Laporan kasus Pre klinik di Ruangan Elektroterapi mulai tanggal 19 sampai dengan
23 Maret 2018 dengan judul kasus “ Nyeri dan Gangguan Gerak Et Cause Osteoarthritis
Knee ) telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator) dan Preceptor (Dosen).
Makassar ,
NIP . NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif sendi yang berkembang
lambat melibatkan persendian dan mula-mula mengenai kartilago dan mempengaruhi
tulang, jaringan lunak dan cairan synovial. Prevalensi OA pada sendi meningkat
secara progresif dengan meningkatnya usia yang merupakan faktor resiko yang kuat
untuk terjadinya OA. Osteoarthritis mempengaruhi sendi dengan prevalensi 60%
pada pria dan 70% pada wanita setelah usia 65 tahun.dan mempengaruhi sekitar 40
juta orang di Amerika. Faktanya , OA adalah gangguan muskuloskeletal yang paling
umum terjadi mempengaruhi tangan dan sendi-sendi penumpu berat bdan seperti hip
dan knee joint. Dan dari seluruh prevalensi diperkirakan akan meningkat secara
dramatis dalam 20 tahun ke depan.
Wanita 2 kali lebih banyak menderita OA dibandingkan pria, dimana wanita
kulit hitam dengan OA lebih banyak 2 kali dibandingkan wanita kulit putih. Pada usia
lebih dari 65 tahun, baik secara klinik maupun radiologi didapatkan peningkatan
jumlah kasus OA lutut. Menurut The Framingham Osteoarthritis Study gambaran
radiologik OA lutut yang berat (grade III dan IV menurut kriteria Kellgreen-
Lawrence) makin meningkat dengan bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia
kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur 70-79 tahun dan 19,4% pada usia lebih dari
80 tahun.
b. Tujuan
1. Memahami proses patologi dari osteoarthritis knee yang mengakibatkan
gangguan gerak dan fungsional serta menyebabkan disabilitas.
2. Memahami dan menerapkan assesment fisioterapi pada kasus osteoarthritis
knee
3. Mampu menegakkan diagnosis fisioterapi sesuai standar ICF
4. Memahami dan melaksanakan prosedur intervensi fisioterapi pada kasus
osteoarthritis knee
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia,
fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament.
(Ballinger, 2007).
Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis,
tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang
yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral,
antara tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang
tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf,
1996).
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament
beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau
knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:
b. Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada
bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 1997).
c. Tulang Fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk
persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os
maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997).
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak
patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella
dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah
sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara
kedua condylus femur dan saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur
(Syaifuddin, 1997).
Gambar Susunan Ligamen Sendi Lutut Lateral View (R.Putz R.Pabst, 2002)
Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum
yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
1) Ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea
tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi
dan menahan bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis
femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia,
ke arah belakang.
3) Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum
fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
4) Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi
menahan gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan
ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut
fleksi 90 derajat.
5) Ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke
insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum.
6) Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus
medialis dan lateralis. Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan
stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping ligament ada juga bursa pada
sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan
terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.
Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus,
(b) bursa supra patellaris, (c) bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris,
(e) bursa sub patellaris, (f) bursa prapatellaris.
3. Sistem Otot
a. Osteokinematika
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada
bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi hip fleksi
penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi,
lingkup gerak sendi antara 0 – 10 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup
gerak sendi untuk endorotasi antara 30 – 35 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45
derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90
derajat (Kapandji, 1995), gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi
gerakan rolling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan rolling ke arah
belakang dan sliding ke arah depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah
belakang dan sliding ke belakang, untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke
belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka rolling maupun sliding
bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi rolling
dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi rolling dan sliding bergerak ke arah
depan.
b. Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding
berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliding-nya
ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya sliding-nya ke belakang. Jika
tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi
menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).
B. PATOLOGI OSTEOARTHRITIS
1. Definisi osteoarthritis
2. Etiologi
Etiologi/ penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi ini belum diketahui dengan
pasti tetapi banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, antara
lain:
Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit,
distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri
terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
berkurang dengan istirahat.
Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi
rawan.
Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai
nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal
(DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal
Phalangeal (PIP). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan
kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,
2006).
Gambaran khas pada OA lutut adalah adanya osteofit dan penyempitan celah
sendi.3,7 Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren & Lawrence menyusun gradasi
OA lutut menjadi :
Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi
dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam sendi disusul
dengan terbentuknya kista subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada
membrane sinovial. Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi,
serta teregangnya ligament menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi
menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spasme otot pada
sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan
metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim
metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtansi
sehingga meningkatkan nociceptor dan menimbulkan nyeri (Suriani, 2013).
C. Pendekatan Intervensi FT
Pendekatan intervensi pada kasus Osteoarthritis knee yaitu :
1. Mengurangi nyeri pada lutut.
2. Mengembalikan fungsi gerak dasar terutama pada knee joint.
3. Memelihara ROM knee pasien dan elastisitas pasien.
4. Memberikan sebuah edukasi dalam pemeliharaan fungsi gerak secara mandiri
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal .
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
B. Anamnesis Khusus
Pasien mengeluh nyeri di kedua lutut sejak 2 tahun yang lalu. Pasien kesulitan
menekuk lutut karena nyeri dan juga ada bunyi krepitasi pada sendi saat digerakkan. Nyeri
semakin lama meningkat, sehingga pasien kesulitan melakukan aktivitas fungsional.
B. Inspeksi/Observasi
Kesadaran normal
Pasien baik diajak berkomunikasi dan bekerjasama
Mengalami gangguan pendengaran
Nampak menahan nyeri di di lutut saat diminta menekuk lutut
Pasien berjalan agak pincang.
C. Palpasi : ada nyeri tekan pada lutut, spasme otot rectus femoris dan gastrocnemius.
Instruksi : Silahkan pilih setiap kategori sesuai dengan skala kesulitan yang dirasakan
dalam akivitas : 0 = None, 1 = Slight/ringan, 2 = Moderate/sedang, 3 = Very/berat, 4
= Extremely/sangat berat
E. Pemeriksaan Penunjang
Activity Limitation
Sulit menekuk dan meluruskan lutut karena nyeri
Nyeri dari jongkok ke berdiri
Gangguan berjalan lelah nyeri saat beraktivitas
Participation Restriction
Terhambat dalam melakukan aktivitas harian / ADL seperti berjalan dan
berolahraga , serta terhambat dalam aktivitas di luar rumah dan beribadah.
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami patologi tentang osteoarthritis knee. Selain
itu, mahasiswa penting untuk dapat melakukan teknik anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Keterampilan dan skill dalam melakukan
teknik intervensi fisioterapi dan pengobatan pasien juga harus dicapai selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk mempelajari berbagai referensi agar
ilmu yang didapat mampu diterapkan secara menyeluruh kepada masyarakat pada umumnya
dan kepada pasien pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Catherine C.G , Kendra S.Fuller. Pathology Implications For Physical Therapy. Missouri :
Saunders Elsevier , 2009