Anda di halaman 1dari 141

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA

DI INDONESIA

OLEH
HENI HASANAH
H14103001

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA
DI INDONESIA

Oleh

HENI HASANAH
H14103001

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
RINGKASAN

HENI HASANAH. Stabilitas Moneter pada Sistem Perbankan Ganda di


Indonesia (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI dan ASCARYA).

Selama periode krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1997-
1998, Bank Umum Syariah (BUS) masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif
lebih baik dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hingga akhir
September 1998 tercatat ada sebanyak 55 bank bermasalah dan semuanya
merupakan bank konvensional (Perwataatmaja, 2002). Oleh karena itu, cukup
alasan untuk melihat perbankan syariah sebagai lembaga keuangan alternatif.
Ketiadaan instrumen suku bunga dalam seluruh aktivitas sistem keuangan
syariah telah digantikan oleh konsep bagi hasil. Hal ini merupakan satu-satunya
perbedaan antara sistem keuangan konvensional dengan sistem keuangan Islam
pada masa kontemporer ini. Hal ini dapat dipahami mengingat sistem keuangan
syariah di Indonesia masih terdominasi oleh kekuatan sistem konvensional yang
besar dalam kerangka sistem perbankan ganda. Sehingga sistem moneter Islam
kontemporer masih menggunakan uang fiat konvensional dan menerapkan
fractional reserve banking system. Oleh karena itu, perlu dibuktikan secara
empiris bahwa memang dengan tidak adanya instrumen suku bunga dalam
perekonomian Islam yang digantikan dengan konsep bagi hasil ini bisa
mendukung perekonomian secara keseluruhan khususnya dalam studi permintaan
uang dan stabilitas moneter.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fungsi permintaan
uang baik pada konsep konvensional maupun pada konsep Islam serta melihat
hubungan antara jumlah uang beredar baik pada konsep konvensional maupun
konsep Islam dengan tingkat harga sebagai sasaran akhir kebijakan moneter.
Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data
sekunder negara Indonesia dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI) dan Statistik
Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS-BI) serta data return syariah dari Bank
Muamalat Indonesia dalam periode waktu antara bulan Januari 2001 sampai
dengan bulan Desember 2006. Dengan demikian data yang digunakan merupakan
data time series. Stabilitas moneter pada sistem perbankan ganda dalam penelitian
ini akan dianalisis dengan menggunakan Vector Autoregression (VAR).
Kemudian jika data yang digunakan stasioner pada perbedaan pertama maka
model VAR akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan menjadi
Vector Error Correction Model (VECM).
Hasil penelitian untuk model permintaan M1 dan M2 menunjukkan bahwa
pada jangka pendek terdapat nilai Error Correction Term (ECT) berturut-turut
sebesar -0.004782 dan -0.016676 tetapi secara statistik tidak signifikan. Pada
jangka panjang, PDB signifikan berpengaruh positif, inflasi yang diharapkan
signifikan berpengaruh negatif, dan suku bunga berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan untuk permintaan M1 konvensional. Tetapi suku bunga berpengaruh
positif secara signifikan terhadap permintaan M2 konvensional. Berdasarkan IRF,
permintaan M1 konvensional kurang stabil karena respon terhadap guncangan
lama menuju periode stabil. Sedangkan permintaan M2 konvensional lebih stabil
dibandingkan dengan permintaan M1 konvensional.
Untuk permintaan M1 dan M2 Islam jangka panjang, PDB signifikan
berpengaruh positif, inflasi yang diharapkan dan return syariah signifikan
berpengaruh negatif. Pada jangka pendek terdapat nilai ECT yang signifikan
dengan nilai masing-masing sebesar -0.169597 untuk permintaan M1 Islam dan
-0.129318 untuk permintaan M2 Islam. Hal ini menunjukkan berarti ada
mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya. Berdasarkan
IRF, respon permintaan M1 dan M2 Islam lebih stabil dalam merespon inovasi
variabel lainnya daripada respon permintaan M1 dan M2 Islam.
Berdasarkan hasil VAR first difference, ditemukan adanya hubungan
jangka pendek antara M2 konvensional dengan tingkat harga. Untuk jangka
panjang dikatakan tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya hubungan antara
M1 dan M2 baik konvensional maupun Islam dengan tingkat harga, karena tidak
ditemukannya kointegrasi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa permintaan M1 dan M2
Islam yang memasukkan variabel return syariah lebih stabil dibandingkan dengan
permintaan M1 dan M2 konvensional dengan variabel suku bunganya. Hal ini
menunjukkan bahwa memang adanya suku bunga itulah kegiatan spekulatif
semakin meningkat sehingga respon permintaan M1 dan M2 konvensional
menjadi kurang stabil. Kesimpulan kedua, pada jangka panjang ditemukan tidak
adanya kointegrasi antara M1 dan M2 baik konvensional maupun Islam dengan
tingkat harga sehingga dikatakan tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya
hubungan antara M1 dan M2 baik konvensional maupun Islam dengan tingkat
harga.
Berdasarkan hasil penelitian, Bank Indonesia disarankan untuk mengkaji
ulang penetapan inflation targeting dengan menggunakan M1 dan M2 sebagai
sasaran antara. Karena ternyata tidak ditemukan cukup bukti yang menunjukkan
adanya hubungan jangka panjang antara jumlah uang beredar dengan tingkat
harga. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar analisis stabilitas moneter ini
dapat dipecah ke dalam masing-masing unsur dalam M1 dan M2, misalnya
permintaan terhadap uang kartal, demand deposit, dan uang kuasi, serta
menambah jumlah series yang diobservasi.
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH


BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

Heni Hasanah
H14103001
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Heni Hasanah lahir pada tanggal 10 Juni 1985 di Garut,
Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan
Bapak Ipin Aripin dan Ibu Roswiati. Penulis menamatkan sekolah dasar pada
SDN Margamulya, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Garut. Setelah itu
penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMU Negeri 1 Tarogong dan
lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai
asisten dosen pada Mata Kuliah Ekonomi Umum, Mata Kuliah Ekonomi Dasar 1,
dan Mata Kuliah Teori Mikroekonomi 1. Penulis juga terlibat sebagai pengurus
dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Mahasiswa Garut (OMDA
HIMAGA) dan Rukun Wargi Garut Wilayah Bogor. Pada tahun 2006, penulis
terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Rukun Wargi Garut Wilayah Bogor
Tingkat IPB. Pada tahun yang sama penulis menjadi finalis mahasiswa berprestasi
tingkat Departemen Ilmu Ekonomi.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,


Nama Mahasiswa : Heni Hasanah
Nomor Registrasi Pokok : H14103001
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Stabilitas Moneter pada Sistem Perbankan
Ganda di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor

Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ir. Noer Azam Achsani, MS., Ph.D. Ir. Ascarya, MBA., M.Sc.
NIP. 132 104 445 PPSK - Bank Indonesia

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS., Ph.D.


NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Puji serta syukur pertama-tama penulis panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi,
karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya sajalah penulis akhirnya bisa
menylesaikan skripsi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul Stabilitas Moneter pada Sistem Perbankan
Ganda di Indonesia ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Noer Azam Achsani,
MS., Ph.D. dan Bapak Ir. Ascarya, MBA., M.Sc. dari Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan Bank Indonesia yang telah membimbing penulis dengan sabar
dalam menyusun skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
orangtua penulis Bapak H. Ipin Aripin dan Ibu Hj. Roswiati, serta saudara-saudara
penulis atas segala doa, dukungan, dan kesabarannya. Selain itu, tak lupa penulis
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangannya, baik dari segi materinya maupun dari proses penulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik yang
membangun bagi perbaikan penulis.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Amin.

Bogor, Mei 2007

Heni Hasanah
H14103001
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............... 9
2.1 Definisi Sistem Perbankan Ganda...................................................... 9
2.2 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional....................... 10
2.3 Sistem Moneter Islam dan Sistem Moneter Konvensional................ 13
2.4 Perbedaan Konsep Suku Bunga dan Konsep Bagi Hasil................... 16
2.5 Teori Permintaan Uang Konvensional............................................... 18
2.6 Teori Permintaan Uang dalam Konsep Islam.................................... 21
2.7 Konsep Inflasi dalam Ekonomi Konvensional................................... 24
2.8 Konsep Inflasi dalam Ekonomi Islam................................................ 25
2.9 Konsep Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Konvensional.............. 26
2.10 Konsep Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam........................... 27
2.11 Penelitian Terdahulu.......................................................................... 29
2.12 Kerangka Pemikiran........................................................................... 34
2.13 Hipotesis Penelitian............................................................................ 35
III. METODE PENELITIAN...................................................................... 37
3.1 Jenis dan Sumber Data......................................................................... 37
3.2 Variabel dan Definisi Operasional....................................................... 37
3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................ 38
3.4 Analisis Vector Autoregression (VAR)............................................... 38
vii

3.5 Analisis Vector Error Correction Model (VECM).............................. 40


3.6 Pengujian Pra-Estimasi........................................................................ 40
3.6.1 Uji Stasioneritas Data.................................................................. 41
3.6.2 Penentuan Lag Optimal............................................................... 42
3.6.3 Uji Kointegrasi............................................................................ 43
3.7 Analisis Impulse Response Function (IRF)......................................... 44
3.8 Analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)........... 44
3.9 Model Penelitian.................................................................................. 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 46
4.1 Uji Stasioneritas Data........................................................................... 46
4.2 Penentuan Lag Optimal........................................................................ 47
4.3 Pengujian Stabilitas VAR.................................................................... 49
4.4 Pengujian Kointegrasi.......................................................................... 50
4.5 Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 Konvensional......................... 51
4.5.1 Simulasi Analisis Impuls Respon............................................... 53
4.5.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) ............... 55
4.6 Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Konvensional......................... 57
4.6.1 Simulasi Analisis Impuls Respon............................................... 59
4.6.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)................ 60
4.7 Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 Islam...................................... 62
4.7.1 Simulasi Analisis Impuls Respon............................................... 64
4.7.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)................ 65
4.8 Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Islam...................................... 66
4.8.1 Simulasi Analisis Impuls Respon............................................... 68
4.8.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)............... 70
4.9 Hubungan Antara Jumlah Uang Beredar pada Konvensional dan
Jumlah Uang Beredar Islam dengan Tingkat Harga............................. 72
4.10 Pembahasan Keseluruhan.................................................................. 72
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 79
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 79
5.2 Saran..................................................................................................... 80
viii

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 82
LAMPIRAN................................................................................................... 85
ix
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1.1. Jumlah Total Asset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah.................. 4
2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional .......................................13
2.2. Pengendalian Moneter Indonesia .................................................................27
4.1. Hasil Pengujian Akar Unit ...........................................................................47
4.2. Pengujian Lag Optimal VAR ......................................................................48
4.3. Uji Stabilitas Model VAR............................................................................50
4.4. Hasil Pengujian Kointegrasi.........................................................................51
4.5. Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 ........................................................52
4.6. Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 ................................................... .....58
4.7. Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 Islam ......................................... .....62
4.8. Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Islam ......................................... .....67
4.9. Hasil Pengujian Akar Unit (2)................................................................. .....72
4.10. Pengujian Lag Optimal VAR (2) ........................................................... .....72
4.11. Hasil Pengujian Kointegrasi (2) .............................................................. .....73
4.12. Hasil Estimasi VAR First Difference ..................................................... .....74
4.13. Respon Permintaan M1 dan M2 Konvensional serta Permintaan
M1 dan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel PDB Sebesar
Satu Standar Deviasi ............................................................................... .....76
4.14. Respon Permintaan M1 dan M2 Konvensional serta Permintaan
M1 dan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel Inflasi yang Diharapkan
Sebesar Satu Standar Deviasi.................................................................. .....76
4.15. Respon Permintaan M1 dan M2 Konvensional terhadap
Guncangan Variabel Suku Bunga Sebesar Satu Standar Deviasi
serta Respon Permintaan M1 dan M2 Islam terhadap
Guncangan Variabel Return Syariah Sebesar Satu Standar Deviasi....... .....77
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
2.1. Implikasi Bunga pada Perekonomian.............................................................17
2.2. Implikasi Bagi Hasil pada Perekonomian ......................................................18
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual ...................................................................35
4.1. Respon Permintaan M1 Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang Diharapkan,
dan Suku Bunga pada Jangka Panjang...........................................................54
4.2. Variance Decomposition Permintaan M1 Konvensional...............................56
4.3. Respon Permintaan M2 Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang Diharapkan,
dan Suku Bunga pada Jangka Panjang...........................................................59
4.4. Variance Decomposition Permintaan M2 Konvensional...............................61
4.5. Respon Permintaan M1 Islam Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah pada Jangka Panjang..................................64
4.6. Variance Decomposition Permintaan M1 Islam ............................................66
4.7. Respon Permintaan M2 Islam Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah pada Jangka Panjang..................................69
4.8. Variance Decomposition Permintaan M2 Islam ............................................71
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Hasil Uji Akar Unit (1) ........................................................................... 85
2. Uji Lag Optimal (1)................................................................................. 89
3. Pengujian Stabilitas VAR ....................................................................... 91
4. Pengujian Kointegrasi (Summary).......................................................... 93
5. Pengujian Kointegrasi (Asumsi) ............................................................. 97
6. Estimasi VECM Permintaan M1 Konvensional ..................................... 99
7. Estimasi VECM Permintaan M2 Konvensional ..................................... 101
8. Estimasi VECM Permintaan M1 Islam................................................... 103
9. Estimasi VECM Permintaan M2 Islam................................................... 105
10. IRF Model Permintaan M1 Konvensional .............................................. 107
11. IRF Model Permintaan M2 Konvensional .............................................. 108
12. IRF Model Permintaan M1 Islam ........................................................... 109
13. IRF Model Permintaan M2 Islam ........................................................... 110
14. Variance Decomposition Permintaan M1 Konvensional........................ 111
15. Variance Decomposition Permintaan M2 Konvensional........................ 112
16. Variance Decomposition Permintaan M1 Islam ..................................... 113
17. Variance Decomposition Permintaan M2 Islam ..................................... 114
18. Hasil Uji Akar Unit (2) ........................................................................... 115
19. Uji Lag Optimal (2)................................................................................. 118
20. Uji Kointegrasi 2 (Asumsi) ..................................................................... 120
21. Hasil Estimasi VAR First Difference ..................................................... 122
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 telah

mengguncang kestabilan perbankan di Indonesia. Tetapi kini, perbankan

Indonesia sudah mulai terlihat menggeliat kembali. Ditambah lagi dengan adanya

perkembangan perbankan syariah beberapa tahun terakhir ini. Perbankan syariah

di Indonesia berkembang karena saat ini memang dibutuhkan suatu lembaga

intermediasi keuangan yang halal, sehat, dan amanah khususnya bagi umat Islam.

Selain itu diharapkan dengan adanya perbankan syariah ini bisa benar-benar

mendukung perkembangan sektor riil di Indonesia.

Bank syariah merupakan bank yang menjalankan operasional

perbankannya didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadits. Bank syariah ini tidak

menerapkan konsep bunga karena dalam Islam bunga adalah riba dan hukumnya

adalah haram. Dalam Al-Quran, larangan ini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat

275 dimana Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Konsep

yang digunakan dalam bank syariah adalah profit and loss sharing (PLS) yang

lebih dikenal dengan bagi hasil.

Selama periode krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1997-

1998, Bank Umum Syariah (BUS) masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif

lebih baik dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hingga akhir

September 1998 tercatat ada sebanyak 55 bank bermasalah semuanya bank

konvensional yang terdiri dari 10 bank termasuk kategori bank beku operasi, 5
2

bank berkategori bank yang dikuasai pemerintah, dan 40 bank berkategori bank

dibawah pengawasan BPPN (Perwataatmaja, 2002). Dengan tidak adanya bank

syariah yang masuk dalam daftar bank bermasalah, maka cukup alasan untuk

melihat bank syariah sebagai lembaga keuangan alternatif.

Sistem perbankan syariah mempunyai kinerja yang lebih baik karena tidak

terjadinya negative spread pada bank syariah Hal ini bisa dipahami karena bank

syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhirnya dapat

menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada

masyarakat. Sebagaimana dapat dilihat pada laporan keuangan Bank Muamalat

Indonesia (BMI) tahun 1997, yang menunjukkan kinerja terbaiknya. Pada tahun

tersebut, BMI memperoleh peningkatan laba bersih mencapai 134 persen,

peningkatan aset sebesar 14 persen dari 515,5 milyar rupiah pada tahun 1996

menjadi 588,5 milyar rupiah pada tahun 1997, serta peningkatan simpanan dana

masyarakat sebesar 11 persen (Perwataatmaja, 2002). Kemampuan bank syariah

untuk mempertahankan kinerjanya telah menyadarkan sebagian masyarakat

Indonesia, khususnya umat Islam untuk mulai mempertimbangkan investasi

mereka pada perbankan syariah. Hal ini juga didasari akan kesadaran umat Islam

untuk menerapkan ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam

kegiatan ekonominya.

Prestasi yang dicapai bank syariah telah menarik bank umum

konvensional untuk berusaha meraih pangsa pasar dengan membuka unit usaha

syariah (UUS). Pada Desember 2002 jumlah UUS hanya sekitar 22 kantor cabang.

Sedangkan pada September 2006 jumlah ini meningkat menjadi 92 kantor cabang.
3

Nilai Non Performing Financing (NPF) bank syariah per Desember 2006 adalah

sebesar 4,75 persen, lebih kecil jika dibandingkan dengan Non Performing Loan

(NPL) bank komersial yang mencapai 6,07 persen. Nilai Financing to Deposit

Ratio (FDR) BUS sebesar 105,45 persen. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan

dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) bank komersial yang hanya sebesar 61,32

persen pada posisi November 2006. Pangsa total asset perbankan syariah

terhadap total bank sebesar 1,63 persen pada posisi Maret 2007 yang lebih tinggi

jika dibandingkan share pada Desember 2002 yaitu sebesar 0,36 persen (Statistik

Perbankan Syariah, 2007). Sehingga hal ini menunjukkan betapa kompetitifnya

sistem perbankan syariah meskipun sharenya masih kecil.

Data statistik terakhir pada posisi bulan Agustus 2006 yang tercatat di BI

menunjukkan bahwa jumlah kantor kas Bank Umum Syariah (BUS) telah

meningkat dari 56 kantor pada bulan Desember 2002 menjadi 149 kantor pada

bulan September 2006. Jika dilihat dari keseluruhan jaringan kantor perbankan

syariah, baik untuk kelompok BUS, Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maka jumlah kantor pusat juga meningkat.

Pada bulan Desember 2002 terdapat 91 kantor pusat dan pada September 2006

jumlahnya telah bertambah menjadi 127 kantor pusat.

Seperti dapat dilihat pada Tabel 1.1, dari tahun ke tahun total dana pihak

ketiga terus mengalami peningkatan. Begitupun dengan jumlah asset bank umum

syariah yang terus menunjukkan peningkatan tiap tahunnya, tetapi dengan

pertumbuhan yang semakin turun. Keadaan seperti ini seharusnya dapat

dimanfaatkan secara maksimal oleh bank syariah sendiri untuk menyalurkan dana
4

ke sektor riil. Karena dalam Islam, tidak diperkenankan untuk menganggurkan

suatu dana.

Tabel 1.1. Jumlah Total Asset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah

Tahun Aset Dana Pihak Ketiga


Milyar Pertumbuhan Milyar Pertumbuhan
rupiah (%) rupiah (%)
2002 4087 - 2918 -
2003 7944 94.37 5759 97.36
2004 15210 91.46 11718 103.47
2005 20880 37.28 15581 32.97
2006 26722 27.98 20672 32.67
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, BI (2006)

Sejak tahun 1992, ketika bank syariah pertama berdiri, maka Indonesia

mulai memperkenalkan dual banking system. Dengan adanya sistem ini, kebijakan

moneter Bank Indonesia terbagi menjadi dua konsentrasi. Pada kasus apapun,

target stabilitas moneter berupa stabilitas harga tentu saja menjadi prioritas dan

tujuan akhir dari Bank Indonesia. Instrumen moneter apapun yang digunakan baik

sama atau berbeda untuk bank konvensional dan bank syariah, maka tetaplah

stabilitas moneter merupakan target yang harus tercapai terutama stabilitas harga

sebagai tujuan jangka pendek. Chapra (2000) mengungkapkan lima sasaran utama

dari kebijakan moneter yang ada dalam sistem ekonomi Islam.

1 Kesejahteraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh

dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal;

2 Keadilan sosio-ekonomi, distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata;

3 Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai satuan

unit yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran yang

ditangguhkan, dan alat penyimpan nilai yang stabil;


5

4 Mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian

dalam suatu cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat

dijamin bagi semua pihak yang bersangkutan;

5 Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal

diharapkan dari sistem perbankan.

Ketiadaan instrumen suku bunga dalam seluruh aktivitas sistem keuangan

syariah telah digantikan oleh konsep bagi hasil. Hal ini merupakan satu-satunya

perbedaan antara sistem keuangan konvensional dengan sistem keuangan Islam

pada masa kontemporer ini. Padahal, sebenarnya masih ada karakteristik khas

sistem keuangan Islam murni yang sangat jauh berbeda dengan sistem keuangan

konvensional. Hal ini dapat dipahami mengingat sistem keuangan syariah di

Indonesia masih terdominasi oleh kekuatan sistem konvensional yang besar dalam

kerangka sistem perbankan ganda.

Secara teoritis, peneliti-peneliti yang memberi perhatian terhadap

perkembangan perekonomian Islam, menunjukan bahwa konsep bagi hasil jauh

lebih baik daripada instrumen suku bunga yang digunakan oleh sistem

konvensional dilihat dari segi keadilan, reduksi kegiatan spekulasi, dan lain-lain.

Oleh karena itu, harus dibuktikan secara empiris bahwa memang dengan tidak

adanya instrumen suku bunga dalam perekonomian Islam yang digantikan dengan

konsep bagi hasil ini bisa mendukung perekonomian secara keseluruhan

khususnya dalam studi permintaan uang dan stabilitas moneter. Masih kurangnya

penelitian-penelitian empiris tentang perbankan syariah mendorong penulis


6

melakukan penelitian tentang bagaimanakah stabilitas moneter pada sistem

perbankan ganda di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia saat ini menganut dual banking system, dimana ada lembaga

keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah. Tetapi dengan adanya

dual banking system ini, hanya terdapat satu bank sentral yang mengatur regulasi

perbankan baik untuk bank konvensional maupun untuk bank syariah. Bank

Indonesia adalah pemilik otoritas moneter tertinggi, sehingga berbagai kebijakan

yang diambil untuk menjaga kestabilan moneter di Indonesia harus melalui

saluran dua lembaga keuangan tersebut, yaitu lembaga keuangan konvensional

dan Islam. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pada intinya, tugas penting dari

bank sentral adalah untuk menjaga kestabilan moneter. Tujuan yang menjadi

single objective adalah stabilitas dalam harga (inflasi) terutama sejak dibuatnya

Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

Krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997, telah membuktikan

bahwa sistem keuangan dan sistem moneter konvensional tidak tahan terhadap

guncangan. Kita dapat menyadari bahwa adanya sistem perbankan syariah ini

merupakan alternatif yang diharapkan untuk dapat mengatasi permasalahan

ekonomi yang ada. Tetapi memang tidak dapat dipungkiri juga bahwa keraguan

pada sistem ini masih banyak, terutama karena sistem perbankan syariah masih

baru dan belum banyak terbukti secara empiris. Berdirinya sistem perbankan

syariah yang telah terintegrasi dengan sistem perbankan konvensional,


7

menimbulkan pertanyaan tentang peranan perbankan syariah terhadap kondisi

keuangan dan perekonomian secara umum. Oleh karena itu, permasalahan-

permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah fungsi permintaan uang M1 dan M2 konvensional?

2. Bagaimanakah fungsi permintaan uang M1 dan M2 Islam pada sistem

perbankan ganda?

3. Apakah terdapat hubungan antara jumlah uang beredar baik konvensional

maupun Islam dengan tingkat harga sebagai sasaran akhir kebijakan

moneter?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan-permasalahan tersebut, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis fungsi permintaan uang M1 dan M2 konvensional;

2. Menganalisis fungsi permintaan uang M1 dan M2 Islam pada sistem

perbankan ganda;

3. Menganalisis hubungan antara jumlah uang beredar baik konvensional


maupun Islam dengan tingkat harga sebagai sasaran akhir kebijakan
moneter.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk

memperdalam informasi yang telah didapat dan menambah informasi-informasi

yang baru. Selain itu bagi institusi perbankan syariah, penelitian ini diharapkan
8

bermanfaat untuk dapat lebih mengembangkan sistem perbankan syariah sesuai

dengan hasil penelitian penulis. Bagi penulis sendiri penelitian ini merupakan

wadah pembelajaran yang sangat bermanfaat.

Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam

mengambil kebijakan yang paling relevan bagi kemajuan perbankan syariah di

masa yang akan datang. Penelitian ini juga berlandaskan pada teori-teori dan

penelitian terdahulu. Sehingga diharapkan penelitian ini bisa menjadi salah satu

referensi bagi penelitian selanjutnya.


II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Definisi Sistem Perbankan Ganda

Sistem perbankan ganda merupakan sebuah sistem dimana sebuah negara

menjalankan dua sistem perbankan berupa perbankan konvensional dan

perbankan syariah. Masing-masing sistem ini berada pada jalur sendiri-sendiri

tetapi dengan satu otoritas moneter yang sama. Di Indonesia, sistem perbankan

ganda lebih banyak didominasi oleh perbankan konvensional, dikarenakan bagian

perbankan syariah terhadap perekonomian masih kecil. Sistem perbankan ganda

dianut di Indonesia sejak tahun 1992 dimana pada tahun itu bank syariah pertama

berdiri yaitu Bank Muamalat Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 mengenai perubahan Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan menyebutkan bahwa :

a. Bank umum adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Sifat jasa

yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa

perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat

dilakukan di seluruh wilayah Indonesia bahkan ke luar negeri (cabang).

Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor


10

cabang bank asing yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.

Ascarya (2006) menyebutkan bahwa secara makro bank syariah adalah

institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam

mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya.

Sedangkan secara umum bank syariah didefinisikan sebagai bank dengan pola

bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam

produk pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya. Produk-produk

bank syariah mempunyai kemiripan namun tidak sama dengan produk bank

konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar, dan maysir.

Sedangkan Sakti (2006) menyebutkan bahwa bank Islam (syariah)

merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi

melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa

simpanan bagi para nasabah. Dimana mekanisme kerjanya secara sederhana

adalah; dana dari nasabah yang terkumpul dinvestasikan pada dunia usaha, ketika

ada hasil (profit), maka bagian profit untuk bank dibagi kembali antara bank dan

nasabah. Disamping itu bank syariah dapat melakukan transaksi jual-beli baik

dengan pengusaha maupun nasabah, menggunakan skema murabahah, ijarah,

istisna dan salam.

2.2 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Menurut Antonio (2001), dalam beberapa hal bank syariah dan bank

konvensional memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang,


11

mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum

memperoleh pembiayaan, dan sebagainya. Akan tetapi terdapat perbedaan

mendasar di antara keduanya. Perbedaan-perbedaan tersebut dijelaskan sebagai

berikut.

A. Akad dan Aspek Legalitas

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi

dan ukhrowi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap

akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi,

maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti rukun

dan syarat.

B. Lembaga Penyelesai Sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah

terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dengan nasabahnya,

kedua belah pihak tidak menyelesaikannya di pengadilan negeri, tetapi

menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga

yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di

Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Syariah Nasional atau

BASYARNAS.

C. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konensional,

misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat

membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah

keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi


12

operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis

syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) biasanya diletakkan pada posisi

setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin

efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Karena itu biasanya

penetapan anggota DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham,

setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah

Nasional (DSN).

D. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas

dari saringan syariah. Karena itu bank syariah tidak akan mungkin

membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan.

E. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan

dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus

melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim

yang baik. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan

merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga

keuangan yang membawa nama besar Islam.

Buchori dalam Ascarya (2006) menyebutkan bahwa bank syariah memiliki

perbedaan operasional yang cukup mendasar dengan bank konvensional dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Secara umum perbedaan-

perbedaan ini bisa dilihat dari Tabel 2.1.


13

Tabel 2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Konvensional Bank Syariah

Fungsi dan kegiatan bank Intermediasi, jasa keuangan Intermediasi, manager


investasi, investor, sosial,
jasa keuangan
Mekanisme dan objek usaha Tidak antiriba dan antimaysir Antiriba dan antimaysir

Prinsip dasar operasi -Bebas nilai (prinsip -tidak bebas nilai (prinsip
materialis) syariah Islam)
-uang sebagai komoditi -uang sebagai alat tukar dan
bukan komoditi
-bunga -bagi hasil, jual beli, sewa
Prioritas pelayanan Kepentingan pribadi Kepentingan publik
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial ekonomi
Islam, keuntungan
Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank
pembangunan, bank
universal atau multi-
purpose
Evaluasi nasabah Kepastian pengembalian Lebih hati-hati karena
pokok dan bunga partisipasi dalam resiko
(creditworthiness dan
collateral)
Hubungan Nasabah Terbatas debitur-kreditur Erat sebagai mitra usaha
Sumber Likuiditas Jangka Pasar uang, Bank Sentral Pasar uang Syariah, Bank
Pendek Sentral
Pinjaman yang Diberikan Komersial dan nonkomersial, Komersial dan
berorientasi laba nonkomersial, berorientasi
laba dan nirlaba
Lembaga Penyelesai Sengketa Pengadilan, arbitrase Pengadilan, Badan
Arbitrase Syariah Nasional
Resiko Usaha -Resiko bank tidak terkait -dihadapi bersama antara
langsung dengan debitur, bank dan nasabahdengan
resiko debitur tidak terkait prinsip keadilan dan
langsung dengan bank kejujuran
-kemungkinan terjadi negative
spread -tidak mungkin terjadi
negative spread
Struktur Organisasi pengawas Dewan komisaris Dewan komisaris, DPS,
DSN.
Investasi Halal atau haram Halal
Sumber : Ascarya (2006)

2.3 Sistem Moneter Islam dan Sistem Moneter Konvensional

Secara umum, ada tiga perbedaan utama sistem moneter Islam murni

dengan sistem moneter konvensional. Perbedaan yang pertama adalah adanya 100
14

percent reserve banking system pada perbankan Islam murni. Menurut Mankiw

(2003), sistem perbankan dengan cadangan 100 persen diartikan jika sebuah bank

hanya menjadikan seluruh deposit sebagai cadangan dan tidak meminjamkannya

tetapi menyimpannya sampai pemiliknya menarik uang tersebut. Sementara itu,

100 percent reserve banking system tidak memberikan peluang bagi bank untuk

menciptakan uang baru, karena 100 persen cadangan harus disimpan atau

dikembalikan ke bank sentral. Bank maksimum hanya dapat menyalurkan

pembiayaan sampai sebesar simpanan awal saja. Dengan demikian, tidak ada daya

beli baru yang diciptakan (tidak ada seigniorage), sehingga tidak mengandung

unsur riba, tidak menimbulkan efek inflasi, dan tidak ada pihak yang dirugikan

(Ascarya, 2006).

Jika bank memegang cadangan 100 persen, maka sistem perbankan ini

tidak mempengaruhi jumlah uang yang beredar melalui penciptaan uang giral.

Sedangkan pada sistem moneter konvensional menerapkan fractional reserve

banking system. Mengacu pada Mankiw (2003) dimana pada sistem ini bank

hanya memegang sebagian dari depositonya sebagai cadangan, dan bagian lainnya

dipinjamkan. Menurut Ascarya (2006) fractional reserve banking system artinya

bahwa bank hanya diwajibkan untuk menyimpan cadangan dalam persentase

tertentu dari dana simpanan yang dihimpun. Sehingga perbankan dengan sistem

ini akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar melalui penciptaan uang giral.

Perbedaan yang kedua adalah pada sistem moneter Islam murni, uang

yang digunakan tidak menimbulkan seignorage. Artinya karena sistem penciptaan

uang dalam Islam itu dengan menggunakan full bodied money yaitu uang dinar
15

dan dirham, yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya. Ataupun kalau

memang menggunakan uang fiat, maka tetap harus di-back-up 100 persen dengan

sesuatu yang memiliki nilai stabil yang biasanya diasosiasikan dengan emas yang

disimpan oleh otoritas penerbit uang (fully backed money) (Ascarya, 2006).

Sehingga dalam penciptaan uang tidak ada penciptaan nilai uang yang tiba-tiba

ada tanpa ada nilai riilnya dan nilai tambahnya. Sebaliknya hal itulah yang terjadi

pada sistem moneter konvensional dimana penciptaan uang fiatnya itu tidak di

back-up dengan emas sehingga pada penciptaannya terjadi seignorage.

Perbedaan yang ketiga merupakan perbedaan yang paling umum diketahui

yaitu dalam pelaksanaan seluruh aktivitasnya sistem moneter Islam tidak

menggunakan instrumen suku bunga. Karena seperti yang sudah dipahami secara

umum dalam Islam bunga itu haram dan dilarang penggunaannya.Tetapi sistem

moneter Islam menawarkan sistem lain sebagai alternatif yaitu sistem bagi hasil.

Pada bagi hasil, return yang diperoleh tidak pasti, karena tergantung dari

keuntungan yang didapatkan. Sedangkan pada sistem moneter konvensional,

bunga merupakan instrumen yang cukup penting. Return yang diperoleh bersifat

pasti karena pembayaran bunga tidak disesuaikan dengan kondisi untung dan

ruginya pihak peminjam.

Pada kenyataannya pada zaman kontemporer ini khususnya di Indonesia,

dalam dual banking system satu-satunya perbedaan yang masih ada adalah tidak

digunakannya instrumen bunga dalam aktivitas ekonomi Islam. Sedangkan dua

perbedaan yang dijelaskan pertama itu tidak ada dalam kasus sistem perbankan

ganda. Artinya sistem moneter Islam masih menggunakan uang yang diciptakan
16

oleh sistem konvensional dan menggunakan fractional reserve banking system

karena masih terintegrasinya sistem moneter Islam pada dominasi sistem

konvensional yang besar. Dengan masih diadopsinya fiat money dan fractional

banking system, penciptaan uang yang bersifat inflatoir masih ada dalam sistem

keuangan Islam kontemporer. Dengan demikian, bank syariah yang beroperasi

dalam fractional reserve banking system juga menciptakan uang bank (giro dan

uang elektronik), namun memfokuskan penggunaan uang ciptaan ini sesuai

dengan prinsip syariah.

2.4 Perbedaan Konsep Suku Bunga dan Konsep Bagi Hasil

Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi konvensional, ekonomi

Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss sharing), ketika pemilik

modal (surplus spending unit) bekerja sama dengan pengusaha (deficit spending

unit) untuk melakukan kegiatan usaha. Apabila menghasilkan keuntungan dibagi

berdua, apabila menderita kerugian juga ditanggung bersama. Sistem bagi hasil

menjamin adanya keadilan dan tidak ada pihak yang tereksploitasi (didzalimi).

Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah atau mudharabah dengan berbagai

variasinya.

Bank konvensional, sistem return-nya adalah sistem bunga yaitu

persentase terhadap dana yang disimpan ataupun dipinjamkan dan ditetapkan

diawal transaksi sehingga berapa nilai nominal rupiahnya akan dapat diketahui

besarnya dan kapan akan diperoleh dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi yang

akan terjadi nanti. Bank syari’ah sistem return-nya adalah sistem bagi hasil (profit
17

loss sharing) yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan diawal

transaksi yang bersifat fixed tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui

dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti.

Sistem Riba Menghambat Laju


Ekonomi

Penciptaan dan
Konsentrasi Uang
Inflasi

Menyusutkan
Sektor Riil
Sumber : Sakti (2006)

Gambar 2.1. Implikasi Bunga pada Perekonomian

Pada Gambar 2.1. dapat terlihat bahwa dalam perekonomian konvensional,

sistem riba, fiat money, fractional reserve system dalam perbankan, dan

diperbolehkannya spekulasi menyebabkan penciptaan uang (kartal dan giral) dan

tersedotnya uang di sektor moneter untuk mencari keuntungan tanpa risiko.

Akibatnya, uang atau investasi yang seharusnya tersalur ke sektor riil untuk tujuan

produktif sebagian besar lari ke sektor moneter dan menghambat pertumbuhan

bahkan menyusutkan sektor riil. Penciptaan uang tanpa adanya nilai tambah akan

menimbulkan inflasi. Pada akhirnya, tujuan pertumbuhan ekonomi akan

terhambat.

Sementara itu, pada Gambar 2.2. dengan sistem zakat, sistem bagi hasil,

dan pelarangan spekulasi dalam perekonomian Islam, akan mendorong iklim

investasi yang akan tersalur dengan lancar ke sektor riil untuk tujuan yang
18

sepenuhnya produktif. Hal ini akan menjamin terdistribusinya kekayaan dan

pendapatan serta menumbuhkan sektor riil. Dengan meningkatnya produktivitas

dan kesempatan bekerja dan berusaha pada akhirnya pertumbuhan ekonomi

terdorong, dan pada akhirnya akan tercapai kesejahteraan masyarakat.

Investasi
Bagi Hasil Mendorong Laju
Ekonomi

Distribusi Kekayaan
dan Pendapatan Produktivitas dan
Kesempatan

Menumbuhkan
Sektor Riil
Sumber : Sakti (2006)

Gambar 2.2. Implikasi Bagi Hasil pada Perekonomian

2.5 Teori Permintaan Uang Konvensional

Jumlah uang beredar adalah jumlah uang yang tersedia (Mankiw,

2003).Sedangkan menurut Mishkin (2001) uang (diacu juga sebagai money

supply) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang secara umum diterima sebagai

alat pembayaran barang dan jasa atau pembayaran kembali utang.

Teori permintaan uang pertama kali dikemukakan oleh Irving Fisher.

Fisher ingin melihat hubungan antara kuantitas uang dengan jumlah total

pengeluaran untuk membeli barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam

perekonomian (P x Y), dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah

pendapatan/output agregat. Konsep yang menyediakan hubungan ini disebut


19

velositas (V) yang merupakan rata-rata jumlah uang yang dikeluarkan untuk

membeli sejumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam setahun. Fungsinya

sebagai berikut :

P ×Y (1)
V =
M

dengan mengalikan kedua sisi dengan M, maka kita akan mendapatkan equation

of exchange yang menghubungkan pendapatan nominal dengan kuantitas uang

dan velositas :

M ×V = P × Y (2)

Fisher melihat bahwa velositas konstan dalam jangka pendek, sehingga

pendapatan nominal ditentukan hanya oleh pergerakan kuantitas uang. Menurut

Fisher, permintaan uang adalah murni merupakan fungsi dari pendapatan dan suku

bunga tidak berpengaruh terhadap permintaan uang. Hal ini terjadi karena Fisher

percaya bahwa orang memegang uang hanya untuk memenuhi kebutuhan

transaksi dan tidak punya kebebasan tentang jumlah uang yang ingin dipegang.

Untuk para ekonom klasik, teori kuantitas uang menyediakan penjelasan bahwa

pergerakan dalam tingkat harga merupakan hasil dari perubahan kuantitas uang.

Menurut para ekonom Cambridge, ada dua properti uang yang memotivasi

orang untuk memegang uang, yaitu utilitas uang sebagai alat pertukaran dan

sebagai penyimpan kekayaan. Karena fungsi uang sebagai media pertukaran,

maka orang menggunakan uang untuk melakukan transaksi. Uang juga berfungsi

sebagai penyimpan kekayaan. Tingkat kekayaan seseorang mempengaruhi

permintaan uang. Ekonom Cambridge percaya bahwa kekayaan nominal dan


20

banyaknya transaksi adalah proporsional terhadap pendapatan nominal. Sehingga

fungsi permintaan uang menurut pendekatan Cambridge sebagai berikut :

M d = k × PY (3)

dimana k adalah konstanta. Persamaan ini terlihat sama dengan persamaan

permintaan uang menurut Fisher. Jadi menurut kedua aliran ini, suku bunga tidak

memainkan peranan dalam fungsi permintaan uang.

Menurut teori likuiditas Keynes, ada tiga motif memegang uang yaitu

motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif spekulasi. Menurut teori ini, motif

transaksi dan motif berjaga-jaga proporsional terhadap pendapatan. Kemudian

adanya motif spekulasi menyebabkan munculnya variabel suku bunga yang

merupakan opportunity cost memegang uang. Sehingga fungsi permintaan uang

menurut Keynes adalah :

M d = f (i, Y ) (4)

Dimana suku bunga (i) berpengaruh negatif terhadap permintaan uang dan Y

berpengaruh positif terhadap permintaan uang. Sebagaimana diketahui, suku

bunga merupakan opportunity cost dalam memegang uang. Artinya ketika suku

bunga naik, maka orang akan memegang uang lebih sedikit, karena lebih baik

menyimpan uangnya dalam bentuk aset berbunga yang lebih menguntungkan.

Sedangkan pendapatan berhubungan positif dengan permintaan uang. Pendapatan

yang lebih tinggi mengakibatkan permintaan uang juga meningkat karena semakin

banyaknya transaksi yang harus didanai.

Teori portofolio memprediksi bahwa permintaan uang seharusnya

bergantung pada resiko dan pengembalian yang diberikan oleh uang dan oleh
21

berbagai aset selain uang yang bisa dimiliki rumah tangga (Mankiw, 2003). Teori

portofolio sendiri menekankan pada peran uang sebagai penyimpan nilai. Sebagai

contoh, fungsi permintaan uang dapat ditulis sebagai berikut :

(M / P )d (
= L rs , rb , π e , W ) (5)

dimana rs adalah pengembalian riil yang diharapkan atas saham, rb adalah

pengembalian riil yang diharapkan atas obligasi, πe adalah tingkat inflasi yang

diharapkan, dan W adalah kekayaan riil. Kenaikan rs dan rb menurunkan

permintaan uang karena aset lain menjadi lebih menarik. Kenaikan dalam πe juga

menurunkan permintaan uang artinya uang menjadi tidak menarik karena πe

adalah pengembalian riil yang yang diharapkan dari memegang uang. Kenaikan

W meningkatkan permintaan uang karena kekayaan yang lebih tinggi berarti

portofolio yang lebih besar.

2.6 Teori Permintaan Uang dalam Konsep Islam

Uang adalah standar kegunaan yang terdapat pada barang dan tenaga, jadi

uang didefinisikan sebagai sesuatu yang dipergunakan untuk mengukur tiap

barang dan tenaga. Uang pada dasarnya berfungsi sebagai alat transaksi yang

berguna sebagai refleksi dari nilai sebuah barang dan jasa (Sakti, 2006). Dalam

Islam urgensi kehadiran uang dipertegas oleh pendapat Rasulullah SAW yang

menyebutkan perdagangan yang lebih baik (adil) itu perdagangan yang

menggunakan uang (dinar dan dirham). Akibat kehadiran uang inilah hakikat

ekonomi dalam perspektif Islam dapat berlangsung dengan baik, yaitu terpelihara

dan meningkatnya perputaran (velocity) harta diantara pelaku ekonomi.


22

Dalam literatur ekonomi Islam, uang dibahas sebagai salah satu alat

transaksi, perantara untuk menilai barang dan jasa, dan tidak boleh memainkan

peranan sebagai komoditi. Menurut Ibnu Khaldun dalam Siregar (2002), kekayaan

suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut tetapi

ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang

positif.

Perspektif motif memegang uang dalam Islam berbeda dengan sistem

kapitalis. Dalam Islam, motif seseorang memegang uang terbatas pada motif

transaksi dan berjaga-jaga. Permintaan terhadap uang karena motif spekulasi pada

dasarnya didorong oleh fluktuasi suku bunga dalam perekonomian kapitalis

(Chapra, 2000). Motif spekulasi tidak dibenarkan dalam syariah, karena memang

perekonomian berbasis bunga yang menyebabkan adanya motif spekulasi itu tidak

dibenarkan dalam Islam. Menurut Imam Ghazali dalam Siregar (2002), adanya

uang sebagai ukuran nilai suatu barang maka uang akan berfungsi sebagai media

pertukaran. Sedangkan menurut Monzer Kahf dalam Siregar (2002) bahwa

permintaan uang terutama untuk memenuhi kebutuhan transaksi, bukan untuk

kegiatan yang bersifat spekulatif. Menurut Islam, uang adalah flow concept, maka

uang harus selalu berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar

dalam perekonomian berarti akan semakin banyak transaksi yang terjadi, yang

nantinya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Inilah salah satu perbedaan lagi antara sistem ekonomi

Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Dimana justru pada keuangan

konvensional, velositas dari uang itu harus konstan agar kebijakan moneter
23

dengan mengendalikan jumlah uang yang beredar efektif. Pada sistem keuangan

Islam, velositas uanglah yang harus dipercepat, sedangkan jumlah uang beredar

menyesuaikan dengan kebutuhan sektor riil.

Mengacu pada karakteristik sistem ekonomi Islam yang menggunakan 100

percent reserve banking system dan penggunaan uang komoditi (dinar dan

dirham) maka perbankan dalam Islam tidak menciptakan uang giral seperti pada

konvensional. Sehingga konsep uang beredar dalam Islam secara normatif adalah

uang kartal itu sendiri. Sedangkan definisi demand deposit dan quasi money tidak

termasuk perhitungan jumlah uang beredar. Tapi pada kenyataannya, dimana

sistem perbankan Islam kontemporer di Indonesia masih terintegrasi dengan

perbankan konvensional, maka pendefinisian M1 (narrow money) dan M2 (broad

money) masih ada.

Menurut Siregar (2002), permintaan uang dalam Islam tercermin dalam

persamaan sebagai berikut :

M d = f (Ys , S , T ) (6)

dimana Ys merupakan barang dan jasa yang berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan dasar dan investasi produktif yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. S

merupakan nilai-nilai moral dan sosial dan kelembagaan (termasuk zakat) yang

mempengaruhi alokasi dan distribusi sumberdaya yang tidak digunakan untuk

konsumsi yang tidak bermanfaat, investasi yang tidak produktif dan tidak juga

untuk motif spekulasi. T adalah profit and loss sharing.

Umumnya termasuk di beberapa negara Islam, Y merupakan output yang

termasuk untuk pemenuhan konsumsi yang tidak bermanfaat dan investasi yang
24

non produktif. Sedangkan karakteristik Ys merupakan sesuatu yang normatif yang

belum mencerminkan kenyataan saat ini, tetapi bukan hal yang mustahil juga

untuk dicapai jika Islam dilaksanakan secara kaffah. Selanjutnya, S juga

merupakan nilai-nilai sosial yang tidak harus dikuantifikasi. Sedangkan T

merupakan variabel yang sudah bisa dilaksanakan pada keuangan kontemporer

sekarang ini.

2.7 Konsep Inflasi dalam Ekonomi Konvensional

Inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dan

terus-menerus. Menurut Friedman, inflasi selalu merupakan fenomena moneter.

Sumber dari inflasi adalah tingginya pertumbuhan money supply. Singkatnya,

dengan mengurangi tingkat pertumbuhan money supply pada tingkat yang rendah,

maka inflasi bisa dicegah. Menurut pandangan aliran monetaris, money supply

dipandang sebagai satu-satunya sumber pergeseran dalam kurva permintaan

agregat. Sehingga analisis monetaris mengindikasikan bahwa inflasi pasti

disebabkan oleh tingginya pertumbuhan money supply (Mishkin, 2001).

Aliran Keynesian menghasilkan kesimpulan yang sama dengan monetaris

dimana pertumbuhan money supply akan mengakibatkan tingkat harga meningkat

secara terus menerus pada tingkat yang tinggi, sehingga terjadi inflasi. Analisis

keynesian mengindikasikan bahwa tingginya inflasi tidak bisa hanya disebabkan

oleh kebijakan fiskal saja. Begitupun dengan fenomena dari sisi penawaran juga

tidak bisa menjadi sumber inflasi yang tinggi (Mishkin, 2001). Sehingga
25

kesimpulannya adalah baik pandangan monetaris maupun pandangan keynesian,

sejalan dengan pandangan Friedman.

2.8 Konsep Inflasi dalam Ekonomi Islam

Menurut Chapra (2000), inflasi mengandung implikasi bahwa uang tidak

dapat berfungsi sebagai satuan hitung yang adil dan benar. Inflasi menyebabkan

orang berlaku tidak adil terhadap yang lain, dengan memerosotkan daya beli aset-

aset moneter secara tidak diketahui. Hal itu merusak efisiensi sistem moneter dan

menimbulkan ongkos kesejahteraan pada masyarakat. Inflasi memperburuk iklim

ketidakpastian dimana keputusan-keputusan ekonomi diambil, menimbulkan

kekhawatiran pada formasi modal dan menyebabkan misalokasi sumber daya.

Inflasi cenderung merusak nilai-nilai, memberikan imbalan kepada usaha-usaha

spekulasi dengan menimpakan kerugian pada aktivitas-aktivitas produktif dan

memperparah ketidakmerataan pendapatan. Dengan demikian inflasi merupakan

sebuah gejala disekuilibrium yang tidak sesuai dengan penekanan Islam pada

ekuilibrium.

Dalam teori Islam murni, sebenarnya inflasi itu tidak akan terjadi karena

adanya karakteristik keuangan islam yang khas. Ketika uang yang digunakan

adalah full bodied money atau fully backed money, maka tidak akan terjadi inflasi.

Hal ini disebabkan karena uang jenis tesebut tidak menimbulkan penciptaan uang

beredar dengan seignorage.


26

2.9 Konsep Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Konvensional

Menurut Sukirno dalam Agustianto (2002) kebijakan moneter adalah

langkah-langkah yang dijalankan oleh bank sentral untuk mengawasi jumlah uang

beredar di tangan masyarakat. Menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia, kebijakan moneter adalah kebijakan yang diterapkan dan dilaksanakan

oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang

dilakukan antara lain melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dan atau

suku bunga. Dalam perekonomian yang menggunakan uang fiat, pemerintah

mengendalikan jumlah uang beredar melalui monetary base. Monetary base

sendiri didefinisikan sebagai jumlah dari uang kartal ditambah cadangan

(Mishkin, 2001). Peraturan resmi memberi pemerintah hak untuk memonopoli

pencetakan uang. Kontrol atas jumlah uang beredar disebut kebijakan moneter.

Melalui monetary base inilah kebijakan moneter dilakukan dengan berbagai cara

atau instrumen, diantaranya melalui operasi pasar terbuka, tingkat diskonto, dan

peraturan giro wajib minimum. Skema pengendalian moneter di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 2.2.

Kebijakan moneter di suatu negara diimplementasikan dengan

menggunakan instrumen moneter (suku bunga atau agregat moneter) yang

mempengaruhi sasaran antara untuk mencapai sasaran akhir, yaitu stabilitas harga

atau pertumbuhan ekonomi (Arifin, 1998). Tujuan dari kebijakan moneter secara

umum dapat dirumuskan sebagai berikut (Puspopranoto dalam Hardianto, 2004):


27

1. Pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB) selayaknya mampu untuk

mengimbangi laju pertumbuhan PDB secara riil sepanjang waktu pada

tingkat harga yang stabil;

2. Pemenuhan JUB yang mampu mencukupi kebutuhan jangka pendek

yaitu memadai untuk mewujudkan perekonomian pada kesempatan kerja

penuh dan tingkat harga yang stabil.

Tabel 2.2. Pengendalian Moneter Indonesia

Instrumen Sasaran Sasaran Antara Sasaran Akhir


Operasional
Operasi Pasar • Base Money • Uang • Inflasi
Terbuka (Lelang (Uang Beredar • Pertumbuhan
SBI) primer) (M1 dan Ekonomi
• Net Domestic M2) • Neraca
Assets • Kredit Pembayaran
• Liquidity Perbankan
Support
• Net
International
Reserve

Intervensi Valas Nilai Tukar Rupiah Nilai Tukar Rupiah


Sumber : Sitorus (1998)

2.10 Konsep Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam

Secara normatif, sebenarnya dalam teori ekonomi Islam tidak mengenal

dikotomi sejajar antara sektor moneter dan sektor riil. Tetapi ada beberapa teori

tentang kebijakan moneter pada sistem ekonomi Islam kontemporer yang masih

terdominasi oleh sistem konvensional. Kebijakan moneter diarahkan pada regulasi

kuantitas jumlah uang untuk tujuan stabilitas harga, neraca pembayaran,

pertumbuhan ekonomi, dan keadilan distributif (Siddiqi, 1982). Menurut Chapra

(2000) variabel yang akan dipakai dalam suatu kebijakan moneter yang
28

diformulasikan dalam sebuah perekonomian Islam adalah cadangan uang. Bank

sentral Islam harus menjalankan kebijakan moneternya untuk menghasilkan suatu

pertumbuhan dalam sirkulasi uang yang mencukupi untuk membiayai

pertumbuhan potensial dalam output selama periode jangka menengah dan

panjang dalam kerangka harga-harga yang stabil dan sasaran sosioekonomi Islam

lainnya. Tujuannya adalah menjamin bahwa ekspansi moneter tidak bersifat

kurang mencukupi atau berlebihan, tetapi cukup untuk sepenuhnya

mengeksploitasi kapasitas perekonomian agar dapat mensuplai barang-barang dan

jasa bagi kesejahteraan yang berbasis luas.

Mekanisme kebijakan moneter menurut Chapra (2000) tidak saja hanya

untuk mengatur penawaran uang agar seimbang dengan permintaan riil terhadap

uang, tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan untuk membiayai defisit

pemerintah yang benar-benar riil dan sasaran-sasaran sosioekonomi masyarakat

Islam lainnya. Berikut 6 unsur mekanisme kebijakan moneter atau instrumen

kebijakan moneter menurut Chapra.

1. Target pertumbuhan dalam jumlah uang beredar dan monetary base;

2. Saham publik terhadap deposito unjuk (uang giral);

3. Cadangan wajib resmi;

4. Pembatas kredit;

5. Alokasi kredit yang berorientasi kepada nilai;

6. Teknik lain, seperti, membeli dan menjual saham dan sertifikat bagi hasil

untuk menggantikan obligasi pemerintah dalam operasi pasar, rasio

pemberian kembali pembiayaan, dan rasio pemberian pinjaman.


29

Menurut Kahf (1982) perubahan dalam kuantitas uang mempengaruhi

tingkat inflasi dimana menambahkan terlalu banyak uang ke dalam perekonomian

akan meningkatkan harga. Menurutnya, penawaran uang bisa dirubah dengan tiga

cara yaitu managemen mata uang, reserve requirement, dan credit policy of

Zakah. Perubahan dalam kuantitas jumlah mata uang yang beredar di pasar

dipengaruhi langsung oleh otoritas moneter. Perubahan dalam reserve

requirement yang harus dijaga oleh bank komersial mempengaruhi tingkat

pinjaman dan volume demand deposits. Perubahan dalam kebijakan kredit dari

dana Zakat membutuhkan pengembangan.

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang menganalisis tentang stabilitas moneter pada

kasus sistem perbankan ganda masih sulit ditemukan. Pada bagian ini akan

dijelaskan tentang beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh

Kaleem (2000) di Malaysia dengan menggunakan data bulanan tahun 1994-1999.

Pada penelitiannya Kaleem berusaha menganalisis tentang validitas dan

efektivitas instrumen Islam bagi tujuan kebijakan moneter. Hasil yang didapatkan

adalah sebagai berikut :

1) Dummy krisis tidak signifikan untuk variabel besaran moneter M2 dan

M2-islam, sehingga menolak efek krisis keuangan tahun 1997 terhadap

deposito jangka panjang;

2) Inflasi signifikan terhadap besaran moneter M1, M2, M1-isl, dan

CREDIT-islam;
30

3) Menolak hipotesis bahwa instrumen moneter Islam lebih stabil dan

anti guncangan terhadap krisis, karena menunjukkan hasil yang sama

dengan instrumen konvensional;

4) Otoritas moneter memiliki tingkat kontrol yang lebih pada M1-islam

dan M2-islam daripada terhadap M1 dan M2;

5) Instrumen kredit Islam di bawah kontrol otoritas moneter;

6) Instrumen moneter Islam juga efektif bagi pencapaian tujuan kebijakan

moneter.

Kemudian dari penelitian Nasution dan Nurzaman (2006) tentang

efektifitas besaran M1 di Indonesia tahun 1971-2002 menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut:

1) pergerakan velositas uang bebas bunga lebih stabil daripada velositas

uang berbasis bunga sehingga besaran moneter bebas bunga

memperlihatkan potensi untuk menstabilkan perekonomian;

2) permintaan uang bebas bunga dan berbasis bunga mempunyai

hubungan jangka panjang dengan tingkat inflasi, tetapi pada

keseimbangan jangka pendek, signifikansi model Error Correction

Model (ECM) untuk permintaan uang berbasis bunga lebih rendah;

3) hanya permintaan uang bebas bunga yang memiliki stabilitas

hubungan jangka panjang dengan inflasi dan pendapatan nasional,

sedangkan permintaan uang berbasis bunga tidak;


31

4) Variabel dummy krisis signifikan untuk kedua permintaan uang

tersebut, tetapi karena ada mekanisme penyesuaian, maka permintaan

uang bebas bunga stabil dalam jangka panjang.

Darrat (2000) melakukan penelitian di Iran dan Pakistan dengan

menggunakan data dari tahun 1960-1998 dan menggunakan kerangka error

correction model serta Johansen-Juselius test statistic , menghasilkan kesimpulan

sebagai berikut :

1) keadaan makroekonomi di Iran dan Pakistan berkembang (minimal tidak

memburuk) dengan adanya interest-free banking;

2) interest-free membawa pada perilaku velositas uang yang mudah

diprediksi;

3) interest-free menyediakan lingkungan moneter yang lebih terkontrol;

4) interest-free mempunyai hubungan yang kuat dengan instrumen kebijakan

dan stabilitas harga.

Kemudian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kia (2001) di Iran

dengan kurun waktu 1966-1998 menggunakan the maximum likelihood test dan

Dynamic Ordinary Least Square (DOLS) test untuk mengestimasi fungsi

permintaan uang jangka panjang. Hasil yang didapatkan sebagai berikut:

1. baik pada jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan uang

pada interest-free (M1) stabil dan invarian terhadap kebijakan dan

guncangan lain dalam perubahan rezim;

2. sedangkan permintaan uang pada interest-bearing (M2) tidak stabil;


32

3. reaksi agen ekonomi terhadap equilibrium error pada M1 selalu sama

untuk berbagai ukuran error sedangkan pada M2 berbeda karena model

ECM yang didapat pada M2 adalah non-linear.

Darrat dalam Nasution ( 2006) melakukan uji tes tentang efektivitas relatif

sistem keuangan syariah di Tunisia. Hasilnya menunjukkan bahwa uang berbasis

non-bunga lebih efektif dan stabil. Namun penelitiannya meragukan mengingat

Tunisia kurang berpengalaman dalam perbankan syariah. Hassen dan Aldayel

dalam Nasution (2006) juga memperoleh hasil yang konsisten seperti penelitian

Darrat untuk 15 negara. Yousafi dalam Nasution (2006) juga melakukan

penelitian yang serupa di Iran.

Achsani, Holtemoller, dan Sofyan (2005) melakukan penelitian tentang

fungsi permintaan uang di Indonesia dengan menggunakan model ekonometrik

dan fuzzy modelling periode 1990:1-2002:3. Hasilnya menunjukkan bahwa

elastisitas pendapatan terhadap permintaan uang cukup stabil sebelum dan

sesudah krisis. Nilai Elastisitas pendapatan pada econometric estimation dan fuzzy

estimation berturut-turut sebesar 0,93 dan 0,87. Penelitian ini juga menunjukkan

bahwa fungsi permintaan uang Indonesia stabil pada periode yang sulit. Serta

menunjukkan mengapa hasil studi sebelumnya tentang fungsi money demand di

Indonesia tidak stabil, karena semuanya menggunakan teknik kointegrasi. Padahal

time series di Indonesia adalah trend-stationary sehingga kerangka kointegrasi

menjadi tidak sesuai.

Price dan Insukindro dalam Achsani, et al. (2005) menggunakan data

kuartalan Indonesia dari 1969:1-1987:4 dengan mengaplikasikan kerangka


33

kointegrasi dan error correction model untuk permintaan uang. Hasil berdasarkan

prosedur two-step Engle-Granger menghasilkan bukti yang lemah untuk

hubungan kointegrasi. Sedangkan berdasarkan Johansen likelihood ratio statistic

menunjukkan sampai 2 vektor kointegrasi. Deckle dan Pradhan dalam Achsani, et

al. (2005) menggunakan data tahunan Indonesia dan tidak menemukan adanya

hubungan kointegrasi yang bisa diinterpretasikan sebagai fungsi permintaan uang.

Kia dan Darrat (2003) mengestimasi fungsi permintaan uang di Iran dengan

menggunakan data kuartalan tahun 1966-2001. Hasilnya menunjukkan bahwa

permintaan terhadap simpanan berbagi hasil lebih stabil dan policy invariant

daripada permintaan terhadap M1. Ascarya (2007) melakukan studi literatur

tentang kebijakan moneter optimum pada sistem perbankan ganda. Hasilnya

menunjukkan bahwa kebijakan moneter optimum pada suatu negara yang

mengadopsi sistem perbankan atau keuangan ganda harusnya mengacu pada

tingkat pengembalian pada sistem bagi hasil untuk memaksimalkan keadilan

distributif dan kesejahteraan sosial dan meminimalkan inefisiensi.

Izhar dan Asutay (2007) melakukan penelitian juga tentang stabilitas

moneter pada sistem perbankan ganda di Indonesia, dari tahun 2001 sampai 2004.

Hasilnya menunjukkan bahwa baik dalam persamaan jangka panjang maupun

persamaan error correction model variabel M2 konvensional dan M2 Islam tidak

mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat harga. Tetapi nilai error

correction term (ECT) pada sistem konvensional lebih besar daripada ECT pada

sistem Islam. Penelitian-penelitian tersebut pada umumnya menghasilkan

kesimpulan yang sama dimana permintaan uang bebas bunga lebih stabil dan
34

permintaan uang bebas bunga sesuai digunakan sebagai instrumen untuk

mencapai tujuan kebijakan otoritas moneter.

Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya. Pertama, pada penelitian ini variabel suku bunga tetap dimasukkan

ke dalam persamaan permintaan uang sistem konvensional. Hal ini berdasarkan

pada hasil penelitian Kaleem (2000) yang menyebutkan bahwa permintaan uang

pada sistem Islam sama saja dengan konvensional dan tidak anti guncangan. Hal

ini bisa saja terjadi karena sejak awal suku bunga sebagai satu-satunya variabel

yang membedakan antara sistem Islam dan sistem konvensional dalam dual

banking system dihilangkan. Dalam penelitian ini, variabel suku bunga akan

digantikan dengan proxi rate of return pada permintaan uang Islam.

Perbedaan kedua, penelitian ini menggunakan variabel M1 dan M2 yang

sesuai dengan teori Islam. Sedangkan pada penelitian Darrat (2000) serta Nasution

dan Nurjaman (2006) M1 itu dinyatakan sebagai uang bebas bunga dan M2 itu

disebut sebagai uang berbasis bunga. Padahal dalam Islam sendiri, sebenarnya M1

telah mengandung bunga, karena dalam penciptaan uang kartal sendiri telah

mengandung riba. Time series yang digunakan juga lebih panjang yaitu dari

Januari 2001 sampai dengan Desember 2006.

2.12 Kerangka Pemikiran

Keterkaitan antara perumusan masalah dan tujuan penelitian dapat dilihat

dari kerangka pemikiran penelitian, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.3.

Variabel makroekonomi yaitu PDB dan tingkat inflasi yang diharapkan


35

mempengaruhi permintaan uang baik pada sistem konvensional maupun pada

sistem Islam. Sebagai biaya imbangan dalam memegang uang, pada permintaan

uang konvensional dimasukkan variabel suku bunga. Sedangkan pada permintaan

uang Islam, variabel suku bunga digantikan oleh tingkat return pada skim syariah.

Kemudian dilihat juga apakah jumlah uang beredar masing-masing sistem

berhubungan dengan sasaran akhir otoritas moneter yaitu stabilitas harga.

Variabel Makroekonomi :
-PDB
-inflasi yang diharapkan

Suku Bunga Permintaan M1 Permintaan M1-Islam Return


Permintaan M2 Permintaan M2-Islam Syariah

Tingkat
Harga

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

2.13 Hipotesis Penelitian

Dari teori-teori dan penelitian terdahulu hipotesis yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah:

ƒ untuk model permintaan uang konvensional pada jangka panjang, PDB

berpengaruh positif, sedangkan inflasi dan suku bunga berpengaruh

negatif;
36

ƒ untuk model permintaan uang Islam pada jangka panjang, PDB

berpengaruh positif, sedangkan inflasi dan return syariah berpengaruh

negatif;

ƒ Permintaan uang pada sistem Islam lebih stabil dibandingkan dengan

permintaan uang sistem konvensional;

ƒ Terdapat hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat harga.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder

negara Indonesia dalam bentuk bulanan yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan

Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-BI) dan Statistik Perbankan Syariah Bank

Indonesia (SPS-BI) dan data return syariah dari Bank Muamalat Indonesia dalam

periode waktu antara bulan Januari 2001 sampai dengan bulan Desember 2006. Dengan

demikian data yang digunakan merupakan data time series. Data yang digunakan diubah

ke dalam bentuk logaritma natural untuk memudahkan hasil analisis, kecuali data suku

bunga, inflasi, dan rate of return bank umum syariah. Selain itu, penulis juga melakukan

studi pustaka dengan membaca literatur yang berkaitan dengan penelitian penulis baik

dari media cetak maupun internet.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

Berikut ini penjelasan mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian

beserta definisi operasionalnya :

a. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kartal ditambah

demand deposit pada bank konvensional.

b. Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 ditambah saving

deposit dan time deposit pada bank konvensional.

c. Jumlah uang beredar Islam dalam arti sempit (M1ISL) adalah uang kartal

ditambah demand deposit (giro wadi’ah) pada bank syariah.


38

d. Jumlah uang beredar Islam dalam arti luas (M2ISL) adalah M1ISL

ditambah tabungan mudharabah dan investasi mudharabah.

e. Tingkat output riil (PDB riil) adalah nilai Produk Domestik Bruto yang

dideflasi dengan tingkat IHK tahun dasar 2002.

f. Tingkat inflasi yang diharapkan (EXPINF) adalah tingkat inflasi pada

satu periode sebelumnya dengan IHK tahun dasar 2002.

g. Suku bunga deposito (IDEP) adalah suku bunga deposito jangka waktu 6

bulan.

h. Rate of return (RS) adalah tingkat pengembalian dana pada bank umum

syariah berupa equivalent rate investasi mudharabah.

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Stabilitas moneter pada sistem perbankan ganda dalam penelitian ini akan

dianalisis dengan menggunakan Vector Autoregression (VAR). Kemudian jika data yang

digunakan stasioner pada perbedaan pertama maka model VAR akan dikombinasikan

dengan model koreksi kesalahan menjadi Vector Error Correction Model (VECM).

Semua data dalam penelitian ini ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural

(ln) kecuali suku bunga, rate of return, dan inflasi untuk mendapatkan hasil analisis

yang lebih valid dan konsisten. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Microsoft Excel 2003 dan program Eviews 4.1.

3.4 Analisis Vector Autoregression (VAR)

Model VAR pertama dikembangkan oleh Sims pada tahun 1980. VAR adalah

model a-priori terhadap teori ekonomi. Namun demikian model ini sangat berguna
39

dalam menentukan tingkat eksogenitas suatu variabel ekonomi dalam sebuah sistem

ekonomi di mana terjadi saling ketergantungan antar variabel dalam ekonomi. Model ini

juga menjadi dasar munculnya metode kointegrasi Johansen (1988, 1989) yang sangat

baik dalam menjelaskan perilaku variabel dalam perekonomian (Pasaribu, 2003).

Pemodelan VAR adalah bentuk pemodelan yang digunakan untuk multivariate

time series. Model VAR menjadikan semua variabel bersifat endogen. Spesifikasi model

VAR meliputi pemilihan variabel dan banyaknya selang (lag) yang digunakan dalam

model. Sesuai dengan Sims (1980), variabel yang digunakan dalam persamaan VAR

dipilih berdasarkan teori ekonomi yang relevan. Pemilihan selang optimal kemudian

akan menggunakan kriteria informasi seperti Akaike Info Criterion (AIC) , Schwarz Info

Criterion (SC), maupun Hannan-Quinn Criterion (HQ).

Model VAR secara matematis dapat diwakili oleh (Achsani, et al., 2005) :

k
xt = μ t + ∑ Ai xt −i + u t (7 )
i =1

dimana xt adalah vektor dari variabel-variabel endogen berdimensi (n x 1), μt adalah

vektor dari variabel-variabel eksogen termasuk di dalamnya konstanta (intercept) dan

tren, Ai adalah matriks-matriks koefisien berdimensi (n x n), dan ut adalah adalah vektor

dari residual-residual yang secara kontemporer berkorelasi tetapi tidak berkorelasi

dengan nilai-nilai lag mereka sendiri dan juga tidak berkorelasi dengan seluruh variabel

yang ada dalam sisi kanan persamaan di atas.


40

3.5 Analisis Vector Error Correction Model (VECM)

Menurut Verbeek dalam Nugraha (2006), ketika dua atau lebih variabel yang

terlibat dalam suatu persamaan pada data level tidak stasioner maka kemungkinan

terdapat kointegrasi pada persamaan tersebut. Jika setelah dilakukan uji kointegrasi

terdapat persamaan kointegrasi dalam model yang digunakan maka dianjurkan untuk

memasukkan persamaan kointegrasi ke dalam model yang digunakan. Kebanyakan data

time series stasioner pada perbedaan pertama. Maka untuk mengantisipasi hilangnya

informasi jangka panjang dalam penelitian ini akan digunakan model VECM. VECM

standar didapat dari model VAR dengan dikurangi xt-1. Adapun persamaan VECM

secara matematis ditunjukkan oleh persamaan berikut (Achsani, et al., 2005) :

k −1
Δxt −1 = μ t + ∏ xt −1 + ∑ Γi Δxt −i + u t (8)
i =1

dimana Π dan Γ adalah fungsi dari Ai. Matriks Π bisa didekomposisi ke dalam 2 matriks

berdimensi (n x r) α dan β; ∏ = αβ Τ dimana α disebut matriks penyesuaian dan β

sebagai vektor kointegrasi dan r adalah cointegration rank. Kerangka kointegrasi hanya

sesuai jika variabel variabel yang berhubungan terintegrasi. Hal ini bisa diuji dengan

menggunakan uji akar unit. Saat tidak ditemukan akar unit, maka metode ekonometrik

tradisional dapat diterapkan.

3.6 Pengujian Pra-Estimasi

Sebelum melakukan estimasi VAR/VECM, maka ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan yaitu pengujian pra-estimasi. Pengujian-pengujian tersebut antara lain

uji stasioneritas data, penentuan lag optimal, dan pengujian kointegrasi.


41

3.6.1 Uji Stasioneritas Data

Data ekonomi time series pada umumnya bersifat stokastik atau memiliki tren

yang tidak stasioner artinya data tersebut mengandung akar unit. Untuk dapat

mengestimasi suatu model mengunakan data tersebut maka langkah pertama yang haru

dilakukan masalah uji stasioneritas data atau dikenal dengan unit root test. Apabila data

yang digunakan mengandung akar unit maka akan sulit untuk mengestimasi suatu model

dengan menggunakan data tersebut karena tren data tersebut cenderung berfluktuasi

tidak disekitar nilai rata-ratanya. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang stasioner

akan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya dan berfluktuasi di

sekitar nilai rata-ratanya (Gujarati, 2003). Uji akar unit akan dilakukan dalam penelitian

ini dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF).

Cara yang dapat digunakan untuk menguji akar unit adalah metode Dickey-

Fuller (DF). Misalkan model persamaan time series sebagai berikut (Pasaribu, 2003) :

y t = ρy t −1 + ε t (9)
dimana ρ adalah parameter yang akan diestimasi dan ε diasumsikan white noise dimana

variabel yang digunakan tersebut memiliki mean dan varian yang konstan dan kovarian

sama dengan nol. Jika ρ ≥ 1, maka y adalah variabel yang tidak stasioner, dan varian

dari y akan meningkat sejalan dengan peningkatan waktu dan cenderung untuk tak

berhingga. Jika ρ < 1, maka y adalah variabel yang stasioner. Karena itu, hipotesis trend

stationarity dapat dievaluasi dengan menguji apakah nilai absolut dari ρ betul-betul lebih

kecil dari satu. Pengujian umum terhadap hipotesis di atas adalah

H0: ρ = 1 dan hipotesis alternatif H1: ρ < 1.


42

Kemudian dengan mengurangi kedua sisi persamaan (9) dengan yt-1 didapat

persamaan:

Δy t = αy t −1 + ε t (10)
dimana Δ mengindikasikan perbedaan pertama, sedangkan α=ρ-1, sehingga hipotesis nol

menjadi H0: α=0, sedangkan hipotesis alternatif menjadi H1: α<1. Sedangkan model

umum dari ADF yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Pasaribu,

2003) :

Δy t = k + αy t −1 + c1 Δy t − 2 + ... + c p Δ t − p + trend + ε t (11)

Jika nilai t-statistik ADF lebih kecil daripada t-statistik kritis MacKinnon maka

keputusannya adalah menolak H0 yang menyatakan bahwa data tidak stasioner atau

dengan kata lain data bersifat stasioner.

3.6.2 Penentuan Lag Optimal

Tahap kedua yang harus dilakukan dalam membentuk model VAR yang baik

adalah menentukan panjang lag (ordo) optimal. Penentuan lag optimal dapat

diidentifikasi dengan menggunakan Akaike Info Criterion (AIC), Schwarz Criterion

(SC), Hannan-Quinn Criterion (HQ), dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan

digunakan kriteria SC. Besarnya lag optimal ditentukan oleh lag yang memiliki kriteria

SC terkecil. Mengacu pada Widyanti dalam Hanie (2006), perhitungan SC adalah

sebagai berikut :

SC = AIC (q ) + (q / T )(log T − 1) (12)


43

dimana q merupakan jumlah variabel, T adalah jumlah observasi, dan AIC merupakan

Akaike Information Criteria dengan perhitungan sebagai berikut (Syabran dalam Hanie,

2006):

AIC = log ∑ ε t / N + 2 K / N
2
(13)
∑ε
2
dengan t
merupakan jumlah residual kuadrat, N adalah jumlah sampel, dan k

adalah jumlah variabel.

3.6.3 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi bertujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel yang tidak

stasioner mengalami kointegasi atau tidak. Konsep kointegrasi dikemukakan oleh Engle

dan Granger pada tahun 1987 sebagai fenomena dimana kombinasi linear dari dua atau

lebih variabel yang tidak stasioner akan menjadi stasioner. Kombinasi linear ini dikenal

dengan nama persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan

keseimbangan jangka panjang diantara variabel.

Untuk menguji apakah kombinasi variabel yang tidak stasioner mengalami

kointegrasi, pengujian yang dapat dilakukan adalah uji kointegrasi Engle-Granger, uji

kointegrasi Johansen, maupun uji kointegrasi Durbin-Watson. Pengujian ini dilakukan

dalam rangka memperoleh hubungan jangka panjang antara variabel yang telah

memenuhi persyaratan dalam proses integrasi dimana semua variabel telah stasioner

pada derajat yang sama yaitu pada first difference. Salah satu uji kointegrasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Johansen. Dengan H0 = non-

kointegrasi, dan H1 = kointegrasi. Jika t-trace statistics > t-mac-kinnon maka tolak H0

yang artinya persamaan tersebut terkointegrasi.


44

3.7 Analisis Impulse Response Function (IRF)

Analisis impuls respon adalah metode yang digunakan untuk menentukan respon

suatu variabel endogen terhadap guncangan (shock) variabel tertentu. IRF juga

digunakan untuk melihat guncangan dari satu variabel yang lain dan berapa lama

pengaruh tersebut terjadi. IRF dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon

dinamik variabel permintaan uang baik pada konvensional maupun pada Islam terhadap

guncangan variabel PDB, inflasi yang diharapkan, suku bunga, dan return syariah untuk

permintaan uang pada Islam.

3.8 Analisis Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

Analisis dekomposisi varian atau dikenal dengan Forecasting Error Variance

Decomposition (FEVD) digunakan untuk menghitung dan menganalisis seberapa besar

pengaruh acak guncangan dari variabel tertentu terhadap variabel endogen. FEVD

menghasilkan informasi mengenai relatif pentingnya masing-masing inovasi acak atau

seberapa kuat komposisi dari peranan variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam

model VAR.

Peramalan dekomposisi varian dalam penelitian ini untuk melihat seberapa besar

inovasi dari variabel PDB, suku bunga dan inflasi yang diharapkan dalam menjelaskan

permintaan uang konvensional sebagai variabel endogen. Serta melihat seberapa besar

inovasi dari variabel PDB, inflasi yang diharapkan, dan return syariah dalam

menjelasakan permintaan uang Islam sebagai variabel endogen.


45

3.9 Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

⎡ lm 1rt ⎤ ⎡ a11 (L ) a12 (L ) a13 (L ) a14 (L )⎤ ⎡ lm 1rt − i ⎤ ⎡ ε 1t ⎤


⎢ lpdbr ⎥ ⎢ a (L ) a 22 (L ) a 23 (L ) a 24 (L )⎥⎥ ⎢⎢ lpdbr t − i ⎥⎥ ⎢ε ⎥
⎢ t⎥
= ⎢ 21 + ⎢ 2t ⎥ (14)
⎢ inf t ⎥ ⎢ a 31 (L ) a 23 (L ) a 33 (L ) a 34 (L )⎥ ⎢ inf t − i ⎥ ⎢ε 3t ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣ rt ⎦ ⎣ a 41 (L ) a 24 (L ) a 43 (L ) a 44 (L )⎦ ⎣ idep t − i ⎦ ⎣ε 4 t ⎦
⎡ lm 2 rt ⎤ ⎡ a 11 (L ) a 12 (L ) a 13 (L ) a 14 (L )⎤ ⎡ lm 2 rt − i ⎤ ⎡ ε 1 t ⎤
⎢ lpdbr ⎥ ⎢ a (L ) a 22 (L ) a 23 (L ) a 24 (L )⎥⎥ ⎢⎢ lpdbr t − i ⎥⎥ ⎢⎢ ε 2 t ⎥⎥
⎢ t⎥
= ⎢ 21 + (15)
⎢ inf t ⎥ ⎢ a 31 (L ) a 32 (L ) a 33 (L ) a 34 (L )⎥ ⎢ inf t − i ⎥ ⎢ ε 3 t ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣ rt ⎦ ⎣ a 41 (L ) a 42 (L ) a 43 (L ) a 44 (L )⎦ ⎣ idep t − i ⎦ ⎣ ε 4 t ⎦

⎡lm1islrt ⎤ ⎡ a11 (L ) a12 (L) a13 (L) a14 (L )⎤ ⎡lm1islrt −i ⎤ ⎡ε 1t ⎤


⎢ lpdbr ⎥ ⎢a (L ) a22 (L ) a23 (L ) a24 (L )⎥⎥ ⎢⎢ lpdbrt −i ⎥⎥ ⎢⎢ε 2t ⎥⎥
⎢ t ⎥
= ⎢ 21 + (16)
⎢ inf t ⎥ ⎢a31 (L) a32 (L ) a33 (L ) a34 (L )⎥ ⎢ inf t −i ⎥ ⎢ε 3t ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣ rst ⎦ ⎣a41 (L ) a42 (L ) a43 (L ) a 44 (L )⎦ ⎣ rst −i ⎦ ⎣ε 4t ⎦
⎡lm2islrt ⎤ ⎡ a11 (L ) a12 (L ) a13 (L ) a14 (L )⎤ ⎡lm2islrt −i ⎤ ⎡ε 1t ⎤
⎢ lpdbr ⎥ ⎢a (L ) a 22 (L ) a 23 (L ) a 24 (L )⎥⎥ ⎢⎢ lpdbrt −i ⎥⎥ ⎢⎢ε 2t ⎥⎥
⎢ t ⎥
= ⎢ 21 + (17 )
⎢ inf t ⎥ ⎢a31 (L ) a32 (L ) a33 (L ) a34 (L )⎥ ⎢ inf t −i ⎥ ⎢ε 3t ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣ rst ⎦ ⎣a 41 (L ) a 42 (L ) a 43 (L ) a 44 (L )⎦ ⎣ rst −i ⎦ ⎣ε 4t ⎦

Untuk melihat seberapa pentingnya variabel VAR tersebut dapat diukur dari jumlah

koefisien estimasi, yang dilihat dari FEVD dan IRF. Misalnya FEVD dari permintaan

M1 konvensional yang mengukur respon M1 terhadap guncangan dari variabel VAR

dalam model. Jika sebagian besar variasi dari M1 dapat dijelaskan oleh nilai permintaan

M1 itu sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa lag dari variabel lain tidak dominan

dalam menjelaskan variasi dari permintaan M1.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum memasuki tahapan analisis model VAR/VECM, maka

sebelumnya dilakukan pengujian-pengujian pra-estimasi. Pengujian-pengujian

tersebut meliputi uji akar unit (unit root test), pengujian stabilitas VAR, dan

pengujian lag optimal. Pengujian-pengujian ini penting karena dalam model

multivariate time series kebanyakan data yang digunakan mengandung akar unit

sehingga akan membuat hasil estimasi menjadi palsu dan tidak valid (Gujarati,

2003).

4.1 Uji Stasioneritas Data

Metode pengujian yang digunakan untuk melakukan uji stasioneritas data

dalam penelitian ini adalah uji ADF (Augmented Dickey Fuller) dengan

menggunakan taraf nyata lima persen. Jika nilai t-ADF lebih kecil dari nilai kritis

MacKinnon, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan adalah

stasioner (tidak mengandung akar unit). Pengujian akar-akar unit ini dilakukan

pada tingkat level sampai dengan first difference. Hasil uji stasioneritas data dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian tidak seluruhnya stasioner pada tingkat level.

Ketidakstasioneran data dapat dilihat dari nilai t-ADF yang lebih besar dari nilai

kritis MacKinnon pada taraf nyata lima persen. Oleh karena itu, pengujian akar-

akar unit ini perlu dilanjutkan pada tingkat first difference.


47

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Akar Unit

Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon 5 %


level 1st Difference Level 1st Difference
LM1R -3.150728 -4.186927 -3.478305 -1.945823
LM2R -2.106581 -4.808571 -3.478305 -1.945823
LM1ISLR -3.184189 -4.871297 -3.478305 -1.945823
LM2ISLR -2.867085 -4.588587 -3.478305 -1.945823
LPDBR -2.849481 -5.828555 -3.478305 -1.945823
EXPINF -3.876472 -5.596616 -3.478305 -1.945823
IDEP -2.041460 -2.367211 -3.478305 -1.945823
RS -1.936030 -4.964099 -3.478305 -1.945823
Sumber : Lampiran 1
Catatan : Cetak tebal menunjukkan bahwa data tersebut stasioner pada taraf 5 %

Setelah dilakukan first difference, barulah semua data stasioner pada taraf

nyata lima persen. Artinya data yang digunakan pada penelitian ini terintegrasi

pada ordo satu atau dapat disingkat menjadi I(1). Menurut Sims dalam Nugraha

(2006), penggunaan data perbedaan pertama tidak direkomendasikan karena akan

menghilangkan informasi jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menganalisis

informasi jangka panjang akan digunakan data level sehingga model VAR akan

dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan menjadi VECM.

4.2 Penentuan Lag Optimal

Penentuan lag optimal sangat penting dalam pendekatan VAR karena lag

dari variabel endogen dalam sistem persamaan akan digunakan sebagai variabel

eksogen (Enders dalam De Jong, 2005). Pengujian panjang lag optimal ini sangat

berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR. Sehingga

dengan digunakannya lag optimal diharapkan tidak muncul lagi masalah

autokorelasi. Penentuan lag optimal yang digunakan dalam penelitian ini


48

berdasarkan lag terpendek dengan menggunakan Schwarz Information Criterion

(SC). Hasil pengujian penentuan lag optimal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Pengujian Lag Optimal VAR

Lag LM1R LM2R LM1ISLR LM2ISLR


0 -5.655168 -6.693080 -1.629395 -1.735444
1 -7.595590 -8.748189 -2.429522 -2.507683
2 -8.456005 -9.890451 -3.413715* -3.510520*
3 -8.515877* -10.07351* -3.169537 -3.261383
4 -7.950825 -9.609169 -2.577178 -2.681131
5 -7.823485 -9.569978 -2.478067 -2.586532
Sumber : Lampiran 2
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan SC terkecil

Dengan demikian persamaan umum VAR dapat ditulis sebagai berikut :

M1 Konvensional

3 3 3 3
Zt = ∑ Ψilm1rt −i + ∑ Φilpdbt −i + ∑ Πi expinft −i + ∑ Γiidept −i + ε it (18)
i =1 i =1 i =1 i =1

M2 Konvensional

3 3 3 3
Z t = ∑ Ψi lm2rt −i + ∑ Φ i lpdbt −i + ∑ Π i exp inf t −i + ∑ Γi idept −1 + ε it (19)
i =1 i =1 i =1 i =1

M1 Islam

2 2 2 2
X t = ∑ψ i lm1islrt −i + ∑ Φ i lpdbt −i + ∑ Π i exp inf t −i + ∑ Γi rst −i + ε it (20)
i =1 i =1 i =1 i =1

M2 Islam

2 2 2 2
X t = ∑ψ i lm 2islrt −i + ∑ Φ i lpdbt −i + ∑ Π i exp inf t −i + ∑ Γi rst −i + ε it (21)
i =1 i =1 i =1 i =1

dimana :

Zt = Variabel analisis untuk konvensional yang terdiri dari keseimbangan


49

uang riil M1R dan M2R, pendapatan riil (PDBR), expected inflation

(EXPINF), dan suku bunga (IDEP)

Xt = Variabel analisis untuk Islam yang terdiri dari keseimbangan uang

riil Islam M1ISLR dan M2ISLR, pendapatan riil (PDBR), expected

inflation (EXPINF), dan rate of return syariah (RS)

ψ , Π, Γ, Φ= parameter dalam bentuk matriks polinomial (finite order matrix)

dengan lag operator i

ε it = vector white noise

i = panjang lag (ordo) VAR

4.3 Pengujian Stabilitas VAR

Stabilitas VAR perlu diuji dahulu sebelum melakukan analisis lebih jauh,

karena jika hasil estimasi VAR yang akan dikombinasikan dengan model koreksi

kesalahan tidak stabil, maka IRF (Impulse Response Function ) dan FEVD

(Forecasting Error Variance Decomposition) menjadi tidak valid (Nugraha,

2006). Untuk menguji stabil atau tidaknya estimasi VAR yang telah dibentuk

maka dilakukan VAR stability condition check berupa roots of characteristic

polynomial. Suatu sistem VAR dikatakan stabil jika seluruh roots-nya memiliki

modulus lebih kecil dari 1 (Lutkepohl dalam Eviews 4 User’s Guide, 2002).

Berdasarkan uji stabilitas VAR maka dapat disimpulkan bahwa estimasi VAR

yang akan digunakan untuk analisis IRF dan FEVD stabil. Ringkasan pengujian

stabilitas VAR dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan

bahwa model VAR yang dibentuk sudah stabil pada lag optimalnya.
50

Tabel 4.3. Uji Stabilitas Model VAR

Model Kisaran Modulus


LM1R 0.080699-0.897403
LM2R 0.339967-0.908146
LM1ISLR 0.252866-0.859786
LM2ISLR 0.296331-0.859966
Sumber : Lampiran 3

4.4 Pengujian Kointegrasi

Konsep kointegrasi ini dikemukakan oleh Engle dan Granger pada tahun

1987 sebagai fenomena kombinasi linear dari dua atau lebih variabel yang tidak

stasioner akan menjadi stasioner. Kombinasi linear ini dikenal dengan istilah

persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan

keseimbangan jangka panjang diantara variabel (Verbeek dalam Nugraha, 2006).

metode pengujian kointegrasi didasarkan pada metode Johansen.

Pengujian ini dilakukan dalam rangka memperoleh hubungan jangka

panjang antar variabel yang telah memenuhi persyaratan selama proses integrasi

yaitu dimana semua variabel telah stasioner pada derajat yang sama yaitu derajat 1

I(1). Informasi jangka panjang diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu rank

kointegrasi untuk mengetahui berapa sistem persamaan yang dapat menerangkan

dari keseluruhan sistem yang ada. Kriteria pengujian kointegrasi pada penelitian

ini didasarkan pada trace-statistics. Apabila nilai trace-statistics lebih besar

daripada nilai kritis lima persen maka hipotesis alternatif yang menyatakan jumlah

rank kointegrasi dapat diterima. Hasil pengujian kointegrasi dapat dilihat pada

Tabel 4.4.
51

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Kointegrasi

Model Trace Statistics


H0 r=0 r<=1 r<=2 r<=3
H1 r>=1 r>=2 r>=3 r>=4
LM1R 57.09578 19.79565 10.45848 3.834314
LM2R 62.84106 22.77961 10.50753 2.468704
LM1ISLR 60.21652 22.40516 7.276304 1.742614
LM2ISLR 59.37895 21.27718 6.276524 1.827060
5 % critical value 39.89 24.31 12.53 3.84
Sumber : Lampiran 5
Catatan : Cetak tebal menunjukkan bahwa trace statistics > 5 % critical value dan terjadi
kointegrasi

Tabel 4.4 tersebut menunjukkan bahwa untuk masing-masing persamaan

terdapat minimal satu rank kointegrasi pada taraf nyata lima persen. Informasi

jumlah rank ini akan digunakan sebagai model koreksi kesalahan (ECM) yang

akan dimasukkan ke dalam model VAR menjadi VECM.

4.5 Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 Konvensional

Estimasi VECM dilakukan untuk melihat analisis jangka panjang dan

jangka pendek. Hasil estimasi VECM baik untuk jangka panjang maupun jangka

pendek dapat dilihat pada Tabel 4.5. Pada jangka panjang menunjukkan bahwa

output (PDB) berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan

keseimbangan M1 riil konvensional sebesar 0.957497. Artinya ketika PDB

meningkat sebesar satu persen maka permintaan keseimbangan M1 riil meningkat

juga sebesar 0.957497 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa ketika output

meningkat, maka semakin banyak transaksi yang harus dibiayai, sehingga

permintaan akan uang meningkat.


52

Variabel inflasi yang diharapkan juga secara signifikan mempengaruhi

permintaan uang M1 secara negatif. Koefisien sebesar -0.360059 dapat diartikan

ketika inflasi yang diharapkan meningkat sebesar satu persen maka permintaan

M1 akan turun sebesar 0.360059 persen. Hasil ini sejalan dengan teori bahwa

tingkat inflasi yang diharapkan merupakan tingkat pengembalian riil yang

diharapkan dalam memegang uang. Jadi ketika tingkat inflasi yang diharapkan

meningkat, maka orang akan meminimalkan resiko inflasi tersebut dengan

menurunkan jumlah uang yang dipegangnya di masa sekarang (Mankiw, 2003).

Tabel 4.5. Hasil Estimasi VECM Permintaan M1

JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN T-STATISTICS
CointEq1 -0.004782 -0.18227
D(LM1R(-1)) -0.226543 -1.65451
D(LM1R(-2)) -0.124576 -0.81925
D(LM1R(-3)) -0.098427 -0.74329
D(LPDBR(-1)) 0.148982 0.19384
D(LPDBR(-2)) 0.230850 0.18344
D(LPDBR(-3)) 0.820409 0.92703
D(IDEP(-1)) -0.016460 -0.71095
D(IDEP(-2)) -0.040887 -1.38395
D(IDEP(-3)) 0.043755 2.13883*
D(EXPINF(-1)) -0.000194 -0.02517
D(EXPINF(-2)) -0.000696 -0.12658
D(EXPINF(-3)) -0.002046 -0.57493
JANGKA PANJANG
LPDBR(-1) 0.957497 137.698*
IDEP(-1) -0.005443 -0.85300
EXPINF(-1) -0.360059 -6.51895*
Sumber : Lampiran 6
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %

Variabel suku bunga dalam penelitian ini berpengaruh negatif terhadap

permintaan M1, tetapi tidak signifikan. Hal ini tentu saja sesuai dengan teori

bahwa suku bunga memang berpengaruh negatif terhadap permintaan uang. Hal
53

ini bisa terjadi mengingat suku bunga merupakan biaya imbangan dalam

memegang uang. Ketika suku bunga naik, maka orang akan lebih senang

menempatkan uangnya pada aset yang berbunga, seperti deposito dan surat-surat

berharga. Secara empiris ini juga menunjukkan bahwa suku bunga tidak

memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi

permintaan uang M1.

Seperti terlihat pada Tabel 4.5, hasil estimasi VECM untuk fungsi

permintaan M1 konvensional jangka pendek terdapat nilai koreksi kesalahan dari

jangka pendek ke jangka panjang tetapi secara statistik tidak signifikan. Pada

analisis jangka pendek, variabel suku bunga pada lag ketiga signifikan

mempengaruhi permintaan M1 dengan koefisien sebesar 0.043755. Artinya

ketika suku bunga naik satu persen, maka permintaan M1 naik 0.043755 persen.

Sedangkan untuk variabel tingkat inflasi yang diharapkan, suku bunga, dan

permintaan M1 periode sebelumnya tidak signifikan mempengaruhi permintaan

M1 untuk semua lag pada jangka pendek.

4.5.1 Simulasi Analisis Impuls Respon

Gambar 4.1 di bawah ini, merupakan hasil impuls respon permintaan M1

akibat guncangan PDB, tingkat inflasi yang diharapkan, dan suku bunga pada

jangka panjang. Pada saat terjadi guncangan variabel PDB, permintaan M1

konvensional merespon positif dengan terjadinya kenaikan mulai dari periode

kedua sampai akhir periode peramalan. Pada periode ketujuh, respon permintaan

M1 terhadap guncangan PDB sebesar 2.1 persen. Mulai dari periode ke-25 sampai
54

periode ke-48, respon permintaan M1 terhadap guncangan PDB adalah sekitar 1.6

persen. Berarti permintaan M1 dapat dikatakan stabil dalam merespon guncangan

PDB setelah periode ke-25.

Response to Cholesky One S.D. Innovations


Response of LM1R to LM1R Response of LM1R to LPDBR
.03 .03

.02 .02

.01 .01

.00 .00

-.01 -.01

-.02 -.02
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Response of LM1R to IDEP Response of LM1R to EXPINF


.03
.03

.02
.02

.01
.01

.00
.00

-.01
-.01

-.02
-.02
5 10 15 20 25 30 35 40 45
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Gambar 4.1 Respon Permintaan M1 Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang


Diharapkan, dan Suku Bunga pada Jangka Panjang

Guncangan variabel inflasi yang diharapkan sebesar satu standar deviasi

menyebabkan permintaan M1 konvensional turun sebesar 0.69 persen pada

periode ketujuh. Pada periode ini, permintaan M1 merespon negatif guncangan

inflasi yang diharapkan dengan respon yang paling besar. Respon negatif ini terus

berlangsung sampai akhir periode peramalan. Respon permintaan M1 akibat

guncangan inflasi yang diharapkan berfluktuasi pada kisaran nilai 0.17 sampai

dengan 0.69 persen dari periode kedua sampai dengan periode ke-48. Mulai
55

periode ke-38, terlihat adanya kestabilan respon permintaan M1 terhadap

guncangan inflasi yang diharapkan sekitar 0.4 persen. Secara umum respon

permintaan M1 terhadap guncangan inflasi yang diharapkan selama periode

peramalan adalah negatif.

Secara umum guncangan variabel suku bunga mulai dari periode kedua

hingga periode ke-48 menyebabkan permintaan M1 turun. Pada periode

kedelapan, guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi menyebabkan

permintaan M1 turun 1.87 persen. Periode tersebut merupakan periode dimana

permintaan M1 merespon guncangan suku bunga dengan nilai terbesar. Respon

permintaan M1 terhadap guncangan variabel suku bunga sudah terlihat stabil pada

periode ke-31 peramalan. Mulai periode ini, respon permintaan M1 terhadap

guncangan suku bunga sebesar satu standar deviasi sekitar 1.27 persen. Dari

gambar dan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa permintaan M1 ini

mulai stabil dalam merespon guncangan variabel lain setelah periode ke-25.

4.5.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

Struktur dinamis antar variabel dalam VAR dapat dilihat melalui analisis

Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD), dimana pola dari FEVD ini

mengindikasikan sifat dari kausalitas multivariat di antara variabel-variabel dalam

model VAR. Pengurutan variabel dalam analisi FEVD ini didasarkan pada

faktorisasi Cholesky. Hasil analisis FEVD terhadap permintaan uang M1

konvensional dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut.


56

Variance Decomposition M1

120
100
80 EXPINF
IDEP
%

60
LPDBR
40
LM1R
20
0
1 12 24 36 48
Periode

Gambar 4.2. Variance Decomposition Permintaan M1 Konvensional

Pada periode pertama, fluktuasi variabel permintaan M1 dipengaruhi oleh

guncangan M1 itu sendiri sebesar 100 persen, sedangkan pengaruh variabel lain

belum terlihat. Pada interval peramalan periode-periode selanjutnya, pengaruh

guncangan permintaan M1 itu sendiri makin menurun mempengaruhi fluktuasi

permintaan M1 tetapi masih dominan. Pada periode ke-12 fluktuasi M1 dapat

dijelaskan oleh variabel suku bunga dengan kontribusi 22.81 persen. Pada periode

ke-24, fluktuasi permintaan M1 dipengaruhi oleh guncangan permintaan M1 itu

sendiri sebesar 50.62 persen, PDB sebesar 25.40 persen, suku bunga sebesar 21.78

persen, dan guncangan inflasi yang diharapkan sebesar 2.18 persen.

Sampai periode ke-48, fluktuasi permintaan M1 masih dominan

dipengaruhi oleh guncangan permintaan M1 itu sendiri. Variabel PDB

memberikan kontribusi terbesar kedua dalam menjelaskan variabilitas permintaan

M1 pada periode ke-24, ke-36, dan ke-48. Sementara guncangan variabel inflasi

yang diharapkan tidak dominan mempengaruhi fluktuasi permintaan M1 untuk

setiap periode peramalan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada jangka panjang
57

PDB berpengaruh terhadap permintaan uang M1, sedangkan inflasi yang

diharapkan kurang berpengaruh.

4.6 Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Konvensional

Berdasarkan Tabel 4.6 yang merupakan hasil estimasi VECM jangka

panjang dan jangka pendek, dapat dilihat bahwa variabel PDB, suku bunga, dan

inflasi secara signifikan mempengaruhi permintaan M2 pada jangka panjang. PDB

mempengaruhi permintaan M2 secara positif dengan koefisien sebesar 1.055990.

Artinya ketika terjadi peningkatan PDB sebesar satu persen, maka permintaan M2

meningkat sebesar 1.055990 persen.

Variabel inflasi yang diharapkan berpengaruh negatif terhadap permintaan

M2 dengan koefisien sebesar -0.432484. Artinya ketika inflasi yang diharapkan

meningkat sebesar satu persen, maka permintaan M2 turun sebesar 0.432484

persen. Hal ini sejalan dengan teori dimana inflasi yang diharapkan merupakan

tingkat pengembalian riil yang diharapkan orang dalam memegang uang. Ketika

inflasi yang diharapkan meningkat, maka orang akan cenderung menghindari

resiko inflasi tersebut dengan menurunkan jumlah uang yang dipegangnya di

masa sekarang. Sedangkan variabel suku bunga menunjukkan tanda positif dalam

mempengaruhi permintaan M2. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan teori,

dimana suku bunga seharusnya berpengaruh negatif terhadap permintaan uang.

Tetapi dapat dijelaskan, mengingat dalam M2 sendiri terdapat unsur deposito. Jadi

ketika suku bunga naik, maka orang akan lebih memilih untuk menempatkan

uangnya pada aset yang berbunga seperti deposito dan obligasi. Karena variabel
58

suku bunga yang digunakan disini adalah suku bunga deposito, maka saat suku

bunga meningkat, maka jumlah deposito akan naik, dan permintaan M2 akan

meningkat juga.

Tabel 4.6. Hasil Estimasi VECM Permintaan M2

JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN T-STATISTICS
CointEq1 -0.016676 -1.24459
D(LM2R(-1)) -0.062076 -0.48035
D(LM2R(-2)) -0.097405 -0.54007
D(LM2R(-3)) -0.458014 -2.72159*
D(LPDBR(-1)) 0.173739 0.37720
D(LPDBR(-2)) -0.133496 -0.18066
D(LPDBR(-3)) 0.198534 0.40511
D(IDEP(-1)) -0.000128 -0.00904
D(IDEP(-1)) 0.007871 0.42679
D(IDEP(-1)) -0.007317 -0.57291
D(EXPINF(-1)) 0.008823 1.87867
D(EXPINF(-2)) 0.001523 0.48093
D(EXPINF(-3)) 0.000190 0.08877
JANGKA PANJANG
LPDBR(-1) 1.055990 125.407*
IDEP(-1) 0.015002 2.00788*
EXPINF(-1) -0.432484 -6.25449*
Sumber : Lampiran 7
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %

Pada jangka pendek, ternyata hanya ada satu variabel yang signifikan yaitu

permintaan M2 pada lag ketiga. Dimana permintaan M2 pada lag ketiga tersebut

berpengaruh negatif terhadap permintaan M2. Sedangkan koefisien koreksi

kesalahan mempunyai tanda negatif, tetapi secara statistik tidak signifikan.

Variabel-variabel lainnya antara lain PDB, suku bunga, dan inflasi yang

diharapkan, dalam jangka pendek ternyata secara statistik tidak signifikan

mempengaruhi permintaan M2.


59

4.6.1 Simulasi Analisis Impuls Respon

Guncangan PDB menyebabkan permintaan M2 konvensional naik untuk

semua periode peramalan. Pada periode ketujuh, respon permintaan M2

mengalami kenaikan tertinggi dengan nilai 0.67 persen. Respon permintaan M2

berfluktuasi sekitar 0.03 sampai 0.67 persen selama periode peramalan terhadap

guncangan PDB sebesar satu standar deviasi. Pada periode ke-25 peramalan,

mulai terlihat adanya kestabilan respon permintaan M2 terhadap pengaruh

guncangan variabel PDB dengan nilai sekitar 0.5 persen. Gambar 4.3 berikut

merupakan respon permintaan M2 akibat guncangan PDB, inflasi yang

diharapkan, dan suku bunga pada jangka panjang.

Response to Cholesky One S.D. Innovations


Response of LM2R to LM2R Response of LM2R to LPDBR
.020 .020

.016 .016

.012 .012

.008 .008

.004 .004

.000 .000

-.004 -.004

-.008 -.008
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Response of LM2R to IDEP Response of LM2R to EXPINF


.020
.020
.016
.016
.012
.012
.008
.008
.004
.004
.000
.000
-.004
-.004
-.008
-.008
5 10 15 20 25 30 35 40 45
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Gambar 4.3. Respon Permintaan M2 Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang


Diharapkan, dan Suku Bunga pada Jangka Panjang
60

Sedangkan guncangan inflasi yang diharapkan sebesar satu standar deviasi

menyebabkan permintaan M2 turun untuk semua periode, kecuali pada periode

kedua. Pada periode ini, guncangan inflasi yang diharapkan sebesar satu standar

deviasi direspon positif oleh permintaan M2 sebesar 0.1 persen. Mulai dari

periode ketiga, guncangan inflasi yang diharapkan ini direspon negatif oleh

permintaan M2 sebesar 0.38 persen. Mulai dari periode ke-27, guncangan inflasi

yang diharapkan sebesar satu standar deviasi direspon negatif oleh permintaan M2

dengan nilai yang stabil yakni sekitar 0.27 persen.

Guncangan variabel suku bunga direspon negatif oleh permintaan M2

untuk semua horizon waktu peramalan, kecuali periode kedua, ketiga, dan

keempat. Dimana guncangan suku bunga pada tiga periode ini direspon positif

oleh permintaan M2. Respon terbesar dari permintaan M2 terhadap guncangan

suku bunga terjadi pada periode kesembilan yaitu sebesar 0.4301 persen.

Pengaruh guncangan variabel suku bunga ini pun mulai terlihat stabil sekitar

periode ke-20. Dari semua penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

permintaan M2 cenderung lebih stabil bila dibandingkan dengan permintaan M1

karena respon permintaan M2 terhadap guncangan variabel lain mulai stabil

dalam periode waktu yang lebih cepat.

4.6.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

Hasil analisis FEVD terhadap permintaan uang konvensional (M2) dapat

dilihat pada Gambar 4.4. Pada periode pertama, fluktuasi variabel permintaan M2

dipengaruhi oleh guncangan pada M2 itu sendiri sebesar 100 persen, sedangkan
61

pengaruh guncangan variabel lain belum nampak. Dari mulai periode ke-12

hingga periode ke-48, fluktuasi M2 masih dominan dipengaruhi oleh guncangan

variabel M2 itu sendiri.

Variance Decomposition M2

120
100
80 EXPINF
IDEP
%

60
LPDBR
40
LM2R
20
0
1 12 24 36 48
Periode

Gambar 4.4. Variance Decomposition Permintaan M2 Konvensional

Guncangan yang mempengaruhi fluktuasi variabel M2 setelah M2 itu

sendiri adalah guncangan variabel PDB untuk periode ke-12 sampai periode ke-

48. Pada periode ke-24, variabel permintaan keseimbangan uang riil M2

memberikan kontribusi terhadap variabilitas permintaan M2 itu sendiri sebesar

80.23 persen. Sedangkan PDB memberikan kontribusi sebesar 11.42 persen dalam

menjelaskan fluktuasi permintaan M2. Variabel suku bunga dan inflasi yang

diharapkan sendiri relatif memberikan kontribusi yang kecil dalam menjelaskan

fluktuasi permintaan M2. Kontribusi variabel permintaan M2 sendiri dalam

menjelaskan fluktuasi nilai M2 sangat dominan di setiap periode peramalan.

Kontribusi rata-rata dari periode ke-12 sampai periode ke-48 adalah sebesar 80

persen.
62

4.7 Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 Islam

Berdasarkan Tabel 4.7. dibawah ini, pada jangka panjang variabel PDB,

inflasi yang diharapkan, dan return syariah berpengaruh signifikan pada taraf lima

persen terhadap permintaan M1 Islam. Variabel PDB sendiri berpengaruh positif

terhadap permintaan M1 Islam dengan koefisien sebesar 0.907528. Artinya ketika

PDB meningkat sebesar satu persen, maka permintaan M1 Islam juga meningkat

sebesar 0.907528 persen.

Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 Islam

JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN T-STATISTICS
CointEq1 -0.169597 -3.20715*
D(LM1ISLR(-1)) -0.591018 -4.63346*
D(LM1ISLR(-2)) -0.260233 -2.03980*
D(LPDBR(-1)) -3.441561 -4.20515*
D(LPDBR(-2)) 3.474387 4.11606*
D(RS(-1)) 0.006353 1.25117
D(RS(-2)) 0.000638 0.14235
D(EXPINF(-1)) 0.021619 2.89567*
D(EXPINF(-2)) 0.010525 2.06293*
JANGKA PANJANG
LPDBR(-1) 0.907528 108.678*
RS(-1) -0.044415 -4.34262*
EXPINF(-1) -0.187134 -6.53012*
Sumber : Lampiran 8
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %

Variabel inflasi yang diharapkan dan return syariah juga sama-sama

berpengaruh negatif terhadap permintaan M1 Islam. Dengan koefisien masing-

masing berturut-turut sebesar -0.187134 dan -0.044415. Hal ini juga menunjukkan

bahwa dalam permintaan M1 dalam Islam, orang juga masih mempertimbangkan

biaya imbangan dalam memegang uang. Artinya ketika inflasi yang diharapkan

dan atau return syariah meningkat, maka permintaan M1 Islam akan menurun.
63

Pada analisis jangka pendek, terdapat koreksi kesalahan sebesar

0.169597 yang secara statistik signifikan. Artinya setiap bulan kesalahan

dikoreksi sebesar 0.169597 persen untuk menuju ke keseimbangan jangka

panjang. Selain itu pada jangka pendek juga terdapat beberapa variabel yang

secara statistik signifikan mempengaruhi permintaan M1 Islam. Variabel-variabel

tersebut antara lain permintaan M1 Islam pada lag pertama dan kedua, PDB pada

lag pertama dan kedua, dan inflasi yang diharapkan pada lag pertama dan kedua.

Pada jangka pendek, permintaan M1 Islam pada lag pertama dan kedua

berpengaruh negatif terhadap permintaan M1 Islam dengan koefisien berturut-

turut sebesar sebesar -0.169597 dan -0.260233. Sedangkan PDB pada lag kedua

berpengaruh positif terhadap permintaan uang dengan koefisien sebesar 3.474387.

Sedangkan inflasi yang diharapkan pada lag pertama dan kedua berpengaruh

positif terhadap permintaan M1 Islam dengan koefisien masing-masing sebesar

0.021619 dan 0.010525. Variabel return syariah pada jangka pendek ternyata

tidak signifikan mempengaruhi permintaan M1 Islam. Berarti dalam jangka

pendek, return syariah tidak mempengaruhi preferensi orang dalam memegang

uang. Hal ini memang bisa terjadi mengingat orang tidak bisa melihat apakah

tingkat pengembalian yang diterima naik atau turun. Karena nilai nominal yang

bisa dilihat hanyalah nisbah bagi hasilnya bukan return-nya. Return syariah

sendiri tidak tentu karena menyesuaikan dengan kondisi di sektor riil.

4.7.1 Simulasi Analisis Impuls Respon

Pada bulan pertama, guncangan PDB, inflasi dan tingkat pengembalian

pada bank syariah tidak mempengaruhi permintaan uang. Guncangan PDB


64

sebesar satu standar deviasi pada periode kedua dan ketiga direspon negatif oleh

permintaan M1 Islam. Tetapi secara umum dapat dilihat mulai dari periode

keempat sampai periode ke-48, guncangan PDB sebesar satu standar deviasi

menyebabkan permintaan M1 Islam naik. Pada periode ke-20, respon permintaan

M1 Islam terhadap guncangan PDB mulai terlihat stabil sekitar 1.4 persen.

Response to Cholesky One S.D. Innovations


Response of LM1ISLR to LM1ISLR Response of LM1ISLR to RS
.05 .05

.04 .04

.03 .03

.02 .02

.01 .01

.00 .00

-.01 -.01

-.02 -.02

-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Response of LM1ISLR to LPDBR Response of LM1ISLR to EXPINF
.05 .05

.04 .04

.03 .03

.02 .02

.01 .01

.00 .00

-.01 -.01

-.02 -.02

-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Gambar 4.5. Respon Permintaan M1 Islam Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah pada Jangka Panjang

Untuk variabel inflasi yang diharapkan, mulai dari periode 2 sampai

dengan periode 48, guncangan inflasi yang diharapkan menyebabkan permintaan

uang M1 Islam menurun. Pada periode kesembilan, permintaan M1 mengalami

penurunan tertajam yaitu sebesar 2.3696 persen akibat guncangan inflasi yang

diharapkan sebesar satu standar deviasi. Baru pada periode ke-19 permintaan M1
65

Islam mulai terlihat stabil dalam merespon guncangan inflasi yang diharapkan

sebesar 1.9 persen.

Begitupun dengan variabel return syariah, dimana guncangan pada return

akan direspon negatif oleh permintaan uang Islam dari periode kedua sampai akhir

periode inovasi. Pada periode kesembilan, guncangan return syariah sebesar satu

standar deviasi menyebabkan penurunan permintaan M1 Islam paling besar yaitu

bernilai 1.29 persen. Mulai periode ke-15 terlihat bahwa permintaan M1 Islam

mulai stabil dalam merespon guncangan return syariah dengan nilai berkisar

antara 0.9 sampai 1 persen. Dari keseluruhan penjelasan diatas, dapat dikatakan

bahwa permintaan M1 Islam stabil.

4.7.1 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

Hasil FEVD untuk permintaan M1 Islam diringkas pada Gambar 4.6.

Fluktuasi variabel permintaan M1 Islam pada periode 1 bulan ke depan 100

persen dipengaruhi oleh guncangan variabel M1 Islam itu sendiri, pengaruh

guncangan dari variabel lainnya belum terlihat. Untuk setiap periode peramalan,

guncangan pada permintaan M1 Islam sendiri yang masih dominan memberikan

kontribusi terbesar dalam menjelaskan variabilitas permintaan M1 Islam. Untuk

periode 12 bulan ke depan, fluktuasi permintaan M1 Islam dipengaruhi oleh

guncangan inflasi yang diharapkan sebesar 20.09 persen, sedangkan guncangan

permintaan M1 Islam sendiri mempengaruhi fluktuasi permintaan M1 Islam

sebesar 59.67 persen. Dari mulai periode ke-24 hingga periode ke-48, guncangan

inflasi yang diharapkan merupakan variabel dominan kedua yang mempengaruhi


66

fluktuasi permintaan M1 Islam. Variabel PDB dan tingkat return syariah tidak

dominan dalam menjelaskan fluktuasi permintaan M1 Islam.

Pengaruh inflasi yang diharapkan dalam menjelaskan variabilitas

permintaan M1 Islam cukup besar. Hal ini sebenarnya tidak diharapkan dalam

konsep ekonomi Islam. Tetapi bisa dijelaskan mengingat dalam M1 masih

terdapat unsur uang kartal. Karakteristik uang kartal sebagai uang fiat

konvensional berarti masih sangat dominan dalam mempengaruhi unsur M1

Islam.

Variance Decomposition M1-ISLAM

120
100
80 EXPINF
RS
%

60
LPDBR
40
LM1ISLR
20
0
1 12 24 36 48
Periode

Gambar 4.6. Variance Decomposition Permintaan M1 Islam

4.8 Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Islam

Pada Tabel 4.8. terlihat bahwa variabel PDB, inflasi yang diharapkan, dan

return syariah berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan M2 Islam.

Variabel PDB berpengaruh positif terhadap permintaan M2 Islam dengan

koefisien sebesar 0.929250. Artinya peningkatan PDB sebesar satu persen


67

menyebabkan naiknya permintaan M2 Islam sebesar 0.929250 persen. Selain dari

itu, variabel inflasi yang diharapkan dan return syariah juga berpengaruh negatif

terhadap permintaan M2 Islam. Ketika terjadi peningkatan inflasi yang diharapkan

dan atau return syariah, maka akan mengakibatkan turunnya permintaan M2

Islam. Koefisien masing-masing variabel tersebut berturut-turut adalah -0.219045

dan -0.064118.

Tabel 4.8. Hasil Estimasi VECM Permintaan M2 Islam

JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN T-STATISTICS
CointEq1 -0.129318 -2.90117*
D(LM2ISLR(-1)) -0.581670 -4.44598*
D(LM2ISLR(-2)) -0.243357 -1.89996
D(LPDBR(-1)) -3.199146 -4.04682*
D(LPDBR(-2)) 3.436573 4.22750*
D(RS(-1)) 0.006203 1.20579
D(RS(-2)) 0.000384 0.08673
D(EXPINF(-1)) 0.019626 2.71326*
D(EXPINF(-2)) 0.009812 1.98651*
JANGKA PANJANG
LPDBR(-1) 0.929250 96.3746*
RS(-1) -0.064118 -5.45737*
EXPINF(-1) -0.219045 -6.65892*
Sumber : Lampiran 9
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %

Berdasarkan tabel diatas pada jangka pendek dapat dilihat adanya koreksi

kesalahan sebesar 0.129318 yang signifikan secara statistik dimana setiap

bulannya kesalahan dikoreksi sebesar 0.129318 persen untuk menuju ke

keseimbangan jangka panjangnya. Variabel lainnya yang signifikan antara lain

variabel permintaan M2 Islam pada lag pertama, PDB pada lag pertama dan

kedua, serta inflasi yang diharapkan pada lag pertama dan kedua.
68

Permintaan M2 Islam pada lag pertama berpengaruh negatif terhadap

permintaan M2 Islam dengan koefisien sebesar -0.581670. Kemudian PDB pada

lag pertama berpengaruh negatif terhadap permintaan M2 Islam sedangkan PDB

pada lag kedua berpengaruh positif terhadap permintaan M2 Islam. Variabel

inflasi yang diharapkan pada lag pertama dan kedua berpengaruh positif terhadap

permintaan M2 Islam. Sedangkan variabel return syariah secara statistik tidak

signifikan dalam mempengruhi permintaan M2 Islam dalam jangka pendek.

4.8.1 Simulasi Analisis Impuls Respon

Pada bulan pertama, guncangan PDB, inflasi yang diharapkan, dan tingkat

pengembalian pada bank syariah tidak mempengaruhi permintaan uang.

Guncangan PDB sebesar satu standar deviasi pada periode kedua dan ketiga

direspon negatif oleh permintaan M2 Islam. Tetapi secara umum dapat dilihat

mulai dari periode keempat sampai periode ke-48, guncangan PDB sebesar satu

standar deviasi menyebabkan permintaan M2 Islam naik. Periode maksimum

terjadi pada periode ketujuh dimana guncangan PDB sebesar satu standar deviasi

menyebabkan permintaan M2 Islam naik 2.26 persen. Pada periode ke-21, respon

permintaan M2 Islam terhadap guncangan PDB mulai terlihat stabil. Gambar

berikut ini merupakan respon permintaan M2 Islam selama 48 horizon waktu ke

depan.

Guncangan pada inflasi yang diharapkan sebesar satu standar deviasi

menyebabkan permintaan M2 Islam turun untuk semua periode peramalan.

Respon permintaan M2 Islam terhadap guncangan inflasi yang diharapkan


69

mengalami penurunan terbesar pada periode kesembilan dengan nilai 2.0766

persen. Mulai dari periode ke-19, respon permintaan M2 Islam terhadap

guncangan inflasi yang diharapkan mulai terlihat stabil sekitar 1.7 persen.

Response to Cholesky One S.D. Innovations


Response of LM2ISLR to LM2ISLR Response of LM2ISLR to LPDBR
.05 .05

.04 .04

.03 .03

.02 .02

.01 .01

.00 .00

-.01 -.01

-.02 -.02

-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Response of LM2ISLR to RS Response of LM2ISLR to EXPINF


.05
.05
.04
.04
.03
.03
.02
.02
.01
.01
.00
.00
-.01
-.01
-.02
-.02
-.03
-.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Gambar 4.7. Respon Permintaan M2 Islam Akibat Guncangan PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah pada Jangka Panjang

Mulai dari periode kedua sampai akhir periode peramalan, guncangan

variabel return syariah sebesar satu standar deviasi menyebabkan penurunan

permintaan M2 Islam. Dari periode kedua hingga periode ke-18, respon

permintaan M2 Islam terhadap guncangan return syariah berfluktuasi dengan

kisaran nilai 0.4 sampai 1.1 persen. Pada periode ke-19, respon permintaan M2

Islam terhadap pengaruh guncangan variabel return syariah sudah mulai terlihat
70

stabil. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan M2 Islam cukup stabil dalam

merespon guncangan variabel lain karena menunjukkan respon yang sudah tidak

berfluktuatif pada sekitar periode ke-19.

4.8.2 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD)

Pada Gambar 4.8. dapat dilihat bahwa guncangan variabel permintaan M2

Islam terhadap fluktuasi permintaan M2 dominan mempengaruhi pada periode

pertama sebesar 100 persen. Mulai periode ke-12 sampai periode ke-48,

guncangan permintaan M2 Islam masih memberikan kontribusi yang dominan

dalam menjelaskan permintaan M2 Islam, tetapi porsinya terus menurun. Pada

periode ke-12, PDB memberikan kontribusi sekitar 13.26 persen dalam

menjelaskan variabilitas permintaan M2 Islam. Dari mulai periode ke-12 hingga

periode ke-48 pengaruh guncangan inflasi yang diharapkan terhadap fluktuasi

permintaan M2 terus meningkat.

Pada periode ke-48, guncangan inflasi yang diharapkan mempengaruhi

permintaan M2 Islam sebesar 17.22 persen. Sedangkan guncangan variabel

permintaan M2 Islam itu sendiri mampu menjelaskan fluktuasi permintaan M2

sebesar 63.43 persen. Untuk variabel return syariah, guncangan pada variabel ini

justru tidak dominan mempengaruhi fluktuasi permintaan M2 Islam. Hal ini

mengindikasikan bahwa orang tidak terlalu mempermasalahkan return syariah

naik atau tidak dalam pertimbangan memegang uang. Ini dapat dijelaskan bahwa

orang yang menempatkan aset mereka pada skim perbankan syariah hanya

berlandaskan pada landasan religiusnya bahwa bunga adalah haram. Jadi tidak
71

masalah return syariah naik ataupun tidak mereka tetap menempatkan aset mereka

pada skim syariah.

Untuk variance decomposition M2 Islam, pengaruh inflasi yang

diharapkan dalam menjelaskan variabilitas permintaan M2 Islam cukup besar. Hal

ini sebenarnya tidak diharapkan dalam konsep ekonomi Islam. Tetapi bisa

dijelaskan mengingat dalam M2 masih terdapat unsur uang kartal yang termasuk

dalam M1. Karakteristik uang kartal sebagai uang fiat konvensional berarti masih

sangat dominan dalam mempengaruhi unsur M1 Islam. Karena proporsi uang

kartal sendiri sangat besar jika dibandingkan dengan giro wadi’ah, tabungan

mudharabah dan investasi mudharabah pada perbankan syariah.

Variance Decomposition M2-ISLAM

120
100
80 EXPINF
RS
%

60
LPDBR
40
LM2ISLR
20
0
1 12 24 36 48
Periode

Gambar 4.8. Variance Decomposition Permintaan M2 Islam

4.6 Hubungan Antara Jumlah Uang Beredar pada Konvensional dan


Jumlah Uang Beredar Islam dengan Tingkat Harga

Analisis yang digunakan untuk mejawab permasalahan yang ketiga ini

adalah dengan menggunakan VAR first difference. Hal ini dilakukan karena
72

setelah dilakukan semua tahapan estimasi VAR, ternyata tidak ditemukan adanya

kointegrasi jangka panjang antara jumlah uang beredar konvensional dan jumlah

uang beredar Islam dengan tingkat harga. Sehingga estimasi dengan VECM pun

tidak bisa dilanjutkan. Berikut hasil pengujian pra estimasi untuk mengetahui

hubungan antara jumlah uang beredar dengan tingkat harga.

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Akar Unit (2)

Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon 5 %


level 1st Difference Level 1st Difference
LM1 -2.581378 -2.743636 -3.478305 -1.945823
LM2 0.042461 -2.127274 -3.478305 -1.945823
LM1ISL -3.553596 -4.144041 -3.478305 -1.945823
LM2ISL -3.192469 -3.824946 -3.478305 -1.945823
LIHK -1.941195 -2.144667 -3.478305 -1.945823
Sumber : Lampiran 18
Catatan : Cetak tebal menunjukkan bahwa data tersebut stasioner pada taraf 5 %

Dari Tabel 4.9. dapat dilihat bahwa baru pada first difference semua data yang

digunakan untuk menjawab permasalahan ketiga ini stasioner.

Tabel 4.10. Pengujian Lag Optimal VAR (2)

Lag LM1 LM2 LM1ISL LM2ISL


0 -10.50238 -11.96595 -9.017752 -9.109793
1 -10.51994* -12.01493* -9.240763* -9.317811*
2 -10.43485 -11.93308 -9.120257 -9.196850
3 -10.35295 -11.93273 -9.155680 -9.232773
4 -10.29640 -11.86687 -9.069476 -9.148176
5 -10.25950 -11.76063 -9.003007 -9.078805
Sumber : Lampiran 19
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan AIC terkecil

Dari hasil pengujian lag optimal dengan menggunakan kriteria AIC, dapat

ditentukan bahwa lag optimal yang digunakan untuk keempat model adalah pada

lag pertama. Pada Tabel 4.11. dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun model yang

menunjukkan terjadinya kointegrasi. Hal ini dapat dilihat dari nilai trace statistics
73

yang lebih kecil dari nilai kritis lima persen. Sehingga estimasi dengan

menggunakan VECM pun tidak dapat dilanjutkan. Estimasi yang bisa dilakukan

adalah dengan menggunakan VAR first difference.

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Kointegrasi (2)

Model Trace Statistics


H0 r=0 r<=1
H1 r>=1 r>=2
LM1R 8.372786 0.656853
(15.41) (3.76)
LM2R 13.31887 0.433771
(18.17) (3.74)
LM1ISLR 18.79984 4.066706
(25.32) (12.25)
LM2ISLR 18.60514 4.266432
(25.32) (12.25)
Sumber : Lampiran 20
Catatan : Nilai dalam tanda () adalah 5 % critical value

Hasil VAR first difference lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel

4.12. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya M2 sajalah yang berpengaruh

signifikan terhadap tingkat harga, tetapi dalam jangka pendek. Sedangkan untuk

jangka panjangnya dikatakan tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya

hubungan karena memang tidak ditemukan adanya kointegrasi. Hasil ini

mendukung penelitian yang dilakukan Izhar dan Asutay (2007) bahwa baik dalam

persamaan jangka panjang maupun persamaan jangka pendek dengan error

correction model variabel M2 konvensional dan M2 Islam tidak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan tingkat harga. Tetapi nilai error correction term

(ECT) pada sistem konvensional lebih besar daripada ECT pada sistem Islam.

Perbedaannya adalah pada penelitian ini ditunjukkan bahwa baik M1 dan M2


74

konvensional maupun M1 dan M2 Islam tidak efektif dalam mempengaruhi

tingkat harga pada jangka panjang karena tidak terjadi kointegrasi.

Tabel 4.12. Hasil Estimasi VAR First Difference

D(LIHK) dan D(LM1)


Variabel D(LIHK)
D(LIHK(-1)) 0.093384
D(LM1(-1)) 0.012194
C 0.006687*
D(LIHK) dan D(LM2)
Variabel D(LIHK)
D(LIHK(-1)) 0.084686
D(LM2(-1)) 0.275592*
C 0.004561*
D(LIHK) dan D(LM1ISL)
Variabel D(LIHK)
D(LIHK(-1)) 0.043796
D(LM1ISL(-1)) 0.036640
C 0.006790*
D(LIHK) dan D(LM2ISL)
Variabel D(LIHK)
D(LIHK(-1)) 0.049139
D(LM2ISL(-1)) 0.035924
C 0.006705*
Sumber : Lampiran 21
Catatan : Tanda asterik (*) menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %

4.10 Pembahasan Keseluruhan

Hasil penelitian dengan menggunakan estimasi VECM empat model diatas

membuktikan bahwa permintaan uang yang didefinisikan pada sistem Islam baik

M1 maupun M2 lebih stabil jika dibandingkan dengan permintaan M1 dan M2

konvensional. Hal ini dapat dijelaskan karena pada model permintaan M1 Islam

dan permintaan M2 Islam terdapat koefisien penyesuaian atau koreksi kesalahan

(ECT) yang menunjukkan speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka

panjangnya. Nilai koreksi kesalahan pada model permintaan M1 dan M2 Islam ini
75

secara statistik signifikan. Sehingga ketidakseimbangan pada jangka pendek akan

dikoreksi untuk menuju ke keseimbangan jangka panjangnya. Sedangkan untuk

model permintaan M1 dan M2 konvensional, menunjukkan bahwa nilai koreksi

kesalahannya tidak signifikan secara statistik. Nilai ECT pada permintaan M1 dan

M2 konvensional lebih kecil daripada nilai ECT pada permintaan M1 dan M2

Islam. Berarti penyesuaian menuju jangka panjangnya lebih cepat pada

permintaan M1 dan M2 Islam daripada permintaan M1 dan M2 konvensional.

Pada hasil estimasi VECM tersebut pun dapat dilihat bahwa pada jangka

panjang, tingkat return syariah lebih mempunyai hubungan yang signifikan secara

statistik dengan permintaan M1 dan M2 Islam. Sedangkan variabel suku bunga

secara statistik justru tidak signifikan mempengaruhi permintaan M1

konvensional. Pada permintaan M2 konvensional, suku bunga memang signifikan

secara statistik, tetapi tanda yang diperoleh tidak sesuai dengan teori permintaan

uang.

Berdasarkan hasil impuls respon pun, dapat terlihat bahwa model

permintaan M1 dan M2 Islam lebih stabil terhadap pengaruh guncangan variabel

lain. Perbedaan hasil respon M1 dan M2 konvensional serta M1 dan M2 Islam

ketika terjadi guncangan variabel PDB, suku bunga, inflasi yang diharapkan, dan

return syariah diringkas pada tabel-tabel berikut. Berdasarkan Tabel 4.13 di

bawah ini, respon permintaan M1 dan M2 Islam lebih stabil terhadap guncangan

variabel PDB. Hal ini ditunjukkan oleh lebih cepatnya periode kestabilan respon

permintaan akibat guncangan tersebut.


76

Tabel 4.13. Respon Permintaan M1 dan M2 Konvensional serta Permintaan M1


dan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel PDB Sebesar Satu
Standar Deviasi

Guncangan PDB
Respon Permintaan M1 Konvensional Positif dan permanen
stabil mulai periode ke-25
Respon Permintaan M2 Konvensional Positif dan permanen
stabil mulai periode ke-25
Respon Permintaan M1 Islam Positif dan permanen
stabil mulai periode ke-20
Respon Permintaan M2 Islam Positif dan permanen
stabil mulai periode ke-21

Kemudian berdasarkan Tabel 4.14 di bawah ini, respon permintaan M1

dan M2 Islam terhadap guncangan variabel inflasi yang diharapkan lebih cepat

menuju ke arah kestabilan bila dibandingkan dengan respon permintaan M1 dan

M2 konvensional. Tetapi guncangan pada inflasi yang diharapkan ini direspon

negatif oleh masing-masing permintaan uang baik pada konvensional maupun

Islam.

Tabel 4.14. Respon Permintaan M1 dan M2 Konvensional serta Permintaan M1


dan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel Inflasi yang Diharapkan
Sebesar Satu Standar Deviasi

Guncangan Inflasi yang


Diharapkan
Respon Permintaan M1 Konvensional Negatif dan permanen
stabil mulai periode ke-38
Respon Permintaan M2 Konvensional Negatif dan permanen
stabil mulai periode ke-27
Respon Permintaan M1 Islam Negatif dan permanen
stabil mulai periode ke-19
Respon Permintaan M2 Islam Negatif dan permanen
stabil mulai periode ke-19

Respon permintaan M1 dan M2 Islam terhadap guncangan tingkat return

syariah lebih cepat menuju ke arah kestabilan bila dibandingkan dengan respon
77

permintaan M1 dan M2 konvensional terhadap guncangan suku bunga sebagai

opportunity cost dalam memegang uang. Berarti dapat dilihat justru guncangan

variabel suku bungalah yang menyebabkan permintaan M1 dan M2 konvensional

berfluktuasi. Ringkasan respon ini dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Respon Permintaan M1 dan M2 Konvensional terhadap Guncangan


Variabel Suku Bunga Sebesar Satu Standar Deviasi serta Respon
Permintaan M1 dan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel Return
Syariah Sebesar Satu Standar Deviasi

Guncangan Suku Bunga


Respon Permintaan M1 Negatif dan permanen
Konvensional stabil mulai periode ke-32
Respon Permintaan M2 Negatif dan permanen
Konvensional stabil mulai periode ke-20
Guncangan Return Syariah
Respon Permintaan M1 Islam Negatif dan permanen
stabil mulai periode ke-15
Respon Permintaan M2 Islam Negatif dan permanen
stabil mulai periode ke-19

Berdasarkan simulasi variance decomposition dapat disimpulkan juga

bahwa fluktuasi permintaan M1 dan M2 Islam lebih banyak dijelaskan oleh

guncangan variabel permintaan M1 dan M2 itu sendiri. Tingkat return syariah

tidak dominan dalam menjelaskan variabilitas permintaan M1 dan M2 Islam.

Kontribusi rata-rata return syariah dalam menjelaskan variabilitas nilai M1 Islam

sebesar 5.38 persen dan kontribusi rata-rata return syariah dalam menjelaskan

variabilitas nilai M2 Islam sebesar 5.72 persen. Sedangkan untuk fluktuasi

permintaan M1 konvensional justru pada akhir-akhir periode peramalan dijelaskan

oleh variabel PDB dengan porsi yang cukup besar dengan nilai rata-rata 22.87

persen. Begitupun variabel suku bunga yang ternyata merupakan variabel yang

cukup dominan dalam menjelaskan variabilitas nilai M1 konvensional dengan


78

nilai rata-rata sebesar 19.68 persen. Tetapi untuk permintaan M2 konvensional,

variabel suku bunga hanya mampu menjelaskan variabilitas nilai permintaan M2

konvensional dengan rata-rata sebesar 3.27 persen.


79
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis

permintaan uang pada sistem perbankan ganda di Indonesia, maka diperoleh tiga

kesimpulan.

1. Pada model permintaan uang konvensional, PDB berpengaruh positif

terhadap permintaan uang M1 dan M2 secara signifikan, tingkat inflasi

yang diharapkan signifikan berpengaruh negatif terhadap permintaan M1

dan M2, suku bunga berpengaruh tidak signifikan secara statistik terhadap

permintaan M1. Sedangkan untuk model permintaan M2, suku bunga

berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan M2. Berdasarkan

hasil IRF, permintaan M1 kurang stabil dalam merespon guncangan

variabel lainnya. Sedangkan permintaan M2 cukup stabil dalam merespon

guncangan variabel lainnya. Tidak ditemukan adanya mekanisme

penyesuaian dari jangka pendek ke jangka panjangnya, karena Error

Correction Term (ECT) secara statistik tidak signifikan. Berdasarkan hasil

variance decomposition suku bunga ternyata cukup dominan dalam

menjelaskan fluktuasi nilai permintaan M1 konvensional.

2. Pada model permintaan uang Islam dalam sistem perbankan ganda, PDB

berpengaruh positif terhadap permintaan M1 dan M2 Islam. Sedangkan

tingkat inflasi yang diharapkan dan tingkat return syariah berpengaruh

negatif terhadap permintaan M1 dan M2 Islam. Berdasarkan IRF,

permintaan M1 dan M2 Islam dikatakan cukup stabil dalam merespon


80

inovasi variabel lainnya. Terdapat mekanisme penyesuaian dari jangka

pendek ke jangka panjangnya, karena Error Correction Term (ECT)

secara statistik signifikan. Berdasarkan hasil variance decomposition

return syariah ternyata tidak dominan dalam menjelaskan fluktuasi nilai

permintaan M1 dan M2 Islam.

3. Dengan tidak ditemukannya kointegrasi pada analisis hubungan jumlah

uang beredar dengan tingkat harga, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

jangka panjang tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya hubungan

antara jumlah uang beredar baik konvensional maupun Islam dengan

tingkat harga.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian penulis dapat dilihat bahwa permintaan M1 dan

M2 konvensional kurang stabil dan tidak ada mekanisme penyesuaian dari jangka

pendek ke jangka panjangnya. Hal ini memberikan gambaran untuk Bank

Indonesia agar lebih berhati-hati dalam menggunakan jumlah uang beredar M1

dan M2 sebagai sasaran antara dalam mencapai sasaran akhirnya pada

pengendalian moneternya. Bank Indonesia juga harus mengkaji ulang penetapan

inflation targeting dengan menggunakan M1 dan M2 sebagai sasaran antara.

Karena sesuai dengan hasil penelitian penulis menunjukkan tidak adanya cukup

bukti bahwa M1 dan M2 baik konvensional maupun Islam mempunyai hubungan

jangka panjang dengan tingkat harga.


81

Pemerintah dan otoritas moneter diharapkan membuat peraturan-peraturan

yang dapat menjadi payung perlindungan bagi pengembangan perbankan syariah

di masa yang akan datang. Bagi seluruh akademisi dan praktisi yang concern

terhadap perkembangan ekonomi syariah, diharapkan untuk lebih giat dalam

menyebarluaskan ekonomi syariah kepada masyarakat umum.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar analisis permintaan uang dan

stabilitas moneter ini dipecah terhadap masing-masing unsur yang ada dalam M1

dan M2, seperti permintaan terhadap uang kartal, terhadap demand deposits, dan

uang kuasi untuk konvensional maupun untuk Islamnya karena kemungkinan

besar masing-masing unsur tersebut mempunyai perilaku yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Achsani, Noer Azam, Oliver Holtemöller, dan Hizir Sofyan. 2005. Econometric
and Fuzzy Modelling of Indonesian Money Demand. Dalam : Cizek, Pavel,
Wolfgang Hardle, and Rafal Weron. Statistical Tools For Finance and
Insurance. Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.

Agustianto. 2002. Kebijakan Moneter Menurut Ekonomi Islam. Dalam : Ashari


Akmal Tarigan. Ekonomi dan Bank Syariah pada Millenium Ketiga. IAIN
Press, Medan.

Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani
Press, Jakarta.

Arifin, Sjamsul. 1998. ” Efektivitas Kebijakan Suku Bunga dalam Rangka


Stabilisasi Rupiah di Masa Krisis”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Vol. 1, No. 3: 1-26.

Ascarya. 2006. Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Prakteknya di
Beberapa Negara.[belum dipublikasikan]

Ascarya. 2007. Optimum Monetary Policy under Dual Financial/Banking System.


Center for Central Banking Education and Studies, Bank Indonesia, Jakarta.

Ascarya, Diana Yumanita, dan Enny Anwar.2006. Sinergi Sistem Keuangan


Konvensional dan Islam. Pusat Pendidikan dan studi Kebanksentralan. Bank
Indonesia, Jakarta.

Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Abidin, Ikhwan [penerjemah].


Gema Insani Press, Jakarta.

Darrat, Ali F. 2000. On The Efficiency of Interest-free Monetary System : A Case


Study. ERF’s Seventh Annual Conference; Amman-Jordan, 26-29 Oktober
2000.

De Jong, Rendie P. 2005. Analisis Kesinambungan Fiskal di Indonesia dan


Faktor-faktor yang Mempengaruhinya [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Perbankan Syariah. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia,


Jakarta. Berbagai Edisi.

Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. Statistik Ekonomi dan Keuangan


Indonesia. Bank Indonesia. Jakarta. Berbagai Edisi.
83

Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. 2006. Statistik Perbankan


Indonesia. Vol. 5, No. 1. Bank Indonesia, Jakarta.

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Zain, Sumarno [penerjemah]. Erlangga,


Jakarta.

Hanie. 2006. Analisis Konvergensi Nominal dan Riil diantara Negara-negara


ASEAN-5, Jepang dan Korea Selatan [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hardianto, Erwin. 2004. Mekanisme Transmisi Syariah di Indonesia. Universitas


Airlangga, Surabaya.

Izhar, Hylmun dan Asutay, Mehmet. 2007. The Controllability and Reliability of
Monetary Policy in Dual Banking System: Evidence from Indonesia. Durham
University, United Kingdom

Kahf, Monzer. 1982. Fiscal and Monetary Policies in an Islamic Economy.


Dalam : Mohammad Ariff. International Seminar on The Monetary and Fiscal
Economics; Jeddah, 7-12 Oktober 1978. King Abdulaziz University Press,
Jeddah.

Kaleem, Ahmad. 2000. “Modeling Monetary Stability under Dual Banking


System: The Case of Malaysia”. International Journal of Islamic Financial
Services, Vol 2, No.1.

Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Kia, Amir. 2001. Interest-free and Interest-bearing Money Demand : Policy


Invariance and stability. Department of Economics, Emory University,
Atlanta.

Kia, Amir dan Darrat, Ali F. 2003. Modeling Money Demand under the Profit-
Sharing Banking Scheme:Evidence on Policy Invariance and Long-Run
Stability. ERF’s 10th Annual Conference; Marrakech-Morocco, 16-18
Desember 2003.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Nurmawan, Imam


[penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Mishkin, Frederic S. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial


Markets. Colombia University.
Nasution, Mustafa E, dan Nurzaman, M.S. “Analisis Stabilitas dan Efektivitas
Relatif Besaran Moneter Bebas Bunga di Indonesia : Sebuah Pengujian
84

Ekonometrik pada Data Time Series Tahun 1971:1-2002:4”. Jurnal Ekonomi


dan Pembangunan Indonesia. Vol. 6, No. 2:29-46.

Nugraha, Fickry Widya. 2006. Efek Perubahan (Pass-Through Effect) Kurs


terhadap Indeks Harga Konsumen di ASEAN-5, Jepang, dan Korea Selatan
[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pasaribu, Syamsul Hidayat. 2003. Eviews untuk Analisis Runtut Waktu (Time
Series Analysis). Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pasaribu, Syamsul H, Djoni Hartono, dan Tony Irawan. 2005. Pedoman Penulisan
Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.

Perwataatmaja, Karnaen. 2002. Prospek Bank Islam sebagai Alternatif


Pemecahan Problema Lembaga Keuangan Konvensional. Dalam : Ashari
Akmal Tarigan. Ekonomi dan Bank Syariah pada Millenium Ketiga. IAIN
Press, Medan.

Quantitative Micro Software. 2002. E-Views 4 User’s Guide. United States of


America. Revised for E-Views 4.1.

Sakti, Ali. 2006. Sistem Ekonomi Islam: Jawaban atas Kekacauan Ekonomi
Modern. [belum dipublikasikan].

Siddiqi, M. Nejatullah. 1982. Islamic Approaches to Money, Banking, and


Monetary Policy : A Review. Dalam : Mohammad Ariff. International Seminar
on The Monetary and Fiscal Economics; Jeddah, 7-12 Oktober 1978. King
Abdulaziz University Press, Jeddah.

Siregar, Mulya. 2002. Perlunya Manajemen Moneter yang Dapat Memperkecil


Kegiatan spekulasi. Dalam : Ashari Akmal Tarigan. Ekonomi dan Bank
Syariah pada Millenium Ketiga. IAIN Press, Medan.

Sitorus, Tarmiden. 1998. ”Suatu Pemikiran dalam Upaya Peningkatan Efektivitas


Pengendalian Moneter di Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Vol. 1, No. 3: 97-120.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

HASIL UJI AKAR UNIT (1)

VARIABEL LM1R

Null Hypothesis: LM1R has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.150728 0.1034
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM1R) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.186927 0.0001
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

VARIABEL LM2R
Null Hypothesis: LM2R has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.106581 0.5326
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM2R) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.808571 0.0000
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
86

VARIABEL LPDBR
Null Hypothesis: LPDBR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.618911 0.0000
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LPDBR) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.066569 0.0000


Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

VARIABEL EXPINF

Null Hypothesis: EXPINF has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.876472 0.0185
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(EXPINF) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.596616 0.0000
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
87

VARIABEL IDEP
Null Hypothesis: IDEP has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.041460 0.5682
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(IDEP) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.367211 0.0184
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

VARIABEL RS
Null Hypothesis: RS has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.936030 0.6247
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(RS) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.964099 0.0000
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
88

VARIABEL LM1ISLR
Null Hypothesis: LM1ISLR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.184189 0.0964
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM1ISLR) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.871297 0.0000
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

VARIABEL LM2ISLR
Null Hypothesis: LM2ISLR has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.867085 0.1797
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM2ISLR) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.588587 0.0000
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
89

LAMPIRAN 2

UJI LAG OPTIMAL (1)

MODEL PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LM1R) D(LPDBR) D(IDEP) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Date: 05/02/07 Time: 03:15
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 194.9998 NA 3.60E-08 -5.787874 -5.655168 -5.735435
1 292.5510 180.3219 3.05E-09 -8.259122 -7.595590 -7.996929
2 354.4619 106.9370 7.62E-10 -9.650362 -8.456005 -9.178414
3 389.9550 57.00396 4.28E-10 -10.24106 -8.515877* -9.559358*
4 404.8255 22.08048 4.55E-10 -10.20683 -7.950825 -9.315377
5 434.1405 39.97503* 3.18E-10* -10.61032* -7.823485 -9.509108
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion

MODEL PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LM2R) D(LPDBR) D(IDEP) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Date: 05/02/07 Time: 03:17
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 229.2509 NA 1.28E-08 -6.825786 -6.693080 -6.773347
1 330.5868 187.3178 9.62E-10 -9.411720 -8.748189 -9.149527
2 401.7987 123.0024 1.82E-10 -11.08481 -9.890451 -10.61286
3 441.3568 63.53282 9.02E-11 -11.79869 -10.07351* -11.11699
4 459.5508 27.01531 8.66E-11 -11.86518 -9.609169 -10.97372
5 491.7748 43.94175* 5.54E-11* -12.35681* -9.569978 -11.25560*
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
90

MODEL PERMINTAAN M1 ISLAM

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LM1ISLR) D(LPDBR) D(RS) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Date: 05/02/07 Time: 03:20
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 62.14936 NA 2.02E-06 -1.762102 -1.629395 -1.709663
1 122.0708 110.7639 5.34E-07 -3.093054 -2.429522 -2.830861
2 188.0664 113.9924 1.18E-07 -4.608072 -3.413715* -4.136125
3 213.5258 40.88929 8.98E-08 -4.894720 -3.169537 -4.213018*
4 227.4952 20.74244 9.81E-08 -4.833186 -2.577178 -3.941730
5 257.7417 41.24531* 6.66E-08* -5.264900* -2.478067 -4.163690
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion

MODEL PERMINTAAN M2 ISLAM

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LM2ISLR) D(LPDBR) D(RS) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Date: 05/04/07 Time: 14:45
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 65.64896 NA 1.81E-06 -1.868150 -1.735444 -1.815712
1 124.6501 109.0627 4.94E-07 -3.171215 -2.507683 -2.909022
2 191.2610 115.0552 1.07E-07 -4.704877 -3.510520* -4.232930
3 216.5567 40.62645 8.19E-08 -4.986566 -3.261383 -4.304864*
4 230.9256 21.33567 8.84E-08 -4.937139 -2.681131 -4.045683
5 261.3210 41.44834* 5.97E-08* -5.373365* -2.586532 -4.272155
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
91

LAMPIRAN 3

PENGUJIAN STABILITAS VAR

MODEL PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL

Roots of Characteristic Polynomial


Endogenous variables: D(LM1R) D(LPDBR) D(IDEP) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 3
Date: 05/10/07 Time: 14:21
Root Modulus
0.504308 + 0.742298i 0.897403
0.504308 - 0.742298i 0.897403
0.810684 0.810684
0.720093 - 0.319659i 0.787855
0.720093 + 0.319659i 0.787855
-0.167098 - 0.717043i 0.736256
-0.167098 + 0.717043i 0.736256
-0.695384 0.695384
0.559011 0.559011
-0.419955 + 0.277524i 0.503371
-0.419955 - 0.277524i 0.503371
-0.080699 0.080699
No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.

MODEL PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL

Roots of Characteristic Polynomial


Endogenous variables: D(LM2R) D(LPDBR) D(IDEP) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 3
Date: 05/10/07 Time: 14:24
Root Modulus
0.529312 + 0.737942i 0.908146
0.529312 - 0.737942i 0.908146
0.881254 0.881254
0.762362 - 0.285510i 0.814071
0.762362 + 0.285510i 0.814071
-0.209414 - 0.709668i 0.739920
-0.209414 + 0.709668i 0.739920
-0.708941 - 0.114650i 0.718152
-0.708941 + 0.114650i 0.718152
0.407145 + 0.534228i 0.671690
0.407145 - 0.534228i 0.671690
-0.339967 0.339967
No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
92

MODEL PERMINTAAN M1 ISLAM

Roots of Characteristic Polynomial


Endogenous variables: D(LM1ISLR) D(LPDBR) D(RS) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 05/10/07 Time: 14:25
Root Modulus
0.615797 - 0.600021i 0.859786
0.615797 + 0.600021i 0.859786
-0.380173 - 0.611040i 0.719654
-0.380173 + 0.611040i 0.719654
-0.307277 - 0.541170i 0.622322
-0.307277 + 0.541170i 0.622322
-0.283103 0.283103
0.252866 0.252866
No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.

MODEL PERMINTAAN M2 ISLAM

Roots of Characteristic Polynomial


Endogenous variables: D(LM2ISLR) D(LPDBR) D(RS) D(EXPINF)
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 05/10/07 Time: 14:27
Root Modulus
0.613705 - 0.602419i 0.859966
0.613705 + 0.602419i 0.859966
-0.381425 - 0.613283i 0.722220
-0.381425 + 0.613283i 0.722220
-0.307332 - 0.544392i 0.625152
-0.307332 + 0.544392i 0.625152
-0.303687 0.303687
0.296331 0.296331
No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
93

LAMPIRAN 4

PENGUJIAN KOINTEGRASI (SUMMARY)

MODEL PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL

Date: 05/04/07 Time: 14:30


Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 68
Series: LM1R LPDBR IDEP EXPINF
Lags interval: 1 to 3
Data Trend: None None Linear Linear Quadratic
Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept
No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend
Selected (5% level) Number of
Cointegrating Relations by Model
(columns)
Trace 1 1 1 2 2
Max-Eig 1 1 1 2 2
Log Likelihood by Rank (rows)
and Model (columns)
0 397.8794 397.8794 400.3357 400.3357 402.2138
1 416.5295 416.8011 419.1521 419.4702 421.3335
2 421.1980 421.5202 423.5043 434.6589 436.0050
3 424.5101 425.1851 427.1175 438.9027 439.5580
4 426.4273 427.1922 427.1922 441.9449 441.9449
Akaike Information Criteria by
Rank (rows) and Model (columns)
0 -10.29057 -10.29057 -10.24517 -10.24517 -10.18276
1 -10.60381 -10.58238 -10.56330 -10.54324 -10.50981
2 -10.50582 -10.45648 -10.45601 -10.72526* -10.70603
3 -10.36794 -10.29956 -10.32698 -10.58537 -10.57523
4 -10.18904 -10.09389 -10.09389 -10.41014 -10.41014
Schwarz Criteria by Rank (rows)
and Model (columns)
0 -8.723859 -8.723859 -8.547898 -8.547898 -8.354929
1 -8.775978* -8.721915 -8.604908 -8.552213 -8.420860
2 -8.416876 -8.302249 -8.236500 -8.440473 -8.355963
3 -8.017878 -7.851575 -7.846358 -8.006827 -7.964049
4 -7.577852 -7.352142 -7.352142 -7.537840 -7.537840
94

MODEL PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL

Date: 05/04/07 Time: 14:35


Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 68
Series: LM2R LPDBR IDEP EXPINF
Lags interval: 1 to 3
Data Trend: None None Linear Linear Quadratic
Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept
No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend
Selected (5% level) Number of
Cointegrating Relations by Model
(columns)
Trace 1 1 1 2 2
Max-Eig 1 1 1 2 2
Log Likelihood by Rank (rows)
and Model (columns)
0 449.0929 449.0929 451.6693 451.6693 455.7475
1 469.1237 469.1248 471.3859 472.6594 476.5838
2 475.2597 478.0611 480.0755 489.7626 493.5959
3 479.2791 482.3204 484.2837 498.4508 499.2148
4 480.5135 485.3478 485.3478 501.5570 501.5570
Akaike Information Criteria by
Rank (rows) and Model (columns)
0 -11.79685 -11.79685 -11.75498 -11.75498 -11.75728
1 -12.15070 -12.12132 -12.09959 -12.10763 -12.13482
2 -12.09587 -12.11944 -12.11987 -12.34596 -
12.39988*
3 -11.97880 -11.98001 -12.00834 -12.33679 -12.32985
4 -11.77981 -11.80435 -11.80435 -12.16344 -12.16344
Schwarz Criteria by Rank (rows)
and Model (columns)
0 -10.23014 -10.23014 -10.05771 -10.05771 -9.929451
1 -10.32287* -10.26085 -10.14120 -10.11660 -10.04587
2 -10.00693 -9.965216 -9.900360 -10.06117 -10.04981
3 -9.628731 -9.532025 -9.527718 -9.758243 -9.718662
4 -9.168623 -9.062603 -9.062603 -9.291138 -9.291138
95

MODEL PERMINTAAN M1 ISLAM

Date: 05/04/07 Time: 14:40


Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 69
Series: LM1ISLR LPDBR RS EXPINF
Lags interval: 1 to 2
Data Trend: None None Linear Linear Quadratic
Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept
No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend
Selected (5% level) Number of
Cointegrating Relations by Model
(columns)
Trace 1 1 1 1 1
Max-Eig 1 1 1 1 1
Log Likelihood by Rank (rows)
and Model (columns)
0 195.7323 195.7323 199.0802 199.0802 199.9301
1 214.6380 214.8590 218.0606 218.3124 219.0755
2 222.2024 223.4114 225.0456 226.5768 227.0330
3 224.9692 226.2335 227.1372 232.1795 232.6333
4 225.8405 227.1382 227.1382 233.8053 233.8053
Akaike Information Criteria by
Rank (rows) and Model (columns)
0 -4.745863 -4.745863 -4.726962 -4.726962 -4.635656
1 -5.061970* -5.039392 -5.045234 -5.023547 -4.958710
2 -5.049345 -5.026419 -5.015816 -5.002225 -4.957477
3 -4.897659 -4.847348 -4.844557 -4.903755 -4.887921
4 -4.691030 -4.612700 -4.612700 -4.690008 -4.690008
Schwarz Criteria by Rank (rows)
and Model (columns)
0 -3.709756 -3.709756 -3.561341 -3.561341 -3.340522
1 -3.766836* -3.711880 -3.620587 -3.566521 -3.404548
2 -3.495184 -3.407501 -3.332141 -3.253794 -3.144289
3 -3.084471 -2.937025 -2.901856 -2.863918 -2.815706
4 -2.618816 -2.410972 -2.410972 -2.358766 -2.358766
96

MODEL PERMINTAAN M2 ISLAM

Date: 05/04/07 Time: 14:45


Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 69
Series: LM2ISLR LPDBR RS EXPINF
Lags interval: 1 to 2
Data Trend: None None Linear Linear Quadratic
Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept
No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend
Selected (5% level) Number of
Cointegrating Relations by Model
(columns)
Trace 1 1 1 1 1
Max-Eig 1 1 1 1 1
Log Likelihood by Rank (rows)
and Model (columns)
0 199.3624 199.3624 202.3351 202.3351 203.1491
1 218.4133 218.7059 221.5426 221.6343 222.3844
2 225.9136 226.2146 227.7545 228.8624 229.3377
3 228.1383 228.5169 229.4585 234.6699 235.1452
4 229.0518 229.4618 229.4618 236.1323 236.1323
Akaike Information Criteria by
Rank (rows) and Model (columns)
0 -4.851083 -4.851083 -4.821306 -4.821306 -4.728959
1 -5.171399* -5.150897 -5.146161 -5.119834 -5.054620
2 -5.156915 -5.107669 -5.094332 -5.068474 -5.024281
3 -4.989516 -4.913534 -4.911841 -4.975938 -4.960730
4 -4.784111 -4.680053 -4.680053 -4.757458 -4.757458
Schwarz Criteria by Rank (rows)
and Model (columns)
0 -3.814976 -3.814976 -3.655685 -3.655685 -3.433825
1 -3.876264* -3.823384 -3.721514 -3.662808 -3.500459
2 -3.602754 -3.488752 -3.410658 -3.320043 -3.211093
3 -3.176328 -3.003211 -2.969139 -2.936102 -2.888515
4 -2.711897 -2.478325 -2.478325 -2.426217 -2.426217
97

LAMPIRAN 5

PENGUJIAN KOINTEGRASI (ASUMSI)

MODEL PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL (ASUMSI 1)

Date: 05/04/07 Time: 14:31


Sample(adjusted): 2001:05 2006:12
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Trend assumption: No deterministic trend
Series: LM1R LPDBR IDEP EXPINF
Lags interval (in first differences): 1 to 3

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.422202 57.09578 39.89 45.58
At most 1 0.128301 19.79565 24.31 29.75
At most 2 0.092820 10.45848 12.53 16.31
At most 3 0.054827 3.834314 3.84 6.51
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

MODEL PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL (ASUMSI 1)


Date: 05/04/07 Time: 14:35
Sample(adjusted): 2001:05 2006:12
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Trend assumption: No deterministic trend
Series: LM2R LPDBR IDEP EXPINF
Lags interval (in first differences): 1 to 3

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.445195 62.84106 39.89 45.58
At most 1 0.165124 22.77961 24.31 29.75
At most 2 0.111498 10.50753 12.53 16.31
At most 3 0.035653 2.468704 3.84 6.51
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels
98

MODEL PERMINTAAN M1 ISLAM (ASUMSI 1)

Date: 05/04/07 Time: 14:41


Sample(adjusted): 2001:04 2006:12
Included observations: 69 after adjusting endpoints
Trend assumption: No deterministic trend
Series: LM1ISLR LPDBR RS EXPINF
Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.421890 60.21652 39.89 45.58
At most 1 0.196886 22.40516 24.31 29.75
At most 2 0.077067 7.276304 12.53 16.31
At most 3 0.024939 1.742614 3.84 6.51
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

MODEL PERMINTAAN M12 ISLAM (ASUMSI 1)


Date: 05/04/07 Time: 14:45
Sample(adjusted): 2001:04 2006:12
Included observations: 69 after adjusting endpoints
Trend assumption: No deterministic trend
Series: LM2ISLR LPDBR RS EXPINF
Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None ** 0.424318 59.37895 39.89 45.58
At most 1 0.195393 21.27718 24.31 29.75
At most 2 0.062450 6.276524 12.53 16.31
At most 3 0.026132 1.827060 3.84 6.51
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels
99

LAMPIRAN 6

ESTIMASI VECM PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL


Vector Error Correction Estimates
Date: 04/27/07 Time: 14:04
Sample(adjusted): 2001:05 2006:12
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LM1R(-1) 1.000000

LPDBR(-1) -0.957497
(0.00695)
[-137.698]

IDEP(-1) 0.005443
(0.00638)
[ 0.85300]

EXPINF(-1) 0.360059
(0.05523)
[ 6.51895]
Error Correction: D(LM1R) D(LPDBR) D(IDEP) D(EXPINF)
CointEq1 -0.004782 -0.000826 0.196629 -5.361976
(0.02624) (0.00340) (0.14231) (0.96005)
[-0.18227] [-0.24319] [ 1.38170] [-5.58510]

D(LM1R(-1)) -0.226543 0.019057 -1.054776 -13.91499


(0.13692) (0.01773) (0.74262) (5.00992)
[-1.65451] [ 1.07473] [-1.42033] [-2.77749]

D(LM1R(-2)) -0.124576 -0.027435 -0.210418 -6.050573


(0.15206) (0.01969) (0.82472) (5.56373)
[-0.81925] [-1.39321] [-0.25514] [-1.08750]

D(LM1R(-3)) -0.098427 -0.027667 0.674424 3.163326


(0.13242) (0.01715) (0.71820) (4.84512)
[-0.74329] [-1.61339] [ 0.93905] [ 0.65289]

D(LPDBR(-1)) 0.148982 2.031980 4.251716 -15.65347


(0.76858) (0.09953) (4.16845) (28.1214)
[ 0.19384] [ 20.4155] [ 1.01997] [-0.55664]

D(LPDBR(-2)) 0.230850 -1.929518 -7.391276 -39.65594


(1.25847) (0.16297) (6.82545) (46.0461)
[ 0.18344] [-11.8395] [-1.08290] [-0.86122]

D(LPDBR(-3)) 0.820409 0.788142 7.788863 29.64554


(0.88499) (0.11461) (4.79980) (32.3806)
[ 0.92703] [ 6.87696] [ 1.62275] [ 0.91554]

D(IDEP(-1)) -0.016460 -0.005144 0.857799 0.522046


100

(0.02315) (0.00300) (0.12556) (0.84708)


[-0.71095] [-1.71581] [ 6.83159] [ 0.61629]

D(IDEP(-2)) -0.040887 0.004714 0.246258 2.524328


(0.02954) (0.00383) (0.16023) (1.08097)
[-1.38395] [ 1.23220] [ 1.53687] [ 2.33524]

D(IDEP(-3)) 0.043755 -0.000158 -0.289425 -2.017919


(0.02046) (0.00265) (0.11095) (0.74852)
[ 2.13883] [-0.05959] [-2.60853] [-2.69589]

D(EXPINF(-1)) -0.000194 6.97E-06 -0.038746 0.688880


(0.00769) (0.00100) (0.04171) (0.28137)
[-0.02517] [ 0.00700] [-0.92897] [ 2.44827]

D(EXPINF(-2)) -0.000696 -1.73E-05 0.003713 0.388957


(0.00550) (0.00071) (0.02983) (0.20123)
[-0.12658] [-0.02434] [ 0.12448] [ 1.93291]

D(EXPINF(-3)) -0.002046 -0.000629 -0.013671 0.268830


(0.00356) (0.00046) (0.01930) (0.13018)
[-0.57493] [-1.36580] [-0.70846] [ 2.06504]
R-squared 0.286040 0.928677 0.874118 0.665822
Adj. R-squared 0.130267 0.913116 0.846653 0.592911
Sum sq. resids 0.038484 0.000645 1.132034 51.52072
S.E. equation 0.026452 0.003426 0.143466 0.967854
F-statistic 1.836260 59.67842 31.82646 9.131917
Log likelihood 157.7305 296.7272 42.75890 -87.05202
Akaike AIC -4.256778 -8.344918 -0.875262 2.942706
Schwarz SC -3.832461 -7.920601 -0.450944 3.367024
Mean dependent 0.004943 0.003722 -0.061029 -0.007966
S.D. dependent 0.028364 0.011622 0.366362 1.516927
Determinant Residual Covariance 1.31E-10
Log Likelihood 416.5295
Log Likelihood (d.f. adjusted) 387.6737
Akaike Information Criteria -9.755109
Schwarz Criteria -7.927279
101

LAMPIRAN 7

ESTIMASI VECM PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL

Vector Error Correction Estimates


Date: 04/28/07 Time: 02:46
Sample(adjusted): 2001:05 2006:12
Included observations: 68 after adjusting endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LM2R(-1) 1.000000

LPDBR(-1) -1.055990
(0.00842)
[-125.407]

IDEP(-1) -0.015002
(0.00747)
[-2.00788]

EXPINF(-1) 0.432484
(0.06915)
[ 6.25449]
Error Correction: D(LM2R) D(LPDBR) D(IDEP) D(EXPINF)
CointEq1 -0.016676 -2.97E-05 0.159701 -3.076956
(0.01340) (0.00283) (0.11848) (0.57413)
[-1.24459] [-0.01050] [ 1.34792] [-5.35935]

D(LM2R(-1)) -0.062076 0.027992 -1.099915 -43.40872


(0.12923) (0.02727) (1.14273) (5.53748)
[-0.48035] [ 1.02659] [-0.96253] [-7.83907]

D(LM2R(-2)) -0.097405 -0.053287 0.967232 8.583281


(0.18036) (0.03805) (1.59482) (7.72821)
[-0.54007] [-1.40029] [ 0.60648] [ 1.11064]

D(LM2R(-3)) -0.458014 -0.001139 0.440727 14.13726


(0.16829) (0.03551) (1.48811) (7.21111)
[-2.72159] [-0.03208] [ 0.29617] [ 1.96048]

D(LPDBR(-1)) 0.173739 2.001678 3.519784 -18.05003


(0.46061) (0.09719) (4.07295) (19.7368)
[ 0.37720] [ 20.5965] [ 0.86419] [-0.91454]

D(LPDBR(-2)) -0.133496 -1.873729 -5.961665 -21.49206


(0.73895) (0.15591) (6.53420) (31.6636)
[-0.18066] [-12.0178] [-0.91238] [-0.67876]

D(LPDBR(-3)) 0.198534 0.760029 5.918909 22.21533


(0.49007) (0.10340) (4.33347) (20.9992)
[ 0.40511] [ 7.35026] [ 1.36586] [ 1.05791]

D(IDEP(-1)) -0.000128 -0.005353 0.886691 0.436753


102

(0.01417) (0.00299) (0.12528) (0.60709)


[-0.00904] [-1.79054] [ 7.07758] [ 0.71942]

D(IDEP(-2)) 0.007871 0.004802 0.237257 2.381603


(0.01844) (0.00389) (0.16308) (0.79025)
[ 0.42679] [ 1.23417] [ 1.45486] [ 3.01373]

D(IDEP(-3)) -0.007317 0.000257 -0.293202 -2.208772


(0.01277) (0.00269) (0.11294) (0.54728)
[-0.57291] [ 0.09550] [-2.59610] [-4.03588]

D(EXPINF(-1)) 0.008823 -0.000588 -0.026969 0.233892


(0.00470) (0.00099) (0.04153) (0.20125)
[ 1.87867] [-0.59355] [-0.64939] [ 1.16221]

D(EXPINF(-2)) 0.001523 -0.000314 0.014494 0.261519


(0.00317) (0.00067) (0.02800) (0.13570)
[ 0.48093] [-0.46994] [ 0.51758] [ 1.92726]

D(EXPINF(-3)) 0.000190 -0.000583 -0.013418 0.117627


(0.00215) (0.00045) (0.01897) (0.09192)
[ 0.08877] [-1.28863] [-0.70734] [ 1.27963]
R-squared 0.197540 0.926627 0.870326 0.822384
Adj. R-squared 0.022457 0.910619 0.842033 0.783632
Sum sq. resids 0.014914 0.000664 1.166140 27.38329
S.E. equation 0.016467 0.003474 0.145611 0.705605
F-statistic 1.128268 57.88325 30.76159 21.22144
Log likelihood 189.9610 295.7639 41.74967 -65.56228
Akaike AIC -5.204736 -8.316585 -0.845579 2.310655
Schwarz SC -4.780418 -7.892268 -0.421261 2.734973
Mean dependent 0.000624 0.003722 -0.061029 -0.007966
S.D. dependent 0.016655 0.011622 0.366362 1.516927
Determinant Residual Covariance 2.80E-11
Log Likelihood 469.1237
Log Likelihood (d.f. adjusted) 440.2679
Akaike Information Criteria -11.30200
Schwarz Criteria -9.474168
103

LAMPIRAN 8

ESTIMASI VECM PERMINTAAN M1 ISLAM

Vector Error Correction Estimates


Date: 04/28/07 Time: 03:17
Sample(adjusted): 2001:04 2006:12
Included observations: 69 after adjusting endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LM1ISLR(-1) 1.000000

LPDBR(-1) -0.907528
(0.00835)
[-108.678]

RS(-1) 0.044415
(0.01023)
[ 4.34262]

EXPINF(-1) 0.187134
(0.02866)
[ 6.53012]
Error Correction: D(LM1ISLR) D(LPDBR) D(RS) D(EXPINF)
CointEq1 -0.169597 -0.006654 -0.764768 -3.741482
(0.05288) (0.00530) (1.38349) (1.35459)
[-3.20715] [-1.25430] [-0.55278] [-2.76207]

D(LM1ISLR(-1)) -0.591018 0.028530 -8.365712 8.306050


(0.12755) (0.01280) (3.33713) (3.26741)
[-4.63346] [ 2.22963] [-2.50686] [ 2.54209]

D(LM1ISLR(-2)) -0.260233 0.035323 -4.816285 3.555349


(0.12758) (0.01280) (3.33775) (3.26802)
[-2.03980] [ 2.76003] [-1.44297] [ 1.08792]

D(LPDBR(-1)) -3.441561 1.519685 -41.21924 -14.66083


(0.81842) (0.08210) (21.4117) (20.9644)
[-4.20515] [ 18.5101] [-1.92508] [-0.69932]

D(LPDBR(-2)) 3.474387 -0.929285 42.10944 -22.52845


(0.84410) (0.08468) (22.0838) (21.6225)
[ 4.11606] [-10.9744] [ 1.90680] [-1.04190]

D(RS(-1)) 0.006353 0.000195 -0.642063 0.007174


(0.00508) (0.00051) (0.13284) (0.13006)
[ 1.25117] [ 0.38276] [-4.83348] [ 0.05516]

D(RS(-2)) 0.000638 3.18E-05 -0.417029 0.028972


(0.00448) (0.00045) (0.11726) (0.11481)
[ 0.14235] [ 0.07079] [-3.55634] [ 0.25234]

D(EXPINF(-1)) 0.021619 0.001089 0.028790 -0.078057


104

(0.00747) (0.00075) (0.19533) (0.19125)


[ 2.89567] [ 1.45437] [ 0.14739] [-0.40814]

D(EXPINF(-2)) 0.010525 0.001229 -0.020487 -0.153196


(0.00510) (0.00051) (0.13348) (0.13069)
[ 2.06293] [ 2.40083] [-0.15349] [-1.17223]
R-squared 0.473439 0.872830 0.480779 0.507527
Adj. R-squared 0.403231 0.855874 0.411550 0.441864
Sum sq. resids 0.115710 0.001164 79.19995 75.92544
S.E. equation 0.043915 0.004405 1.148912 1.124911
F-statistic 6.743360 51.47628 6.944723 7.729253
Log likelihood 122.5751 281.2355 -102.6632 -101.2065
Akaike AIC -3.292031 -7.890883 3.236616 3.194392
Schwarz SC -3.000626 -7.599478 3.528021 3.485797
Mean dependent 0.006106 0.003874 0.011304 -0.007793
S.D. dependent 0.056847 0.011604 1.497725 1.505733
Determinant Residual Covariance 4.08E-08
Log Likelihood 214.6380
Log Likelihood (d.f. adjusted) 195.3508
Akaike Information Criteria -4.502922
Schwarz Criteria -3.207788
105

LAMPIRAN 9

ESTIMASI VECM PERMINTAAN M2 ISLAM


Vector Error Correction Estimates
Date: 04/28/07 Time: 03:40
Sample(adjusted): 2001:04 2006:12
Included observations: 69 after adjusting endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1
LM2ISLR(-1) 1.000000

LPDBR(-1) -0.929250
(0.00964)
[-96.3746]

RS(-1) 0.064118
(0.01175)
[ 5.45737]

EXPINF(-1) 0.219045
(0.03290)
[ 6.65892]
Error Correction: D(LM2ISLR) D(LPDBR) D(RS) D(EXPINF)
CointEq1 -0.129318 -0.004672 -0.982376 -3.698747
(0.04457) (0.00457) (1.19284) (1.17420)
[-2.90117] [-1.02195] [-0.82356] [-3.15001]

D(LM2ISLR(-1)) -0.581670 0.031613 -9.261470 6.825977


(0.13083) (0.01342) (3.50110) (3.44640)
[-4.44598] [ 2.35605] [-2.64531] [ 1.98061]

D(LM2ISLR(-2)) -0.243357 0.037443 -5.497727 2.449055


(0.12809) (0.01314) (3.42764) (3.37409)
[-1.89996] [ 2.85041] [-1.60394] [ 0.72584]

D(LPDBR(-1)) -3.199146 1.525554 -42.56980 -19.75417


(0.79053) (0.08108) (21.1551) (20.8246)
[-4.04682] [ 18.8165] [-2.01227] [-0.94860]

D(LPDBR(-2)) 3.436573 -0.925144 40.91550 -21.13748


(0.81291) (0.08337) (21.7539) (21.4140)
[ 4.22750] [-11.0968] [ 1.88083] [-0.98709]

D(RS(-1)) 0.006203 0.000164 -0.615437 0.068559


(0.00514) (0.00053) (0.13766) (0.13551)
[ 1.20579] [ 0.31060] [-4.47074] [ 0.50594]

D(RS(-2)) 0.000384 1.42E-05 -0.401874 0.070958


(0.00443) (0.00045) (0.11861) (0.11676)
[ 0.08673] [ 0.03119] [-3.38814] [ 0.60773]

D(EXPINF(-1)) 0.019626 0.000998 0.066777 -0.022323


106

(0.00723) (0.00074) (0.19357) (0.19055)


[ 2.71326] [ 1.34504] [ 0.34497] [-0.11715]

D(EXPINF(-2)) 0.009812 0.001154 0.000371 -0.131470


(0.00494) (0.00051) (0.13218) (0.13011)
[ 1.98651] [ 2.27836] [ 0.00281] [-1.01043]
R-squared 0.454815 0.874908 0.488744 0.509850
Adj. R-squared 0.382124 0.858230 0.420577 0.444497
Sum sq. resids 0.108898 0.001145 77.98499 75.56725
S.E. equation 0.042602 0.004369 1.140066 1.122254
F-statistic 6.256807 52.45610 7.169763 7.801440
Log likelihood 124.6682 281.8039 -102.1299 -101.0434
Akaike AIC -3.352703 -7.907360 3.221156 3.189663
Schwarz SC -3.061298 -7.615955 3.512562 3.481068
Mean dependent 0.007402 0.003874 0.011304 -0.007793
S.D. dependent 0.054198 0.011604 1.497725 1.505733

Determinant Residual Covariance 3.66E-08


Log Likelihood 218.4133
Log Likelihood (d.f. adjusted) 199.1261
Akaike Information Criteria -4.612351
Schwarz Criteria -3.317217
107

LAMPIRAN 10

IRF MODEL PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL


Response of LM1R:
Period LM1R LPDBR IDEP EXPINF
1 0.026452 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.021245 0.000653 -0.002420 -0.001711
3 0.021386 0.002668 -0.009971 -0.001862
4 0.022250 0.007430 -0.010455 -0.004643
5 0.023726 0.014790 -0.013693 -0.003899
6 0.022632 0.020282 -0.016414 -0.004186
7 0.022279 0.021050 -0.018513 -0.006966
8 0.021831 0.017871 -0.018772 -0.006761
9 0.020920 0.014314 -0.018681 -0.005873
10 0.020055 0.012748 -0.017039 -0.004666
11 0.019789 0.013813 -0.015450 -0.003593
12 0.019673 0.015788 -0.014167 -0.003739
13 0.019891 0.016658 -0.013552 -0.004489
14 0.019953 0.015810 -0.013342 -0.004840
15 0.019740 0.014246 -0.013250 -0.004640
16 0.019406 0.013417 -0.012922 -0.003990
17 0.019182 0.014021 -0.012528 -0.003470
18 0.019163 0.015483 -0.012256 -0.003486
19 0.019313 0.016656 -0.012292 -0.003912
20 0.019432 0.016818 -0.012562 -0.004342
21 0.019408 0.016168 -0.012854 -0.004452
22 0.019260 0.015492 -0.012972 -0.004216
23 0.019108 0.015428 -0.012904 -0.003903
24 0.019056 0.015981 -0.012770 -0.003786
25 0.019114 0.016636 -0.012718 -0.003930
26 0.019200 0.016873 -0.012788 -0.004174
27 0.019230 0.016591 -0.012907 -0.004304
28 0.019181 0.016116 -0.012968 -0.004234
29 0.019098 0.015869 -0.012926 -0.004055
30 0.019050 0.016009 -0.012825 -0.003928
31 0.019064 0.016353 -0.012748 -0.003943
32 0.019114 0.016590 -0.012744 -0.004061
33 0.019151 0.016550 -0.012797 -0.004166
34 0.019145 0.016317 -0.012849 -0.004176
35 0.019107 0.016117 -0.012854 -0.004098
36 0.019072 0.016108 -0.012815 -0.004011
37 0.019066 0.016266 -0.012770 -0.003986
38 0.019088 0.016437 -0.012756 -0.004032
39 0.019115 0.016483 -0.012778 -0.004100
40 0.019123 0.016392 -0.012813 -0.004130
41 0.019109 0.016264 -0.012831 -0.004106
42 0.019087 0.016209 -0.012820 -0.004057
43 0.019077 0.016260 -0.012795 -0.004026
44 0.019084 0.016357 -0.012779 -0.004036
45 0.019098 0.016414 -0.012783 -0.004071
46 0.019108 0.016393 -0.012800 -0.004098
47 0.019105 0.016325 -0.012814 -0.004097
48 0.019095 0.016273 -0.012814 -0.004074
Cholesky Ordering: LM1R LPDBR IDEP EXPINF
108

LAMPIRAN 11

IRF MODEL PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL


Response of LM2R:
Period LM2R LPDBR IDEP EXPINF
1 0.016467 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.014734 0.000927 1.27E-05 0.001028
3 0.013650 0.000389 0.001193 -0.003879
4 0.012014 0.001787 0.001083 -0.003878
5 0.012511 0.004372 -0.002201 -0.003447
6 0.012031 0.006229 -0.003118 -0.003178
7 0.012091 0.006709 -0.004195 -0.003433
8 0.011873 0.005834 -0.004300 -0.003280
9 0.011629 0.004431 -0.004301 -0.003376
10 0.011601 0.003627 -0.003692 -0.002987
11 0.011331 0.003859 -0.003316 -0.002720
12 0.011404 0.004621 -0.002747 -0.002685
13 0.011553 0.005270 -0.002544 -0.002767
14 0.011763 0.005286 -0.002435 -0.002878
15 0.011692 0.004787 -0.002397 -0.002927
16 0.011538 0.004277 -0.002295 -0.002841
17 0.011321 0.004210 -0.002189 -0.002685
18 0.011282 0.004604 -0.002085 -0.002591
19 0.011372 0.005137 -0.002057 -0.002594
20 0.011527 0.005414 -0.002100 -0.002688
21 0.011597 0.005306 -0.002169 -0.002780
22 0.011556 0.004999 -0.002221 -0.002803
23 0.011444 0.004798 -0.002230 -0.002752
24 0.011362 0.004869 -0.002212 -0.002684
25 0.011365 0.005136 -0.002198 -0.002653
26 0.011435 0.005374 -0.002209 -0.002681
27 0.011504 0.005414 -0.002239 -0.002735
28 0.011516 0.005265 -0.002264 -0.002769
29 0.011469 0.005078 -0.002266 -0.002758
30 0.011407 0.005010 -0.002245 -0.002718
31 0.011379 0.005097 -0.002218 -0.002682
32 0.011399 0.005250 -0.002203 -0.002677
33 0.011444 0.005341 -0.002206 -0.002701
34 0.011473 0.005312 -0.002219 -0.002729
35 0.011465 0.005207 -0.002226 -0.002738
36 0.011432 0.005122 -0.002221 -0.002723
37 0.011403 0.005122 -0.002208 -0.002699
38 0.011399 0.005196 -0.002196 -0.002686
39 0.011420 0.005276 -0.002195 -0.002692
40 0.011444 0.005301 -0.002202 -0.002709
41 0.011452 0.005261 -0.002211 -0.002722
42 0.011441 0.005200 -0.002214 -0.002721
43 0.011421 0.005170 -0.002210 -0.002710
44 0.011410 0.005190 -0.002203 -0.002698
45 0.011415 0.005237 -0.002199 -0.002695
46 0.011429 0.005272 -0.002201 -0.002702
47 0.011440 0.005269 -0.002206 -0.002711
48 0.011439 0.005237 -0.002210 -0.002716
Cholesky Ordering: LM2R LPDBR IDEP EXPINF
109

LAMPIRAN 12

IRF MODEL PERMINTAAN M1 ISLAM


Response of LM1ISLR:
Period LM1ISLR LPDBR RS EXPINF
1 0.043915 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.016857 -0.012818 -0.003990 -0.009226
3 0.021128 -0.006444 -0.009028 -0.013780
4 0.026031 0.005448 -0.006025 -0.016587
5 0.021256 0.014985 -0.003439 -0.008833
6 0.027560 0.022807 -0.007331 -0.010571
7 0.032420 0.023597 -0.008854 -0.016466
8 0.031379 0.018700 -0.011028 -0.020549
9 0.031041 0.013812 -0.012957 -0.023696
10 0.029644 0.010885 -0.011685 -0.023609
11 0.027474 0.010527 -0.010299 -0.020976
12 0.027258 0.012472 -0.009548 -0.018701
13 0.027909 0.014731 -0.008886 -0.017542
14 0.028498 0.015923 -0.009176 -0.017611
15 0.029208 0.015949 -0.009902 -0.018671
16 0.029443 0.015131 -0.010278 -0.019728
17 0.029134 0.014153 -0.010439 -0.020193
18 0.028802 0.013639 -0.010351 -0.020103
19 0.028560 0.013676 -0.010054 -0.019659
20 0.028465 0.014042 -0.009855 -0.019203
21 0.028580 0.014454 -0.009813 -0.019005
22 0.028746 0.014672 -0.009863 -0.019066
23 0.028846 0.014643 -0.009978 -0.019262
24 0.028872 0.014476 -0.010070 -0.019453
25 0.028828 0.014302 -0.010087 -0.019537
26 0.028754 0.014212 -0.010057 -0.019504
27 0.028709 0.014229 -0.010010 -0.019416
28 0.028703 0.014304 -0.009972 -0.019335
29 0.028723 0.014379 -0.009964 -0.019302
30 0.028754 0.014415 -0.009979 -0.019318
31 0.028773 0.014406 -0.010000 -0.019357
32 0.028775 0.014372 -0.010015 -0.019391
33 0.028765 0.014340 -0.010018 -0.019404
34 0.028753 0.014326 -0.010011 -0.019397
35 0.028744 0.014331 -0.010002 -0.019379
36 0.028744 0.014345 -0.009996 -0.019365
37 0.028748 0.014359 -0.009995 -0.019360
38 0.028754 0.014365 -0.009998 -0.019363
39 0.028757 0.014363 -0.010002 -0.019371
40 0.028757 0.014356 -0.010004 -0.019377
41 0.028755 0.014350 -0.010005 -0.019379
42 0.028753 0.014348 -0.010003 -0.019377
43 0.028752 0.014349 -0.010001 -0.019374
44 0.028752 0.014352 -0.010000 -0.019371
45 0.028752 0.014354 -0.010000 -0.019371
46 0.028754 0.014355 -0.010001 -0.019372
47 0.028754 0.014355 -0.010002 -0.019373
48 0.028754 0.014353 -0.010002 -0.019374
Cholesky Ordering: LM1ISLR LPDBR RS EXPINF
110

LAMPIRAN 13

IRF MODEL PERMINTAAN M2 ISLAM


Response of LM2ISLR:
Period LM2ISLR LPDBR RS EXPINF
1 0.042602 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.017504 -0.012360 -0.004397 -0.007860
3 0.022027 -0.006316 -0.009037 -0.012104
4 0.027400 0.005112 -0.006004 -0.014784
5 0.023724 0.014619 -0.004093 -0.007432
6 0.029865 0.021896 -0.007751 -0.009019
7 0.035273 0.022648 -0.009293 -0.014304
8 0.035080 0.018071 -0.011745 -0.017866
9 0.034765 0.013371 -0.013454 -0.020599
10 0.033405 0.010663 -0.012314 -0.020766
11 0.031174 0.010468 -0.011147 -0.018744
12 0.030678 0.012475 -0.010349 -0.016836
13 0.031261 0.014810 -0.009718 -0.015811
14 0.031953 0.016053 -0.010024 -0.015807
15 0.032774 0.016045 -0.010705 -0.016678
16 0.033126 0.015140 -0.011113 -0.017627
17 0.032857 0.014058 -0.011303 -0.018096
18 0.032456 0.013469 -0.011205 -0.018054
19 0.032125 0.013505 -0.010898 -0.017664
20 0.031972 0.013935 -0.010676 -0.017223
21 0.032075 0.014429 -0.010610 -0.017001
22 0.032280 0.014702 -0.010663 -0.017034
23 0.032434 0.014678 -0.010794 -0.017219
24 0.032493 0.014471 -0.010904 -0.017419
25 0.032449 0.014244 -0.010934 -0.017523
26 0.032353 0.014120 -0.010903 -0.017504
27 0.032279 0.014133 -0.010844 -0.017416
28 0.032255 0.014232 -0.010794 -0.017324
29 0.032277 0.014338 -0.010779 -0.017277
30 0.032320 0.014393 -0.010796 -0.017286
31 0.032356 0.014386 -0.010823 -0.017329
32 0.032366 0.014339 -0.010846 -0.017371
33 0.032355 0.014290 -0.010852 -0.017392
34 0.032335 0.014265 -0.010845 -0.017387
35 0.032319 0.014269 -0.010832 -0.017367
36 0.032314 0.014291 -0.010821 -0.017347
37 0.032319 0.014314 -0.010818 -0.017338
38 0.032329 0.014325 -0.010822 -0.017341
39 0.032336 0.014323 -0.010828 -0.017350
40 0.032338 0.014313 -0.010833 -0.017359
41 0.032336 0.014302 -0.010834 -0.017363
42 0.032331 0.014297 -0.010832 -0.017362
43 0.032328 0.014298 -0.010830 -0.017358
44 0.032327 0.014303 -0.010827 -0.017353
45 0.032328 0.014308 -0.010827 -0.017351
46 0.032330 0.014310 -0.010828 -0.017352
47 0.032332 0.014310 -0.010829 -0.017354
48 0.032332 0.014307 -0.010830 -0.017356
Cholesky Ordering: LM2ISLR LPDBR RS EXPINF
111

LAMPIRAN 14
VARIANCE DECOMPOSITION PERMINTAAN M1 KONVENSIONAL
Variance Decomposition
of LM1R:
Period S.E. LM1R LPDBR IDEP EXPINF
1 0.026452 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.034063 99.20642 0.036715 0.504563 0.252302
3 0.041565 93.09957 0.436681 6.093556 0.370190
4 0.049079 87.32616 2.605203 8.908186 1.160446
5 0.058250 78.58239 8.296286 11.84954 1.271789
6 0.067850 69.04568 15.05049 14.58585 1.317981
7 0.077035 61.92701 19.14258 17.09034 1.840079
8 0.084430 58.23961 20.41631 19.17103 2.173048
9 0.090302 56.27873 20.36019 21.03850 2.322577
10 0.095033 55.26821 20.18291 22.21071 2.338171
11 0.099324 54.56534 20.41077 22.75251 2.271385
12 0.103519 53.84388 21.11600 22.81863 2.221491
13 0.107672 53.18373 21.91232 22.67671 2.227239
14 0.111547 52.75218 22.42526 22.55910 2.263458
15 0.115032 52.54876 22.62060 22.53952 2.291118
16 0.118203 52.46284 22.71174 22.54162 2.283808
17 0.121266 52.34801 22.91575 22.48447 2.251759
18 0.124397 52.11862 23.32568 22.33735 2.218357
19 0.127638 51.79501 23.85904 22.14486 2.201085
20 0.130877 51.46813 24.34434 21.98392 2.203600
21 0.133984 51.20637 24.68427 21.89637 2.212991
22 0.136926 51.00809 24.91502 21.86316 2.213731
23 0.139763 50.82763 25.13251 21.83711 2.202749
24 0.142582 50.62386 25.40481 21.78429 2.187028
25 0.145427 50.39020 25.72929 21.70519 2.175322
26 0.148267 50.15477 26.04791 21.62531 2.172002
27 0.151041 49.95069 26.30656 21.56859 2.174161
28 0.153711 49.78748 26.49986 21.53749 2.175166
29 0.156292 49.64991 26.66282 21.51604 2.171235
30 0.158828 49.51575 26.83414 21.48650 2.163607
31 0.161354 49.37320 27.02760 21.44310 2.156094
32 0.163874 49.22699 27.22775 21.39356 2.151705
33 0.166362 49.09047 27.40893 21.35006 2.150539
34 0.168795 48.97217 27.55909 21.31854 2.150203
35 0.171168 48.86958 27.68673 21.29539 2.148306
36 0.173500 48.77344 27.80965 21.27250 2.144401
37 0.175810 48.67602 27.93952 21.24464 2.139813
38 0.178109 48.57636 28.07470 21.21274 2.136197
39 0.180388 48.47933 28.20462 21.18184 2.134206
40 0.182635 48.39020 28.32053 21.15611 2.133164
41 0.184842 48.31009 28.42236 21.13568 2.131870
42 0.187015 48.23589 28.51706 21.11737 2.129680
43 0.189163 48.16342 28.61180 21.09790 2.126881
44 0.191296 48.09079 28.70859 21.07637 2.124242
45 0.193412 48.01919 28.80403 21.05446 2.122313
46 0.195506 47.95118 28.89333 21.03445 2.121030
47 0.197573 47.88817 28.97466 21.01728 2.119891
48 0.199613 47.82945 29.05009 21.00202 2.118441
Cholesky Ordering: LM1R LPDBR IDEP EXPINF
112

LAMPIRAN 15
VARIANCE DECOMPOSITION PERMINTAAN M2 KONVENSIONAL
Variance Decomposition
of LM2R:
Period S.E. LM2R LPDBR IDEP EXPINF
1 0.016467 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.022140 99.60919 0.175277 3.28E-05 0.215499
3 0.026327 97.32543 0.145736 0.205269 2.323562
4 0.029272 95.57149 0.490722 0.302931 3.634856
5 0.032392 92.96788 2.222150 0.709242 4.100728
6 0.035392 89.42934 4.959238 1.370359 4.241059
7 0.038382 85.96249 7.271690 2.359841 4.405979
8 0.040957 83.89912 8.415361 3.174803 4.510714
9 0.043153 82.83691 8.634748 3.853177 4.675161
10 0.045083 82.51797 8.558517 4.201086 4.722424
11 0.046842 82.28938 8.606508 4.392545 4.711569
12 0.048583 82.00628 8.905325 4.403007 4.685393
13 0.050356 81.59849 9.384561 4.353626 4.663322
14 0.052117 81.26958 9.789452 4.282639 4.658332
15 0.053760 81.10862 9.993210 4.223675 4.674500
16 0.055271 81.09198 10.05314 4.168265 4.686622
17 0.056681 81.09612 10.11073 4.112523 4.680627
18 0.058072 81.03391 10.26105 4.046833 4.658207
19 0.059489 80.87182 10.52342 3.975796 4.628966
20 0.060933 80.66443 10.82026 3.908452 4.606861
21 0.062353 80.49108 11.05725 3.853507 4.598158
22 0.063712 80.38370 11.20618 3.812429 4.597689
23 0.065006 80.31508 11.30930 3.779901 4.595717
24 0.066262 80.23893 11.42452 3.749398 4.587148
25 0.067513 80.12567 11.58355 3.717651 4.573129
26 0.068773 79.98142 11.77360 3.685895 4.559093
27 0.070028 79.83980 11.95324 3.657205 4.549749
28 0.071253 79.72929 12.09160 3.633494 4.545614
29 0.072437 79.65192 12.19120 3.613613 4.543274
30 0.073585 79.58883 12.27732 3.594846 4.539011
31 0.074715 79.51911 12.37422 3.575058 4.531612
32 0.075841 79.43460 12.48868 3.554064 4.522652
33 0.076964 79.34368 12.60836 3.533238 4.514728
34 0.078075 79.26145 12.71504 3.514172 4.509337
35 0.079162 79.19610 12.80065 3.497351 4.505895
36 0.080224 79.14378 12.87159 3.482017 4.502605
37 0.081267 79.09423 12.94065 3.467008 4.498114
38 0.082301 79.03941 13.01645 3.451720 4.492422
39 0.083329 78.97889 13.09811 3.436416 4.486587
40 0.084350 78.91867 13.17776 3.421847 4.481721
41 0.085359 78.86517 13.24815 3.408558 4.478127
42 0.086350 78.81999 13.30833 3.396478 4.475206
43 0.087325 78.77966 13.36317 3.385077 4.472095
44 0.088289 78.73924 13.41854 3.373842 4.468379
45 0.089246 78.69624 13.47683 3.362628 4.464300
46 0.090196 78.65196 13.53592 3.351677 4.460440
47 0.091138 78.60974 13.59173 3.341328 4.457207
48 0.092069 78.57190 13.64184 3.331716 4.454547
Cholesky Ordering: LM2R LPDBR IDEP EXPINF
113

LAMPIRAN 16
VARIANCE DECOMPOSITION PERMINTAAN M1 ISLAM
Variance Decomposition
of LM1ISLR:
Period S.E. LM1ISLR LPDBR RS EXPINF
1 0.043915 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.049779 89.29287 6.630106 0.642313 3.434712
3 0.056897 82.13814 6.357567 3.009475 8.494814
4 0.065238 78.39872 5.533215 3.141991 12.92607
5 0.070868 75.43393 9.160402 2.898121 12.50755
6 0.080420 70.32184 15.15601 3.081573 11.44058
7 0.091787 66.45912 18.24397 3.296196 12.00071
8 0.101504 63.90065 18.31233 3.875662 13.91136
9 0.110394 61.92996 17.04716 4.654213 16.36866
10 0.117804 60.71532 15.82360 5.070844 18.39024
11 0.123651 60.04615 15.08738 5.296385 19.57009
12 0.128954 59.67767 14.80747 5.418019 20.09685
13 0.134207 59.42131 14.87559 5.440523 20.26257
14 0.139541 59.13663 15.06230 5.465002 20.33606
15 0.145003 58.82298 15.15873 5.527336 20.49095
16 0.150388 58.51883 15.10490 5.605702 20.77057
17 0.155507 58.23965 14.95511 5.693365 21.11188
18 0.160341 58.00746 14.79051 5.772008 21.43002
19 0.164923 57.82806 14.66773 5.827409 21.67680
20 0.169331 57.68256 14.60171 5.866666 21.84906
21 0.173655 57.55408 14.57635 5.897425 21.97214
22 0.177928 57.43292 14.56457 5.924846 22.07766
23 0.182141 57.31465 14.54490 5.953999 22.18644
24 0.186275 57.20142 14.51043 5.984896 22.30326
25 0.190309 57.09690 14.46660 6.014809 22.42169
26 0.194237 57.00268 14.42285 6.042097 22.53237
27 0.198070 56.91856 14.38603 6.065881 22.62953
28 0.201825 56.84263 14.35797 6.086357 22.71304
29 0.205517 56.77238 14.33635 6.104731 22.78653
30 0.209151 56.70616 14.31737 6.122013 22.85445
31 0.212731 56.64334 14.29819 6.138678 22.91979
32 0.216253 56.58388 14.27795 6.154817 22.98336
33 0.219717 56.52804 14.25732 6.170198 23.04444
34 0.223123 56.47590 14.23758 6.184566 23.10195
35 0.226475 56.42723 14.21960 6.197870 23.15530
36 0.229778 56.38158 14.20353 6.210214 23.20467
37 0.233035 56.33850 14.18897 6.221782 23.25075
38 0.236248 56.29762 14.17531 6.232757 23.29431
39 0.239420 56.25874 14.16213 6.243244 23.33589
40 0.242550 56.22176 14.14927 6.253270 23.37570
41 0.245640 56.18662 14.13683 6.262826 23.41373
42 0.248691 56.15324 14.12495 6.271902 23.44990
43 0.251704 56.12152 14.11375 6.280511 23.48423
44 0.254682 56.09130 14.10320 6.288689 23.51681
45 0.257625 56.06246 14.09322 6.296485 23.54784
46 0.260536 56.03488 14.08369 6.303940 23.57749
47 0.263414 56.00847 14.07453 6.311086 23.60591
48 0.266262 55.98318 14.06571 6.317939 23.63317
Cholesky Ordering: LM1ISLR LPDBR RS EXPINF
114

LAMPIRAN 17
VARIANCE DECOMPOSITION PERMINTAAN M2 ISLAM
Variance Decomposition
of LM2ISLR:
Period S.E. LM2ISLR LPDBR RS EXPINF
1 0.042602 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.048531 90.06969 6.486443 0.820722 2.623147
3 0.055754 83.85258 6.197941 3.249044 6.700436
4 0.064343 81.09483 5.284823 3.310353 10.30999
5 0.070630 78.58324 8.670032 3.083109 9.663623
6 0.080631 74.01702 14.02701 3.289852 8.666114
7 0.092463 70.83862 16.66610 3.511914 8.983371
8 0.102780 68.98041 16.57952 4.148144 10.29192
9 0.112055 67.65840 15.37226 4.931373 12.03797
10 0.119870 66.89005 14.22453 5.364668 13.52076
11 0.126197 66.45267 13.52196 5.620366 14.40501
12 0.131959 66.18146 13.26076 5.755387 14.80239
13 0.137674 65.95660 13.33976 5.785733 14.91791
14 0.143468 65.69683 13.53593 5.815993 14.95125
15 0.149357 65.43374 13.64367 5.880151 15.04244
16 0.155139 65.20604 13.59790 5.963081 15.23297
17 0.160626 65.01203 13.45079 6.057882 15.47929
18 0.165792 64.85595 13.28558 6.142968 15.71550
19 0.170681 64.73592 13.16134 6.203746 15.89899
20 0.175383 64.63498 13.09647 6.246127 16.02243
21 0.179993 64.54144 13.07668 6.277690 16.10419
22 0.184553 64.45137 13.07319 6.305204 16.17023
23 0.189051 64.36439 13.06135 6.334762 16.23950
24 0.193462 64.28322 13.03197 6.366810 16.31801
25 0.197763 64.21013 12.99015 6.398600 16.40112
26 0.201944 64.14521 12.94666 6.427855 16.48027
27 0.206019 64.08739 12.91016 6.453136 16.54932
28 0.210009 64.03482 12.88364 6.474496 16.60705
29 0.213929 63.98566 12.86493 6.493264 16.65615
30 0.217791 63.93903 12.84953 6.510746 16.70070
31 0.221594 63.89482 12.83366 6.527713 16.74380
32 0.225337 63.85322 12.81587 6.544353 16.78655
33 0.229015 63.81443 12.79684 6.560367 16.82836
34 0.232630 63.77840 12.77821 6.575370 16.86802
35 0.236186 63.74483 12.76135 6.589187 16.90463
36 0.239688 63.71333 12.74669 6.601885 16.93809
37 0.243141 63.68354 12.73383 6.613691 16.96894
38 0.246547 63.65523 12.72198 6.624859 16.99793
39 0.249909 63.62831 12.71048 6.635554 17.02566
40 0.253227 63.60275 12.69906 6.645824 17.05237
41 0.256501 63.57851 12.68782 6.655644 17.07803
42 0.259733 63.55553 12.67701 6.664973 17.10249
43 0.262925 63.53371 12.66685 6.673799 17.12563
44 0.266078 63.51295 12.65739 6.682153 17.14751
45 0.269194 63.49312 12.64853 6.690094 17.16825
46 0.272276 63.47416 12.64012 6.697680 17.18804
47 0.275323 63.45601 12.63202 6.704955 17.20701
48 0.278336 63.43864 12.62418 6.711940 17.22524
Cholesky Ordering: LM2ISLR LPDBR RS EXPINF
115

LAMPIRAN 18

HASIL UJI AKAR UNIT (2)

VARIABEL LM1

Null Hypothesis: LM1 has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.581378 0.2900
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM1) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.743636 0.0068
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

VARIABEL LM2

Null Hypothesis: LM2 has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic 0.042461 0.9961
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM2) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.127274 0.0330
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
116

VARIABEL LM1ISL

Null Hypothesis: LM1ISL has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.553596 0.0418
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788

Null Hypothesis: D(LM1ISL) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.144041 0.0001
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589

VARIABEL LM2ISL

Null Hypothesis: LM2ISL has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.192469 0.0947
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Null Hypothesis: D(LM2ISL) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.824946 0.0002
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
117

VARIABEL LIHK

Null Hypothesis: LIHK has a unit root


Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.941195 0.6219
Test critical values: 1% level -4.100935
5% level -3.478305
10% level -3.166788

Null Hypothesis: D(LIHK) has a unit root


Exogenous: None
Lag Length: 4 (Fixed)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.144667 0.0317
Test critical values: 1% level -2.600471
5% level -1.945823
10% level -1.613589
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
118

LAMPIRAN 19

UJI LAG OPTIMAL (2)

MODEL LM1

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LIHK) D(LM1)
Exogenous variables: C
Date: 05/11/07 Time: 16:31
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 348.5784 NA* 9.42E-08 -10.50238 -10.43602* -10.47616*
1 353.1581 8.743056 9.25E-08* -10.51994* -10.32088 -10.44128
2 354.3499 2.203083 1.01E-07 -10.43485 -10.10308 -10.30375
3 355.6473 2.319634 1.10E-07 -10.35295 -9.888477 -10.16941
4 357.7812 3.685692 1.16E-07 -10.29640 -9.699220 -10.06042
5 360.5634 4.637122 1.21E-07 -10.25950 -9.529613 -9.971086
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion

MODEL LM2

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LIHK) D(LM2)
Exogenous variables: C
Date: 05/11/07 Time: 16:35
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 396.8762 NA 2.18E-08 -11.96595 -11.89959* -11.93973*
1 402.4927 10.72227* 2.08E-08* -12.01493* -11.81587 -11.93627
2 403.7916 2.401060 2.25E-08 -11.93308 -11.60131 -11.80198
3 407.7800 7.130718 2.26E-08 -11.93273 -11.46825 -11.74919
4 409.6067 3.155242 2.41E-08 -11.86687 -11.26969 -11.63090
5 410.1007 0.823353 2.69E-08 -11.76063 -11.03074 -11.47221
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
119

MODEL LM1ISL

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LIHK) D(LM1ISL)
Exogenous variables: C
Date: 05/11/07 Time: 16:37
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 299.5858 NA 4.16E-07 -9.017752 -8.951399 -8.991533
1 310.9452 21.68606* 3.33E-07* -9.240763* -9.041704* -9.162106*
2 310.9685 0.043063 3.75E-07 -9.120257 -8.788491 -8.989161
3 316.1374 9.241457 3.63E-07 -9.155680 -8.691208 -8.972145
4 317.2927 1.995443 3.96E-07 -9.069476 -8.472297 -8.833502
5 319.0992 3.010913 4.24E-07 -9.003007 -8.273123 -8.714595
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion

MODEL LM2ISL

VAR Lag Order Selection Criteria


Endogenous variables: D(LIHK) D(LM2ISL)
Exogenous variables: C
Date: 05/11/07 Time: 16:39
Sample: 2001:01 2006:12
Included observations: 66
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 302.6232 NA 3.79E-07 -9.109793 -9.043440 -9.083573
1 313.4878 20.74151* 3.08E-07* -9.317811* -9.118751* -9.239153*
2 313.4961 0.015356 3.48E-07 -9.196850 -8.865085 -9.065754
3 318.6815 9.270965 3.36E-07 -9.232773 -8.768301 -9.049238
4 319.8898 2.087036 3.66E-07 -9.148176 -8.550997 -8.912202
5 321.6006 2.851256 3.93E-07 -9.078805 -8.348920 -8.790393
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
120

LAMPIRAN 20

UJI KOINTEGRASI 2 (ASUMSI)

MODEL LM1 (ASUMSI 3)

Date: 05/11/07 Time: 16:33


Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting endpoints
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LIHK LM1
Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None 0.104370 8.372786 15.41 20.04
At most 1 0.009340 0.656853 3.76 6.65
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates no cointegration at both 5% and 1% levels

MODEL LM2 (ASUMSI 5)

Date: 05/11/07 Time: 16:36


Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting endpoints
Trend assumption: Quadratic deterministic trend
Series: LIHK LM2
Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None 0.168125 13.31887 18.17 23.46
At most 1 0.006178 0.433771 3.74 6.40
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates no cointegration at both 5% and 1% levels
121

MODEL LM1ISL (ASUMSI 4)

Date: 05/11/07 Time: 16:38


Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting endpoints
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)
Series: LIHK LM1ISL
Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None 0.189799 18.79984 25.32 30.45
At most 1 0.056440 4.066706 12.25 16.26
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates no cointegration at both 5% and 1% levels

MODEL LM2ISL (ASUMSI 4)

Date: 05/11/07 Time: 16:40


Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting endpoints
Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted)
Series: LIHK LM2ISL
Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test


Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value
None 0.185221 18.60514 25.32 30.45
At most 1 0.059129 4.266432 12.25 16.26
*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level
Trace test indicates no cointegration at both 5% and 1% levels
122

LAMPIRAN 21

HASIL ESTIMASI VAR FIRST DIFFERENCE

MODEL LM1

Vector Autoregression Estimates


Date: 05/11/07 Time: 16:34
Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting
endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
D(LIHK) D(LM1)
D(LIHK(-1)) 0.093384 -0.768893
(0.12213) (0.29295)
[ 0.76462] [-2.62464]

D(LM1(-1)) 0.012194 -0.121082


(0.04877) (0.11697)
[ 0.25006] [-1.03515]

C 0.006687 0.019801
(0.00167) (0.00400)
[ 4.00975] [ 4.95050]
R-squared 0.010110 0.112333
Adj. R-squared -0.019439 0.085835
Sum sq. resids 0.007878 0.045324
S.E. equation 0.010843 0.026009
F-statistic 0.342139 4.239362
Log likelihood 218.9021 157.6590
Akaike AIC -6.168632 -4.418828
Schwarz SC -6.072267 -4.322464
Mean dependent 0.007535 0.012561
S.D. dependent 0.010739 0.027203
Determinant Residual Covariance 7.81E-08
Log Likelihood (d.f. adjusted) 374.1201
Akaike Information Criteria -10.51772
Schwarz Criteria -10.32499

MODEL LM2

Vector Autoregression Estimates


Date: 05/05/07 Time: 10:02
Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting
endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
D(LIHK) D(LM2)
D(LIHK(-1)) 0.084686 -0.147687
(0.11465) (0.15018)
[ 0.73863] [-0.98343]
123

D(LM2(-1)) 0.275592 0.074306


(0.09376) (0.12280)
[ 2.93947] [ 0.60509]

C 0.004561 0.009095
(0.00168) (0.00220)
[ 2.71867] [ 4.13926]
R-squared 0.122368 0.018961
Adj. R-squared 0.096170 -0.010324
Sum sq. resids 0.006984 0.011982
S.E. equation 0.010210 0.013373
F-statistic 4.670887 0.647454
Log likelihood 223.1149 204.2228
Akaike AIC -6.288998 -5.749222
Schwarz SC -6.192634 -5.652858
Mean dependent 0.007535 0.008620
S.D. dependent 0.010739 0.013305
Determinant Residual Covariance 1.86E-08
Log Likelihood (d.f. adjusted) 424.3046
Akaike Information Criteria -11.95156
Schwarz Criteria -11.75883

MODEL LM1ISL

Vector Autoregression Estimates


Date: 05/05/07 Time: 10:04
Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting
endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
D(LIHK) D(LM1ISL)
D(LIHK(-1)) 0.043796 -1.921480
(0.12438) (0.62302)
[ 0.35212] [-3.08412]

D(LM1ISL(-1)) 0.036640 -0.184006


(0.02383) (0.11938)
[ 1.53734] [-1.54131]

C 0.006790 0.030061
(0.00156) (0.00780)
[ 4.35837] [ 3.85215]
R-squared 0.042946 0.189307
Adj. R-squared 0.014377 0.165107
Sum sq. resids 0.007616 0.191098
S.E. equation 0.010662 0.053406
F-statistic 1.503246 7.822651
Log likelihood 220.0828 107.2955
Akaike AIC -6.202366 -2.979872
Schwarz SC -6.106002 -2.883508
Mean dependent 0.007535 0.013578
124

S.D. dependent 0.010739 0.058449


Determinant Residual Covariance 2.74E-07
Log Likelihood (d.f. adjusted) 330.1643
Akaike Information Criteria -9.261836
Schwarz Criteria -9.069108

MODEL LM2ISL

Vector Autoregression Estimates


Date: 05/05/07 Time: 10:05
Sample(adjusted): 2001:03 2006:12
Included observations: 70 after adjusting
endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
D(LIHK) D(LM2ISL)
D(LIHK(-1)) 0.049139 -1.801255
(0.12422) (0.59227)
[ 0.39559] [-3.04125]

D(LM2ISL(-1)) 0.035924 -0.188860


(0.02490) (0.11871)
[ 1.44288] [-1.59090]

C 0.006705 0.030781
(0.00156) (0.00745)
[ 4.29032] [ 4.13072]
R-squared 0.039046 0.186457
Adj. R-squared 0.010361 0.162173
Sum sq. resids 0.007647 0.173853
S.E. equation 0.010684 0.050939
F-statistic 1.361181 7.677928
Log likelihood 219.9405 110.6056
Akaike AIC -6.198299 -3.074447
Schwarz SC -6.101935 -2.978083
Mean dependent 0.007535 0.014866
S.D. dependent 0.010739 0.055652
Determinant Residual Covariance 2.54E-07
Log Likelihood (d.f. adjusted) 332.8508
Akaike Information Criteria -9.338595
Schwarz Criteria -9.145867

Anda mungkin juga menyukai