rendah
Pendapatan
10. Tingkat kesejahteraan
perkapita
nelayan yang rendah
regional
11. Konflik sosial nelayan
rendah
Ringkasan:
Isu Pembangunan Berkelanjutan sebagai berikut:
1) Banjir
2) Degradasi ekosistem laut
3) Kemerosotan keanekaragaman hayati
4) Pendapatan perkapita regional rendah
5) Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
Langkah 3 :
Memutuskan akar masalah dan/atau isu prioritas
70
Tabel V.3.
Teknik Scoring dan Pembobotan untuk Membantu Pelingkupan Isu
Strategis dan Prioritas
Rencana dan/atau
Hirarki di atasnya
Muatan RPPLH
Pembangunan
Isu Pembangunan
Total
Dampak
Program
Berkelanjutan wilayah Scoring
Paling Strategis
dan
Bobot
Pendapatan
perkapita regional
rendah
Tingkat kesehatan
masyarakat
nelayan yang
rendah
Langkah 4 :
Mengidentifikasi muatan kebijakan, rencana, dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup dan
keberlanjutan.
71
Tabel V.4. Contoh Tabulasi Silang Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dengan Isu
Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
72
2.3 2.3.1. Meningkatkan Daya Saing Ekonomi Daerah
a. Berkembangnya ruang berusaha dan aktifitas
ekonomi masyarakat
b. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas
infrastruktur wilayah
2.3.2. Peningkatan perekonomian berbasis sektor maritim
sebagai penopang pembangunan ekonomi
a. Meningkatnya produksi dan produktivitas
perikanan tangkap dan budidaya secara ramah
lingkungan
b. Berkembangnya jenis dan objek wisata
berorientasi ekowisata bahari
Strategi dan Arah Kebijakan
2.3.1.a. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas
2.3.1 infrastruktur wilayah dalam menjamin kelancaran
aktifitas dan mobilitas masyarakat.
(i) Peningkatan Pembangunan jaringan Gas
rumah tangga di setiap kelurahan
(ii) Pembangunan Jalan Lingkar
2.3.2 2.3.2.a. Meningkatkan produksi perikanan dilakukan
dengan mengoptimalkan daerah tangkapan dan
peralatan yang ramah lingkungan disertai
pengembangan budidaya termasuk membangun
industri rumput laut
(i) Membangun satu perusahaan Industri
pengolahan rumput Laut
(ii) Meningkatkan Produksi Perikanan Tangkap
2.3.2.b. Mengembangkan berbagai kegiatan pariwisata
pesisir dan modern disertai pembinaan dan
pengembangan potensi wisata unggulan.
(i) Peningkatan Jumlah Kunjungan wisata
(ii) Pembinaan dan Penyelenggaraan kegiatan seni
dan budaya
3 Program Prioritas* dst.
73
Langkah 5 :
Mensintesakan hasil identifikasi isu tersebut dengan identifikasi muatan
materi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang diperkirakan
menimbulkan dampak/risiko lingkungan hidup
Tabel V.5.
Teknik Uji Silang Materi KRP yang Berdampak dengan Isu Prioritas
Identifikasi isu
Materi Muatan Kebijakan, Rencana strategis
No dan/atau Program
1 2 3 4 5
(1) (2) (4)
1 Reklamasi pantai
2 Pembangunan tanggul pantai
3 Urban renewal pesisir
4 Pembangunan Infrastruktur
5 Dst
Keterangan :
Angka 1 = banjir
Angka 2 = degradasi ekosistem laut
Angka 3 = kemerosotan keanekaragaman hayati
Angka 4 = pendapatan perkapita regional rendah
Angka 5 = tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
Dalam langkah ini, matriks diatas dapat digunakan sebagai acuan untuk
melakukan identifikasi spasial lingkup wilayah dampak dan sebaran
masyarakat yang terkena dampak.
Contoh :
komponen tanggul pantai diperkirakan akan menyebabkan
kemerosotan keanekaragaman hayati akan terkonsentrasi di
Kecamatan A, B, C
komponen reklamasi pantai diperkirakan akan menyebabkan
penurunan tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan X, Y, Z
Langkah 6
Melakukan analisis pengaruh muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program
74
Tabel V.6. Analisis Pengaruh Berdasarkan Muatan Kajian yang Diharapkan
Muatan Kajian Analisis
No Muatan KRP Jasa Risiko dan Perubahan
DDDT SDA Kehati
Ekosistem Dampak LH Iklim
Pembangunan
1
Tanggul Pantai
Telaahan:
a. Trace AB Ter- Jasa Analisis Banjir, Land Semakin tidak ada,
berada pada lampaui Ekosistem kebutuhan subsidance, Panas karena dari
pola ruang air/pangan SDA untuk kualitas air pemukiman
pemukiman terganggu pembangunan menurun ke tanggul,
padat dan dari mana tidak ada
diambilnya. vegetasi
2
Dst .............
Catatan :
DDDT = daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
SDA = sumber daya alam
Kehati = keanekaragaman hayati
Gambar V.2
Pemetaan Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
Berpengaruh pada Lingkungan Hidup pada Pola dan Struktur Ruang
Eksisting
contoh
D A
C B
75
Pemetaan secara langsung akan membantu menjelaskan distribusi wilayah
yang terkena dampak, resiko, pengaruh, rentan, atau bahkan kritis akibat
adanya Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dilihat dari perspektif daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup, keberlangsungan fungsi
ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, pengaruh terhadap
perubahan iklim dan keanekaragaman hayati, serta tentunya dampak
lingkungan hidup itu sendiri.
Ttd
SITI NURBAYA
76
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
77
Gambar VI.1. Contoh Kerangka Perumusan Alternatif dengan Metoda
Critical Decision Factor yang Dilaksanakan dengan Proses
Dialog (untuk satu tema fokus hasil KLHS)
Mandat/kepentingan/ Pengkajian
kebijakan nasional yang Pengaruh Pilihan
SWOT/
harus diamankan Alternatif 1 Analisis Manfaat
dan Resiko
Kapasitas kelembagaan
pemerintah Pilihan Alternatif
Alternatif 3 KRP 1
78
Contoh pertimbangan dalam perumusan alternatif antara lain sebagai
berikut:
a. Pertimbangan kebutuhan pembangunan : misalnya mengecek
kembali kebutuhan pembangunan yang baru misalnya target-target
dalam pengentasan kemiskinan atau peningkatan pendapatan
penduduk.
b. Pertimbangan perbaikan lokasi : misalnya mengusulkan lokasi baru
yang dianggap lebih aman dan terjamin keberlanjutan
pembangunannya, atau mengusulkan pengurangan luas wilayah
kebijakan, rencana dan/atau program.
c. Pertimbangan perbaikan proses, metode, dan teknologi : misalnya
mengusulkan alternatif proses dan/atau metode dan/atau teknologi
pembangunan yang lebih baik, seperti peningkatan pendapatan
rakyat melalui pengembangan ekonomi kreatif, bukan
pembangunan ekonomi konvensional yang menguras sumber daya
alam, seperti pembuatan jembatan atau jalan yang melintasi
kawasan lindung.
Tabel VI.1
Contoh Teknik Analisis Manfaat dan Risiko dalam menentukan
Alternatif Perbaikan
Ttd
SITI NURBAYA
79
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Ttd
SITI NURBAYA
81
Tabel VII.1 .Contoh Rekomendasi KLHS terhadap Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Jenis/Muatan KRP Nasional Provinsi Kabupaten Kota
RPJP/RPJM
Visi/Misi Formulasi target Formulasi kapasitas daya Formulasi target kualitas Formulasi target kualitas
pembangunan dukung LH yang diinginkan lingkungan hidup dan lingkungan hidup dan
berkelanjutan yang diinginkan pembangunan berkelanjutan pembangunan berkelanjutan
yang diinginkan yang diinginkan
Program Prioritas lnternalisasi mitigasi dampak Penyempurnaan program dan Penyempurnaan program dan
dan risiko lingkungan hidup anggaran konservasi, anggaran pengelolaan dampak
dalam program rehabilitasi, pemulihan dan dan risiko lingkungan, adaptasi
infrastruktur hijau perubahan iklim, dan
infrastruktur hijau
RTRW (Rencana Umum)
Rencana Pola Ruang Penguatan perlindungan Penguatan perlindungan Penguatan perlindungan wilayah Penyempurnaan peruntukan
wilayah skala nasional wilayah penyedia jasa penyedia jasa ekosistem utama daerah penyangga dan RTH kota
ekosistem utama provinsi kabupaten
Arahan Pemanfaatan Penetapan kriteria umum Perbaikan kriteria pemanfaatan
Ruang pemanfaatan wilayah ruang kota berdasarkan daya
ekosistem sensitif dan dukung & daya tampungnya
penyedia jasa ekosistem
Rencana Rinci Tata Ruang
Rencana Jaringan Penyempurnaan lokasi dan Penyempurnaan penetapan lokasi
Prasarana struktur jaringan. alignment dan desain jaringan
prasarana
Ketentuan Penetapan baku mutu kualitas Pelarangan jenis usaha dan/atau
Pemanfaatan Ruang LH dan batas toleransi kegiatan pada satu blok lokasi
kerusakan LH pada
lokasi/kawasan/zona
Peraturan Zonasi Penyempurnaan standar Penyempurnaan standar KDB
kesesuaian lokasi agar tidak dan KLB lokasi tertentu agar
melampaui daya dukung dan sesuai daya dukung dan daya
daya tampung LH tampung LH
82
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Identifikasi muatan 2
ldentifikasi
yang berpotensi
isu/masalah
dampak/risiko LH dan
PB
Penyusunan skenario/ 4
konsep/ arah kebijakan/ Perumusan alternatif
strategi/ perbaikan
langkah- langkah
implementasi KRP
Rekomendasi
Finalisasi muatan KRP penyempumaan.
mitigasi, dan/atau
tindak lanjut
- 84 -
- 85 -
Keterangan :
Tahapan proses kebijakan, rencana, dan/atau program diatas
menggunakan istilah generik untuk dapat memayungi langkah
serupa yang memiliki istilah berbeda pada berbagai jenis
kebijakan, rencana, dan/atau program. Contoh: Tahap
penyusunan skenario kebijakan, rencana, dan/atau program pada
proses penyusunan RTRW disebut tahap penentuan pola dan
struktur ruang; sedangkan pada proses penyusunan RPJM disebut
tahap penentuan arah kebijakan dan strategi.
Ttd
SITI NURBAYA
FORMAT BERITA ACARA PROSES PENGINTEGRASIAN HASIL KLHS KE
DALAM KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM
KEPALA SURAT
BERITA ACARA
NOMOR ……………………
Tentang
Pengintegrasian Hasil KLHS ke dalam Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:
1. [Nama Pejabat].... (Penanggung jawab penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program), selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA,
2. [Nama Pejabat].... (Ketua Kelompok Kerja KLHS) ………, selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA,
telah melaksanakan koordinasi proses integrasi terhadap hasil KLHS [nama dokumen
perencanaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program] dengan hasil:
1. Hasil KLHS diintegrasikan ke dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sebagaimana terlampir;
ATAU
Demikian Berita Acara ini kami buat dengan sebenarnya dan disampaikan kepada
pihak-pihak terkait untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di …………………………………
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
Ketua Kelompok Kerja KLHS, Penanggung jawab penyusun
Kebijakan, Rencana, dan/atau
Tanda Tangan Program,
Tanda Tangan
Nama Lengkap
NIP Nama Lengkap
NIP
LAMPIRAN IX
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
Nama KLHS
Nama Kebijakan,
Rencana, atau Program
(KRP)
K/L Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
- 88 -
1. Karakteristik wilayah
2. Tingkat pentingnya potensi dampak
3. Keterkaitan antar isu strategis
4. Keterkaitan dengan muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program
5. Muatan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup/RPPLH;
dan/atau
6. Hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program pada hirarki diatasnya
yang harus diacu, serupa dan berada pada
wilayah yang berdekatan, dan/atau
memiliki keterkaitan dan/ atau relevansi
langsung.
Apakah rumusan prioritas juga sudah Uraikan
memperhatikan aspek-aspek berikut: penilaiannya
dalam
keterangan
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem.
4. Intensitas dan cakupan wilayah bencana
alam.
5. Status mutu dan ketersediaan SDA.
6. Ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati.
7. Kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim.
8. Tingkat dan status jumlah penduduk
miskin atau penghidupan sekelompok
masyarakat serta terancamnya
keberlanjutan penghidupan masyarakat.
9. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat; dan/atau
10. Ancaman terhadap perlindungan terhadap
kawasan tertentu secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat
hukum adat.
Apakah lingkup geografis disampaikan dengan Uraikan
jelas? penilaiannya
dalam
keterangan
Jika Ya, apakah melingkupi wilayah di luar Uraikan
cakupan KRP? penilaiannya
dalam
keterangan
Apakah lingkup pihak terkena dampak/berisiko Uraikan
dan berkepentingan disampaikan dengan jelas? penilaiannya
dalam
keterangan
Penilaian : Pengkajian
Kriteria Penilaian Ket
Uraikan
penilaiannya
dalam
keterangan
Apakah pengkajian memuat :
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung
Lingkungan Hidup untuk pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko
Lingkungan Hidup
3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem.
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Apakah pengkajian yang bersifat kuantitatif
dilengkapi dengan perhitungan yang akuntabel?
- 90 -
Apakah pengkajian menyebutkan landasan
pedoman, acuan/referensi, standar, jaminan
akuntabilitas dari ahli yang jelas?
Apakah pengkajian dilakukan dengan pendekatan
spasial?
Apakah dijelaskan pada tahap penyusunan KRP
yang mana, proses telaahan KLHS dilaksanakan?
Apakah semua dampak dan risiko terhadap isu
prioritas telah dianalisis?
Apakah perkiraan dampak lanjutan dan dampak
kumulatif sudah dianalisis?
Apakah perkiraan dampak dan risiko dilakukan
secara kuantitatif?
Apakah dilakukan simulasi berbasis skenario
untuk perkiraan dampak dan risiko?
Apakah perkiraan dampak dan risiko dituangkan
secara spasial?
Apakah ada penjelasan antara hasil telaahan
dengan pengaruhnya pada daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup?
- 92 -
ditulis/dimasukkan materi teknis KRP
Rekomendasi yang dihasilkan KLHS
ditulis/dijadikan ketentuan pengaturan KRP
Rekomendasi yang dihasilkan KLHS dijembatani/
diinterpretasikan kembali penulisannya dalam
bahasa peraturan pada KRP
Rekomendasi KLHS diatur tersendiri dalam
ketentuan KRP (tidak ditulis kembali)
Penjelasan tentang KRP lainnya yang juga harus
mempertimbangkan rekomendasi KLHS ini?
Rekomendasi khusus untuk penyusunan KLHS
bagi KRP turunannya
Rekomendasi khusus tentang pelaksanaan
AMDAL dan UKL/UPL sebagai tindak lanjut KRP
ini
Keterangan:
KRP = kebijakan, rencana, dan/atau program
Ttd
SITI NURBAYA
LAMPIRAN X
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN KEBIJAKAN,
RENCANA DAN/ATAU PROGRAM YANG WAJIB
DILAKSANAKAN, PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN,
PENJAMINAN KUALITAS, DAN VALIDASI
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
ilmiah
4. Apakah muatan KLHS sesuai ketentuan
5. Apakah hasil KLHS disampaikan dengan
informasi yang sesuai ketentuan
6. Apakah ada catatan dan/atau rekomendasi
dari penjaminan kualitas mengenai hal-hal
yang bersifat keterbatasan KLHS yang perlu
menjadi pertimbangan
Ttd
SITI NURBAYA
- 96 -