Anda di halaman 1dari 26

GERAKAN DAN TANTANGAN

PERKEMBANGAN KOPERASI

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan


Mata Kuliah Ekonomi Koperasi
Dosen : ALI MUHIDIN, S.Pd., M.M.

Di Susun Oleh :
Kelompok 4 Kelas Karyawan

No NIM Nama Kelas


1. 3402160579 DEDE NURHIDAYATULLAH A
2. 3402160360 ARIS WASONO A
3. 3402160244 BRILIANDI TITIS H. A
4. 3402160293 TUTI TRESNAWATI A
5. 3402160504 NIA KURNIAWATI B
6. 3402160570 HABIB INDRA SURYA B
7. 3402160025 NURUL FARIDAH ULFAH B
8. 3402160105 FAUZI MUSLIM B
9. 3402160183 AFNI MAHBUD MADANI B
10. 3402160279 NANA KUSLIANA B
11. 3402160401 IRFAN APANDI B

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
Jl. R.E. Martadinata No. 150, Ciamis 46274, Ds. Mekarjaya, Baregbeg,Kec. Baregbeg,
Jawa Barat 46274, Indonesia, Phone:+62 265 776787

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 1


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN
KOPERASI.
Makalah GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN
KOPERASI ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Ciamis, 08 Desember 2017

Kelompok VI

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan ........................................................................................... 4
2.2. Gerakan Koperasi ................................................................................... 4
2.2.1. International Cooperative alliance (ICA) .................................... 5
2.2.2. ASEAN Cooperative Organization (ACO) ................................. 6
2.2.3. Gerakan Koperasi Indonesia........................................................ 6
2.3. Hubungan Gerakan Koperasi Indonesia dengan Gerakan Koperasi
Internsaional .......................................................................................... 11
2.4. Hubungan Dekopin dengan Koperasi di Luat Negeri ........................... 12
2.5. Sikap Pemerintah terhadap Gerakan Koperasi ..................................... 12
2.5.1. Sikap Pemerintah yang Netral ..................................................... 13
2.5.2. Sikap pemerintah yang menghambat dan/atau melarang
pertumbuhan dan perkembangan gerakan koperasi .................... 14
2.5.3. Sikap Pemerintah yang Membantu Gerakan Koperasi ................ 15
2.5.4. Sikap Pemerintah yang ingin Menjadikan Koperasi Sebagai
Alat Untuk Melaksanakan Kebijakan Nasional ......................... 17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 20
3.2. Saran ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ropke ( 1987 ) mendefinisikan koperasi sebagai organisasi bisnis
yang para pemilik atau anggotanya adalah juga pelanggan utama
perusahaan tersebut ( kriteria identitas ). Kriteria identitas suatu
koperasimerupakan dalil atau prinsip identitas yang membedakan unit
usaha koperasi dari unitusaha yang lainnya. Berdasarkan definisi tersebut,
menurut Hendar & Kusnandi ( 2005 ), kegiatan kopersai secara ekonomis
harus mengacu pada prinsip identitas ( hakikat ganda) yaitu anggota
sebagai pemilik yang sekaligus sebagai pelanggan. Organisasi kopersai
dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola perusahaan bersama
yang diberi tugas untuk menunjang kegiatan ekonomi individu para
anggotanya. Koperasi adalah organisasi otonom, yang berada didalam
lingkungan sosial ekonomi, yang menguntungkan setiap anggota,
pengurus dan pemimpin dan setiap anggota,pengurus dan pemimpin
merumuskan tujuan – tujuannya secara otonom dan mewujudkan tujuan –
tujuan itu melalui kegiatan – kegiatan ekonomi yang dilaksanakan secara
bersama sama ( Hanel, 1989 ).
Perkembangan koperasi terus berkembang. Perkembangan tersebut
ditandai dengan banyaknaya pertumbuhan koperasi. Tetapi di dalam
perkembangan tersebut banyak terjadi hambatan – hambatan. Sebelum
mengetahuinya terlebih dahulu kita perlu mengetahui sejarah awal
pembentukan koperasi. Sealin itu, kita juga dapat mengetahui faktor –
faktor apa saja yang bisa menghambat pertumbuhan koperasi di
indonesia. Hal ini melatar belakangi di dalam pembahasan pembuatan
makalah Gerakan dan Tantangan Koperasi di Indonesia.
Pengembangan kopersai di indonesia yang telah di gerakan melalui
dukungan kuat program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu
lama, dan tidak mudah ke luar dari lingkungan pengalaman tersebut. Jika
semula ketergantungan terhadap captive market program menjadi sumber

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 4


pertumbuhan, maka pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan
baru bagi lahirnya pesaing – pesaing usaha terutama KUD. Meskipun
KUD harus berjuang unttuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi,
namun sumbangan terbesar KUD adalah keberhasilan peningkatan
produksi pertanian terutama pangan , di samping sumbangan dalam
melahirkan kader wirausaha karena telah menikmati latihan dengan
mengurus dan mengelola KUD. Posisi kopersai indonesia pada dasarnya
justru didominasi oleh koperasi kredit yang mengusai antara 50 – 60
persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu dilihat dari populasi
koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25 % dari
populasi koperasi atau sekitar 35 % dari populasi koperasi aktif. Pada
akhir – akhir ini posisi koperasi dalam pasar prekreditan mikro menempati
tempat kedua setelah BRI –unit desa sebesar 46 % dari KSP/USP dengan
pangsa sekitar 31 %. Dengan demikian walaupun program pemerintah
cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian
koperasi. Kopersai merupakan lembaga ekonomi yang cocok di terapkan
di indonesia. Karena sifat masyrakatnya yang kekeluargaan dan kegotong
royongan, sifat inilah yang sesuai.
.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 5


1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana pergerakan koperasi ?
1.2.2. Bagaimana Hubungan Gerakan Koperasi di Indonesia dengan
Gerakan Koperasi Internasional ?
1.2.3. Bagaimana Hubungan DEKOPIN degan Koperasi di Luar Nergeri ?
1.2.4. Bagaimana Sikap Pemerintah terhadap Gerakan Koperasi ?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Koperasi
1.3.2. Untuk mengetahui gerakan koperasi secara nasional, regional, dan
internasional
1.3.3. Untuk mengetahui hubungan gerakan koperasi indonesia dengan
koperasi internasional
1.3.4. Untuk mengetahui hubungan dewan koperasi indonesia dengan
koperasi di luar negeri
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana sikap pemerintah terhadap gerakan
koperasi

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 6


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan
Koperasi sebagai suatu gerakan ekonomi artinya koperasi dalam usaha
untuk mewujudka kemakmuran ekonomi anggota dan masyarakat pada
umumnya harus terus bergerak maju sesuai dengan dinamika perubahan
ekonomi global. Untuk itu koperasi dituntut secara terus-menerus untuk
menjalani kerjasama atau berbentuk wadah organisasi koperasi baik sesuai
dengan bidang usahanya maupun secara umum.
Wadah gabungan gerakan koperasi tersebut bisa bersipat internasional,
regional, maupun nasional dan lokal. Tujuan dibentuknya wadah untuk
bergabung koperasi ini adalah agar koperasi menjadi organisai yang besar dan
mampu bersaing dengan bentuk usaha lainnya, dan yang tidak kalah penting
adalah mampu menyejahterakan anggotanya dan masyarakat pada umumnya.
Gerakan organisasi koperasi mengalami berbagai tantangan dan
hambatan baik secara internal maupun eksternal koperasi, sehingga gerakan
organisasi koperasi mengalami pasang surut dan bahkan bentuk organisasinya
dan namanya (nomenklaturnya) yang mengalami banyak perubahan.
Pada pembahasan kali ini akan membahas tentang gerakan dan
tantangan koperasi secara nasional, regional, dan internasional; hubungan
koperasi indonesia dengan gerakan koperasi internasional; hubungan koperasi
Dekopin dengan koperasi di luar negeri; sikap pemerintah tentang gerakan
koperasi.
2.2. Gerakan Koperasi
Sebagaisuatu bentuk perusahaan, koperasi dengan sadar
mengembangkan nilai-nilai tertentu sebagai norma usahanya. Seperti telah
dibahas di bab Pengertian, asas-asas dan prinsip-prinsip Koperasi, maka nilai-
nilai tersebut telah diungkapkan secara eksplisit dalam prinsip-prinsip
koperasi. Berdasarkan prinsip-prinsip koperasi tersebut, jelaslah bahwa
koperasi pada dasarnya adalah suatu bentuk perusahaan yang menjungjung
tinggi nilai-nilai kebersamaan, keadilan dan demokrasi.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 7


Sebagaimana terungkap dalam tujuan koperasi, misi koperasi bukanlah
sekedar untuk memperjuangkan kepentingan para anggitanya. Koperasi juga
dengan sadar bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
sekitarnya. Bahkan koperasi juga memiliki tujuan untuk turut serta secara
aktif dengan membangun sistem perekonomian nasional. Selain sebagai suatu
bentuk perusahaan koperasi pada dasarnya adalah suatu gerakan. Yaitu
gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
adil, makmur dan berkesinambungan, baik dalam lingkup nasional, maupun
lingkungan internasional. Untuk lebih jelasnya gerakan dan tantangan
koperasi akan dibahas lebih rinci sebagai berikut.
2.2.1. International Cooperative alliance (ICA)
International Cooperative alliance atau disingkan ICA, dibentuk
pada Kongres Koperasi sedunia tahun 1895 di London. Yang
mempelopori berdirinya gerakan koperasi dunia ini adalah Inggris,
Australia, Belgia, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, Swiss, dan
Rumania.Dengan demikian ICA. Merupakan satu-satunya organisasi
gerakan koperasi seluruh dunia yang secara khusus mengabdikan diri
pada pengembangan koperasi. Dalam pasal I Anggaran Dasar ICA
disebutkan tujuan umum ICA sebagai berikut.
ICA melanjutkan kerja para pelopor Rochdale, sesuai
dengan prinsip-prinsipnya, berusaha dengan kebebasan penuh
dengan metode-metodenya sendiri, untuk menggantikan sistem
yang semata-mata mencari keuntungan dengan suatu sistem
koperasi yang di organisasikan untuk kepentingan seluruh
masyarakat dan berdasarkan saling bantu membantu.
Jumlah anggota ICA pada tahun 1986 telah meliputi 72 negara.
Dengan jumlah anggota perorangan sekitar 498,5 juta orang, tersebar
di empat benua ( Kamaralsyah dkk. 1987 ). Meskipun syarat-syarat
keanggotaan bersifat terbukauntuk semua jenis koperasi di seluruh
dunia, pada kenyataannya yang masuk menjadi anggota adalah
koperasi-koperasi tingkat nasional. Yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan keputusan keputusan Kongres ICA ialah Dewan

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 8


Paripurna ( Central Committee ). Sampai dengan 1948, sekretariat
ICA di pimpin oleh seorang Sekertaris Jenderal. Sedangkan periode
1948-1963. Dikepalai secara langsung oleh Direktur dan Sekretaris
Jenderal bersama-sama. Tetapi mulai tahun1963, Sekretariat ICA
hanya di pimpin oleh seorang Direktur tanpa ada seorang Sekretaris
Jenderal.
2.2.2. ASEAN Cooperative Organization (ACO)
Atas perangkat Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN). Pada
tahun 1977 (5-7 Desember) telah di selenggarakan Konferensi
Pertama Koperasi Negara-Negara ASEAN di Jakarta. Konferensi
tersebut telah berhasil mengambil dua keputusan penting, yaitu:
Pertama, membuat suatu pernyataan bersama wakil-wakil
Gerakan Koperasi Negara-Negara ASEAN (Joint Declaration of
Representatives of ASEAN Cooperative Movements).
Kedua, membentuk organisasi koperasi ASEAN (ASEAN
Cooperative Organization disingkat ACO).
Konstitusi ACO telah ditanda tangani oleh Wakil Gerakan
Koperasi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Tailand
tanggal 6 Desember 1977 di Jakarta. Pimpinan ACO berada ditengah
sebuah Dewan Pimpinan (ACO-COUNCIL) yang terdiri dari 3 unsur
yaitu :
a. Presidium sebanyak dua orang wakil gerakan koperasi dan tiap
Negara ASEAN sejumlah 10 orang.
b. Dewan pejabat sebanyak I orang yang mewakili Departemen yang
membawahi perkoperasian di masing-masing negara ASEAN,
sejumlah 5 orang.
c. Seorang Sekretaris Jendral.
2.2.3. Gerakan Koperasi Indonesia
Walaupun koperasi telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1895
namun lembaga gerakan koperasi baru muncul sekitar 50 tahun
kemudian. Lembaga gerakan koperasi yang pertama, yang bernama
Sentral Organisasi Koperasi Republik Indonesia (SOKRI) itu lahir

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 9


melalui Kongres Koperasi I yang berlangsumg di Tasikmalaya, Jawa
Barat pada tahun 1947. Namun SOKRI tidak sempat berkiprah
sebagaimana diharapkan.
Lembaga gerakan koperasi Indonesia baru dapat bergerak secara
lebih baik setelah dibentuknya Dewan Koperasi Indonesia (DKI) pada
tahun 1953. Namun demikian, organisasi gerakan Koperasi Indonesia
meliputi struktur organisasinya. Telah berulangkali mengalami
perubahan. Sampai akhirnya menjadi Dewan Koperasi Indonesia
(Dekopin), sebagaimana dikenal saat ini.
a. Sentral organisasi koperasi Republik Indonesia (SOKRI)
Keinginan untuk menyelenggarakan kongres koperasi
nasional itu terlaksana pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya,
atas prakarsa pusat Koperasi Priangan. Berdasarkan kesepakatan
yang dicapai dalam kongre koperasi tingkat nasional pertama
dengan nama Sentral Organisasi Koperasi Indonesi. Selain itu juga
dpakai untuk menetapkan tanggal 12 Juli setiap tahunnya sebagai
hari koperasi.
Organisasi gerakan koperasi yang pertama ini tidak dapat
menjalankan fungsinya sebagaimana diharapkan, hal ini
dikarenakan kondisi negara kita masih diwarnai pengolakan fisik
antara Indonesia dan Belanda dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan (dikenal sebagai agresi Belanda).
b. Dewan Koperasi Indonesia (DKI)
Sebagai tindak lanjut dari kegagalan SOKRI dalam upaya
mempersatukan gerakan Koperasi Indonesia, maka diupayakan
untuk menyelenggarakan kongres koperasi yang kedua. Kongres
Koperasi Kedua berlangsung pada tanggal 15-17 Juli 1953 di
Bandung.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai dalam kongres,
maka dibentuklah organisasi gerakan koperasi yang baru dengan
nama gerakan Koperasi Indonesia (DKI). Pada kongres itu juga
disepakati untuk mengangkat Bung Hatta sebagai bapak Koperasi

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 10


indonesia. Sesuai dengan anggaran dasar DKI. Maksud dan tujuan
DKI adalah ingin melaksanakan cita-cita nasional yaitu untuk
menyusun perekonomian bangsa atas dasar asas kekeluargaan
sebagai mana dinyatakan dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
Adapun cara yang ditempuh DKI dalam usaha mencapai cita-cita
tersebut adalah :
1). Menyebarkan, memelihara dan mempertahankan cita-cita
koperasi.
2). Memperhatikan dan membantu pelaksanaan kepentingan
perkumpulan koperasi.
3). Membela hak hidup dan berkembang secara bebas bagi
perkumpulan koperasi terhadap usaha-usaha yang
merintanginya. Bila perlu bekerjasama dengan seluruh gerakan
koperasi, serta memandangnya dari sudut perkembangan
nasional.
Dalam rangka mencapai maksud dan tujuan tersebut, DKI
melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
1). Meminta penjelasan atau pendapat, pertimbangan atau nasihat
kepada pemerintah serta badan-badan yang diakuinya, mengenai
masalah yang berkaitan dengan koperasi.
2). Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan pers tentang
segala persoalan yang berkaitan dengan gerakan koperasi.
3). Menyelenggarakan penerangan-penerangan serta pendidikan
khusus mengenai koperasi.
4). Menerbitkan majalah tentang koperasi.
5). Mengadakan rapat-rapat dan perundingan dengan instansi
terkait.
6). Mempelajari dan mengusahakan pemecahan masalah-masalah
sosial, ekonomi, dan politik yang berkaitan secara langsung
dengan koperasi.
7). Mencari dan memelihara hubungan baik. Dengan gerakan-
gerakan koperasi internasional.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 11


8). Membantu setaiap perjuangan, khusus yang dihadapi oleh suatu
koperasi yang tergabung dan terutama yang bersifat
mempertaruhkan dasar paham koperasi.

c. Kesatuan organisi Koperasi Seluruh Indonesia (SOKSI)


Sebagai akibat dari pelaksanaan demokrasi terpimpin, maka
kehidupan ekonomi nasional bergeser pula pada ekonomi terpimpin
sehingga unsur demokrasi dan ekonomi terpimpin terlihat jelas
dalam penyelanggaraan koperasi pada masa itu. Pengawasan
terhadap usaha koperasi cenderung sangat besar, karena koperasi
yang ada dijadikan sebagai alat untuk mendukung kebijakan
ekonomi terpimpin.
Upaya pemerintah untuk menjamin bahwa koperrasi yang
ada dapat dijadikan sebagai alat kebijakan pemerintah. Maka pada
tanggal 3 Juni 1961 dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi
Seluruh Indonesia (KOKSI) sebagai pengganti DKI. Dengan
keputusan presiden No. 226/1961, susunan organisasinya
disesuaikan dengan ketatanegaraan Indonesia waktu itu.
Keorganisasian KOKSI bersipat tunggal dengan ingkat sebagai
berikut :
1). Dewan nasional, berkedudukan di Ibukota Negara.
2). Dewan daerah tingkat I berkedudukan di Ibukota Provinsi.
3). Dewan daerah tingkat II berkedudukan di Kabupaten/Kota.
Dibidang manajemen terlihat jelas kepentingan politik
pemerintah didalam usaha koperasi. Hal ini bisa dilihat dari
kepengurusan koperasi. Pimpinan organisasi adalah Dewan
Pimpinan yang diketuai Langsung oleh Presiden Soekarno.
Anggota Dewan Pimpinan terdiri dari unsur pemerintah. Gerakan
koperasi, dan para ahli serta wakil-wakil daerah yang diangkat oleh
pemerintah. Ketua Dewan KOKSI dipegang oleh Mentri yang
bertanggungjawab urusan koperasi.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 12


Puncak campur tangan pemerintah ketika itu adalah dengan
mencabut UU No. 79/1958. Dan menggantinya dengan UU No.
14/1965. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa pengurusan
(koperasi) harus mencerminkan kekuatan progresif revolusioner
yang berporoskan Nasakom dan harus berjiwa Manipol dengan
kebijakan politik dan ekonomi tersebut. Maka organisasi koperasi
pada masa itu sangat sulit untuk berkembang secara wajar.
d. Gerakan Koperasi Indonesia (Gerkopin)
Sejak tahun 1966, pemerintah orde baru bertekad
membangun kembali gerakan koperasi di Indonesia. Dari hasil
musyawarah nasional gerakan koperasi yang berlangsung tanggal
13-17 Juli 1966. Mendesak pemerintahan untuk membubarkan
Koksi. Dan sebagai gantinya pada bulan Juli 1967, Mentri
perdagangan dan koperasi menyetujui pembentukan wadah gerakan
koperasi yang baru, yang disebut Gerakan Koperasi Indonesia
(Gerkopin).
Pada musyawarah nasional gerakan koperasi pada bulan Juli
1966 dinyatakan sebagai Munas yang pertama Gerkopin. Pada
Munas ini Gerkopin juga menyarankan agar pemerintahan
mencabut UU No. 14/1965, karena dipandang telah menetapkan
koperasi sebagai kendaraan politik semata. Kemampuan
pemerintah mementuk Panitia Peninjauan UU No. 14/1965 (yang
diketuai oleh Ir. Ibnoe Sudjono. Asisten mentri urusan koperasi).
Dari panitia tersebut berhasil disusun RUU perkoperasian, yang
kemudian di syahkan menjadi UU No. 12/1967 tetntang pokok-
pokok perkoprasian pada tanggal 18 Desember 1967.
e. Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)
Dengan diberlakukannya UU No. 12/1967, maka pada tahun
1968 berdirilah Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin). Sesuai
dengan kesepakatan gerakan koperasi Indonesia saat itu. Dekopin
dinyatakan sebagai satu-satunya wadah tunggal gerakan Koperasi

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 13


di Indonesia. Dekopin didaftarkan sebagai badan hukum secara
syah pada tahun 1970.
Anggaran Dasar Dekopin telah beberapa kali mengalami
perubahan, yang terakhir adalah pada Musyawarah Nasional
Koperasi XI di Jakarta pada tahun 1983. Sesuai dengan anggaran
dasar pada tahun 1983, Dekopin mempunyai kedudukan sebagai
organisasi gerakan koperasi yang melaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut.
1). Memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi koperasi.
2). Meningkatkan kesadaran berkoperasi dikalangan masyarakat;
3). Melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan
masyarakat
4). Mengembangkan kerjasama antar koperasi dan antara koperasi
dengan badan usaha lain. Baik pada tingkat nasional maupun
Internasional.
Sesuai dengan anggaran dasarnya, Dekopin dinyatakan
sebagai organisasi yang bersifat tunggal. Dengan kata lain
meskipun Dekopin mempunyai susunan organisasi di pusat
maupun di daerah, ia tidak mengenal adanya otonomi di dalam
struktur organisasinya. Organisasi Dekopin secara nasional adalah
sebagai berikut.
1). Di Tingkat pusat Dekopin, berkedudukan di Ibukota Negara ,
yaitu Jakarta;
2). Di Tingkat Provinsi disebut Dekopin wilayah yang
berkedudukan di Ibukota provinsi;
3). Di Tingkat Kabupaten/Kota disebut Dekopin daerah
berkedudukan Ibukota Kabupaten/Kota.
2.3. Hubungan Gerakan Koperasi Indonesia dengan Gerakan Koperasi
Internsaional
Indonesia secara resmi terdaftar sebagai anggota international
cooperative alliance (ICA) sejak tahun 1958, yakni setelah Dewan Koperasi
Indonesia (DKI) dengan resmi menjadi anggota lembaga ini.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 14


Dengan terbentuknya kantor Regional ICA di New Delhi, maka
hubungan gerakan Koperasi Indonesia melalui Dekopin dilakukan melalui
kantor tersebut. Dekopin juga duduk sebagai anggota dalam dewan penasehat
untuk kantor ICA dan pusat pendidikan di New Delhi.
Dalam rangka meningkatkan usaha perdagangan antar koperasi, pada
tahun 1974 telah didirikan International cooperative Trading Organization
(ICTO) yang berkedudukan di Singapura. ICTO dimaksudkan sebagai suatu
badan perantara perdagangan koperasi untuk pasar Asia, Eropa dan Afrika.
Dibidang perbankkan telah dimulai merintis pembentukan suatu Bank
Pembangunan Koperasi Asia (Assian Cooperative Depelovment Bank
ACDB), yang diharapkan dapat membantu masalah pembiayaan, keuangan
serta perdagangan luar negeri yang menguntungkan gerakan koperasi di Asia
Tenggara.
2.4. Hubungan Dekopin dengan Koperasi di Luat Negeri
Sebagai salahsatu anggota ICA, hubungan Dekopin dengan Koperasi-
koperasi diluar negeri berjalan dengan baik. Hal ini terutama dalam usaha
meningkatkan kemampuan koperasi di Indonesia untuk mencapai tujuan.
Dalam hubunagn dengan koperasi di Luar Negeri memberi kesempatan luas
untuk memperoleh bantuan tenaga ahli dan kesempatan untuk mengikuti
latihan di bidang perkoperasian. Koperasi-koperasi luar negeri yang pernah
menawarkan bantuannya melalui Dekopin adalah :
a. Dewan koperasi India (National Cooperative Union Of India) menawarkan
kesempatan mengikuti latihan perkoperasian .
b. Dewan koperasi Amerika Serikat(Cooperative League Of USA)
menawarkan tenaga ahli, bantuan penyusunan project design; bantua
pengembangan beberapa jenis koperasi untuk maksud ini dibuka kantor
cabang dewan kopeasi AS di Jakarta pada tahun 1977.
c. Pusat koperasi Swedia (Swediash cooperative Centre) yang bersedia
mendidik tenaga-tenaga indonesia terutama dibidang koperasi konsumsi.
d. Koperasi Asuransi Malaysia, telah menyanggupi bantuan latihan dibidang
koperasi perasuransian di Kuala Lumpur.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 15


e. Koperasi Asuransi Jepang, telah bersedia membantu tenga Indonesia
dalam pendidikan peransuransian.
2.5. Sikap Pemerintah terhadap Gerakan Koperasi
Koperasi pada umumnya diberikan setatus badan hukum sesuai
denganUndang-Undang yang ada atau sesuai dengan Sistem yang sudah ada
dan sudah mantap digunakan di Negara yang bersangkutan sebagai adanya
perkumpulan Koperasi. Tetapi dengan adanya koperasi dan
perkembangannya yang cepat, serta memiliki sifat yang khusus yang tidak
dimiliki oleh usaha lain, maka dalam pengembangannya dikeluarkanlah
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkoperasian oleh
pemerintah. Perundang-undangan ini ada yang berdiri sendiri dan langsung
mengatur koperasi di Negara yang berangkuatan, tetapi ada yang hanya
dititipkan permasalahan koperasi kedalam perundang-undangan yang lain.
Dalam perkembangannya meskipun pemerintah di masing-masing
Negara telah membuat Undang-Undang tentang perkoperasian, dengan
praktiknya terdapat perbedaan dalam sikap pemerintah terhadap gerakan
koperasi di masing-masing Negara. Sikap pemerintah dalam gerakan koperasi
menurun Hendrojogi (2000;289) dapat dikelompokan dalam empat macam
antara lain :
a. Sikap pemerintah yang netral;
b. Sikap yang menghambat atau menghalang-halangi;
c. Sikap pemerintah yang membantu dan mendorong pertumbuhan dan
perkembangan gerakan koperasi;
d. Sikap pemerintah yang ingin menjadikan koperasi sebagai alat untuk
melaksanakan kebijakan nasionalnya.
2.5.1. Sikap Pemerintah yang Netral
Dengan sikap netral ini artinya pemerintah tidak memberikan
perhatian dan pengakuan yang khusus kepada koperasi dan umumnya
mereka juga tidak mengeluarkan perundang-undangan khusus tentag
perkoperasian dinegaranya. Di sini koperasi diperlakukan sama
dengan usaha-usaha lain yang mencari keuntungan atau bisa sebagai

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 16


Zedelijklichaam, tergantung pada sistem yang diikuti oleh Negara
yang bersangkutan.
Pemerintah di Negara-negera Eropa bagian utara umumnya
mempunyai sikap yang netral terhadap gerakan koperasi. Mereka
melihat perkumpulan-perkumpulan koperasi sebagai bagian dari
sistem ekonomi yang sudah mantap di negara tersebut dan hidup
matinya koperasi tersebut ditentukan oleh usaha-usaha mereka sendiri.
Sebagai contoh yang ekstrim misalnya Denmark. Denmark tidak
memiliki undang-undang khusus tentang perkoperasian dan hanya
bantuan yang sangat marginal dari pemerintah. Namun demikian
koperasi pengecer (Retail Cooperatives) dan koperasi pemasaran
tradisional berkembang sangat cepat tanpa dukungan undang-undang
dan bantuan pemerintah. Namun secara khusus sesungguhnya di
Denmark ada beberapa aspek kehidupan koperasi yang di atur atau di
cakup dalam beberapa undang-undang lain, seperti undang-undang
tentang perdagangan, undang-undang tentang perseroan (Joint Stock
Companies Act.), Undang-undang perpajakan, dan sebagainya.
Dengan tidak adanya perundang-undangan yang mengatur
khusus tentang koperasi, bukan berarti koperasi-koperasi di Denmark
itu seakan-akan menghindari adanya interaksi dengan pemerintah.
Namun justru sudah sejak lama antara koperasi dan pemerintah
Denmark terjalin interaksi yang tradisional. Sebagai contoh koperasi
pertanian sudah sejak tahun 1930-an terjadi interaksi dengan
pemerintah. Namun dengan demikian, walaupun terjadi interaksi yang
baik antara koperasi pertanian dan pemerintah, tetapi koperasi
pertanian di Denmark tetap bisa mempertahankan pendiriannya yaitu
“menolong diri sendiri”.
2.5.2. Sikap pemerintah yang menghambat dan/atau melarang
pertumbuhan dan perkembangan gerakan koperasi
Sikap pemerintah yang menghambat dan melarang pertumbuhan
dan perkembangan koperasi, umumnya diwujudkan dalam dua bentuk
yaitu :

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 17


1). Sikap pemerintah yang menghambat, yaitu dengan tidak
memberikan kemudahan-kemudahan bagi pertumbuhan dan
perkembangan koperasi, seperti yang dialami oleh gerakan koperasi
di Indonesia pada jaman penjajah Belanda;
2). Sikap pemerintah yang melarang, yang mewujudkan dalam bentuk
kebijakan pemerintah yang menyatakan jelas-jelas melarang
adanya perkumpulan koperasi, seperti yang dialami indonesia pada
waktu penjajahan Jepang. Atu bisa diwujudkan dalam bentuk
menasionalisir koperasi-koperasi dan menjadikan mereka tokoh-
tokoh negara (State Stores), seperti yang pernah dilakukan di
Rusia.
Sikap-sikap pemerintah yang demikian ini umumnya
mempunyai latar belakang politik, dalam arti adanya kekhawatiran
dari penguasa bahwa gerakan koperasi akan digunakan oleh lawan
politiknya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.5.3. Sikap Pemerintah yang Membantu Gerakan Koperasi
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Denmark
merupakan suatu contoh yang ekstrim, karena tidak mempunyai
Undang-undang khusus tentang perekonomian. Sedangkan dinegara-
negara sedang berkembang dan negara sosialis pada umumnya negara-
negara dengan undang-undang perkoperasisan yang mendetail dan
adanya campur tangan pemerintah yang mendalam. Bahkan ada
beberapa negara yang pemerintahnya bersikap ekstrim, yaitu dengan
menjadikan koperasi sebagai alat dari pemerintah dalam
melaksanakan tercapainya tujuan dan kebijakan nasionalnya.
Pada umumnya negara-negara maju mempunyai sikap yang
positif terhadap gerakan koperasi, dalam arti pemerintah mendukung
pertumbuhan dan perkembangan koperasi, disertai dengan pemberian
bantuan. Pada umumnya bantuan-bantuan yang diberikan kepada
koperasi baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang
sedang berkembang diwujudkan dalam bentuk; sekedar memberikan
landasan bagi kedudukan hukum kepada koperasi, memberikan

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 18


petunjuk-petunjuk oprasional, memberikan fasilitas-fasilitas, sampai
dengan memanjakan koperasi. Sebagai suatu organisasi ekonomi,
koperasi tentunya memerlukan adanya suatu pegangan atau dasar
hukum dengan mana koperasi bisa beroprasi.
Seperti halnya dinegara-negara lain, di Amerika Serikat
koperasi-koperasi yang pertama pada umumnya didirikan sebelum
adanya undang-undang perkoprasian yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Di Amerika Serikat ternyata undang-undang
perkoperasian diundngkan lebih dahulu oleh Negara-negara bagian
Bagian daripada oelh Pemerintah Federal.
Meskipun perundang-undangan tentang perekonomian di
negara-negara bagian tersebut terhadap perbedaan, namun umunya
undang-undang di Negara-negara bagian tersebut mempunyai
persamaan dalam hal penanganan non stock cooperatives yang
diorganisir berdasarkan saling memberikan keuntungan kepada
anggota dan bersipat non-profit.
Sikap pemerintah yang membantu gerakan koperasi, juga
dialami oleh gerakan koperasi di Indonesia,terutama setelah
kemerdekaan. Walaupun sebenarnya sejak jaman penjajahan belanda
sudah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
koperasi antara lain Verordening tentang Perkumpulan Koperasi,
Staatsblad No. 431 tahun 1915, namun peraturan ini justru dianggap
sebagai penghambat perkembangan koperasi. Karena Staandsblad No.
431 dianggap penghambat perkembangan koperasi maka pada tahun
1920 dibentuk Cooperative Commisie pada tanggal 10 Juli 1920 yang
diketahui oleh Dr. J.H. Boeke, denagan 10 (sepuluh) orang anggota, 7
anggota orang Eropa dan 3 anggota orang Bumiputera. Tugas komisi
tersebut adalah : menyelidiki kemungkinan-kemungkinan dikemudian
hari bagi koperasi di Hindia dan dengan jalan baggaimana koperasi
boleh diperluas.
Enam tahun setelah laporan itu disampaikan kepada pemerintah,
maka dikeluarkan suatu peraturan yang disebut “Regeling Inlandsche

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 19


Cooperatives Verenigengen; yang sicatat dalam staatbland No. 91
Tahun 1927. Dibanding dengan Venordening tentang perkumpulan
koperasi staatsbland tahun 1915 No. 431, RIC tabl No. 91 tahun 1927
merupakan suatu kemajuan. RIC Atbl No. 91 tahun 1927 selain
memberikan dasar dasar hukum, juga mendidik anak negeri ke arah
koperasi. Kemudahan-kemudahan lain yang diberikan RIC adalah :
a. Cara meminta hak rechtperson dibuat sesederhana mungkin. Hak
rerachtpersoon diberikan, setelah Anggaran Dasar, yang juga
adalah jadi akta pendirian dicatat/di daftar di kamar adviseur.
b. Anggaran dasar dibuat dua (2) lembar, diatas segel @ F.15 masing-
masing
Pada umumnya produk-produk hukum yang dikeluarkan oleh
permerintah Hindia Belanda, oleh pakar-pakar koperasi Indonesia,
dianggap tidak bisa terlepas dari pandangan dan kepentingan
pemerintah jajahan, sehingga produk-produk hukumnya kurang bisa
memeberikan kebebasan kepada gerakan koperasi sebagai organisasi
ekonomi yang mandiri.
Sikap pemerintah yang positif atau aktif membantu
pertumbuhan dan perkembangan gerakan koperasi serta memberikan
perlindungan kepada koperasi secara nyata, baru dialami oleh gerakan
koperasi Indonesia setelah kemerdekaan tahun 1945, yang dengan
jelas dapat dibaca dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1)
yang menyatakan : “perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas azas keekluargaan” dimana dalam penjelasaanya
dikatakan bahwa : “perusahaan yang sesuai dengan itu adalah
koperasi”.
Ketentuan yang tercantum dalam undang-undang dasar inilah
yang merupakan dasar atau landasan yang kuat bagi pemerintah untuk
membantu, mendorong, dan melindungu pertumbuhan dalam
perkembangan gerakan koperasi di Indonesia. Selanjutnya sikap
pemerintah yang ingin membantu pertumbuhan dan perkembangan

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 20


gerakan koperasi dapat dilihat pada pasal-pasal dalam Undang-undang
No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian.
2.5.4. Sikap Pemerintah yang ingin Menjadikan Koperasi Sebagai Alat
Untuk Melaksanakan Kebijakan Nasional.
Pada umumnya di Negara-negara yang sedang berkembang,
seperti di negara-negara di Amerika Latin, negara-negara di Afrika
dan negara-negara di Asia, undang-undang tentang perkoperasian
yang diciptakan oleh pemerintah bersifat sangat mendetail. Sikap yang
demikian ini mungkin bisa diberikan jika di dalam negara yang
bersangkutan, jumlah warga yang terdidik atau tenaga pemimpin
adalah langka dan sebagian besar rakyatnya masih buta huruf.
Hubungan pemerintah dengan gerakan koperasi di negara-negara
tersebut umumnya sangat formal. Selanjutnya, dalam perkembangan
pejabat-pejabat pemerintah mulai mengawasi kegiatan koperasi,
termasuk di dalamnya penempatan pegawai/personalia dalam koperasi
atau setidak-tidaknya memberikan persetujuan dalam pengangkatan
pegawai/personalia dalam organisasi koperasi. Undang-undang atau
Peraturan yang dibuat terlalu mendetail, menjadikan campur tangan
pemerintah dalam kehidupan koperasi makin mendalam dan akhirnya
koperasi dijadikan alat dari pemerintah untuk mencapai tujuan dari
kebijakannya.
Bagi gerakan koperasi kondisi yang demikian ini akan
menciptakan dualisme dalam usaha pembangunan/pengembangan
koperasi. Kondisi yang demikian ini banyak dialami oleh koperasi-
koperasi pertanian di negara-negara Afrika. Koperasi-koperasi
pertanian di negara-negara tersebut sedikit banyak merupakan subyek
dari program comprehensive pemerintah yang dikaitkan dengan
kebijakan pembangunan ekonomi dan sosialnya.
Dalam keadaan demikian masyarakat koperasi disatu pihak
dihadapkan pada otoritas atau di lain pihak pemerintah yang
bertanggung jawab tehadap kebijakan pembangunan ekonomi dan
sosialnya. Masing-masing pihak mempunyai harapan dan keinginan

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 21


sendiri-sendiri yang ingin dicapainya. Koperasi yang berasaskan
sukarela ingin mengembangkan dan membangun organisasi dan
usahanyaseperti yang diamanatkan oleh Rapat Anggota, disamping
ada tujuan lain yang ingin dicapainya, dimana pegurus yang akan
menentukan dan merumuskan kebijakaanya, dengan berlandaskan
pada asas-asas koperasi dan merujuk pada anggaran dasar organisasi.
Kebijakan tersebut disebut sebagai kebijakan mikro dari rencana
pembangunan koperasi (micropolice of coomperative depelopment).
Di lain pihak pemerintah dalam rangka pembangunan ekonominya,
yang umumnya membangun sektor pertanian (agricultural
development), juga menggariskan kebijakan untuk mengembangkan
koperasi-koperasi pertanian, kebijakan ini disebut sebagai
macropolicy of coomperative development.
Permasalahan yang timbul adalah dapatkan kebijakan mikro dari
rencana pengembangan koperasi tersebut dipertemukan dengan
kebijakan makro dari rencana pengembangan koperasi? Atau bisakan
kebijakan mikro dari rencana pengembangan koperasi tersebut sejalan
dengan kebijakan dari pemerintah? Kedua-duanya baik pemerintah
maupun gerakan koperasi tetntunya mempunyai tujuan yang baik.
Hanya sasaran yang mungkin berbeda. Dalam hal keduanya
mempunyai sasaran yang sama, maka akan lebih mudah bagi
pemerintah untuk menggunakan koperasi sebagai alat untuk
melaksanakan kebijakan nasionalnya.
Keadaan demikian pernah dialami oleh gerakan koperasi
Indonesia, khususnya dengan Koperasi Unit Desa (KUD) meskipun
penggunaan koperasi sebagai alat dari pemerintah untuk mencapai
tujuan hanya bersifat parsial, yaitu ketika pemerintah menggunakan
KUD sebagai alat utuk mendistribusikan pupuk kepada petani, dengan
harga bersaing. Nahkan untuk melaksanakan KUD pada lini ke-4 (di
tingkat desa) diberikan kedudukan monopoli untuk menyalurkan
pupuk pada petani. Dalam hal campur tangan pemerintah telah
memberikan hasil yang positif kedua belah pihak tidak dirugikan,

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 22


bahkan mereka mendapatkan keuntungan dan hikmahnya. Tetapi tidak
jarang bahwa sasaran kebijakan micro dari rencana pengembangan
koperasi tersebut tidak sejalan dengan kebijakan makro dari rencana
pengembangan sektor pertanian dari pemerintah. Misalnya kebijakan
makro dari rencana pembangunan sektor pertanian, pemerintah
menjadikan perbaikan dari struktur produksi sebagai sasaran,
sedangkan sasaran kebijakan mikro dari koperasi-koperasi pertanian
adalah perbaikan pemasarannya. Hal ini tentunya akan menjadai
permasalahan bagi koperasi-koperasi yang bersangkutan, karena ini
menyangkut masalah efisiensi koperasi.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 23


BAB III
PENUTUP
3.5. Kesimpulan
Awalnya koperasi didirikan karena penderitaan dlaam lapangan
ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin
memuncak. Hal itu menyebabkan munculnya ide-ide perkoperasian
diperkenalkan pertama kali oleh Patih di Purwekerto, Jawa Tengah, R.Karya
Wira Atmadja pada tahun 1896. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan
koperasi di Indonesia mengadakan kongres koperasi yang pertama di Tasik
Malaya. Tanggal dilaksanakannya kongres ini dikemudian ditetapkan sebagai
hari koperasi indonsia. Koperasi merupakan asosiasi orang-orang yang
bergabung dan melakukan usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip koperasi,
sehingga mendapatkan manfaat yag lebih besar dengan biaya rendah melalui
perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.
Prinsip-prinsip yang dimiliki koperasi menurut Undang-undang No. 25
tahun 1992, pasal 5 ayat 1 dan ayat 2, koperasi melaksanakan dua prinsip
koperasi yaitu, yang pertama adalah prinsip kedalam yang meliputi
keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara
demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa
terbatas terhadap modal kemandirian. Dan prinsip yang kedua adalah prinsip
keluar yang meliputi pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi.
Permasalahan yang dialami koperasipun banyak jenisnya ada yang
internal ada juga yang external bahkan ada juga permasalahan yang umum
terjadi. Diantaranya koperasi jarang peminatnya, sulitnya koperasi
berkembang, dan masalah permodalan. Dan yang harus dilakukan untuk
memajukan koperasi di Indonesia antara lain, pembuatan koperasi lebih
menarik, peningkatkan daya jualnya serta melakukan promosi, dan perubahan
kebijakan yang digunakan koperasi.
Peluanng koperasi memang besar di Indonesia, tetapi mungkin banyak
juga tantangan yang akan dihadapi oleh koperasi. Contohnya dengan
tumbuhnya inovasi dan kreatifitas pada suatu organisasi koperasi.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 24


3.2. Saran
Pemerintah sebagai pengambil dan pelaksana diharapkan ikut berperan
aktif dalam merumuskan kebijakan dan mengimplemantasikan yang pro dan
memberi dampak yang positif terhadap perkembangan koperasi Indonesia.

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 25


DAFTAR PUSTAKA

GERAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN KOPERASI | 26

Anda mungkin juga menyukai