S1 2017 349193 Introduction PDF
S1 2017 349193 Introduction PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Famotidin merupakan salah satu jenis obat histamin H-2 reseptor antagonis
atau H-2 blocker untuk mengurangi sekresi asam lambung berlebih. Famotidin
berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal (Katzung, 2002). Pada tablet
45%, dengan waktu paruh eliminasi sekitar 2,5-4 jam. Tablet konvensional
ditimbulkan akibat dari akumulasi obat yang dengan dosis ganda dan juga
rendahnya kepatuhan pasien (Rajesh, dkk., 2010). Sediaan tablet floating akan
menurunkan sekresi asam lambung (Jaimini, dkk., 2007). Melalui sediaan tablet
mengkonsumsi obat.
matriks yang dapat memperlambat pelepasan zat aktif dari sediaan sehingga dapat
obat dari sediaan. HPMC memiliki kelebihan dalam hal mengendalikan pelepasan
1
2
obat, yaitu HPMC dapat membentuk lapisan gel bila kontak dengan cairan sehingga
matriks sulit mengalami erosi dan obat berdifusi keluar dari matriks dengan sangat
lambat. Namun HPMC memiliki kekurangan, yaitu sifat alirnya buruk karena sukar
pengabsorbsi air dalam sediaan lepas lambat (Rowe, dkk., 2009). Natrium alginat
merupakan matriks hidrofilik dan mampu mengembang, diikuti oleh erosi dari
bentuk gel sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Dalam penelitian ini,
HPMC dikombinasikan dengan natrium alginat untuk memperbaiki sifat alir dari
granul sebab natrium alginat memiliki ukuran partikel yang lebih besar. Natrium
higroskopis sehingga menyerap air dan menyebabkan tablet menjadi lembab. Pada
keadaan asam, natrium alginat akan sulit membentuk gel sehingga diperlukan
matriks HPMC yang bersifat nonionik untuk membantu pembentukan gel yang
Sediaan tablet lepas lambat yang dibuat dengan sistem floating effervescent
pada tablet agar dapat mengapung. Hal ini dapat dihasilkan dengan mereaksikan
kombinasi kedua matriks HPMC dan natrium alginat dan pengaruhnya terhadap
B. Rumusan Masalah
natrium alginat sebagai matriks tablet floating famotidin terhadap sifat fisik
famotidin yang optimum sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif obat anti
matriks HPMC K100M dan natrium alginat terhadap sifat fisik dan profil disolusi
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
sebagai matriks formula tablet floating famotidin lepas lambat sistem floating
gastroretentive.
4
4. Tinjauan Pustaka
dapat bertahan di lambung dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat
lambung atau bagian atas usus kecil seperti pada penyakit tukak lambung.
lambung.
sehingga berada di lambung pada waktu yang lama, terhindar dari keceptan
b. Expendable system
Sediaan dengan sistem ini dapat ditelan dengan mudah dan membentuk
ukuran yang lebih besar di dalam lambung akibat pembengkakan sehingga tidak
dapat keluar dari pilorus dan obat akan tertahan di dalam lambung dalam waktu
yang lama.
5
c. Muchoadhesive system
dapat terikat pada permukaan sel epitel lambung atau mucin dan
Sistem ini mempunyai berat jenis yang besar sehingga akan tenggelam
dan tertahan pada rugae yaitu suatu tempat yang berada dekat dengan daerah
memiliki bobot jenis dengan densitas lebih rendah dibanding cairan lambung
sehingga dapat mengapung di lambung dalam waktu yang cukup lama tanpa
waktu retensi obat di lambung. Tablet floating merupakan formulasi yang sesuai
untuk jenis obat yang bermasalah dalam hal disolusi dan/atau stabilitasnya dalam
cairan usus halus, diharapkan memberikan efek lokal di lambung, serta hanya
Sistem floating dapat dibagi menjadi 2 sistem, yaitu (Garg dan Gupta,
2008):
a. Sistem non-effervescent
Salah satu metode formulasi sistem ini yaitu menggunakan gel yang dapat
6
mempertahankan bentuk dan kerapatan bulk kurang dari satu, udara yang
sediaan ini. Eksipien yang sering digunakan adalah bahan yang memiliki
b. Sistem effervescent
(asam sitrat ataupun cairan asam lambung-HCl) dan basa (NaHCO3) sehingga
komponen asam sitrat dan natrium bikarbonat yang optimal adalah 0,76:1 (Shah
HPMC. Ketika sediaan bertemu dengan cairan lambung yang bersifat asam,
akan menembus lapisan gel dan bereaksi dengan basa yang terdispersi pada
matriks yang telah mengembang sehingga menghasilkan gas CO2. Gas CO2
menurun akibat matriks yang mengembang, dan dapat menjadi gel penghalang
Tablet lepas lambat dirancang untuk melepaskan zat aktif dengan cara yang
telah ditentukan selama periode yang diperpanjang (Allen, dkk., 2011). Sediaan
lepas lambat yang digunakan peroral dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu
1) Sustained release
dose) secara tepat yang diikuti pelepasan obat yang lebih lambat dan
8
obat yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan.
2) Prolonged action
3) Controlled release
biasanya.
Kurva hubungan antara kadar obat dalam darah terhadap waktu dari
kemudian akan tereleminasi dalam waktu yang cepat. Pada sistem sustained
Gambar 2. Kurva konsentrasi obat untuk obat konvensional, sustained release, dan
controlled release (Karna, dkk., 2015)
melepaskan obat pada beberapa waktu yang terpisah. Pelepasan yang berurutan
ODT merupakan bentuk sediaan yang dapat dengan segera pecah dalam
air liur setelah pemberian, obat terdispersi dalam air liur dan ditelan sedikit demi
4. Matriks
dalam matriks untuk mendorong permease matriks oleh air yang menyebabkan
disolusi dan difusi obat dari saluran-saluran yang dibentuk dalam matriks
tersebut.
Matriks ini mengontrol pelepasan obat melalui difusi pori dan erosi.
Bahan yang termasuk dalam golongan matriks tidak larut yang terkikis adalah
c. Matriks hidrofilik
Sistem ini mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel
sehingga obat dapat terdisolusi dalam media air. Matriks hidrofilik diantaranya
bahan-bahan tersebut kontak dengan air, maka akan terbentuk lapisan matriks
terhidrasi. Bagian luar dari lapisan tersebut akan mengalami erosi sehingga
menjadi terlarut.
metode granulasi basah, dan metode granulasi kering (Allen, dkk., 2011).
tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran
serbuk, kemudian memecahkannya menjadi granul yang lebih kecil. Metode ini
khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi
Verifikasi metode uji adalah konfirmasi ulang dengan cara menguji suatu
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan. Verifikasi sebuah
mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid.
Beberapa parameter yang diuji dalam verifikasi metode adalah akurasi, presisi, LoD
a. Presisi
uji individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
melalui nilai standar deviasi relatif (RSD) atau koefisien variasinya (CV)
RSD =
Keterangan:
RSD = Relative Standard Deviation (%)
SD = Standard Deviation
= rata-rata
b. Akurasi
kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang
13
persamaan 2.
% Perolehan kembali =
Keterangan:
A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku
B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku
C = konsentrasi baku yang ditambahkan
LoD atau batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang
sampel yang dapat diterima dibawah kondisi yang disepakati. Uji batas
Batas deteksi =
Batas kuantitasi =
Keterangan:
S(y/x) = simpangan baku residual
b = slope
a. Uji pengetapan
persamaan 5.
T (%) = (5)
Keterangan:
T = Indeks pengetapan (%)
Vo = Volume awal serbuk sebelum perlakuan (mL)
Vt = Volume serbuk akhir (mL)
tergantung pada kompresi dan kemampuan penyerapan air dari material yang
dalam bets harus mempunyai kandungan zat aktif dalam rentang sempit yang
sebagai derajat keseragaman jumlah zat aktif dalam satuan sediaan. Uji
keseragaman sediaan ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
Dihitung jumlah zat aktif dari tablet yang dinyatakan dalam persen
jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing
(6)
penerimaan 10 unit sediaan tidak kurang atau sama dengan L1%. Jika nilai NP
penerimaan. Memenuhi syarat jika nilai penerimaan akhir dari 30 unit sediaan
lebih kecil atau sama dengan L1% dan tidak ada satu unit pun kurang dari [1-
(0,01)(L2)]M atau tidak satu unit pun lebih dari [1+(0,01)(L2)]M. Kecuali
2014).
Tester.
kerapuhan dilihat dari selisih bobot tablet sebelum dan sesudah dilakukan uji
pada alat friability tester. Nilai friabilitas yang dikehendaki adalah sebesar 1%
7)
Keterangan:
M1 = bobot tablet rata-rata awal
M2 = bobot tablet rata-rata akhir
d. Uji disolusi
menghasilkan suatu larutan. Bentuk sediaan farmasetik solid akan terlepas dari
absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan menghasilkan respon klinis
dimana tablet dimasukkan dalam alat dissolution tester berisi medium disolusi.
Melalui uji disolusi, dapat diketahui profil farmakokinetik obat dalam tubuh.
Alat yang digunakan dalam uji ini didasarkan pada metode yang terdapat pada
USP yang mencakup monografi volume yang dipakai, kecepatan (rpm) dan
batas waktu (Lachman dkk., 1994). Beberapa alat disolusi yang umum
Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau
bahan transparan lain yang inert, sebuah motor, suatu batang logam yang
Sama seperti Alat 1, kecuali pada alat ini digunakan dayung yang
terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari
sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang
mengapungnya sediaan.
Alat terdiri dari satu rangkaian labu kaca beralas rata bebentuk
inert dari baja tahan karat dan kaca polipropilen yang terbuat dari bahan
menyambungkan bagian atas dan alas silinder yang bergerak bolak- balik.
Alat terdiri dari sebuah wadah dan sebuah pompa untuk media
disolusi, sebuah sel yang dapat dialiri, sebuah tangas air yang dapat
1) Metode klasik
Metode ini menunjukkan jumlah zat aktif yang terlarut pada waktu t.
Karena metode ini hanya menyebutkan 1 titik saja, maka proses yang terjadi
di luar titik tersebut tidak diketahui. Titik tersebut menyatakan jumlah zat
menggunakan persamaan 8.
DE = ..........................(8)
3) Metode Wagner
proses pelarutan mengikuti orde satu, luas permukaan spesifik turun secara
berbagai waktu yaitu pada menit ke-120, 240, dan 480. L120 menyatakan jumlah
persentase obat yang terdisolusi pada menit ke-120. L240 menyatakan jumlah
persentase obat yang terdisolusi pada menit ke-240. L480 menyatakan jumlah
19
persentase obat yang terdisolusi pada menit ke-480. Pelepasan dapat dinyatakan
baik jika L120 berada pada rentang 20-50%, L240 pada rentang 45-75% dan L480
2014). Jika nilai f2 sebesar 50 atau lebih (50-100) maka kedua formula memiliki
profil disolusi yang sebanding atau ekivalen. Jika nilai f2 = 100 maka dapat
Keterangan:
f2 = kesebandingan profil disolusi
Rt = persen obat terlarut innovator
Tt = persen obat terlarut selain innovator
kontak dengan cairan lambung. Polimer yang digunakan adalah polimer yang
yang lama dan melepaskan obat secara perlahan tanpa mempengaruhi sediaan.
dapat membentuk lapisan gel yang bulk (Lhodiya, dkk., 2009). Kemampuan
Keterangan:
S = Daya mengembang (%)
W1 = Berat tablet sebelum mengembang
W2 = Berat tablet sesudah mengembang
medium disolusi sesuai dengan kondisi tablet di dalam lambung. Total floating
time adalah lamanya suatu tablet dapat mengapung. Semakin lama sediaan
mengapung, maka semakin lama sediaan dapat bertahan di lambung (Abdul dan
Lila, 2011).
9. Pemerian bahan
a. Famotidin
[(diaminometilen)amino]-4-tiazolil]-metil]tio]propiliden]sulfamida [76824-
pada gambar 3.
Famotidin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis, misalnya
(Katzung, 2002). Dosis famotidin secara oral adalah 40 mg sekali sehari pada
encer adalah 265 nm dan dalam basa adalah 286 nm (Moffat, 1986).
(40-45%) dengan waktu paro eleminasi yang pendek (2,5-4 jam). Pengobatan
serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar larut dalam
22
eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas dan akan segera
dengan hidroksipropil dan metil pada gugus hidroksinya, sehingga HPMC dapat
berinteraksi dengan air membentuk gel. Semakin panjang rantai polimer dapat
yang harus dilewati zat aktif obat dalam berdifusi keluar dari matrik semakin
hal yang penting untuk pelepasan obat dari sistem HPMC. Pada keadaan awal
HPMC membentuk seperti kaca (glassy state), akibat penetrasi air kedalam
sediaan maka terjadi penurunan tegangan HPMC. Pada suatu konsentrasi air
tertentu maka polimer mengalami transisi dari glassy state menjadi rubbery
koefisien difusi obat lebih besar (Bodmeier dan Siepmann, 1999). Untuk
seperti dapat dilihat pada HPMC K100M berarti memiliki viskositas 100.000
cPs.
c. Natrium alginat
tepung atau serat, hamper tidak berbau dan berasa dengan kadar abu yang
lingkungannya (Yunizal, 2004). Natrium alginat larut dalam air dan mengental
(larutan koloid), tidak larut dalam alkohol dan larutan hidroalkoloid dengan
kandungan alkohol lebih dari 30%, dan tidak larut dalam khloroform, eter dan
sediaan lepas lambat mampu membentuk gel dengan viskositas yang tinggi
sehingga dapat menjadi suatu rintangan alami untuk terjadinya difusi obat dari
d. Natrium bikarbonat
serbuk putih atau hablur monoklin kecil, tidak berbau, rasa asin, memiliki bobot
molekul sebesar 84,01. Natrium bikarbonat larut dalam 11 bagian, praktis tidak
ekstraselular yang penting dalam tubuh yaitu buffer asam karbonat dan
e. Asam sitrat
Asam sitrat atau juga bisa dikenal dengan nama acidum citricum,
memiliki pemerian berupa hablur bening tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat
asam, bentuk hidrat mekar dalam udara kering. Kelarutan sangat mudah larut
dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam ester.
Mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari 100,5 % C6H8O7,
f. Magnesium stearat
asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
25
MgO. Magnesium stearat memiliki pemerian berupa serbuk halus, putih, licin
dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Kelarutan praktis tidak larut
dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P (Departemen Kesehatan,
2014).
serta formulasi sediaan farmasi sebagai pelicin pada konsentrasi 0,25 5% w/w
g. Avicel PH 102
serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, tersusun atas
bahan pengisi untuk memenuhi bobot tablet yang diharapkan. Avicel yang
digunakan yaitu avicel PH 102, karena avicel PH 102 berbentuk granul dengan
sifat alir yang baik sehingga menghasilkan tablet dengan kekerasan yang
memenuhi syarat.
h. Amilum manihot
berbau, tidak berasa, dengan kelarutan yaitu praktis tidak larut dalam air dingin
dan etanol 95% dingin. Amilum mengembang cepat dalam air pada suhu 37°C.
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
F. Landasan Teori
Famotidin merupakan salah satu jenis obat histamin antagonis reseptor H-2
atau H-2 blocker. Famotidin umumnya diresepkan pada penderita tukak lambung,
dengan cara mem-blok kerja dari histamin atau berkompetisi dengan histamin untuk
dari asam lambung selama 5 jam, tetapi tidak untuk 10 jam. Famotidin dengan dosis
bioavailabilitas famotidin oral hanya 40-45%, dengan waktu paruh eliminasi sekitar
2,5-4 jam, sehingga sediaan lepas lambat famotidin diharapkan dapat memberikan
solusi yang baik (Sankar, dkk., 2011). Sediaan tablet floating akan mengapung di
yang dapat membentuk lapisan hidrogel yang viskositasnya tinggi bila kontak
obat (Saigal, dkk., 2009). Natrium alginat yang merupakan matriks hidrofilik
mampu mengembang dan diikuti oleh erosi dari bentuk gel sehingga obat dapat
viskositas dari gel meningkat dan mampu menghambat difusi zat aktif melalui
matriks (Choi, dkk., 2002). Natrium alginat memiliki ukuran partikel yang besar
sehingga dapat memperbaiki sifat alir dari HPMC. HPMC yang bersifat higroskopis
sehingga dapat menarik air dan menyebabkan tablet menjadi lembab, oleh karena
alginat sulit terbentuk bentuk gel pada suasana asam dengan pH dibawah 3,7,
pembentukan gel yang menjadi barrier penghalang agar obat dapat terlepas secara
Menurut Rowe (2009), HPMC dapat digunakan sebagai matriks yang dapat
menghambat pelepasan obat jika digunakan pada jumlah 10-80% dari bobot total
tablet. HPMC pernah diteliti pada formulasi tablet floating ofloxacin, dalam
floating lag time 5 detik dan pelepasan obat bertahap selama kurang dari 10 jam.
Jumlah kumulatif obat yang terlepas sebesaar 80% (Padmavathy, dkk., 2011).
HPMC dengan konsentrasi 40% dan natrium alginat 20% memberikan fomula
optimum yang menghasilkan floating lag time kurang dari 50 detik dan total
kombinasi HPMC K100M dengan konsentrasi 20% dan natrium alginat dengan
time antara 20 hingga 80 detik dan melepaskan obat sebesar 100% pada jam ke-12
Sediaan tablet lepas lambat yang dibuat dengan sistem floating effervescent
pada tablet agar dapat mengapung. Hal ini dapat dihasilkan dengan menambahkan
sifat alir dari granul sehingga dapat diperoleh tablet yang homogen.
G. Hipotesis
1. Kombinasi HPMC dan natrium alginat pada jumlah HPMC 20-40% dan
natrium alginat 10-20% dari bobot tablet dapat menghasilkan formula optimum