Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM LINGKUNGAN

“PENGELOLAAN PERIZINAN LINGKUNGAN HIDUP”

Disusun Oleh:

Nama: Melia Dwi Putri. H

Nim: 02011181320093

Fakultas Hukum

Universitas Sriwijaya

2014/2015
Kata pengantar

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dan semangat menulis makalah ini. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Lingkungan yang berjudul
“PENGELOLAAN PERIZINAN LINGKUNGAN HIDUP”.

Dalam makalah ini menyajikan pembahasan mengenai perizinan sebagai


produk otoritas dan monopoli pemerintah dengan berpegang teguh pada prinsip
kekuasaan atas semua sumber daya alam demi kepentingan hidup orang banyak.

Dengan adanya makalah ini diharapkan agar kita dapat memahami suatu
persetujuan penguasa dalam hal tertentu menyimpang dari ketentuan- ketentuan
larangan perundangan.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini akan ditemukan


kekurangan di sana- sininya yang harus diperbaiki, mudah- mudahan dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Palembang, Februari 2015


DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Bab II Permasalahan

A. Penerapan Sistem Perizinan Terpadu Bidang Lingkungan Hidup

B. Persebrangan Konsep negara Hukum Kesejahteraan dan Hukum


Lingkungan dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

C. Membangun Sistem Perizinan Terpadu Bidang Lingkungan Hidup

Bab III Kesimpulan dan Saran

Bab IV Daftar Pustaka


Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum seperti yang disimpulkan UUD 1945 yaitu
prinsip bahwa “negara Indonesia berdasarkan atas hukum” tidak berdasarkan pada
kekuasaan, dan prinsip pemerintahan berdasarkan konstitusi, tidak bersifat
absolutisme. Negara hukum yamg di anut Indonesias sendiri adalah negara hukum
materiil atau disebut negara hukum modern/kesejahteraan dengan tujuan yang
ingin dicapai yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur baik spiritual
maupun materiil berdasarkan pancasila. Dalam negara hukum pancasila, tujuan
penyelenggaraan pemerintahan lebih luas yakni berkewajiban turut serta dalam
berbagai sektor kehidupan dan penghidupan.

Dengan berlandaskan pada fungsi negara Indonesia yaitu fungsi keamanan, fungsi
kesejahteraan, fungsi pendidikan, dan fungsi mewujudkan ketertiban dan
kesejahteraan dunia juga didukung oleh alinea keempat UUD 1945 dan pasal 1
ayat 3 UUD 1945 maka dapat diyakini bahwa sebagai negara hukum modern/
kesejahteraan negara memiliki landasan kuat sehingga mampu mengatur dan
menyelenggarakan mekanisme pemerintahan, memberi kewenangan pemerintah
untuk mengatur pengelolaan lingkungan hidup secara adil serta pemerintah dapat
membentuk dan melaksanakan sistem perizinan lingkungan hidup termasuk sektor
kehutanan, perkebunan, dan pertambangan untuk mewujudkan kesejahtertaan
rakyat.

Oleh karena itu perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut


dikembangkannya suatu sistem terpadu berupa suatu kebijakan nasional
perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara
taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas adapun permasalahan dalam makalah ini
sebagai berikut :

- Bagaimana penerapan sistem perizinan terpadu dalam bidang lingkungan


hidup?
- Bagaimana kondisi lingkungan sebagai akibat dari pembangunan?
- Faktor penyebab dan solusi ketidakterpaduan perizinan lingkungan hidup?
Bab II

Pembahasan

A. Penerapan Sistem Perizinan Terpadu Bidang Lingkungan Hidup

Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2008 tentang


pedoman organisasi dan tata kerja unit pelayanan perizinan terpadu di daerah. Izin
sebagai dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah yang merupakan bukti
legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkan seseorang atau badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Artinya pemberian izin yang dimaksud
adalah tertulis berupa dokumen dan bukan lisan. Pengelolaan lingkungan hidup
hanya dapat berhasil menunjang pembangunan berkelanjutan apabila administrasi
pemerintahan berfungsi secara efektif dan terpadu. Salah satu sarana yuridis
administratif untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan adalah
sistem perizinan terpadu bidang lingkungan hidup. Dewasa ini jenisw dan
prosedur perizinan di Indonesia masih beraneka ragam, rumit, dan sukar di
telusuri, sehingga sering merupakan hambatan bagi kegiatan dunia usaha. Jenis
perizinan di Indonesia sedemikian banyaknya. Namun, bukan berarti wewenang
yang dimiliki oleh pemerintah/ daerah dapat memberikan izin sebanyak-
banyaknya tanpa mempertimbangkan aspek lain. Inilah yang seringkali terjadi
perbedaan pandangan antara pemerintah dengan kalangan akademisi atau aktivis
lingkungan. Pemerintah di satu sisi memandang, izin sebagai instrumen
peningkatan investasi untuk pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu harus
dipermudah. Pertimbangan perlindungan fungsi lingkungan terabaikan. Di pihak
lain, kalangan aktivis lingkungan dan akademisi berpendirian, walaupun diakui
izin merupakan instrumen pembangunan namun lebih merupakan alat penertib
agar pengolaan lingkungan hidup berkesinambungan menuju pembangunan
berkelanjutan.

Perizinan merupakan instumen pengolahan lingkungan hidup yang paling


penting, yang diberikan dalam bentuk 2 jenis izin ,yaitu izin yang diberikan
Lingkungan hidup adalah Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
penegakan hukum. Untuk melaksanakan hukum lingkungan, dibutuhkan tindakan
nyata pemerintah. Perizinan terpadu bidang lingkungan hidup merupakan bentuk
tindakan pemerintah dalam rangka melaksanakan hukum lingkungan. Perizinan
wujud penyelenggaraan wewenang pemerintah dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Aktivitas perizinan bidang lingkungan jelas akan
menimbulkan dampak negatif dan dampak positif terhadap lingkungan. Sistem
perizian terpadu lingkungan hidup seharusnya merupakan wujud nyata dari taat
asas dan konsekuen sebagai bentuk ketegasan sistem terpadu yang harus
dilaksanakan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
upaya preventifdalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu
dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan
dan perizinan.
Mengenai substansi keterpaduan sistem perizinan lingkungan hidup.
Prinsip keterpaduan dibedakan atas pertama, keterpaduan jenis dan pelaksanaan
pengaturan perizinan. Kedua, keterpaduan dalam tata ruang berdasarkan corak
atau karakteristik sumber- sumber daya lingkungan. Ketiga, keterpaduan dan
kewenangan.
1. penerapan pada bidang kehutanan
Yaitu izin pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan kayu dari hutan alam.
Perusahaan pemegang izin melanggar pola- pola tradisional hak kepemilikan atau
hak penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan
berarti pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah. Menurut klasifikasi
pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsensi hph telah di survei,
masuk dalam kategori ”sudah terdegradasi” . kedua, izin pemanfaatan hasil hutan
kayu hutan tanaman. Hutan tanaman telah dipromosikan secara besar- besaran dan
diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi industri
pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini telah merusak kualitas
hutan alam.
2. penerapan bidang perkebunan
Pembangunan bidang perkebunan selama 30 tahun terakhir merupakan faktor
utama penyebab deporestasi, tetapi sulit menyajikan data definitif mengenai luas
hutan yang telah dikonversi menjadi perkebunan. Setiap departemen “berlomba”
menerbitkan perizinan, tak peduli tumpang tindih dengan izin lain tanpa
mempertimbangkan konflik antar sektor. Proyek skala besar dioperasikan tanpa
hitungan daya dukung lingkungan, hitungan resiko bencana, apalagi hitungan
pemulihan kawasan dan penghuninya. Berdasarkan uu no 18 tahun 2004 tentang
perkebunan, perkebunan diharuskan dikembangkan diatas lahan hutan yang sudah
secara resmi ditentukan untuk konversi untuk pemanfaatan hutan lainnya. Dalam
praktiknya, ada 2 faktor penting yang melemahkan landasan hukum ini. Pertama,
sebagian besar hutan konversi di Indonesia terdapat di kawasan Indonesia Timur
yang relatif belum berkembang, tetapi sebagian besar perusahaan lebih suka
mengembangkannya dibagian barat, yang lebih dekat dengan tenaga kerja,
infrastruktur pengolahan, dan pasar. Kedua, pembangunan perkebunan diatas
lahan hutan dua kali lebih menarik, karena setelah memperoleh izin pemanfaatan
kayu(ipk) sebuah perusahaan dapat menebang habis kawasan tersebut dan
menjual kayunya kepada industri pengolahan kayu. Hal ini merupakan
keuntungan tambahan, diatas keuntungan yang diharapkan dari panen kelapa
sawit pada masa mendatang. Pada beberapa kasus, pemilik perkjebunan adalah
juga pengusaha konsensi hph, sehingga “penjualan” kayu tebangan tersebut
merupakan transfer sederhana dari suatu perusahaan ke perusahaan lain dalam
kelompok usaha yang sama, dengan harga tentu saja paling rendah. Tampaknya
beberapa perusahaan hanya mengejar izin konversi untuk memperoleh
keuntungan dari kayu yang didapat dari pembukaan hutan
3. penerapan pada bidang petambangan
Pada praktiknya, pertambangan di Indonesia menimbulkan berbagai dampak
negatif. Pertama, pertambangan menciptakan bencana lingkungan. Sebagian
besar operasi pertambangan dilakukan secara terbuka ketika suatu wilatyah sudah
dibuka untuk pertambangan, maka kerusakan yang terjadi di wilayah tersebut
tidak dapat dituliskan kembali hampir semua operasi pertambangan melakukan
pembuangan limbah secara langsung kesungai, lembah dan laut. Kedua,
pertambangan kurang meningkatkan community development operasi perusahaan
pertambangan belum sepenuhnya belum melibatkan masyarakat sekitar hutan.
Perusahaan pertambangan sebagian besar tenaga kerjanya didatangkan dari luar
masyarakat sekitar hutan. Ketiga, pertambangan merusqaksumber- sumber
kehidupan masyarakat. Wilayah operasi pertambangan yang seringkali tumpang
tindih dengan wilayah hutan serta wilayah hidup masyarakat adat dan lokal telah
menimbulkan konflik atas hak kelola dan hak kuasa masyarakat setempat.
Kelompok masyarakat harus terusir dan kehilanagan sumber kehidupannnya baik
akibat tanah yang dirampas maupun akibat yang tercemar dan rusaknya
lingkungan akibat limbah operasi pertambangan. Keempat, pertamabangan
memicu terjadinya pelanggaran HAM. Pada banyak operasi pertambangan di
Indonesia, aparat keamanan dan militer seringkali menjadi pendukung
pengamanan operasi pertambangan. Ketika perusahaan petambangan pertama kali
datang ke suatu lokasi, kerap terjadi pengusiran dan kekkerasan terhadap warga
masyarakat setempat. Uraian tersebut menunjukkan, bahwa akibat
ketidakterpaduan sistem perizinan bidang lingkungan hidup, pertama, tumpang
tindih keputusan izin antar sektor lingkungan hidup. Suatu kawasan yang telah
dicadangkan untuk kawasan perkebunan, ternyata dibenani izin pemanfaatan oleh
kementerian kehutanan. Izin usaha pertambangan tumpang tindih dengan izin
pemanfaatan hutan, kedua, izin lingkungan yang seharusnya menjadi instrumen
pencegahan bagi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup, justru tidaqk
berfungsi. Ketiga, koordinasi kelembagaan antar sektor lingkungan hidup sulit
dilaksanakan padahal koordinasi merupakan sarana penting bagi pemerintah
daqlam rangka pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Tanpa koordinasi
yang baik, bisa dipastikan pelayanan publik perizinan seperti bidanf lingkungan
hidup tidak akan terpadu. keempat, perizinan lingkunagn hidup yang tidak
terpadu, pada akhirnya merusak lingkungan hidup. Hal ini semakin menyulitkqan
pencapaian pembangunan berkelanjutan di indonesia. Walaupun sistem perizinan
sudah relatif baik dalam uu-PPLH, sayangnya pengaturan bidang- bidang
lingkungan tidak mendukung keterpaduan tersebut. Inilah yang menjadi penyebab
kelaqnjutan tidak efektifnya uu-PLH dalam praktiknya. Selain itu, sistem
perizinan bidang lingkungan hidup perlu didukung pula dengan keterpaduan
dalampraktik, sehingga sistem tersebut dapat mencapai keseimbangaqn
kepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial.

B. Persebrangan Konsep negara Hukum Kesejahteraan dan Hukum Lingkungan


dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

1. negara hukum adalah negara yang menempatkan kekuasaan hukum sebagai


dasar kekuasaannya dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala
bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan hukum. Hukum menjadi instrumen
pengendalian kehidupan bernegara. Kompleksitas berbagai persoalan menyangkut
kebutuhan rakyat, hubungan antara rakyat dengan penyelenggara negara, dan
munculnya urusan- urusan mengharuskan adanya campur tangan aktif
penyelenggara negara mendorong lahirnya paham negara hukum materiil berikut
akan dikemukakan tentang negara hukum materiil atau juga dengan negara hukum
kesejahteraan.

2. hakikat negara hukum kesejahteraan

Konsep welfare state atau social service state, yaitu adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap hak- hak asasi manusia, pemerintah terlibat secara aktif
dalam penyelenggaraan tugas- tugas dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan
umum, lalu adanya pembatasan kekuasaan dalam perangkat penyelenggaraan
tugas- tugas pemerintahan, yakni melalui hukum administrasi negara, selanjutnya
jika terdapat perselisihan antar perangkat pemerintahan dengan warga negara,
maka diselesaikan peradilan yang bebas dan tidak memihak.

3. negara hukum kesejahteraan dan hukum lingkungan

Hukum lingkungan mencakup berbagai bidang hukum. Diantara bidang- bidang


tersebut, materi hukum lingkungan sebagian besar memang termasuk dalam
lingkup hukum administrasi. Hal ini disebabkan bidang yang diatur, yakini
lingkugan hidup menyangkut kepentingan umum. Di Indonesia, urusan mengenai
kepentingan umum menyangkut tentang hubungan antara negara dengan warga
negara. Menurut N.H.T Siahaan, hukum lingkungan diperlukan sebagai alat
pergaulan sosial dalam masalah lingkungan yang mengandung manfaat sebagai
pengatur interaksi manusia dengan lingkungan supaya tercapai keteraturan dan
ketertiban (social order). Kemudian dikemukakan beberapa hal penting pertama,
hukum lingkungan menjadi dasar dan pedoman segala pengelolaan lingkungan.
Keseluruhan aspek- aspek yang diatur oleh hukum lingkungan guna tercapainya
keberlanjutan lingkungan bagi kesejahteraan manusia. Kedua, kekuasaan
pengelolaan di tangan negara. Ketiga, mengatur interaksi lingkungan dan interaksi
manusia dengan manusia. Keempat, keserasian sebagi asas pengelolaan
lingkungan. Kelima, berasaskan keberlanjutan. Hukum lingkungan yang substansi
pengaturannya sebagian besar pada bidang hukum publik dalam hal ini hukum
administrasi, sejalan dengan konsepsi negara hukum kesejahteraan. Hukum
lingkungan demikian, bertujuan untuk mencapai keadilan dalqam pengelolaan
menfaat lingkungan- lingkungan hidup.

4. makna perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus seimbang antara


kepentingan peningkatan ekonomi dengan kepentingan melestarikan lingkungan.
Selama ini, kedua hal tersebut seolah- olah terpisah satu sama lain. Pemerintah
dan kalangaqn swasta dipandang sebagai pihak yang lebih mengutamakan
kepentingan ekonomi dibandingkan kepentingan pelestarian lingkungan.
Sementara pihak lain, terutama para penggiat lingkungan memandang pelestarian
lingkungan merupakan aspek utama yang harus diperhatikan.

C. Membangun Sistem Perizinan Terpadu Bidang Lingkungan Hidup

Perizinan lingkungan adalah sarana yuridis administrasi untuk mencegah dan


menanggulangi (pengendalian) pencemaran lingkungan. Jenis dan prosedur
perizinan lingkungan masih beraneka ragam, rumit dan sukar ditelusuri, sehingga
menjadi hambatan bagi kegiatan dunia industri. Izin sebagai sarana hukum
merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Pemegang ijin dilarang melakukan tindakan menyimpanng dari
ketentuan-ketentuan tersebut dan juga sebagai instrument yang paling penting.
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan pemohon melakukan
tindakan-tindakan spesifik yang sebenarnya dilarang. Dengan kata lain izin adalah
suatu perkenaan dari suatu larangan. Melalui perizinan, seorang warga negara
diberikan suatu perkenaan untuk melakukan sesuatu aktivitas yang semestinya
dilarang, ini berarti, yang esensial dari perijinan adalah larangan suatu tindakan,
kecuali diperkenakan dengan izin. Dengan demikian, ketentuan-ketentuan
perizinan mutlak dicantumkan keluasan perkenaan yang dapat diteliti batas-
batasnya bagi setiap kegiatan. Mengenai Perizinian diatur didalam Pasal 36, 37,
38, 39, 40, dan 41 Undang – Undang No. 32 Tahun 2009

Pasal 36

1. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.

2. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan


keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
atau rekomendasi UKL-UPL.

3. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan


persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.

4. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai
dengan kewenangannya.

Pasal 37
1. Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya wajib
menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi
dengan amdal atau UKL-UPL.
2. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat
dibatalkan apabila.
3. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,
keliruan, penyalah gunaan, serta ketidak benaran dan atau pemalsuan data,
dokumen, dan informasi penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
tercantum dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL
4. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 38
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat(2), izin lingkungan
dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.

Pasal 39
1. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.
2. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang
mudah diketahui oleh masyarakat.

Pasal 40
1. Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan.
2. Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.
3. Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab
usaha dan / atau kegiatan wajib memperbarui izin lingkungan.

Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
sampai dengan Pasal 40 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB III

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam
kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-
sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan, salah satu
problematika yang tengah menjadi sorotan dunia yaitu pemanasan global yang
semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah
penurunan kualitas lingkungan hidup. Dan saat kita berbicara mengenai
problematika lingkungan maka tidak dapat terlepas dari upaya preventif yang
dilakukan oleh pejabat administrasi dalam hal ini berupa perizinan sebagai
instrumen pencegahan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup
hakikatnya merupakan pengendalian aktivitas pengelolaan lingkungan hidup.
Oleh karena itu pengaturan dan penyelenggaraan perizinan lingkungan harus
didasarkan norma keterpaduan. Di sisi lain disaat pemerintah Indonesia sedang
giat-giatnya menggali berbagai sumber daya alam yang melimpah di atas bumi
Indonesia, dunia internasional mengecam tindakan tersebut. Hal ini bukannya
tanpa alasan karena penggalian sumber daya alam di Indonesia dapat
menimbulkan dampak yang buruk bagi perkembangan lingkungan hidup
Indonesia. Namun, di satu sisi pihak pemerintah Indonesia membutuhkan
berbagai sumber daya alam untuk menghidupi negaranya. Dengan kelemahan
disana sini yang disebabkan oleh adanya ego sektoral masing- masing
kementerian namun harus didasarkan Undang- undang, orientasi pemberian izin
adalah pendapat atau pemasukan sebesar- besarnya kas negara sehingga
mengabaikan faktor kelestarian lingkungan hidup dan kondisi sosial masyarakat,
adanya tumpang tindih izin yang dibarikan dan terakhir lemahnya koordinasi dan
penegakan hukum.
Saran
Pembenahan dan konsistensi pemerintah dalam menjalankan dan menerapkan
suatu sistem dianggap perlu dalam mengupayakan lingkungan hidup yang layak
untuk generasi ke depan, kemudian yang dibebankan oleh pemerintah yaitu
lembaga- lembaga yang mempunyai beban kerja mestinya melakukan koordinasi
pelaksanaan kebijakan, serta dibutuhkan suatu organisasi dengan portofolio
menetapkan, melaksanakan dan mengawasi kebijakan untuk kepentingan
konservasi. Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya kelak dibutuhkan juga
pendanaan baik dari APBN dan APBD.
BAB IV

Daftar Pustaka

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2006. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta:Gadjah


Mada University.

Silalahi, Daud. 1996. Hukum Lingkungan. Bandung:Alumni.

Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan. Bandung:PT Refika Aditama.

Siahaan, N.H.T. 2009. Hukum Lingkungan. Jakarta:Pancuran Alam.

Helmi. 2012. Hukum Perizinan Lingkungan Hidup. Jakarta:Sinar Grafika.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun
2009, No. 144. Sekretariat Negara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai