OLEH:
B. Epidemiologi
Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU di provinsi
Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di malam hari
adalah7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia. Penelitian yang
dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16 tahun mengenai
epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja menunjukkan bahwa
prevalensi insomnia adalah 10,7%dengan usia median timbulnya insomnia
adalah 11 tahun. Penelitian Halbower dan Marcus yang menyatakan
gangguan tidur yang paling banyak ditemukan pada remaja adalah insomnia.
C. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut
ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur,
antara lain:
a. Status kesehatan.
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang
disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan dengan keletihan sehingga penderitanya
membutuhkan banyak tidur untuk mengatasinya.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akanmengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yangmemengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic
yang dapatmenyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan
REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuktidur, golongan beta blocker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dangolongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuktidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses
tidur.
Merangsang Merangsang
sistem limbik Merangsang
sensori perifer
kortek serebral
Peningkatan Peningkatan
pengeluaran pengeluaran serotonin
katekolamin
Gangguan pola
tidur
F. Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain golongan
obat hipnotik, golongan obat antidepresan, terapi horomon melatonin dan
agonis melatonin, dan golongan obat antihistamin. Ada terapi khusus untuk
kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah dsebutkan di atas.
Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan pemakaian
masker oksigen (Continous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan. Pada Restless
Leg Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat
memperoleh terapi yang adekuat.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan jatuh tertidur
ditandai dengan klien tampak tidak cukup istirahat