Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

LAPORAN PEDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT TIDUR DI RUANG/UNIT ANGGREK RUMAH SAKIT
TINGKAT III BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:

Iput Hardianti, S.Kep


NIM 102311101096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar


Kebutuhan akan istirahat manusia juga harus diimbangi dengan tidur
yang cukup. Cukup dalam artian kualitas dan kuantitas dari tidur itu sendiri.
Tidur yang cukup dibutuhkan manusia untuk mengembalikan tenaga yang
terkuras setelah seharian melakukan aktivitas, baik ringan sampai berat.
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh
periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini
diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan
system tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry,
2005).

B. Epidemiologi
Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU di provinsi
Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di malam hari
adalah7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia. Penelitian yang
dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16 tahun mengenai
epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja menunjukkan bahwa
prevalensi insomnia adalah 10,7%dengan usia median timbulnya insomnia
adalah 11 tahun. Penelitian Halbower dan Marcus yang menyatakan
gangguan tidur yang paling banyak ditemukan pada remaja adalah insomnia.
C. Etiologi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut
ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur,
antara lain:

a. Status kesehatan.
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka
kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik
sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang
dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang
disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan dengan keletihan sehingga penderitanya
membutuhkan banyak tidur untuk mengatasinya.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan
gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akanmengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yangmemengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic
yang dapatmenyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan
REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga
menyebabkan kesulitan untuktidur, golongan beta blocker dapat
berefek pada timbulnya insomnia, dangolongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya
keinginan untuktidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses
tidur.

D. Tanda dan Gejala


Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi
kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang
pada akhirnya dapatmempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang
lain.

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


1. Patofisiologi
Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua
tempat khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System
(RAS) dan Bulbar Synchconiting Region BSR) di medulla. Dua system
RAS dan BSR diperkirakan terjadinya kegiatan/ pergerakan yang
intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak. Ras
dihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan
menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan
stimulus taktil. Stimulus sensori ini mempertahankan keadaan bangun
dan waspada. Selama tidur tubuh mengirim sedikitsekali stimulus dari
korteks cerebri. atau reseptor sensori perifer pada RAS.
Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus BSR
meningkat pada saat tidur. Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS
dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak (Johnson,
2000).
2. Clinical Pathway

Faktor psikologis Faktor Faktor fisiologis (nyeri akut,


(cemas) lingkungan gangguan eliminasi urin,
hipertermi)

Merangsang Merangsang
sistem limbik Merangsang
sensori perifer
kortek serebral

Peningkatan Peningkatan
pengeluaran pengeluaran serotonin
katekolamin

Merangsang sistem aktivasi


retikuler untuk menurunkan
pengeluaran serotonin

Bangun 3 kali atau lebih di malam


hari, insomnia, ketidakpuasan
tidur, total waktu tidur kurang

Gangguan pola
tidur
F. Penatalaksanaan Medis
Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain golongan
obat hipnotik, golongan obat antidepresan, terapi horomon melatonin dan
agonis melatonin, dan golongan obat antihistamin. Ada terapi khusus untuk
kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah dsebutkan di atas.
Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan pemakaian
masker oksigen (Continous positive airway pressure) atau tindakan
pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan. Pada Restless
Leg Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat
memperoleh terapi yang adekuat.

G. Penatalaksanaan Keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan jatuh tertidur
ditandai dengan klien tampak tidak cukup istirahat

Perencanaan/Nursing Care Plan


No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

1. Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan


tidur keperawatan selama 1x24 pentingnya tidur
berhubungan jam diharapkan pasien yang adekuat
dengan tidak terganggu saat tidur 2. Fasilitas untuk
kesulitan dengan mempertahankan
jatuh tertidur Kriteria hasil: aktivitas sebelum
ditandai 1. Jumlah jam tidur tidur (membaca)
dengan klien dalam batas normal 3. Ciptakan
tampak tidak 6-8 jam/hari lingkungan yang
cukup 2. Pola tidur, kualitas nyaman
istirahat dalam batas normal 4. Kolaborasi
3. Perasaan segar pemberian obat
sesudah tidur atau tidur
istirahat 5. Diskusikan
4. Mengidentifikasi dengan pasien da
hal-hal yang keluarga tentang
meningkatkan tidur teknik tidur
pasien
6. Instruksikan unuk
memonitor tidur
pasien
7. Monitor/catat
kebutuhan tidur
pasien setiap hari
dan jam

Anda mungkin juga menyukai