Anda di halaman 1dari 59

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/283467607

TEKNIK DAN APLIKASI PRODUKTIVITAS HIJAU (GREEN PRODUCTIVITY) PADA


AGROINDUSTRI

BOOK · AUGUST 2015

READS

40

7 AUTHORS, INCLUDING:

Machfud Machfud Muhammad Arif Darmawan


Bogor Agricultural University Bogor Agricultural University
26 PUBLICATIONS 16 CITATIONS 9 PUBLICATIONS 12 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Available from: Marimin Marimin


Retrieved on: 24 January 2016
TEKNIK DAN APLIKASI
PRODUKTIVITAS HIJAU
(GREEN PRODUCTIVITY )
PADA AGROINDUSTRI
TEKNIK DAN APLIKASI

Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri


Kesadaran terhadap isu lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan
dalam pola konsumsi yang ditunjukkan antara lain dengan penolakan terhadap PRODUKTIVITAS HIJAU
(GREEN PRODUCTIVITY )
produk yang dihasilkan melalui ekploitasi atau proses produksi yang merusak
lingkungan. Disamping itu ditunjukkan juga dengan kesediaan konsumen untuk
membayar lebih produk yang ramah lingkungan, mendorong produsen untuk

PADA AGROINDUSTRI
memperhatikan “lingkungan” sebagai keunggulan daya saing. Namun demikian,
perlindungan terhadap lingkungan dan peningkatan produktivitas harus dapat
dicapai secara simultan. Oleh karena itu perlu digunakan pendekatan yang
terintegrasi antara aspek ekonomi dan lingkungan yang direfleksikan dalam
konsep Produktivitas Hijau (Green Productivity).
Buku ini membahas secara komprehensif konsep dasar produktivitas dan
produktivitas hijau, aplikasi alat, teknik, dan metodologi produktivitas dan
manajemen lingkungan yang tepat untuk mengurangi dampak lingkungan dari
kegiatan suatu agroindustri.
Diharapkan setelah membaca buku ini, para pembaca, khususnya mahasiswa,
pemerhati, dan praktisi agroindustri dapat lebih memperhatikan aspek
lingkungan sehingga konsep dan produk yang dihasilkan dapat bersifat lebih
ramah lingkungan dan dapat menurunkan limbah yang dihasilkan.

Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc


Prof. Dr. Ir. Machfud, MS
Muh. Arif Darmawan, S.TP, MT
Sri Martini, S.Kom, M.Si
Dede Rukmayadi, ST, M.Si
PT Penerbit IPB Press Manajemen Produktivitas
Kampus IPB Taman Kencana ISBN : 978-979-493-845-4
Bangkit Wiguna, S.TP
Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128
Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: ipbpress@ymail.com
Muh. Panji Islam F.P, S.TP
Penerbit IPB Press @IPBpress Wibisono Adhi, S.TP
Teknik dan Aplikasi
Produktivitas Hijau
(Green Productivity)
pada Agroindustri
Teknik dan Aplikasi
Produktivitas Hijau
(Green Productivity)
pada Agroindustri
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Machfud, MS
Muh. Arif Darmawan, S.TP, MT
Sri Martini, S.Kom, M.Si
Dede Rukmayadi, ST, M.Si
Bangkit Wiguna, S.TP
Muh. Panji Islam F.P, S.TP
Wibisono Adhi, S.TP

Penerbit IPB Press


Kampus IPB Taman Kencana,
Kota Bogor - Indonesia

C.01/08.2015
Judul Buku:
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri
Penulis:
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Machfud, MS
Muh. Arif Darmawan, S.TP, MT
Sri Martini, S.Kom, M.Si
Dede Rukmayadi, ST, M.Si
Bangkit Wiguna, S.TP
Muh. Panji Islam F.P, S.TP
Wibisono Adhi, S.TP
Desain Sampul:
Ikrar Bey Khubaib
Penata Isi:
Andreas Levi Aladin
Ikrar Bey Khubaib
Korektor:
Dwi M Nastiti
Jumlah Halaman:
284 + 18 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan 1, Agustus 2015
Sumber Ilustrasi Sampul:
www.freepik.com
PT Penerbit IPB Press
Anggota IKAPI
Kampus IPB Taman Kencana
Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128
Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: ipbpress@ymail.com

ISBN: 978-979-493-845-4

Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - Indonesia


Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2015, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh


isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr. wb.


Produktivitas telah menjadi penting dalam strategi pembangunan nasional
karena pengaruhnya bagi peningkatan sosial dan ekonomi. Dewasa ini,
produktivitas bukan hanya dikenal di kalangan ekonom maupun manajer,
namun melibatkan kegiatan ekonomi lain. Produktivitas dewasa ini merupakan
sebuah konsep yang berlaku pada tingkat internasional, nasional, perusahaan
atau industri, dan bahkan pada tingkat individu. Konsep produktivitas telah
berkembang lebih lanjut dengan memasukan tidak hanya aspek ekonomi
semata tetapi juga memasukkan aspek lingkungan yang dikenal dengan
produktivitas hijau (green productivity).
Buku ini memperkenalkan konsep Produktivitas Hijau yang diperkenalkan
oleh Asian Productivity Organization sebagai guidance untuk mencapai
keberlanjutan dalam pengelolaan industri di Asia. Buku ini mendiskusikan
secara ilustratif tahap demi tahap suatu cara pandang Produktivitas Hijau
dalam pengelolaan industri, dalam pengambilan keputusan dan aplikasinya
dalam agroindustri. Aspek kajian diawali dengan pembahasan tentang konsep
produktivitas secara umum sehingga bisa memandang produktivitas sebagai
sebuah sistem.
Buku ini membahas konsep dan aplikasi Produktivitas Hijau dalam industri
karet, meliputi manajemen kualitas dalah produktivitas hijau, aplikasi AHP
dan desain skenario, aplikasi peta rantai nilai hijau, dan penghitungan indeks
Produktivitas Hijau. Buku ini sesuai untuk dibaca bagi kalangan staf pengajar
perguruan tinggi, mahasiswa program sarjana dan pascasarjana, peneliti,
industri, lingkungan, dan pemerhati karet.
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM-IPB dan Proyek Stranas,


Dikti yang memfasilitasi penyusunan buku ajar ini melalui Program Hibah
Stranas Tahun 2012–2014. Penulis menyadari tulisan ini masih dijumpai
beberapa kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Bogor, Agustus 2015


Penulis

vi
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ..................................................................................................... ii
Daftar Tabel............................................................................................... iv
Daftar Gambar ........................................................................................... vi
BAB I. Konsep Produktivitas...................................................................... 1
A. Pendahuluan ................................................................................... 1
B. Evolusi Produktivitas ....................................................................... 3
C. Pengertian dan Ukuran Produktivitas.............................................. 5
D. Taksonomi dan Hierarki Ukuran Produktivitas ............................ 11
E. Tujuan dan Pendekatan dalam Pengukuran Produktivitas ............. 17
F. Sistem Pengukuran Kinerja Integratif Perusahaan .......................... 20
G. Latihan Soal .................................................................................. 24
BAB II. Konsep Dasar Produktivitas Hijau .............................................. 25
A. Memahami Perubahan Konteks Bisnis .......................................... 25
B. Definisi dan Konsep Produktivitas Hijau ....................................... 35
C. Kekuatan Pendorong Produktivitas Hijau ..................................... 40
D. Posisi Produktivitas Hijau
pada Pengembangan Bisnis Berkelanjutan .................................... 44
E. Latihan Soal................................................................................... 45
BAB III. Produktivitas Hijau: Metodologi, Metode, dan Teknik .............. 47
A. Proses Bisnis dalam Perspektif Produktivitas Hijau ........................ 47
B. Metodologi Produktivitas Hijau .................................................... 49
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

C. Teknik dan Tools dalam Produktivitas Hijau ................................. 51


D. Pengukuran dalam Rangka Produktivitas Hijau ............................ 81
E. Latihan Soal................................................................................... 89
BAB IV. Perbaikan Kualitas dalam Mendukung Produktivitas Hijau ........ 91
A. Manajemen Kualitas dalam Rangka Peningkatan Produktivitas ..... 91
B. Quality Function Deployment (QFD).............................................. 94
C. Diagram Sebab-Akibat ................................................................ 103
D. Check Sheet.................................................................................. 105
E. Diagram Pareto ........................................................................... 105
F. Diagram Tebar ............................................................................ 110
G. Histogram ................................................................................... 113
H. Stratifikasi ................................................................................... 115
I. Run-Chart dan Control Chart ........................................................ 115
J. Latihan Soal.................................................................................. 144
BAB V. Strategi Produktivitas Hijau dan Desain Skenario ...................... 147
A. Proses Hierarki Analitik ............................................................... 147
B. Aplikasi AHP untuk Penetapan Strategi Peningkatan
Produktivitas dengan Pendekatan Produktivitas Hijau ................ 153
C. Desain Skenario Peningkatan Produktivitas Hijau ...................... 158
D. Latihan Soal ................................................................................ 164
BAB VI. Green Value Stream Mapping..................................................... 171
A. Pemetaan Aliran Nilai Hijau
(Green Value System Mapping/GVSM) ........................................ 171
B. Peta Rantai Aliran Hijau Budidaya Karet Alam ........................... 172
C. Pemetaan Rantai Aliran Hijau (GVSM) pada Proses
Produksi Karet ............................................................................ 177
D. Peta Aliran Nilai Hijau Produksi Brown Crepe ............................ 184

viii
Daftar Isi

E. Peta Aliran Nilai Kondisi Masa Depan (Future State Green


Value Stream Map) ..................................................................... 188
F. Latihan Soal ................................................................................. 191
BAB VII. Pengukuran Indeks Produktivitas Hijau ................................. 193
A. Permasalahan Indikator Produktivitas Agroindustri Karet ........... 193
B. Pendekatan Pengukuran dalam Produktivitas Hijau .................... 196
C. Tolok Ukur dan Indikator .......................................................... 198
D. Pengukuran Indeks Produktivitas Hijau ..................................... 206
E. Perhitungan Indeks Produktivitas Hijau Masa Depan ................. 225
F. Latihan Soal ................................................................................. 229
BAB VIII. Sistem Penunjang Keputusan Produktivitas Hijau ................. 231
A. Mengapa Perlu SPK pada Agroindustri? ...................................... 231
B. Pengambilan Keputusan .............................................................. 232
C. Konsep dan Rancang Bangun
Sistem Penunjang Keputusan Produktivitas Hijau ...................... 244
D. Aplikasi Sistem Penunjang Keputusan ....................................... 250
E. Latihan Soal ................................................................................ 261
Daftar Pustaka......................................................................................... 263
Daftar Istilah Penting .............................................................................. 269
Biografi Singkat Penulis .......................................................................... 279

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kronologi beberapa terminologi penting produktivitas ................... 4


Tabel 2.1 Penyusutan kawasan hutan di beberapa negara Asia Tenggara...........31
Tabel 2.2 Perbandingan antara paradigma lean dan green ...................................43
Tabel 3.1 Persentase jumlah industri yang menerapkan alat, teknik,
dan teknologi untuk Produktivitas Hijau ............................................53
Tabel 3.2. Teknik dan tools dalam GP versi APO.................................................54
Tabel 3.3 Keterkaitan dan kegunaan alat pemetaan aliran nilai dalam
menghilangkan pemborosan ................................................................70
Tabel 4.1 Hasil penilaian perbandingan berpasangan
kriteria yang diinginkan kosumen ..................................................... 101
Tabel 4.2 Jumlah cacat Bead .............................................................................. 108
Tabel 4.3 Contoh data perhitungan Histogram ............................................... 114
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pada batas kelas ................................................. 114
Tabel 4.5 Hasil pengumpulan data pemeriksaan produk ban yang cacat....... 119
Tabel 4.6 Perhitungan batas-batas kontrol peta kontrol p................................ 120
Tabel 4.7 Hasil pemeriksan produk ban dengan ukuran subgrup tetap ......... 124
Tabel 4.8 Hasil pemeriksaan kualitas karet lembaran (sheet)
dengan ukuran sampel tetap ............................................................. 126
Tabel 4.9 Hasil pemeriksaan kecacatan (noda)
pada karet lembaran dengan ukuran subgrup tidak tetap ............... 129
Tabel 4.10 Hasil perhitungan batas-batas kontrol peta kontrol u ..................... 131
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kadar karet kering ....................................... 134
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Tabel 4.12 Hasil pengukuran kadar karet kering


dan perhitungan MR ........................................................................ 140
Tabel 4.13 Daftar nilai koefisien dalam Perhitungan Batas-batas
Peta Kontrol x − R serta Indeks Kapabilitas Proses ......................... 142
Tabel 4.14 Data kekuatan daya rentang Rubber Compound ............................. 145
Tabel 4.15 Data pengukuran panjang tabung metal (mm) dari PT XYZ ........ 146
Tabel 5.1 Karakteristik metode AHP ............................................................... 148
Tabel 5.2. Matriks perbandingan berpasangan untuk level-1 ........................... 150
Tabel 5.3 Matriks perbandingan berpasangan untuk level-2 .......................... 150
Tabel 5.4 Tabel nilai kualitatif dari skala perbandingan berpasangan
pada konteks tingkat kepentingan..................................................... 151
Tabel 5.5 Contoh perbandingan berpasangan berdasarkan skala rasio ............ 152
Tabel 5.6 Bobot penilaian masing-masing level AHP ...................................... 157
Tabel 5.7 Desain skenario perbaikan proses budidaya...................................... 161
Tabel 6.1 Perkiraan kebutuhan pupuk PT XYZ tahun 2012 ......................... 174
Tabel 6.2 Kebutuhan material penunjang budidaya karet ............................. 176
Tabel 6.3 Jarak lokasi afdeling ke pabrik pengolahan ........................................ 177
Tabel 7.1 Bobot indikator dalam ESI 2005 ...................................................... 202
Tabel 7.2 Penurunan empat indikator
lingkungan GPI proses budidaya karet alam .................................... 204
Tabel 7.3 Penurunan tiga indikator
lingkungan GPI proses produksi karet alam ..................................... 205
Tabel 7.4 Hasil analisis tujuh sumber pembangkit
waste hijau proses budidaya karet alam ............................................. 207
Tabel 7.5 Perhitungan biaya kebutuhan
proses budidaya karet alam per bulan................................................ 209
Tabel 7.6 Hasil analisis seven green wastes
produksi ribbed smoked sheet .............................................................. 213
Tabel 7.7 Hasil analisis seven green wastes produksi brown crepe ....................... 216
Tabel 7.8 Komponen biaya tetap produk ribbed smoked sheet.......................... 218

xii
Daftar Tabel

Tabel 7.9 Komponen biaya tidak tetap produk ribbed smoked sheet ................ 218
Tabel 7.10 Komponen biaya tetap produk brown crepe...................................... 219
Tabel 7.11 Komponen biaya tidak tetap produk brown crepe ........................... 220
Tabel 7.12 Asumsi-asumsi yang digunakan
pada perhitungan biaya produksi ribbed smoked sheet....................... 221
Tabel 7.13 Asumsi-asumsi yang digunakan
pada perhitungan biaya produksi produk brown crepe ..................... 222
Tabel 7.14 Harga jual produk karet alam ............................................................ 224
Tabel 7.15 Perbandingan indeks rancangan perbaikan ...................................... 225
Tabel 7.16 Perbandingan indeks
produktivitas hijau rancangan perbaikan .......................................... 227
Tabel 8.1 Permasalahan manajemen (Diadopsi dari Marimin 2004).............. 232
Tabel 8.2 Kerangka kerja pendukung keputusan
(Dimodifikasi dari Turban et al. 2007)............................................. 236
Tabel 8.3 Hasil pemilihan kebijakan pada
proses budidaya karet alam ................................................................ 256
Tabel 8.4 Hasil pemilihan kebijakan pada
proses pengolahan karet alam ............................................................ 257
Tabel 8.5 Simulasi alternatif proses pengolahan karet alam.............................. 258
Tabel 8.6 Simulasi alternatif proses budidaya karet alam.................................. 258

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model triple-P ..................................................................... 7


Gambar 1.2 Efisiensi dan efektivitas ........................................................ 7
Gambar 1.3 Proses transformasi dan model produktivitas...................... 10
Gambar 1.4 Taksonomi ukuran produktivitas ....................................... 13
Gambar 1.5 Konsep nilai tambah .......................................................... 15
Gambar 1.6 Level hierarki produktivitas ................................................ 16
Gambar 1.7 Delapan kriteria kinerja...................................................... 22
Gambar 2.1 Milestone gerakan hijau ..................................................... 28
Gambar 2.2 Konsep integrasi
produktivitas dari Produktivitas Hijau ............................... 37
Gambar 2.3 Keterkaitan antara paradigma
lean dan paradigma green.................................................... 42
Gambar 3.1 Proses bisnis dalam perspektif Produktivitas Hijau ............. 48
Gambar 3.2 Hubungan antara metodologi-teknik-tools
dalam Produktivitas Hijau ................................................. 49
Gambar 3.3 Diagram sirip ikan ............................................................. 59
Gambar 3.4 VSM pada kondisi aktual ................................................... 75
Gambar 3.5 VSM pada kondisi setelah perbaikan .................................. 76
Gambar 3.6 Green Value Stream ............................................................ 78
Gambar 3.7 Perangkat analisis POA ...................................................... 79
Gambar 3.8 Value Flow Diagram (VFD)
untuk contoh kasus pembuatan spaghetti........................... 80
Gambar 3.9 Resource Flow Diagram untuk kasus
tahapan proses persiapan pembuatan croissant ................... 81
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Gambar 3.10 Skema indikator berbasis proses ......................................... 84


Gambar 3.11 Diagram metodologi pengembangan GPI .......................... 88
Gambar 3.12 Contoh objective matrix...................................................... 89
Gambar 4.1 Beberapa tools dalam umpan balik TQM ........................... 92
Gambar 4.2 Dua aspek utama QFD ...................................................... 97
Gambar 4.3 Matriks rumah kualitas ...................................................... 99
Gambar 4.4 Rumah mutu produk unggulan agroindustri pisang ......... 102
Gambar 4.5 Diagram sebab-akibat ...................................................... 104
Gambar 4.6 Check Sheet data cacat pada mesin Bead Grommet ............ 107
Gambar 4.7 Diagram Pareto jenis cacat Bead ....................................... 109
Gambar 4.8 Diagram tulang ikan
(Fishbone Diagram) penyebab cacat Bead.......................... 109
Gambar 4.9 Hubungan positif............................................................. 111
Gambar 4.10 Hubungan negatif ............................................................ 112
Gambar 4.11 Tidak ada hubungan ........................................................ 112
Gambar 4.12 Histogram ........................................................................ 115
Gambar 4.13 Diagram alir penggunaan peta kontrol ............................. 117
Gambar 4.14 Peta kontrol p produk ban ............................................... 121
Gambar 4.15 Peta kontrol np produk ban ............................................. 125
Gambar 4.16 peta kontrol c karet lembaran ........................................... 128
Gambar 4.17 Peta kontrol u karet lembaran .......................................... 132
Gambar 4.18 Peta kontrol x kadar karet kering (%) ............................. 136
Gambar 4.19 Peta kontrol R kadar karet kering (%) .............................. 137
Gambar 4.20 Peta kontrol x individual kadar karet kering (%) .............. 141
Gambar 4.21 Peta kontrol MR kadar karet kering (%) .......................... 142
Gambar 5.1 Contoh struktur hierarki peningkatan
Produktivitas Hijau.......................................................... 149
Gambar 5.2 Struktur hierarki dan hasil pembobotan model AHP ....... 155

xvi
Daftar Gambar

Gambar 5.3 Struktur AHP peningkatan


produktivitas proses produksi karet alam PT XYZ ........... 156
Gambar 6.1 Green Value Stream Mapping proses budidaya
karet alam di PT XYZ kondisi awal ................................. 177
Gambar 6.2 Diagram alir proses produksi ribbed smoked sheet.............. 180
Gambar 6.3 Green Value Stream Mapping proses produksi
ribbed smoked sheet di PT XYZ kondisi awal ..................... 185
Gambar 6.4 Diagram alir proses produksi brown crepe ......................... 186
Gambar 6.5 Green Value Stream Mapping proses produksi
brown crepe di PT XYZ kondisi saat ini ............................ 188
Gambar 6.6 Future state green stream map
proses budidaya karet alam............................................... 189
Gambar 6.7 Future state green stream map
proses produksi ribbed smoked sheet .................................. 190
Gambar 6.8 Future state green stream map
proses produksi brown crepe ............................................. 191
Gambar 7.1 Posisi penghitungan GPI
sebagai bagian dari upaya perbaikan ................................. 197
Gambar 7.2 Tahap pengukuran produktivitas hijau awal..................... 198
Gambar 7.3 Aliran material proses budidaya karet alam
dengan basis jumlah produksi per bulan .......................... 207
Gambar 7.4 Neraca massa pada
proses produksi ribbed smoked sheet .................................. 211
Gambar 7.5. Neraca massa pada
proses produksi ribbed smoked sheet di PT XYZ ................ 215
Gambar 7.6 Grafik perbandingan nilai GPI ratio
skenario 1, 2, 3, dan 4 produksi RSS................................ 229
Gambar 8.1 Siklus data, informasi, keputusan, dan aksi
(Diadopsi dari Marimin 2008) ......................................... 233
Gambar 8.2 Struktur dasar Sistem Pendukung Keputusan................... 241
Gambar 8.3 Bagan alir pengembangan aplikasi SPK ........................... 245

xvii
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Gambar 8.4 Alur pembuatan SPK Produktivitas Hijau........................ 247


Gambar 8.5 Konfigurasi sistem SPK Produktivitas Hijau .................... 249
Gambar 8.6 Tampilan halaman muka SPK ......................................... 251
Gambar 8.7 Tampilan model analisis value stream mapping ................. 252
Gambar 8.8 Perhitungan Produktivitas Hijau proses budidaya ............ 253
Gambar 8.9. Perhitungan Produktivitas Hijau proses pengolahan ........ 254
Gambar 8.10 Grafik pemilihan alternatif
menggunakan fuzzy AHP proses budidaya ....................... 255
Gambar 8.11 Grafik pemilihan alternatif
menggunakan fuzzy AHP proses pengolahan.................... 255
Gambar 8.12 Tampilan model pemilihan strategi
peningkatan produktivitas ................................................ 256
Gambar 8.13 Tampilan keluaran model pemilihan
kebijakan peningkatan produktivitas ................................ 257
Gambar 8.14 Tampilan keluaran model
simulasi skenario produksi ............................................... 259

xviii
BAB I
Konsep Produktivitas

A. Pendahuluan
Produktivitas telah menjadi penting dalam strategi pembangunan nasional
karena pengaruhnya bagi peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi.
Dewasa ini, produktivitas bukan hanya dikenal di kalangan ekonom maupun
manajer, namun melibatkan kegiatan ekonomi lain. Produktivitas dewasa ini
merupakan sebuah konsep yang berlaku pada tingkat internasional, nasional,
perusahaan atau industri, dan bahkan pada tingkat individu.
Pada level nasional, peningkatan produktivitas memberikan sumbangan
yang besar kepada GNP (Gross National Product) dan dapat mengurangi
inflasi (Kendrick 1984). Pada level perusahaan dan industri, peningkatan
produktivitas dapat menciptakan kompetisi yang mendorong pertumbuhan
industri dan perusahaan (Pritchard 1992). Pada level individual, produktivitas
dapat mendukung peningkatan kualitas kehidupan, peningkatan waktu
senggang dan peningkatan dalam sebuah organisasi (Kendrick 1984; Pritchard
1992). McGinn (2002) mengutarakan pengaruh produktivitas pada standar
hidup seseorang.
Kata “produktivitas” telah menjadi suatu frase yang umum di kalangan
lembaga pemerintahan, pembuat kebijakan, ekonomis, industrialis,
pemerhati lingkungan, dan bahkan pekerja. Produktivitas telah menjadi suatu
prioritas baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat pelaku usaha. Pada
tingkat nasional, kesejahteraan rakyat sangat tergantung pada kemampuan
negara untuk menghasilkan lebih banyak “output” per unit sumberdaya
yang digunakan. Selanjutnya, produktivitas memperbaiki “bahan bakar”
untuk pertumbuhan ekonomi, mengatasi inflasi dan dengan produktivitas
dimungkinkan tercapainya standar kehidupan yang lebih baik. Pada tingkat
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

mikro atau individu atau kelompok perusahaan atau industri, produktivitas


menunjukkan kinerja dan daya saing perusahaan atau industri. Perbaikan dan
peningkatan produktivitas merupakan perangkat untuk meningkatkan daya
saing, meningkatkan upah dan kualitas kehidupan kerja yang lebih baik bagi
setiap individu.
Merujuk kepada konsep ekonomi, bahwa sumberdaya bersifat terbatas.
Sumberdaya yang terbatas dimanfaatkan melalui berbagai bentuk dan proses
transformasi dan konversi dihasilkan keluaran (output) berupa barang atau
produk yang dibutuhkan untuk kehidupan dan kelangsungan hidup manusia.
Pemubaziran dalam penggunaan sumberdaya, dan pengelolaan proses
transformasi atau konversi sumberdaya yang tidak efisien dan efektif, atau
dengan kata lain bersifat “unproductive” tentunya akan lebih mempersulit
kehidupan dan keturunan kita di masa depan. Masa depan yang lebih baik
akan terjamin jika ada usaha yang keras. Untuk itu maka kita harus berusaha
keras dan berjuang untuk memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam
dan manusia serta man-made resources. Solusi untuk itu adalah meningkatkan
produktivitas baik pada level negara, perusahaan/industri atau individu.
Bab pertama dalam buku ajar Produktivitas Hijau ini memberikan fondasi
mendasar akan konsep produktivitas. Sebelum masuk ke dalam pembahasan
mengenai Green Productivity atau selanjutnya diterjemahkan menjadi
“Produktivitas Hijau”, perlu kiranya ditelaah terlebih dahulu apa sebenarnya
yang dimaksud dengan “produktivitas”. Telaah mengenai istilah yang
digunakan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam
penggunaan istilah produktivitas.
Kemunculan istilah produktivitas diawali dengan penggunaan oleh Quesnay
di dalam Journal de l’Agriculture lebih dari dua abad yang lalu. Sejak saat
itu istilah tersebut telah dipergunakan dalam banyak konteks pada berbagai
level, terutama dalam sistem ekonomi (Tangen 2005). Produktivitas
lahir sejak awal revolusi industri ketika geliat industri menjadi soko guru
industrialisasi di dunia Barat. Adam Smith yang pertamakali menerjemahkan
peningkatan produktivitas melalui spesialisasi kerja. Kemudian, seiring dengan
perkembangan waktu, kalangan akademis maupun praktisi menggunakan
istilah produktivitas tanpa secara jelas memberikan batasan dan definisi
(Chew 1988). Oleh karena itu, sebelum masuk kepada konsep mengenai
Produktivitas Hijau, perlu dilakukan kajian mengenai evolusi produktivitas
beserta ukuran-ukuran yang dipakai.

2
Konsep Produktivitas

Sepanjang sejarah perkembangan industri, telah terjadi banyak sekali


interpretasi terhadap ukuran keunggulan sebuah organisasi. Istilah semacam
produktivitas, performansi, profitabilitas, efektivitas dan efisiensi sering
digunakan pada level mikro (lantai pabrik/level operasional), meso (korporasi)
maupun makro (negara/kawasan). Perlu kiranya definisi-definisi istilah tersebut
diperjelas sebelum memasuki pokok bahasan mengenai Produktivitas Hijau,
baik pada level konseptual, metodologis maupun aplikasi di lapangan.

B. Evolusi Produktivitas
Pada tahun 1764, James Watt menemukan mesin uap sebagai pengganti
manusia yang kemudian mengantar peradaban manusia ke zaman modern yang
berdampak kepada peningkatan produktivitas industri. Adam Smith pada
tahun 1776 merupakan orang pertama yang menyadari bahwa efisiensi hanya
akan didapat dari spesialisasi buruh karena 3 hal yaitu: (1) meningkatkan
keahlian dan keterampilan buruh jika satu tugas dilakukan secara berulang-
ulang, (2) mengurangi kehilangan waktu yang biasa terjadi bila satu aktivitas
diubah menjadi aktivitas lain, (3) mendorong penemuan dan pembuatan
peralatan yang akan digunakan oleh tenaga kerja spesialis dan pada pekerjaan
khusus.
Lebih dari seabad kemudian Littre mendefinisikan produktivitas sebagai:
“kemampuan untuk memproduksi”. Hal ini berlangsung hingga pada
penghujung abad ke-19 dicapai suatu definisi yang lebih tepat bahwa
produktivitas merupakan hubungan antara output dan metode yang digunakan
untuk menghasilkan output itu (Sumanth 1984). Namun demikian definisi dan
ukuran produktivitas hingga sebelum Perang Dunia II masih berhubungan dengan
produktivitas pada lantai pabrik (factory floor). Pada tahun 1950, Organisasi
Kerjasama Ekonomi Eropa (OECD) menghasilkan suatu definisi baru bagi
produktivitas yang lebih resmi yaitu:
“Produktivitas adalah suatu hasil bagi yang didapat dengan membagi luaran
(output) dengan salah satu faktor produksi. Definisi ini memungkinkan
produktivitas dinyatakan sebagai produktivitas modal, produktivitas
investasi, atau produktivitas material, yang tergantung apakah luaran
dihubungkan dengan modal, investasi, material, dan lain-lain”.

3
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Terdapat beberapa variasi mengenai definisi produktivitas, baik yang


dikemukakan oleh suatu institusi atau negara. Di Indonesia, Dewan
Produktivitas Nasional mendefinisikan bahwa “produktivitas adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang digunakan untuk mencapainya”. Menurut National Productivity Board of
Singapore, “produktivitas adalah sikap mental yang mengandung keinginan atau
kemauan untuk bekerja keras dan melakukan perbaikan atau peningkatan kerja
produktif secara kontinyu”. International Labour Organization (ILO) mendefinisikan
bahwa “produktivitas adalah rasio antara hasil produksi dengan gabungan elemen
produksi, seperti: lahan, modal, tenaga kerja, dan organisasi”. Menurut European
Productivity Agency (EPA), produktivitas adalah tingkat efisiensi dari
pemanfaatan setiap sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan produksi.
Pada perkembangannya, produktivitas bukan hanya sekedar menjadi ukuran
namun berkembang menjadi sebuah filosofi, yaitu sebagai sebuah sikap mental.
Menciptakan hari ini yang lebih baik dari kemarin dan mengusahakan hari esok yang
lebih baik dari hari ini. Untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan dari waktu
ke waktu, diperlukan suatu nilai numerik sebagai alat bantu untuk menganalisis
produktivitas (Sumanth 1984).
Secara lengkapnya definisi produktivitas dari zaman ke zaman dapat dilihat
pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kronologi beberapa terminologi penting produktivitas

Masa Pakar Tahun Kata Kunci Produktivitas


Abad Adam
1776 “Spesialisasi akan meningkatkan Produktivitas”
ke-18 Smith
Abad
Littre 1883 “Kemampuan untuk memproduksi”
ke-19

Abad “Hubungan antara output dan metode yang


Awal 1900
ke-20 digunakan untuk memproduksi output tersebut”

“Nilai yang didapat dari membagi output dengan


OEEC 1950
salah satu faktor produksi”
“Perubahan yang didapat pada produk dari perluasan
Davis 1955
sumberdaya “
Fabricant 1962 “Selalu rasio output terhadap input “

4
Konsep Produktivitas

Tabel 1.1 Kronologi beberapa terminologi penting produktivitas (Lanjutan)

Masa Pakar Tahun Kata Kunci Produktivitas

Kendrick- “Definisi fungsional untuk parsial, total-faktor, dan


1965
Creamer produktivitas total “
Siegel 1976 “Rasio output terhadap input “
“Total produktivitas-rasio output terhadap input yang
Sumanth 1979
diukur”

Sumber: Manajemen Produktivitas Total: Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global (Dimodifikasi
dari Gasperz 1998).

Seiring dengan perkembangan dan digunakannya paradigma dan konsep


pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), yang salah
satu dimensi yang digunakan adalah dimensi lingkungan selain dimensi
ekonomi dan sosial. Pada level makro, dikenal terminologi “black GDP”,
yaitu pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak terhadap kerusakan
lingkungan. Laju pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan GDP yang
dalam perhitungannnya dikurangi dengan biaya-biaya sebagai dampak dan
akibat kerusakan lingkungan merupakan ukuran yang disebut “Green GDP”
(Tuttle and Heap 2008).
Pada level mikro yaitu perusahaan atau industri, model produktivitas
tradisional hanya berfokus kepada 4 kelompok masukan, yaitu tenaga kerja,
capital, material, dan energi. Pada model tradisional ini, tidak ada perhitungan
ekonomi yang berkenaan dengan masukan lingkungan secara alami. Seperti
telah dikemukakan sebelumnya, model produktivitas yang dalam konsep dan
perhitungannya memasukkan aspek lingkungan dikenal dengan terminologi
Produktivitas Hijau.

C. Pengertian dan Ukuran Produktivitas


C.1. Produktivitas dan tolok ukur lain
Terminologi produktivitas sering dipertukarkan dengan tolok keberhasilan
lain seperti performansi (kinerja), efektivitas dan efisiensi, profitabilitas serta
tolok ukur keberhasilan lain. Banyaknya perkembangan dalam dunia usaha
dan penelitian-penelitian mengenai keunggulan perusahaan memunculkan

5
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

banyak sekali ukuran sehingga menjadikan analisis mengenai tolok


keberhasilan menjadi kabur. Beberapa terminologi yang sering dipakai adalah
produktivitas, performansi, profitabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
Pada perkembangannya produktivitas bukan hanya diukur pada level mikro
(perusahaan/lantai pabrik), tetapi berkembang menjadi tolok ukur keberhasilan
suatu ekonomi, sektor maupun industri suatu negara. Apabila dilihat pada
jenis berdasarkan hierarki analisa, terminologi produktivitas digunakan
pada level makro (industri, sektoral maupun ekonomi) maupun pada level
mikro (organisasi). Namun untuk memahami konteks makro, diperlukan
pemahaman akan tolok ukur keberhasilan sebuah sistem organisasi.
Tangen (2005) memberikan dasar bagi terminologi produktivitas, efisiensi,
efektivitas, profitabilitas, dan performansi (Gambar 1.1). Ia memperkenalkan
model 3P (Produktivitas, Profitabilitas dan Performansi) untuk membedakan
antara ukuran-ukuran unggul di atas.
Berdasarkan model tersebut Tangen (2005) mendefinisikan istilah produktivitas
dan hubungannya dengan ukuran keunggulan yang lain. Ia mendefinisikan
Produktivitas dalam level operasional, yaitu hubungan antara jumlah output
dan jumlah input. Sebagi ilustrasi produktivitas dalam industri pangan, jumlah
produk yang sesuai spesifikasi dibagi sumber daya yang digunakan dalam
proses produksi. Profitabilitas dalam perspektif Tangen juga dilihat sebagai
hubungan antara output dan input tetapi merupakan hubungan moneter
dan dipengaruhi oleh faktor harga (price recovery). Sementara performansi
merupakan istilah untuk mengukur keprimaan (excellence) dimana di
dalamnya terdapat ukuran profitabilitas dan produktivitas selain ukuran non-
finansial lain seperti kualitas, kecepatan, pengiriman serta fleksibilitas.

C.1.1 Efisiensi dan Efektivitas


Merujuk kepada pendapat Sumanth (1984) Istilah “produktivitas” seringkali
dibingungkan dengan istilah “produksi”. Istilah “produksi” adalah berkenaan
dengan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa, sedangkan “produktivitas”
berkenaan dengan penggunaan sumberdaya (input) yang efisien dalam
menghasilkan output barang atau jasa (Gambar 1.2).

6
Konsep Produktivitas

Kualitas, pengiriman,
kecepatan, feksibilitas

Pemulihan harga
(Price recovery)

Performansi Input
Profitabilitas Produktivitas
Efektiivitas
Output

Efisiensi

Gambar 1.1 Model triple-P


Sumber: Diadopsi dari Tangen (2005)

Efisiensi =
Efektivitas =
sumberdaya yang diharapkan
Output yang sebenarnya/Output yang
digunakan/sumberdaya riil yang
diharapkan
digunakan

Sistem Input Proses Output Sistem Hilir


Hulu Transformasi

Gambar 1.2 Efisiensi dan efektivitas


Sumber: Diadopsi dari Sink and Tuttle (1989)

7
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Ada pendapat bahwa semakin besar produksi maka semakin besar


produktivitas. Hal ini tidak selalu benar, yang dapat ditunjukkan oleh ilustrasi
sebagai berikut.
Misalkan suatu perusahaan agroindustri memproduksi 10.000 kg tepung
gaplek dengan menggunakan bahan baku ubi kayu sebanyak 50.000 kg.
Maka untuk contoh ini:
Produksi = 10.000 Kg
Produktivitas (bahan baku) =
10.000 kg tepung / 50.000 kg ubi kayu = 0,2 tepung/kg ubi kayu.
Andaikan agroindustri tersebut meningkatkan produksinya menjadi
12.000 kg dengan meningkatkan penggunaan ubi kayu menjadi 60.000
kg. Dalam hal ini, maka:
Produksi = 12.000 kg
Produktivitas (bahan baku) =
12.000 kg tepung / 60.000 kg ubi kayu = 0,2 tepung/kg ubi kayu
Akan tetapi jika dilakukan perbaikan proses sehingga dengan bahan baku
ubikayu yang sama (50.000 kg) dapat dihasilkan produksi tepung 12.000
kg, maka:
Produktivitas (bahan baku) =
12.000 kg tepung / 50.000 kg ubi kayu = 0,24 tepung/kg ubi kayu
Istilah “produktivitas” sering kali juga disalahartikan dengan “efisiensi” dan
“efektivitas”. “Efisiensi” merupakan rasio antara output (keluaran) aktual
yang diperoleh dengan keluaran baku yang diharapkan. Sebagai contoh, jika
pada industri sari buah yaitu pada tahap pengupasan kulit buah, hasil buah
yang terkupas oleh seorang pekerja adalah 120 unit buah per jam, sedangkan
yang diharapkan atau yang merupakan standar adalah 180 unit buah
per jam, maka efisiensi pekerja adalah 120/180 = 0,667 atau 66,7 persen.
“Efektivitas” adalah tingkat atau derajat pencapaian tujuan. Dengan kata
lain seberapa baik suatu hasil dicapai menggambarkan efektivitas, sedangkan
seberapa baik sumberdaya digunakan untuk mencapai hasil menggambarkan
efisiensi. “Produktivitas” merupakan kombinasi efektivitas dan efisiensi,

8
Konsep Produktivitas

jika efektivitas berkaitan dengan kinerja sedangkan efisiensi berkaitan dengan


penggunaan sumberdaya. Sumanth (1984) merumuskan produktivitas sebagai
suatu indeks sebagai berikut:

f (efektivitas )
Indeks Produktivitas =
F (efisiensi )
dimana f dan F merujuk kepada fungsi tertentu.
Efisiensi dan efektivitas tidak selalu harus seiring sejalan, oleh karena efisiensi
berimplikasi pencapaian pada kisaran atau tingkat tertentu yang dapat diterima
tetapi tidak harus yang diinginkan. Sebagai contoh, mencampur bahan yang
dilakukan dengan mengaduk secara manual dibandingkan dengan menggunakan
alat atau mesin pencampur, mungkin suatu kegiatan yang efisien – akan tetapi
jika secara manual tersebut hasil yang campuran tidak merata dan lambat,
maka cara manual tersebut tidak efektif. Efektivitas adalah tingkat pencapaian
hasil optimal yang direncanakan, sedangkan efisiensi adalah tingkat pemanfaatan
penggunaan sumber yang seminimal mungkin.
Pengertian produktivitas dapat dilihat dari beberapa konsep, yaitu konsep
Teknis, Sosial, Ekonomi, Manajemen, dan konsep Integrasi (APO 2006). Pada
konsep Teknis, produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara Output
(Keluaran) dan Input (Masukan) yang dinyatakan sebagai rasio antara Keluaran
dan Masukan. Sebagai suatu konsep teknis atau konsep produksi, produktivitas
mengukur kemampuan untuk menggunakan secara efisien sumberdaya yang
tersedia untuk menghasilkan Keluaran yang diinginkan. Konsep ini dapat
menimbulkan persoalan jika masukan dan keluaran hanya dilihat dari aspek
kuantitatif semata dengan mengabaikan aspek kualitatif. Dalam beberapa kasus
misalnya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan mengurangi
jumlah tenaga kerja seringkali menimbulkan konflik. Untuk mengatasi masalah
ini, diintroduksikan konsep produktivitas yang lebih luas, yaitu sebagai konsep
sosial.
Pada konsep sosial, produktivitas di atas segalanya adalah sebagai suatu sikap
mental (attitude in mind), yang berupaya mencari perbaikan dari apa yang
telah ada secara berkesinambungan. Hal ini didasarkan atas keyakinan bahwa
apa yang dilakukan hari ini akan lebih baik dibandingkan kemarin dan yang
dilakukan esok hari akan lebih baik dibandingkan hari ini. Berdasarkan konsep

9
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

ini, dikaitkan dengan terminologi efisiensi dan efektivitas, maka produktivitas


tidak hanya sekedar memaksimumkan efisiensi dengan melakukan “doing things
right” tetapi juga mencapai efektivitas yang maksimum dengan “doing the right
things”. Dengan kata lain produktivitas dapat didefinisikan sebagai:
Produktivitas = Efisiensi + efektivitas
= “doing things right” + “doing the right things”.

C.1.2 Profitabilitas
Hubungan antara produktivitas dan profitabilitas diilustrasikan dalam
Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Proses transformasi dan model produktivitas


Diadopsi dari Kurosawa dalam Tangen (2005)

10
Konsep Produktivitas

C.1.3 Performansi Perusahaan


Pengukuran produktivitas pada level mikro, merupakan salah satu kriteria
dalam penentuan performansi perusahaan. Produktivitas dalam artian sempit
digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan yang disebut sebagai
Performance Measurement System di mana di dalamnya terdapat ukuran-
ukuran yang saling berhubungan. Sampai saat ini banyak sekali Sistem
Pengukuran Kinerja Perusahaan secara teoritis maupun aplikatif. Beberapa
sistem pengukuran kinerja perusahaan akan dibahas pada bagian E

D. Taksonomi dan Hierarki Ukuran


Produktivitas
D.1 Taksonomi Ukuran Produktivitas
Jenis pengukuran produktivitas pada level makro ekonomi (ekonomi, industri,
sektor) berbeda dengan produktivitas pada level mikro ekonomi (perusahaan,
korporasi). Parson (2001) memperkenalkan taksonomi ukuran produktivitas
untuk menggambarkan pengukuran produktivitas pada level makro maupun
mikro (Gambar 1.4).

D.2 Cakupan Pengukuran


Dari segi cakupan pengukuran, maka terdapat 3 jenis ukuran produktivitas yaitu (1)
produktivitas total, (2) produktivitas total-faktor dan (3) produktivitas parsial, yang
masing-masing mempunyai arti yang berbeda (Sumanth 1984).
Produktivitas Total, rasio dari jumlah total ouput terhadap jumlah total input.
Sehingga pengukuran produktivitas total merefleksikan pengaruh dari semua
input dalam menghasilkan output. Pada tingkat perusahaan, produktivitas total ini
merupakan produktivitas sistem total perusahaan. Output dapat berupa produk,
jasa, dan produk/jasa sampingan yang dihasilkan dan dijual oleh perasahaan.
Sementara input dapat berupa bahan, tenaga kerja, modal, energi, lahan,
informasi, manajemen, yang diperlukan untuk menghasilkan output-output
tersebut diatas. Periode untuk menghitung output maupun input harus sama,
umpamanya satu tahun, kuartal, atau satu bulan.

11
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Produktivitas Total-Faktor merupakan ukuran produktivitas pada tingkat makro


ekonomi, yang didefinisikan sebagai rasio dari output bersih terhadap jumlah input
tenaga kerja dan modal yang bersangkutan, yang dirumuskan sebagai berikut:
Total Factor Productivity = Net Output / (Labour + Capital)
Yang dimaksud dengan output bersih adalah total output dikurangi dengan
pembelian barang dan jasa antara (input antara) yang digunakan dalam proses
produksi. Keluaran Bersih (Net Output) juga dirujuk sebagai Keluaran Nilai
Tambah (Value-added Output) sehingga Produktivitas Total Faktor disebut
juga sebagai Produktivitas Nilai Tambah. Perbedaannya dengan produktivitas
total adalah bahwa pembagi dari rasio ini hanya terdiri atas input faktor tenaga
kerja dan modal.
Produktivitas Parsial adalah rasio dari output terhadap salah satu faktor
input, sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single-factor
productivity). Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran
produktivitas parsial bagi input tenaga kerja, dan lain-lain. Beberapa ukuran
produktivitas parsial ini adalah:
Labour Productivity = Output / Labour
Material Productivity = Output / Raw Materials
Energy Productivity = Output / Energy
Capital Productivity = Output / Capital
Produktivitas Parsial ini diperlukan untuk mendeteksi penyebab terjadinya
penurunan atau peningkatan produktivitas, sehingga dapat dilakukan proses
yang lebih terfokus untuk perbaikan produktivitas.

12
Konsep Produktivitas

Mikro OUTPUT

Gross (berdasarkan penjualan)

Total Factor Tradisional


Productivity Parsial

Multiple Input Single Input


INPUT/
RESOURCES
Multiple Resources Multiple Resources

Parsial
Multiple Input Ekonomis

Net (berdasarkan nilai tambah)

Makro
!

Gambar 1.4 Taksonomi ukuran produktivitas (Parsons 2001)

Apabila pengukuran produktivitas parsial dilakukan terhadap masukan sumberdaya


secara menyeluruh, maka ukuran produktivitas parsial dapat digunakan untuk
mengekspresikan produktivitas total suatu perusahaan industri. Hannula (2002)
menjelaskan hubungan antara produktivitas parsial dan produktivitas total sebagai
berikut.

O
PT = atau
I L + I M + IC + I E + IQ
1 I L + I M + IC + I E + IQ
=
PT O
di mana PT : Produktivitas Total; IL : Input Tenaga Kerja; IM : Input Bahan;

13
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

IC : Input Kapital; IE : Input Energi dan IQ : Input Lain.


Produktivitas Parsial adalah rasio Keluaran Total dan Masukan tertentu atau

O O
Pi = ⇒ I i = , sehingga:
Ii Pi
1 1 1 1 1 1
= + + + + , atau
PT PL PM PC PE PQ
−1
⎛1 1 1 1 1⎞
PT = ⎜⎜ + + + + ⎟⎟
⎝ PL PM PC PE PQ ⎠
Selanjutnya dengan dasar nilai keluaran dan masukan yang sudah dideflasi
pada tahun yang sama, maka menurut Hannula (2002) perubahan relatif
produktivitas total juga dapat diekspresikan sebagai fungsi dari perubahan
relatif rasio produktivitas parsial dan struktur biaya terhadap tahun dasar
sebagai berikut.

∆P T =
PT − PTbase
=
∑( I ) ibase
−1
PTbase ∑( I ibase / ( ∆Pi +1))

ITbase
= −1
∑( I ibase ×1 / ( ∆Pi +1))

1
= −1
∑( I ibase / ITbase ×1 / ( ∆Pi +1))

1
= −1, dimana
∑(C ibase / CTbase ×1 / ( ∆Pi +1))
∆PT : perubahan relatif Produktivitas Total,
CTbase : total biaya pada periode dasar,
Cibase : biaya input pada periode dasar, dan
∆Pi : perubahan relatif produktivitas parsial input – i.

14
Konsep Produktivitas

Sebagai tambahan, metode Nilai Tambah adalah salah satu metode lain
yang digunakan untuk mengukur produktivitas. Metode ini pada dasarnya
menyangkut penggunaan Keluaran untuk mengukur tambahan “kekayaan”
yang dihasilkan suatu perusahaan atau industri melalui proses atau operasi
produksi dan jasa. Nilai tambah diturunkan dari hasil pengurangan nilai
Keluaran (pendapatan atau hasil penjualan) dengan nilai Masukan (material
dan jasa yang digunakan). Sebagai contoh, suatu perusahaan membeli bahan
baku dan menambahkan nilai terhadap bahan baku tersebut melalui proses
produksi untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai lebih tinggi
dibandingkan bahan baku asal. Kekayaan yang dihasilkan oleh perusahaan
didistribusikan kembali misalnya sebagai upah kepada pekerja, untuk investasi
mesin dan fasilitas, keuntungan bagi perusahaan, pajak, bunga kepada
kreditur, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Konsep nilai tambah

Nilai Tambah dapat dihitung dengan menggunakan Metode Pengurangan


atau Metode Penambahan, yang dirumuskan sebagai berikut.
4
Value added = Total Sales - Brought-in materials and Services
= Labour Cost + Interest + Taxation + Depreciation +
Profit

15
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

D.3 Hirarki Ukuran Produktivitas


Pada level nasional, produktivitas ekonomi secara keseluruhan diukur dari
GDP dibagi jumlah populasi dan GDP dibagi pekerja. Pada level sektoral,
produktivitas sektor diukur sesuai dengan sektor, yaitu dengan nilai tambah
dibagi jumlah pekerja pada sektor manufaktur. Sementara pada perdagangan
dan pertambangan added value per unit modal.
Tolok ukur industri diukur sesuai dengan jenis industrinya, misalnya pada
industri tekstil diukur dengan value-added per pekerja karena karakteristik
industri tekstil bersifat pada karya. Pengukuran dalam hospitality industry
atau sering sekali diterjemahkan dengan industri perhotelan dengan angka
occupancy atau penuhnya kamar hotel. Ukuran produktivitas berbeda pula
untuk industri berbasis peternakan dengan ukuran ton-daging per pekerja.

LEVEL PRODUKTIVITAS

Hirarki pengukuran produktivitas

Nasional Ekonomi

Sektoral Manufaktur Pertambangan Perdagangan

Added Value/worker Added Value/unit modal

Tekstil Perhotelan Daging


Industri

Value added/worker Occupancy Ton/pekerja

Perusahaan A Perusahaan B
Organisasi
Unit Utilisasi mesin
diproduksi/worker

Individual Unit
diproduksi/hari

Gambar 1.6 Level hierarki produktivitas (Parsons 2001)

16
Konsep Produktivitas

Pada level organisasi, perusahaan A menggunakan ukuran produktivitas


banyaknya barang diproduksi per pekerja, sedangkan perusahaan B
menggunakan ukuran utilisasi mesin yang digunakan. Sedangkan pada level
individual digunakan ukuran unit yang diproduksi per hari. Pemahaman
mengenai posisi produktivitas sebagai salah satu kriteria kinerja perusahaan,
level industri, sektoral maupun nasional, merupakan dasar untuk lebih
memahami peran dan fungsi produktivitas dalam mencapai keunggulan
kompetitif sebuah sistem organisasi, pada level industri, sektoral maupun
ekonomi. Namun demikian, ukuran produktivitas beserta pengukurannya
akan sangat berarti apabila mengetahui konteks dimana produktivitas dan
pengukuran produktivitas diterapkan. Untuk itu, harus diketahui jenis
pengukuran produktivitas beserta konteks dimana hal itu dilakukan. Untuk
itu, Parson (2001) mengklasifikasikan jenis pengukuran produktivitas
menjadi 3, yaitu berdasarkan tujuan, berdasarkan hirarki pengukuran dan
metode pembandingan.

E. Tujuan dan Pendekatan dalam Pengukuran


Produktivitas
E.1 Tujuan Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas berguna apabila mengetahui untuk apa dilakukan
pengukuran. Berdasarkan tujuannya, pengukuran produktivitas terdiri dari:

a. Mengetahui kondisi produktivitas


Pengukuran untuk mengetahui disebut measurement for awareness. Ukuran
yang disusun untuk memunculkan awareness biasanya cakupannya luas
dengan indikator yang bersifat sistem dan luas. Pada level nasional dan
regional, Total Factor Productivity (TFP) dianggap sebagai sebuah metodologi
yang mumpuni dan terkenal. Namun demikian pengukuran menggunakan
TFP harus ditambahi analisis seri saham agar dapat lebih berguna. Ukuran
nilai tambah juga lazim digunakan pada level organisasi dalam pengukuran
kinerja/produktivitas maupun dalam menyusun value added statement. Input
biasanya dinyatakan dalam nilai kompensasi tenaga kerja (gaji, pendapatan,
kontribusi perusahaan, dan sebagainya) atau jumlah tenaga kerja.

17
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Untuk mengukur output, organisasi sering menggunakan ukuran fisik


secara kasar untuk keluaran (output), semisal berat dalam satuan ton tanpa
memasukkan aspek spesifikasi teknis. Organisasi juga menggunakan ukuran
awareness yaitu menggunakan rasio keuangan atau akuntansi manajemen
tradisional yang selama ini dikenal semacam ROI, Return of Sales (ROS) dan
Cost per unit produced atau cost per unit yang terjual. Apabila tujuan utama
adalah untuk mengetahui, jarang sekali bersifat detail.

b. Pengendalian
Ukuran untuk tujuan pengendalian cenderung lebih teliti dibandingkan
awareness, didefinisikan secara jelas dan sering sekali bersifat normatif.
Tujuannya adalah untuk mengindikasikan kapan, dan seberapa banyak kinerja
sebuah proses menyimpang untuk selanjutnya dilakukan pengendalian.
Ukuran-ukuran untuk keperluan pengendalian sering sekali bersifat spesifik,
dan aspek-aspek dalam proses produksi didefinisikan secara detail. Biasanya
terdapat bias dengan ukuran-ukuran tradisional produktivitas. Presisi dalam
pengukuran untuk pengendalian biasanya diperlukan ketika diberlakukan
kebijakan perusahaan untuk memberikan insentif sebagai sarana untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Ukuran pengendalian
digunakan pada setiap proses dalam manufaktur atau pada komponen-
komponen operasional pada sektor ekonomi selain manufaktur.

c. Peningkatan
Ukuran untuk peningkatan biasanya menggunakan pendekatan positif.
Kategori ini bersifat luas dan menggunakan ukuran untuk mendiagnosa dan
mengevaluasi beserta ukuran-ukuran yang digunakan untuk goal setting dan
feedback. Ukuran diagnostik dan evaluasi didesain untuk mengidentifikasi
permasalahan beserta gejalanya, letak permasalahan dan besar permasalahan.
Kecenderungan pada jenis ukuran untuk peningkatan menggunakan
pendekatan ukuran holistik dan multifaktor atau sekumpulan ukuran
serumpun untuk mendapatkan sudut pandang menyeluruh organisasi.
Munculnya berbagai pendekatan pengukuran semacam Objective Matrix
(OMAX), Balanced Scorecard, dan Performance Prism serta berbagai sistem
pengukuran kinerja menunjukkan usaha sungguh-sungguh untuk memahami
dan menemukan hambatan peningkatan kinerja. Pendekatan semacam

18
Konsep Produktivitas

OMAX memungkinkan pengkonsepsian sekumpulan kinerja menjadi


ukuran kinerja komposit untuk menghasilkan indeks kinerja. Indeks kinerja
dapat memudahkan manajemen dalam menyusun perangkat kinerja yang
sesuai dengan kebutuhan. Di sisi lain, pendekatan pengukuran melalui
Sistem Pengukuran Kinerja (Performance Measurement System) yang telah
dikembangkan oleh Kaplan Norton semacam Balanced Scorecard maupun
Andy & Neely dengan Performance Prism memudahkan organisasi untuk
menstrukturkan Sistem Pengukuran Kinerja yang holistik dalam rangka
perbaikan berkelanjutan. Pendekatan kinerja komposit OMAX yang telah
diperkenalkan oleh James L Riggs beserta BSC dan Performance Prism apabila
digabungkan dengan teknik wawancara dan penyelidikan, ukuran diagnostik
dan evaluasi yang sesuai dapat digunakan untuk mencari penyebab dari kinerja
yang kurang dan menemukan tindakan yang tepat untuk peningkatan.

E.2 Pendekatan Pembandingan (Benchmark)


Dalam pengukuran kinerja, diperlukan tindakan pembandingan atau
benchmark. Tindakan ini diperlukan untuk memberikan pemaknaan akan
nilai kuantitif yang didapat dari perhitungan. Misalnya, nilai 100 kardus/
tenaga kerja/hari tidak memiliki arti apa-apa kecuali dibandingkan dengan
sebuah nilai tertentu untuk dibandingkan. Nilai 100 tersebut bisa berarti
baik ataupun lebih buruk atau bahkan tidak ada peningkatan apa-apa. Nilai
tersebut bisa dibandingkan dengan nilai masa lalu maupun masa depan
yang diinginkan. Nilai tersebut juga dapat dibandingkan dengan nilai pada
perusahaan terbaik yang ada dalam suatu industri untuk melihat tingkat
keunggulan suatu ukuran tertentu.

a. Benchmark temporal-longitudinal
Kinerja dengan pendekatan temporal-longitudinal adalah membandingkan
angka kinerja antar dua periode waktu. Biasanya periode yang dibandingkan
diurutkan, misalnya bulan Oktober diikuti bulan November kemudian
Desember. Bisa pula antara tahun 2011 dengan 2012 dan dengan 2013, atau
bisa pula dibandingkan antara kinerja bulan Oktober tahun 2012 dengan
kinerja bulan Oktober tahun 2013. Secara umum, dengan benchmarking
pendekatan longitudinal dapat dilihat apakah kinerja organisasi meningkat
atau menurun.

19
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

b. Benchmark spatial-cross sectional


Perbandingan cross-sectional mengambil beberapa teknik pengukuran yang
memungkinkan suatu entitas, baik itu perusahaan atau divisi, membandingkan
kinerjanya dengan entitas lain yang serupa atau sekelas. Perbandingan ini dapat
digunakan misalnya pada benchmarking BUMN yang bergerak dalam bidang
agroindustri dengan BUMN serupa di luar negeri ataupun membandingkan
perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang agroindustri dengan
perusahaan swasta murni lainnya. Secara umum pendekatan ini dapat
digunakan untuk menilai apakah sebuah organisasi lebih baik atau lebih
buruk dibandingkan pesaing terbaiknya.

c. Benchmark normatif
Pendekatan Benchmark normatif adalah jika dilakukan perbandingan
antara kinerja dengan sebuah norma atau standar. Sebagai contoh hasil aktual
bulan ini dibandingkan target perusahaan bulan ini, maka ada kemungkinan
terjadi penyimpangan yang terjadi, apakah penyimpangan yang dapat
diterima, tidak dapat diterima ataukah tidak ada penyimpangan sama sekali.
Karaktersitik sebuah norma biasanya bervariasi. Ia bisa berupa standar teknis
yang kuantitatif-kaku yang diturunkan dari standar teknik industri atau dari
studi kerja. Sebuah norma bisa juga diturunkan dari pengalaman masa lalu
atau pandangan manajemen semacam target anggaran dan penjualan. Untuk
pertama kali, ukuran normatif secara langsung menjawab pertanyaan akan
baik buruknya kinerja sebuah organisasi/perusahaan.

F. Sistem Pengukuran Kinerja Integratif


Perusahaan
Dewasa ini terdapat beberapa sistem pengukuran kinerja perusahaan dimana
didalamnya terdapat ukuran-ukuran untuk mencapai kinerja perusahaan.
Banyak sekali konseptualisasi sistem pengukuran kinerja yang dikembangkan
sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi hanya beberapa
yang popular digunakan pada tahap aplikasi. Dalam bab ini akan dijelaskan
hanya model delapan kriteria kinerja.

20
Konsep Produktivitas

Sink, et al (1995) mengembangkan sistem delapan kriteria kinerja yang


diperluas. Dalam sistem yang diperluas tersebut, dipaparkan delapan kriteria
kinerja terintegrasi dimana di dalamnya terdapat efisiensi, efektivitas,
produktivitas, profitabilitas beserta kriteria kinerja lain seperti kualitas,
utilitas, inovasi dan Quality of Worklife. Model tersebut diilustrasikan pada
Gambar 1.7. Gambar tersebut menggambarkan penggunaan produktivitas
sebagai salah satu kriteria kinerja dalam sebuah sistem organisasi.
Pelanggan menilai keluaran dari perusahaan berupa produk yang berkualitas.
Untuk mencapai kualitas yang diinginkan maka dilakukan pada kelima
titik uji (check-point) kualitas. Kriteria kualitas tergantung pada produk
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Pada beberapa industri terdapat
persyaratan minimal kualitas dan check point khusus. Hal ini terdapat pada
industri pangan serta industri lain yang peka terhadap deviasi lingkungan.
Pada industri pangan diterapkan HACCP (Hazzard Analysis and Critical
Control Points), GMP (Good Manufacturing Practices).
Utilisasi atau sering juga disebut sebagai tingkat okupansi berhubungan dengan
tingkat penggunaan dari sumber daya (mausia, mesin, material). Ia adalah
koefisien sederhana yang mengonversikan waktu kalender atau elapsed time
menjadi waktu produksi riil. Misalnya, apabila mesin/peralatan atau manusia
tersedia untuk waktu produksi delapan jam namun hanya menghasilkan
selama empat jam, utilisasi alat sebesar 50%.
Kualitas kehidupan kerja meliputi berbagai faktor. Ukuran ini merepresentasikan
respons afektif manusia di dalam organisasi akan isu-isu yang berhubungan
dengan konten pekerjaan, gaji, keamanan kerja (job security), kondisi kerja,
rekan kerja, supervisi, kultur, pelatihan serta pengembangan, otonomi dan
variasi keahlian. Sampai sejauh mana mampu untuk mempengaruhi dan
memodifikasi cara kerja juga memengaruhi kualitas kehidupan. Berbagai
penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir dalam semua
kasus, kepuasan kerja berhubungan dengan kerja produktif sedangkan stress
dan ketidakpuasan berhubungan dengan perilaku non-produktif. Karena
produktivitas merupakan gabungan dari aspek proses teknis dan sosial,
maka kualitas kerja merupakan indikator sejauh mana aspek sosial dapat
dikelola. Moral kerja dan motivasi yang rendah dapat menurunkan tingkat
produktivitas.

21
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Lima titik uji kualitas

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5

Input Output

Penyedia Sistem Organisasi : Pelanggan


Hulu Apa yang dikelola Hilir

Kualitas
Inovasi
kehidupan kerja

Efektivitas Efisiensi
Utilisasi

Produktivitas

Profitabilitas

Gambar 1.7 Delapan kriteria kinerja

Sumber: diadopsi dari (Sink et al. 1995)

Inovasi merupakan respons kreatif dari pegawai yang berhasil mengatasi


perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternal maupun internal sebuah
organisasi. Meskipun inovasi merupakan respon situasi saat ini, inovasi
cenderung untuk mempengaruhi kinerja masa mendatang dibandingkan
saat ini. Inovasi merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan untuk
mempegaruhi kriteria kinerja lain seperti efektivitas maupun efisiensi.
Kualitas merupakan ukuran menyeluruh suatu organisasi agar menghasilkan
produk yang sesuai spesifikasi serta dapat memuaskan konsumen. Kualitas
sering sekali dianggap berhubungan dengan efektivitas dan dalam banyak
kesempatan dianggap sub-ukuran dari efektivitas, tetapi dalam pandangan
Sink and Morris kualitas dapat didefinisikan lebih operasional. Kualitas
dalam pandangan Sink dan Morris dianggap konsisten dengan concept of

22
Konsep Produktivitas

the extended system. Sampai sejauh mana sebuah perusahaan menerapkan


manajemen kualitas total dapat dilihat dari sejauh mana perusahaan tersebut
mendefinisikan, mengukur, dan mengelola kinerja pada setiap lima checkpoint
kualitas.
Adapun kelima checkpoint tersebut adalah:
- Checkpoint 1 merupakan pemilihan dan manajemen sistem hulu/
sistem penyedia sumber daya material
- Checkpoint 2 merupakan penjaminan kualitas masuk
- Checkpoint 3 merupakan manajemen kualitas bahan dalam proses
- Checkpoint 4 merupakan penjaminan kualitas produk keluar
- Checkpoint 5 merupakan penjaminan proaktif dan reaktif bahwa
sistem organisasi bisa memenuhi kebutuhan konsumen saat ini
maupun saat yang akan datang
Model delapan kriteria tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak model
peningkatan dan pengukuran kinerja dimana peningkatan dan pengukuran
kinerja berada dalam satu model. Selain model delapan kriteria kinerja Sink
dan Morris, beberapa model peningkatan kinerja dapat disebutkan sebagai
berikut :
- Objective Matrix yang diperkenalkan oleh James L. Riggs
- Balanced Scorecard diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton
- SMART (Strategic Measurement Analysis and Reporting Technique)
yang diperkenalkan Cross dan Lynch
- Performance measurement for world class manufacturer yang
diperkenalkan oleh Maskel
- Performance measurement questionnaire yang diperkenalkan oleh
Dixon
- Performance criteria system oleh Globerson
- Cambridge performance measurement design process oleh Neely dan
kawan-kawan
- Integrated performance measurement systems reference model oleh
Bititci

23
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

G. Latihan Soal
G.1 Soal Tipe 1
1. Apakah yang dimaksud dengan produktivitas, performansi, efisiensi,
efektivitas dan profitabilitas?
2. Apakah yang dimaksud dengan taksonomi dan hierarki pengukuran
produktivias? Berikan penjelasan!
3. Berdasarkan cakupannya, sebutkan tiga jenis pengukuran produktivitas.
Jelaskan!
4. Berdasarkan tujuannya, jelaskan jenis pengukuran kinerja!
5. Apakah yang dimaksudkan dengan benchmarking? Jelaskan tiga jenis
pendekatan dalam benchmarking!

G.2 Soal Tipe 2


1. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri pengalengan
buah ingin mengukur kinerjanya dalam rangka memperbaiki kinerja
perusahaan. Kriteria apa saja yang diperlukan untuk mengukur kinerja
perusahaan tersebut berdasarkan extended system!
2. Apabila perusahaan agroindustri tersebut hanya ingin mengetahui sampai
sejauh mana produktivitas/kinerja-nya maka jenis pengukuran apakah
yang disarankan. Jelaskan mengapa jenis pengukuran tersebut anda
sarankan, dibandingkan dengan jenis pengukuran yang lain!
3. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengalengan ikan
mempertimbangkan pengukuran sekaligus peningkatan kinerja
perusahaan, berdasarkan extended system Sink et al. 1989 kembangkanlah
menjadi sistem pengukuran kinerja berdasarkan pola berfikir sistem.
(Gunakanlah diagram sebab akibat untuk memperjelas hubungan
antarkriteria dalam extended system tersebut)!

24
REFERENCES

DAFTAR PUSTAKA

Alter, S.L. (1980) Decision Support Systems : Current Practices and Continuing
Challenges. Reading. MA : Addison Wesley

Anthony, R.N. (1965). Planning and Control Systems : A Framework for


Analysis. Cambridge, MA : Harvard University Graduate School of
Business

Asian Productivity Organization.2003. Achieving Higher Productivity


Thorugh Green Productivity. Tokyo : Asian Productivity Organization.

Asian Productivity Organization.2006. “Handbook on Green


Productivity”.Asian Productivity Organization.

Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Jakarta.

Chen, J. Q., danLee, S. M. (2003). An exploratory cognitive DSS for strategic


decision making. Decision support systems, 36(2), 147-160.

Chew, W. 1988. “No-nonsense guide to measuring productivity”, Harvard


Business Review, Vol. 66 No. 1, pp. 110-18

Dües, C. M., Tan, K. H., & Lim, M. 2013. Green as the new Lean: how to use
Lean practices as a catalyst to greening your supply chain. Journal of
cleaner production, 40, 93-100.

Donaldson, G. danLorsch, J.W., Decision Making at the Top:The Shaping of


Strategic Direction, Basic Books, NewYork, 1983.

Dunnette, M. D., & Hough, L. M. (1991). Handbook of industrial and


organizational psychology, Vol. 2 . Consulting Psychologists Press.

Feigenbaum, A. V. 1991.Total quality control. 3rd ed., McGraw-Hill, New York

Gandhi M, Selladurai V, and Santhi P. 2006. Green productivity indexing: A


practical step towards integrating environmental protection into
corporate performance.International Journal of Productivity and
Performance Management. 55(7): 594-606.

Gasperz, V. 1998. Manajemen produktivitas total: strategi peningkatan


produktivitas bisnis global. Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, V. 2001. "ISO 9001: 2000 and Continual Improvement." PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta (2001).
Gorry, G.A. dan Morton, M.S.S. (1971).A Framework for Management
Information Systems”. Sloan Management Review, Vol. 13, No.1.

Hannula, M, 2002. Total productivity measurement based on partial


productivity ratios. Int. J. Production Economics 78 : 57-67.

Hines, P., & Taylor, D. 2000. Going lean. Cardiff, UK: Lean Enterprise Research
Centre Cardiff Business School.

Hur T, Kim I, and Yamamoto, R. (2004). Measurement of green productivity


and its improvement. Journal of Cleaner Production. 12(7): 673-683

Jones D T dan Hines P. 2004. Lean logistics. International Journal of Physical


Distribution and Logistics Management 12 (4): 235-246

Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Kendrick, J. W. (1984). Improving company productivity. Baltimore: Johns


Hopkins University Press

Kurosawa, K. (1991), Advances in Industrial Engineering, Vol. 14: Productivity


Measurement andManagement at the Company Level: the Japanese
Experience, Elsevier Science,Amsterdam.

Marimin, M.A. Darmawan, Machfud, M.P. Islam, 2014. Value Chain Analysis
for Green Productivity Improvement in The Natural Rubber Supply
Chain: a case strategy. Journal of Cleaner Production 85: 201-211.

Marimin, (2008). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria


Majemuk. PT Gramedia. Jakarta

Mintzberg, H., The Nature of Managerial Work, Harper &Row, New York,
1973
Mukherjee, A., Mitchell, W.,dan Talbot, F. B. (2000). The impact of new
manufacturing requirements on production line productivity and quality
at a focused factory. Journal of Operations Management, 18(2), 139-168.

McGinn, P. (2002). ‘The single most important company.’ Newsweek, 139, p. 55

Meyer, U. B., Creux, S. E., & Marin, A. K. W. (2010). Process oriented analysis:
design and optimization of industrial production systems. CRC Press.

Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. Jakarta: Penerbit Andi.

Newell, B. R., dan Bröder, A. (2008). Cognitive processes, models and


metaphors in decision research. Judgment and Decision Making, 3(3), 195-
204.
Pan, G.Q., D.Z. Feng, and M.X. Jiang,. Application Research of Shortening
Delivery Time through Vale Stream Mapping Analysis. Proceeding,
IEEE 17Th International Conference on Industrial Engineering and
Engineering Management (IE&EM).
Parsons, J. (2001) Current Approaches to Measurement within the Service
Sector&Service Sector /White Collar Institutions. In: Asian Productivity
Organization, (ed.) Productivity Measurement in the Service
Sector.Tokyo: Asian Productivity Organization.
Parveen, C.M., A.R.P. Kumar, and T.V.V.L. N. Raao, 2011. Integration Of Lean
And Green Supply Chain - Impact On Manufacturing Firms In
Improving Environmental Efficiencies. Proceeding International
Conference on Green Technology and Environmental Conservation.
Payongyam, P., A. Sopadang, and P. Holimchayachotikul, 2010. Improvement
of the Supply Chain System for Cooked Chicken Product Exported to
Japan: a Case Study in Thailand for this Industry. Proceeding of IEEE
International Conference onManagement of Innovation and Technology
(ICMIT).

Pritchard, R. D. (1992). Organizational productivity. In M. D. Dunnette & L. M.

Rao, P. (2003), Greening of the Supply Chain – A Guide for Managers in South
East Asia, AIMpublication, Manila

Rao, P. (2004). “Greening production: a South East Asian experience”.


International Journal of Operations & Production Management. Vol 24
No. 3. Pp. 289-320.

Riggs, J.L. (1986). Monitoring with a Matrix that Motivates as it Measures.


Industrial Engineering Journal.

Saxena A.K., Bhardwaj K.D, Sinha, K.K. 2003. Sustainable growth


through green productivity: a case of edible oil industry in India.
Journal of International Energy 4 (1): 81-91.
Seng T.L., M.Z. Shamsudin, and L.C. Ling, 2005. Sustainable Development
with Green Productivity in Manufacturing. Proceeding in 2005 IEEE
International Symposium on Semiconductor Manufacturing

Sink, D.S. and Tuttle, T.C. (1989), Planning and Measurement in your
Organisation of the Future,ch. 5, Industrial Engineering and
Management Press, Norcross, GA, pp. 170-84.

Sink, D.S., Morris, W.T., and Johnston, C.S. (1995). By what method?: Are you,
developing the knowledge and skills to lead large-scale quality.
Industrial Engineering and Management Press. Georgia

Subagyo, P. (2000). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta

Sumanth, D.J. (1984). “Productivity Engineering and Management”. Mc Graw


Hill Book Co.

Suder, A (2006). Green Productivity and Management. PICMET 2006


Proceeding, Istanbul

Tangen, S. (2005) Demystifying productivity and performance. International


Journal of Productivity and Performance Management, 54(1), 34-46.

Taryo-Adiwiganda Y. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan


karet. In: Mangoensoekarjo S. (ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan
Budidaya Perkebunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Turban, E., Aronson, J., dan Liang, T. P. (2005). Decision Support Systems and
Intelligent Systems 7 “” Edition. Pearson Prentice Hall.

Tuttle, T. and Heap, J. (2008) International Journal of Productivityand


Performance ManagementVol. 57 No. 1, 2008.pp. 93-106
Wang, Y., dan Ruhe, G. (2007). The cognitive process of decision making.
International Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence
(IJCINI), 1(2), 73-85.

Wills B. 2009. Green Intentions: Creating a Green Value Stream to Compete and
Win. New York: Productivity Press.
REFERENCES

DAFTAR PUSTAKA

Alter, S.L. (1980) Decision Support Systems : Current Practices and Continuing
Challenges. Reading. MA : Addison Wesley

Anthony, R.N. (1965). Planning and Control Systems : A Framework for


Analysis. Cambridge, MA : Harvard University Graduate School of
Business

Asian Productivity Organization.2003. Achieving Higher Productivity


Thorugh Green Productivity. Tokyo : Asian Productivity Organization.

Asian Productivity Organization.2006. “Handbook on Green


Productivity”.Asian Productivity Organization.

Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI), Jakarta.

Chen, J. Q., danLee, S. M. (2003). An exploratory cognitive DSS for strategic


decision making. Decision support systems, 36(2), 147-160.

Chew, W. 1988. “No-nonsense guide to measuring productivity”, Harvard


Business Review, Vol. 66 No. 1, pp. 110-18

Dües, C. M., Tan, K. H., & Lim, M. 2013. Green as the new Lean: how to use
Lean practices as a catalyst to greening your supply chain. Journal of
cleaner production, 40, 93-100.

Donaldson, G. danLorsch, J.W., Decision Making at the Top:The Shaping of


Strategic Direction, Basic Books, NewYork, 1983.

Dunnette, M. D., & Hough, L. M. (1991). Handbook of industrial and


organizational psychology, Vol. 2 . Consulting Psychologists Press.

Feigenbaum, A. V. 1991.Total quality control. 3rd ed., McGraw-Hill, New York

Gandhi M, Selladurai V, and Santhi P. 2006. Green productivity indexing: A


practical step towards integrating environmental protection into
corporate performance.International Journal of Productivity and
Performance Management. 55(7): 594-606.

Gasperz, V. 1998. Manajemen produktivitas total: strategi peningkatan


produktivitas bisnis global. Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, V. 2001. "ISO 9001: 2000 and Continual Improvement." PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta (2001).
Gorry, G.A. dan Morton, M.S.S. (1971).A Framework for Management
Information Systems”. Sloan Management Review, Vol. 13, No.1.

Hannula, M, 2002. Total productivity measurement based on partial


productivity ratios. Int. J. Production Economics 78 : 57-67.

Hines, P., & Taylor, D. 2000. Going lean. Cardiff, UK: Lean Enterprise Research
Centre Cardiff Business School.

Hur T, Kim I, and Yamamoto, R. (2004). Measurement of green productivity


and its improvement. Journal of Cleaner Production. 12(7): 673-683

Jones D T dan Hines P. 2004. Lean logistics. International Journal of Physical


Distribution and Logistics Management 12 (4): 235-246

Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Kendrick, J. W. (1984). Improving company productivity. Baltimore: Johns


Hopkins University Press

Kurosawa, K. (1991), Advances in Industrial Engineering, Vol. 14: Productivity


Measurement andManagement at the Company Level: the Japanese
Experience, Elsevier Science,Amsterdam.

Marimin, M.A. Darmawan, Machfud, M.P. Islam, 2014. Value Chain Analysis
for Green Productivity Improvement in The Natural Rubber Supply
Chain: a case strategy. Journal of Cleaner Production 85: 201-211.

Marimin, (2008). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria


Majemuk. PT Gramedia. Jakarta

Mintzberg, H., The Nature of Managerial Work, Harper &Row, New York,
1973
Mukherjee, A., Mitchell, W.,dan Talbot, F. B. (2000). The impact of new
manufacturing requirements on production line productivity and quality
at a focused factory. Journal of Operations Management, 18(2), 139-168.

McGinn, P. (2002). ‘The single most important company.’ Newsweek, 139, p. 55

Meyer, U. B., Creux, S. E., & Marin, A. K. W. (2010). Process oriented analysis:
design and optimization of industrial production systems. CRC Press.

Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. Jakarta: Penerbit Andi.

Newell, B. R., dan Bröder, A. (2008). Cognitive processes, models and


metaphors in decision research. Judgment and Decision Making, 3(3), 195-
204.
Pan, G.Q., D.Z. Feng, and M.X. Jiang,. Application Research of Shortening
Delivery Time through Vale Stream Mapping Analysis. Proceeding,
IEEE 17Th International Conference on Industrial Engineering and
Engineering Management (IE&EM).
Parsons, J. (2001) Current Approaches to Measurement within the Service
Sector&Service Sector /White Collar Institutions. In: Asian Productivity
Organization, (ed.) Productivity Measurement in the Service
Sector.Tokyo: Asian Productivity Organization.
Parveen, C.M., A.R.P. Kumar, and T.V.V.L. N. Raao, 2011. Integration Of Lean
And Green Supply Chain - Impact On Manufacturing Firms In
Improving Environmental Efficiencies. Proceeding International
Conference on Green Technology and Environmental Conservation.
Payongyam, P., A. Sopadang, and P. Holimchayachotikul, 2010. Improvement
of the Supply Chain System for Cooked Chicken Product Exported to
Japan: a Case Study in Thailand for this Industry. Proceeding of IEEE
International Conference onManagement of Innovation and Technology
(ICMIT).

Pritchard, R. D. (1992). Organizational productivity. In M. D. Dunnette & L. M.

Rao, P. (2003), Greening of the Supply Chain – A Guide for Managers in South
East Asia, AIMpublication, Manila

Rao, P. (2004). “Greening production: a South East Asian experience”.


International Journal of Operations & Production Management. Vol 24
No. 3. Pp. 289-320.

Riggs, J.L. (1986). Monitoring with a Matrix that Motivates as it Measures.


Industrial Engineering Journal.

Saxena A.K., Bhardwaj K.D, Sinha, K.K. 2003. Sustainable growth


through green productivity: a case of edible oil industry in India.
Journal of International Energy 4 (1): 81-91.
Seng T.L., M.Z. Shamsudin, and L.C. Ling, 2005. Sustainable Development
with Green Productivity in Manufacturing. Proceeding in 2005 IEEE
International Symposium on Semiconductor Manufacturing

Sink, D.S. and Tuttle, T.C. (1989), Planning and Measurement in your
Organisation of the Future,ch. 5, Industrial Engineering and
Management Press, Norcross, GA, pp. 170-84.

Sink, D.S., Morris, W.T., and Johnston, C.S. (1995). By what method?: Are you,
developing the knowledge and skills to lead large-scale quality.
Industrial Engineering and Management Press. Georgia

Subagyo, P. (2000). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta

Sumanth, D.J. (1984). “Productivity Engineering and Management”. Mc Graw


Hill Book Co.

Suder, A (2006). Green Productivity and Management. PICMET 2006


Proceeding, Istanbul

Tangen, S. (2005) Demystifying productivity and performance. International


Journal of Productivity and Performance Management, 54(1), 34-46.

Taryo-Adiwiganda Y. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan


karet. In: Mangoensoekarjo S. (ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan
Budidaya Perkebunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Turban, E., Aronson, J., dan Liang, T. P. (2005). Decision Support Systems and
Intelligent Systems 7 “” Edition. Pearson Prentice Hall.

Tuttle, T. and Heap, J. (2008) International Journal of Productivityand


Performance ManagementVol. 57 No. 1, 2008.pp. 93-106
Wang, Y., dan Ruhe, G. (2007). The cognitive process of decision making.
International Journal of Cognitive Informatics and Natural Intelligence
(IJCINI), 1(2), 73-85.

Wills B. 2009. Green Intentions: Creating a Green Value Stream to Compete and
Win. New York: Productivity Press.
Biografi Singkat Penulis

Marimin lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, September


1961. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan
menengah di Sukoharjo, melalui program PMDK
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun
1980 dan tamat dari jurusan Teknologi Industri
Pertanian tahun 1984. Pada tahun 1987 beliau
melanjutkan pendidikan program S-2 di University
of Western Ontario, Canada dan pada tahun 1990
memperoleh gelar M.Sc pada bidang Ilmu Komputer
dengan menyusun tesis dalam topik Expert System/Artificial Intelligence. Pada
tahun 1994, beliau mempunyai kesempatan untuk meneruskan ke jenjang
pendidikan S-3 di Osaka University, Jepang dan pada tahun 1997 memperoleh
gelar Ph.D dengan menyusun disertasi dengan topik Intelligence System/Fuzzy
Decision Analysis. Pada bulan Juni 2003, beliau diangkat sebagai guru besar
tetap di bidang Teknik Kesisteman (System Engineering) di Fakultas Teknologi
Pertanian IPB.
Ia menjadi anggota The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE);
International System Science and Studies (ISSS); Asosiasi Sarjana Teknologi
Industri Pertanian Indonesia, Persatuan Insinyur Indonesia, Assosiasi Sarjana
Teknik dan Manajemen Industri Indonesia; dan Assosiasi Kecerdasan
Komputasional dan Ilmu Komputer Indonesia.
Menikah dengan Lisa Chandrasari Desianti, S.TP, M.Si. pada tahun 1996.
Pada tahun 1997 dikaruniai putra pertama bernama Sugoi Marsaputra
Karsodimejo dan pada tahun 2010 dikaruniai putra yang kedua bernama
Nurrasyid Marsaputra Karsodimejo.
Saat ini penulis sebagai staf pengajar di program sarjana dan pascasarjana di
Bagian Teknik Sistem Industri, Departemen Teknologi Industri Pertanian-
IPB, Departemen Ilmu Komputer-IPB dan Program Manajemen dan Bisnis
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

IPB serta di beberapa universitas negeri dan swasta ternama di Jakarta. Beliau
saat ini menjabat sebagai Seketaris Program Doktor, Sekolah Pascasarjana
IPB. Mata ajaran yang diasuh Penulis antara lain adalah Teori dan Analisis
Keputusan, Sistem Penunjang Keputusan, Sistem Pakar, Sistem Intelijen,
Sistem Informasi Manajemen, Manajemen Teknologi Informasi, serta
Manajemen Produksi dan Operasi. Karya ilmiah beliau telah dipublikasi
pada berbagai media: 9 paper pada jurnal internasional, lebih 20 paper pada
prosiding seminar internasional, lebih dari 70 paper pada jurnal dan atau
prosiding seminar nasional serta 5 buah buku. Penulis dapat dihubungi di
email marimin_07@yahoo.com.

Machfud lahir di Banjamasin, Kalimantan Selatan,


21 Maret 1951. Menyelesaikan pendidikan sarjana
Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Teknologi dan
Mekanisasi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada
tahun 1977. Pada tahun 1984 menempuh pendidikan
pasca sarjana S-2 Teknik dan Manajemen Industri di
Intitut Teknologi Bandung dan lulus pada tahun 1987.
Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan
program S-3 Teknologi Industri Pertanian di Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor selesai pada tahun 2001 dengan disertasi
berjudul Rekayasa Model Pengambilan Keputusan Kelompok dengan Fuzzy-
Logic untuk Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri.
Penulis adalah staf pengajar di Departemen Teknologi Hasil Pertanian-
Fatemeta, IPB sejak tahun 1978 dan pada tahun 2013 diangkat sebagai guru
besar tetap di bidang Teknologi Industri Pertanian di Fakultas Teknologi
Pertanian IPB. Selain sebagai staf pengajar program Sarjana dan Pasca Sarjana
Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB, penulis juga aktif sebagai staf
pengajar pada program Magister dan Doktor Magister Manajemen SPs IPB
dan program Doktor di Program Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SPs IPB.
Beberapa karya ilmiah telah dipublikasikan di beberapa jurnal internasional,
prosiding seminar nasional maupun jurnal nasional terakreditasi. Minat
penelitian penulis adalah pada pengembangan dan aplikasi teknik industri
pada sistem agroindustri, sistem rantai pasok dan logistik agroindustri, serta
analisis aliran nilai.

280
Biografi Singkat Penulis

Saat ini penulis menjabat sebagai Ketua Program Studi Pasca Sarjana
Teknologi Industri Pertanian SPs IPB, dan menjadi anggota Persatuan
Insinyur Indonesia, Ikatan Sarjana Teknik dan Manajemen Industri serta
Asosiasi Agroindustri Indonesia (AGRIN).Penulis dapat dihubungi melalui
e-mail machfud21@gmail.com atau machfud@ipb.ac.id.

Muhammad Arif Darmawan, STP, MT adalah staf di


Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(IPB). Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana dan
memperoleh Sarjana Teknologi Pertanian (STP)
dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada
tahun 1999. Pada tahun 2004, ia meraih gelar Magister
Teknik (MT) pada program pascasarjana Teknik dan Manajemen Industri
dari Institut Teknologi Bandung dengan bidang kekhususan Manajemen
Industri. Beberapa karya ilmiah beliau telah dipublikasikan di beberapa
jurnal internasional, prosiding seminar nasional maupun jurnal nasional
terakreditasi. Minat penelitian beliau adalah pada pengembangan dan aplikasi
teknik industri pada sistem agroindustri, sistem rantai pasok dan logistik
agroindustri serta analisis aliran nilai. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail
arifdarma1@gmail.com.
Sri Martini (srimartini11@gmail.com) adalah staf di
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) diperolehnya
dari Jurusan Teknik Informasi Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)
Dian Nuswantoro, Semarang. Gelar Magister Sain
(M.Si) diperolehnya dari Program Studi Teknologi
Industri Pertanian, Sekolah Pascsarjana, Institut
Pertanian Bogor. Minat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan aplikasi
studi kelayakan fuzzy dan sistem informasi untuk manajemen rantai pasok.

281
Teknik dan Aplikasi Produktivitas Hijau (Green Productivity) pada Agroindustri

Dede Rukmayadi (rukmayadi2005@yahoo.com)


bekerja sebagai dosen di Teknik Industri, Institut Sains
dan Teknologi Al-Kamal (ISTA) Jakarta dengan jabatan
fungsional akademik terakhir Lektor Kepala. Gelar
Sarjana Teknik (ST) diperolehnya dari Jurusan Teknik
Industri, ISTA Jakarta pada tahun 1995 dan mendapat
gelar Magister Sains (M.Si) pada tahun 2002 dari
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB). Saat ini,
sedang menempuh studi lanjut (S3) di Program Studi Teknologi Industri
Pertanian, Sekolah Pascsarjana, IPB dengan topik penelitian Green Logistic
pada agroindustri karet. Kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat pada
tiga tahun terakhir antara lain: Perancangan dan Optimasi Produksi Tepung
Lidah Buaya (Aloe Vera) dari Daun/Pelepah Lidah Buaya Pada Skala Industri
Menengah, Perancangan dan Optimasi Produksi ATC Chips dari Rumput
Laut (Euchema Cotonii) Skala IKM dan Studi Kelayakannya dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Mono Tahun 2012 berjudul “IbM Kelompok Tani
Pembibitan Lele.
Bangkit Wiguna, lahir di Bogor, 19 April 1990.
Pendidikan dasar dan menengah beliau selesaikan di
Kota Depok. Pada tahun 2008 melalui program Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi negeri (SNMPTN)
beliau diterima di Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fateta IPB. Pada masa akhir perkuliahan
beliau mengambil peminatan Teknik Sistem dan
Industri. November 2012 beliau memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian (S.T.P.) dengan topik
skripsi Peningkatan Produktivitas pada Proses Produksi Karet dengan
Pendekatan Green Productivity. Saat ini beliau berkarir di salah satu industri
pangan ternama asal Jepang.

282
Biografi Singkat Penulis

Muhammad Panji Islam Fajar Putra lahir di Martapura,


Kalimantan Selatan, November 1990. Sebagian
pendidikan dasar diperolehnya di Makassar sebelum
akhirnya melanjutkan pendidikan dasar dan menengah
di Bogor. Pada tahun 2008 melalui program PMDK ia
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan berhasil
menyelesaikan pendidikan program sarjananya di
tahun 2012 pada jurusan Teknologi Industri Pertanian.
Selepas studi ia bekerja sebagai Investment Executive
di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak dibidang marketing
selama satu tahun. Saat ini ia bekerja sebagai wirausaha dan menjabat sebagai
direktur di CV. Unikindo, perusahaan yang telah ia rintis sejak semester
akhir di masa perkuliahan. Di samping menjalankan usaha, saat ini ia pun
sedang mempersiapkan mimpi dan rencananya untuk dapat melanjutkan
studi program S-2 di bidang energi terbarukan. Muhammad Panji dapat
dihubungi melalui email mpanji.putra@gmail.com atau muhammadpanji@
hotmail.com.
Wibisono Adhi dilahirkan di Bogor pada tanggal
4 Februari 1992. Pada tahun 2010 beliau lulus dari
SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama
beliau lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
dan diterima di Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama
mengikuti perkuliahan, beliau pernah menjadi asisten
mata kuliah Perhitungan Dasar Rekayasa Proses dan
mata kuliah Analisis Sistem dan Pengambilan Keputusan. Pada November
2014 beliau memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (STP) dengan
judul skripsi Sistem Penunjang Keputusan Manajemen Rantai Pasok Karet
Alam dengan Pendekatan Sustainable Balanced Scorecard. Selepas studi beliau
juga aktif menulis mengenai manajemen logistik. Salah satu karya ilmiah yang
telah dipublikasikannya berjudul Penerapan Good Logistic Practices Sebagai
Penunjang Ekspor Buah Tropis. Wibisono Adhi dapat dihubungi melalui
email sony_adhi@hotmail.com.

283

Anda mungkin juga menyukai