Anda di halaman 1dari 7

Tugas SBK

Pakaian Adat Nusa Tenggara Timur (Suku Rote)

Athena Edelweiss A.
Dedy Saputra
Michelle Angelina
Yasmine Putri F.
XI MIPA 8
Latar Belakang Masalah

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berada dalam
gugusan Sunda Kecil dan termasuk dalam Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi yang biasa
disingkat NTT ini memiliki 21 Kabupaten/Kota. Nusa Tenggara Timur beribukota di Kupang,
terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang
yang berbeda-beda. Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain terlihat dari
perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukan bermacam suku-bangsa dengan latar belakang sejarah,
bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda pula.
Salah satu kabupatennya adalah Kabupaten Rote Ndao. Kabupaten Rote Ndao adalah
salah satu pulau paling selatan dalam jajaran Kepulauan Nusantara Indonesia. Pulau-pulau kecil
yang mengelilingi pulau Rote antara lain Pulau Ndao, Ndana, Naso, Usu, Manuk, Doo, Helina,
dan Landu. Mayoritas suku Rote mendiami Kepulauan Rote, juga disebut Pulau Roti, adalah
sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rote merupakan wilayah paling
selatan Indonesia. Pulau ini terkenal dengan kekhasan budidaya lontar, wisata alam pantai, musik
sasando, dan topi adat Ti’i Langga.
Perkembangan

Rote memiliki berbagai macam kebudayaan, salah satunya adalah pakaian adat yang
tentu saja mengalami perubahan dari masa ke masa. Salah satu kerajinan pakaian yang paling
terkenal di Rote adalah kerajinan tenun ikat. Di Kampung Ndao, hampir seluruh penduduk
kampung ini bermata pencaharian sebagai pengrajin tenun ikat.
a. Zaman Dahulu
Kain tenun ikat Rote Ndao telah ada sejak ratusan tahun silam. Sebelum mengenal kapas,
kain tenun dibuat dari bahan serat gewang. Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang disebut
Lambi Tei dan selimut yang disebut Lafe Tei, dipakai sebagai pakaian harian maupun pakaian
pesta. Pada corak kain tenun Rote hanya terdapat warna hitam, merah, putih dan kuning.
Di samping itu, kain tenun juga mencerminkan status sosial seseorang. Pada masa
lampau, orang Rote Ndao dapat mengetahui apakah seseorang merupakan raja, kaum bangsawan,
panglima perang, atau rakyat biasa dari corak dan hiasan pada kain tenun yang dipakai.
b. Zaman Sekarang
- Pakaian adat untuk pria
Ti’i langga, yaitu penutup kepala yang berbentuk
mirip dengan topi sombrero dari Meksiko. Ti’i langga
terbuat dari daun lontar yang dikeringkan. Karena sifat
alami daun lontar yang makin lama makin kering, maka
ti’i langga pun akan berubah warna dari kekuningan
menjadi makin cokelat. Bagian yang meruncing pada topi
tersebut makin lama tidak akan tegak, tetapi cenderung
miring dan sulit untuk ditegakkan kembali. Konon hal
tersebut melambangkan sifat asli orang Rote yang
cenderung keras. Selain itu, ti’i langga juga merupakan
simbol kepercayaan diri dan wibawa pemakainya.
Meski sejatinya topi Ti’i langga hanya diperuntukkan bagi kaum pria, namun pada saat-
saat tertentu seperti pada pertunjukan seni tarian tradisional foti, perempuan juga diperbolehkan
menggunakan penutup kepala ini.
Baju adat rote berupa kemeja berlengan panjang berwarna putih
polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun berwarna gelap,
kain ini menjuntai hingga menutupi setengah betis. Motif dari kain ini
bermacam-macam, bisa berupa binatang, tumbuhan yang ada tersebar di
kawasan Nusa Tenggara Timur. Dari motif yang nampak dari kain tenun
tersebut dapat dilihat daerah asal pembuatan kain tenun tersebut.
Sebagai aksesoris sehelai kain tenun berukuran kecil
diselempangkan di bagian bahu. Motifnya serasi dengan kain tenun pada
sarungnya. Selain itu, sebilah golok juga diselipkan di pinggang depan.

- Pakaian adat untuk Perempuan


Biasanya mengenakan baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain
tenun. Salah satu motif yang sering digunakan untuk menghiasi pakaian adat ini adalah motif
pohon tengkorak.
Aksesoris untuk perempuan adalah sehelai selendang yang menempel pada bahu. Rambut
disanggul dan memakai hiasan berbentuk bulan sabit dengan tiga buah bintang. Hiasan tersebut
disebut bulak molik. Bulan molik artinya bulan baru. Hiasan ini terbuat biasanya terbuat dari
emas, perak, kuningan, atau perunggu yang ditempa dan dipipihkan, kemudian dibentuk
sedemikian rupa hingga menyerupai bulan sabit.
Selain itu, aksesoris lainnya adalah gelang, anting, kalung susun (habas), dan pending.
Kalung susun atau habas terbuat dari emas atau perak yang merupakan warisan turun-temurun
dari sebuah keluarga suku Rote. Terkadang, ada yang menanggap bahwa habas merupakan benda
keramat yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Selain habas, aksesoris lainnya adalah pending.
Pending merupakan perhiasan yang terbuat dari kuningan, tembaga, perak, dan emas dan biasa
dipakai di bagian pinggang. Motif yang sering muncul sebagai hiasan pending adalah motif
bunga atau hewan unggas.
Usaha untuk Melestarikan Pakaian Adat

- Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke dalam
sebuah pengalaman kultural. Contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka
masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut.
- Culture Knowledge
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat
informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasikan ke dalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun kepentingan kebudayaan itu sendiri, dengan demikian
generasi muda dapat mengetahui tentang kebudayaannya sendiri.
- Mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa pakaian adat merupakan ciri khas dari
setiap daerah.
- Diadakannya event tentang pakaian adat, seperti diadakannya pameran.
- Memperbaharui pakaian adat namun tidak merusak bentuk dari pakaian adat tersebut.
- Menjaga serta menggunakan baju adat agar tetap terjaga bisa digunakan saat acara adat
maupun hari raya agar orang sekitar tau pakaian daerah yang kita kenakan.
- Mengenalkan pakaian adat tersebut kepada generasi muda sehingga masyarakat
mengetahui bahwa negara ini kaya akan adat maupun pakaiannya, serta menjadikan
masyarakat tertarik untuk mengenal dan melestarikannya lebih jauh.
- Tetap menggunakannya ketika ada acara acara adat dan kita harus bisa mengenalkannya
kepada orang luar bahwa kita mempunyai budaya yang sangat beragam, terutama pakaian
adat yang kita miliki.
- Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita miliki.
- Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan pakaian adat orang lain.
- Mau mempelajari pakaian adat tersebut.
Usaha untuk Mengembangkan Pakaian Adat

- Memperbaharui pakaian adat dengan tidak merusak bentuk dari pakaian adat tersebut.
- Menggunakan bahan yang lebih berkualitas dan menghindari bahan yang mudah rusak.
- Menggabungkan pakaian adat dengan gaya modern tanpa menghilangkan ciri-ciri dari
pakaian adat tersebut.
- Menawarkan pakaian adat itu di event-event seperti pameran fashion, sehingga ada yang
berminat dan mengetahui pakaian adat tersebut.
- Mengadakan adanya event tentang kebudayaan, khususnya tentang pakaian adat, di sekolah /
kuliah.
- Ada perkembangan dari pakaian adat yang ada di indonesia.
- Mempelajari ciri khas pakaian adat dari setiap daerah.

Anda mungkin juga menyukai