Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus Pre klinik di Ruangan Elektroterapi mulai tanggal 19 sampai dengan
23 Maret 2018 dengan judul kasus “ Nyeri dan Gangguan Gerak Et Cause Osteoarthritis
Knee ) telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator) dan Preceptor (Dosen).

Makassar ,

Clinical Educator Preceptor

NIP . NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif sendi yang berkembang
lambat melibatkan persendian dan mula-mula mengenai kartilago dan mempengaruhi
tulang, jaringan lunak dan cairan synovial. Prevalensi OA pada sendi meningkat
secara progresif dengan meningkatnya usia yang merupakan faktor resiko yang kuat
untuk terjadinya OA. Osteoarthritis mempengaruhi sendi dengan prevalensi 60%
pada pria dan 70% pada wanita setelah usia 65 tahun.dan mempengaruhi sekitar 40
juta orang di Amerika. Faktanya , OA adalah gangguan muskuloskeletal yang paling
umum terjadi mempengaruhi tangan dan sendi-sendi penumpu berat bdan seperti hip
dan knee joint. Dan dari seluruh prevalensi diperkirakan akan meningkat secara
dramatis dalam 20 tahun ke depan.
Wanita 2 kali lebih banyak menderita OA dibandingkan pria, dimana wanita
kulit hitam dengan OA lebih banyak 2 kali dibandingkan wanita kulit putih. Pada usia
lebih dari 65 tahun, baik secara klinik maupun radiologi didapatkan peningkatan
jumlah kasus OA lutut. Menurut The Framingham Osteoarthritis Study gambaran
radiologik OA lutut yang berat (grade III dan IV menurut kriteria Kellgreen-
Lawrence) makin meningkat dengan bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia
kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur 70-79 tahun dan 19,4% pada usia lebih dari
80 tahun.

b. Tujuan
1. Memahami proses patologi dari osteoarthritis knee yang mengakibatkan
gangguan gerak dan fungsional serta menyebabkan disabilitas.
2. Memahami dan menerapkan assesment fisioterapi pada kasus osteoarthritis
knee
3. Mampu menegakkan diagnosis fisioterapi sesuai standar ICF
4. Memahami dan melaksanakan prosedur intervensi fisioterapi pada kasus
osteoarthritis knee
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI KNEE JOINT

Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia,
fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament.
(Ballinger, 2007).

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis proksimalis,
tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang
yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella femoral,
antara tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang
tibia dengan tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf,
1996).

Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang , ligament
beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau
knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:

1. Tulang pembentuk sendi lutut antara lain:


a. Tulang Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian
pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput
femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang disebut
trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian ujung membentuk persendian lutut,
terdapat dua buah tonjolan yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis, di antara
kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang
disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 1997).

b. Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada os fibula, pada
bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os maleolus medialis. (Syaifuddin, 1997).

c. Tulang Fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang membentuk
persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os
maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997).

d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak
patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak patella
dengan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah
sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut 90 derajat, kedudukan patella di antara
kedua condylus femur dan saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur
(Syaifuddin, 1997).

2. Ligamentum pembentuk sendi lutut


Gambar : Susunan Ligamen Sendi Lutut Anterior View (R.Putz, R.Pabst, 2002)

Gambar Susunan Ligamen Sendi Lutut Lateral View (R.Putz R.Pabst, 2002)

Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum
yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
1) Ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia intercondyloidea
tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur, fungsi menahan hiperekstensi
dan menahan bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis
femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia,
ke arah belakang.
3) Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum
fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.
4) Ligamentum collateral mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi
menahan gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan
ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut
fleksi 90 derajat.
5) Ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke
insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum.
6) Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan anterior meniscus
medialis dan lateralis. Semua ligament tersebut berfungsi sebagai fiksator dan
stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di samping ligament ada juga bursa pada
sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan
terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.
Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (a) bursa popliteus,
(b) bursa supra patellaris, (c) bursa infra patellaris, (d) bursa subcutan prapatellaris,
(e) bursa sub patellaris, (f) bursa prapatellaris.

3. Sistem Otot

Keterangan Gambar : Otot Paha dan Pangkal


Paha Tampak dari Depan (R.Putz R.Pabst, 2002)
yaitu :

 Musculus vatus medial


 Femur condylus medial
 Ligament patella
 Bursa subcutanea infrapatellaris
 Caput fibula
 Bursa subtendinea prepatellaris
 Fascialata, tractus, illiotibialis
 Musculus Vastus lateralis
 Musculus Rectus femoris

Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut yaitu:


a. Bagian anterior adalah musculus rectus femoris, musculus vastus lateralis, musculus
Vastus medialis, musculus vastus intermedius.
b. Bagian posterior adalah musculus biceps femoris, musculus semitendinosus,
musculus semimembranosus, musculus Gastrocnemius.
c. Bagian medial adalah musculus Sartorius
d. Bagian lateral adalah musculus Tensorfacialatae
4. Biomekanik sendi lutut
Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu melewati
condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada daerah condylus
medialis (Kapandji, 1995). Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam
keadaan normal akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha
bagian lateral, sehingga resultannya akan jatuh di bagian sentral sendi lutut.

a. Osteokinematika
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada
bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi hip fleksi
penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi,
lingkup gerak sendi antara 0 – 10 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup
gerak sendi untuk endorotasi antara 30 – 35 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45
derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90
derajat (Kapandji, 1995), gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi
gerakan rolling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka, gerakan rolling ke arah
belakang dan sliding ke arah depan (berlawanan arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah
belakang dan sliding ke belakang, untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke
belakang. Saat tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka rolling maupun sliding
bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun sliding bergerak searah, saat fleksi rolling
dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi rolling dan sliding bergerak ke arah
depan.

b. Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding
berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliding-nya
ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya sliding-nya ke belakang. Jika
tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi
menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).
B. PATOLOGI OSTEOARTHRITIS

1. Definisi osteoarthritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan


kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
sendi (CDC, 2014). Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara
sederhana didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).
Sjamsuhidajat, dkk (2011) mendefinisikan OA sebagai kelainan sendi kronik yang
disebabkan karena ketidakseimbangan sintesis dan degradasi pada sendi, matriks
ekstraseluler, kondrosit serta tulang subkondral pada usia tua (Sjamsuhidajat et.al, 2011).

Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:


a) Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau
beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia
baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada
bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus
heberden).
b) Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada
sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
a) Trauma /instabilitas.
b) Faktor Genetik/Perkembangan
c) Penyakit Metabolik/Endokrin

2. Etiologi

Etiologi/ penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi ini belum diketahui dengan
pasti tetapi banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, antara
lain:

a) Usia, merupakan faktor resiko tertinggi untuk osteoarthritis.


b) Obesitas, pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut dan
akan diimbangi otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati
bagian tengah/ sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas,
resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi
lutut tidak seimbang (Parjoto, 2000)
c) Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut akan mempunyai
resiko terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000).
d) Jenis kelamin, wanita lebih banyak daripada pria (Parjoto, 2000).
e) Faktor hormonal/ metabolisme, diabetes mellitus berperan sebagai predisposisi
timbulnya OA. Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal
terlibat sebagai penyebab OA

3. Tanda dan gejala

OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai


sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.

 Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit,
distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri
terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
berkurang dengan istirahat.
 Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
 Krepitasi : sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi
rawan.
 Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai
nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal
(DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal
Phalangeal (PIP). Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan
kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
 Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,
2006).
Gambaran khas pada OA lutut adalah adanya osteofit dan penyempitan celah
sendi.3,7 Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren & Lawrence menyusun gradasi
OA lutut menjadi :

1) Grade 0 : tidak ada OA


2) Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan
3) Grade 2 : terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan tak nampak
deformitas tulang.
4) Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan celah
sendi.
5) Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai hilangnya celah
sendi.

4. Proses patologi gangguan gerak dan fungsi

Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi
dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam sendi disusul
dengan terbentuknya kista subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada
membrane sinovial. Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi,
serta teregangnya ligament menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot disekitar sendi
menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atropy pada satu sisi dan spasme otot pada
sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan biokimia dimana terjadi gangguan
metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim
metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtansi
sehingga meningkatkan nociceptor dan menimbulkan nyeri (Suriani, 2013).

C. Pendekatan Intervensi FT
Pendekatan intervensi pada kasus Osteoarthritis knee yaitu :
1. Mengurangi nyeri pada lutut.
2. Mengembalikan fungsi gerak dasar terutama pada knee joint.
3. Memelihara ROM knee pasien dan elastisitas pasien.
4. Memberikan sebuah edukasi dalam pemeliharaan fungsi gerak secara mandiri
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal .
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


Nama : Tn. Abdul Majid
Umur : 84 th
Jenis kelamin : Pria
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Makassar

B. Anamnesis Khusus
Pasien mengeluh nyeri di kedua lutut sejak 2 tahun yang lalu. Pasien kesulitan
menekuk lutut karena nyeri dan juga ada bunyi krepitasi pada sendi saat digerakkan. Nyeri
semakin lama meningkat, sehingga pasien kesulitan melakukan aktivitas fungsional.

Keluhan utama yang dirasakan : nyeri pada kedua lutut


Lokasi keluhan : kedua lutut
Gambaran dan frekuensi nyeri : nyeri muncul saat bergerak dan seperti ngilu
Kapan keluhan terjadi : 2 tahun yang lalu
Penyebab keluhan : tidak diketahui
Apakah pasien sulit tidur di malam hari : tidak
Pernah diopname : tidak
Konsumsi obat-obatan : tidak
Riwayat penyakit penyerta : hipertensi
Riwayat penyakit keluarga : -
Aktivitas yang tidak dapat dilakukan : tidak ada. Namun pasien terhambat dalam
melakukan aktivitas karena nyeri yang muncul dan kelelahan.
Diagnosa dokter : osteoarthritis genu
PEMERIKSAAN FISIK

A. Pengukuran vital sign


 Tekanan darah : 150/80 mmHg
 Laju napas : 20x / menit
 Denyut Nadi : 55 x/menit
 Suhu : 36.5 o

B. Inspeksi/Observasi
 Kesadaran normal
 Pasien baik diajak berkomunikasi dan bekerjasama
 Mengalami gangguan pendengaran
 Nampak menahan nyeri di di lutut saat diminta menekuk lutut
 Pasien berjalan agak pincang.

C. Palpasi : ada nyeri tekan pada lutut, spasme otot rectus femoris dan gastrocnemius.

D. Pemeriksaan Fungsi Dasar : Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


a. Tes Gerak Aktif :
 Fleksi : nyeri dan terbatas
 Ekstensi : nyeri dan terbatas
 Eksorotasi : tidak nyeri
 Endorotasi : tidak nyeri
b. Tes Gerak Pasif :
 Fleksi : firm endfeel
 Ekstensi : firm endfeel
 Eksorotasi : elastic endfeel
 Endorotasi : elastic endfeel
c. VAS : nyeri adalah 5
d. MMT : nilai 3
e. Test Stabilitas sendi ( Valgus Test ) : +
f. Fluctuation test :
g. Indeks WOMAC (The Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis
Index)

Instruksi : Silahkan pilih setiap kategori sesuai dengan skala kesulitan yang dirasakan
dalam akivitas : 0 = None, 1 = Slight/ringan, 2 = Moderate/sedang, 3 = Very/berat, 4
= Extremely/sangat berat

Lingkari salah satu angka pada setiap aktivitas di bawah ini :


Nyeri 1. Berjalan 0 1 2 3 4
2. Menaiki tangga 0 1 2 3 4
3. Kegiatan dimalam hari 0 1 2 3 4
4. Istirahat 0 1 2 3 4
5. Berdiri statis 0 1 2 3 4
Stiffness 1. Kaku dipagi hari 0 1 2 3 4
2. Kaku pada hari berikutnya 0 1 2 3 4
Physical fuction 1. Menuruni tangga 0 1 2 3 4
2. Menaiki tangga 0 1 2 3 4
3. Bangkit dari duduk 0 1 2 3 4
4. Berdiri 0 1 2 3 4
5. Membungkuk ke lantai 0 1 2 3 4
6. Berjalan di atas permukaan datar 0 1 2 3 4
7. Masuk / keluar dari mobil 0 1 2 3 4
8. Pergi berbelanja 0 1 2 3 4
9. Memakai kaos kaki 0 1 2 3 4
10. Berbaring di tempat tidur 0 1 2 3 4
11. Melepas kaos kaki 0 1 2 3 4
12. Bangkit dari tempat tidur 0 1 2 3 4
13. Masuk / keluar dari kamar mandi 0 1 2 3 4
14. Duduk 0 1 2 3 4
15. Masuk / keluar dari toilet 0 1 2 3 4
16. Tugas rumah tangga yang berat 0 1 2 3 4
17. Tugas rumah tangga yang ringan 0 1 2 3 4
:
Total score: 30 / 96 = 31,25 %

Interpretasi nilai WOMAC


Mendekati Nilai 0% : normal
Mendekati Nilai 100 % : disabilitas

E. Pemeriksaan Penunjang

CT Scan : terdapat osteofit dan penurunan celah sendi

F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi (sesuai konsep ICF)


Problematika Fisioterapi :

Impairment (Body structure and function)


 Nyeri lutut kanan dan kiri
 Spasme otot rectus femoris dan gastrocnemius
 Keterbatasan gerak
 Kelemahan otot

Activity Limitation
 Sulit menekuk dan meluruskan lutut karena nyeri
 Nyeri dari jongkok ke berdiri
 Gangguan berjalan lelah nyeri saat beraktivitas

Participation Restriction
Terhambat dalam melakukan aktivitas harian / ADL seperti berjalan dan
berolahraga , serta terhambat dalam aktivitas di luar rumah dan beribadah.

Diagnosa Fisioterapi : Nyeri dan Gangguan gerak et cause Osteoarthritis knee


G. Rencana Intervensi Fisioterapi
h. Rencana jangka pendek
Memperbaiki dan meningkatkan fungsi gerak dan aktivitas fungsional pasien.

i. Rencana jangka panjang


 Menurunkan tingkat nyeri
 Menurunkan spase otot
 Memelihara dan meningkatkan LGS
 Memelihara dan meningkatkan kekuatan otot

H. Program Intervensi Fisioterapi


 Interferential
Untuk meningkatkan aliran darah lokal yang dapat meningkatkan penyembuhan
dengan mengurangi pembengkakan . serta untuk menghilangkan jaringan yang rusak
dan membawa nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan daerah
 MWD (Micro Wave Diathermy)
Untuk menurunkan nyeri, hipertropi, gangguan vaskularisasi.
 Terapi Latihan :
o Untuk mengurangi nyeri
o Untuk mengurangi spasme
o Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot
a. Latihan active movement
o Assisted active movement
o Free active movement
o Resisted active movement
b. Hold relax
 Static bicycle
Pemberian static bicycle adalah untuk menjaga meningkatkan kekuatan otot- otot
disekitar paha, lutut dan betis. Pemberian static bicycle ini sangat baik untuk penderita
OA karena dapat melenturkan sendi dan menjaga stabilitas sendi.
A. Evaluasi Fisioterapi
- Nyeri berkurang menjadi 2
- Spasme otot menurun
- Adanya perbaikan ADL dan endurance pasien meningkat
karena telah dapat melakukan beberapa exercise ringan.
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif sendi yang berkembang lambat


melibatkan persendian dan mula-mula mengenai kartilago dan mempengaruhi tulang,
jaringan lunak dan cairan synovial. Etiologi/ penyebab dari penyakit degeneratif pada sendi
ini belum diketahui dengan pasti tetapi banyak faktor yang mungkin dapat menyebabkan
timbulnya penyakit ini, antara lain usia, obesitas, aktivitas, jenis kelamin, dan faktor
metabolisme. Osteoarthritis pada sendi lutut dapat menyebabkan hambatan mobilitas fisik
dan gangguan fungsional dan jika dibiarkan maka dapat , menyebabkan disabilitas. OA
berkembang dengan lambat dan merupakan penyakit kronik. Meskipun tidak ada pengobatan
yang efektif untuk menyembuhkan OA, namun penatalaksanaan terapi yang tepat dapat
dilakukan seperti untuk memanajemen rasa nyeri, dan meningkatkan keadaan fisik pasien
dengan exercise dapat menghilangkan keluhan nyeri dan mencegah disabilitas.

b. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami patologi tentang osteoarthritis knee. Selain
itu, mahasiswa penting untuk dapat melakukan teknik anamnesis dan pemeriksaan yang
cermat untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Keterampilan dan skill dalam melakukan
teknik intervensi fisioterapi dan pengobatan pasien juga harus dicapai selama proses
pembelajaran. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk mempelajari berbagai referensi agar
ilmu yang didapat mampu diterapkan secara menyeluruh kepada masyarakat pada umumnya
dan kepada pasien pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Catherine C.G , Kendra S.Fuller. Pathology Implications For Physical Therapy. Missouri :
Saunders Elsevier , 2009

Silvia . 2015. manajemen fisioterapi pada osteoarthritis. (online). Tersedia :


http://physiosilvia.com/manajemen-fisioterapi-pada-osteoartritis-knee-lutut/ , 21 Maret 2018

Unknown .2011 .Osteoarthritis Fisioterapi


http://fisioterapishartanto.blogspot.co.id/2011/11/osteoarthritis-oa.html , 21 Maret 2018

Unknown . 2012. Anatomi fisiologi knee jointblogspot


http://aretnasih.blogspot.co.id/2013/11/anatomi-fisiologi-knee-joint.html, 21 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai