Anda di halaman 1dari 19

PEMINDAH GERAK PADA MOTOR

UJIAN AKHIR SEMESTER

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Tata tulis laporan
pada Departemen Pendidikan Teknik Mesin (D3)

Disusun oleh:

Muhamad Anugrah Akmal


NIM. 1602084

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah .

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Desember 2017

Reza Gista

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iii
BAB.I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
BAB.II ..................................................................................................................................................... 2
ISI ............................................................................................................................................................ 2
2.1 Karakteristik Motor Penggerak ..................................................................................................... 2
2.2 Proses Pemindahan Tenaga ........................................................................................................... 2
2.2.1 Dasar - Dasar Kinematika .................................................................................................... 3
2.2.2 Gerakan Torak ........................................................................................................................ 4
2.2.3 Kecepatan Torak .................................................................................................................... 6
2.2.4 Percepatan Torak .................................................................................................................... 8
2.2.5 Berat Bagian Bolak – Balik .................................................................................................... 9
2.3 Ruang Bakar Mesin Diesel .......................................................................................................... 11
2.3.1 Ruang Bakar Injeksi Tidak Langsung .................................................................................. 11
2.3.1.1 Ruang Bakar Prechamber.........................................................................................11
2.3.1.2 Ruang Bakar Kamar Pusar.......................................................................................12
2.3.2 Injeksi Langsung (Direct-Injection) ..................................................................................... 12
2.3.2.1 Injeksi Langsung (Sistem M)...................................................................................13
2.3.3 Perbandingan Proses Pembakaran ........................................................................................ 14
BAB III ................................................................................................................................................. 15
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Susunan torak, batang pemutar Dan poros engkol…………………...................4


Gambar 2.2 : Susunan diagramatis torak batang pemutar, dan poros engkol……....................4
Gambar 2.3 : Posisi lengan engkol, batang pemutar, pada kecepatan
torak maksimum……………………………………………………..................8
Gambar2.4 : Ruang bakar motor diesel…………………………………………....................11
Gambar2.5 : Ruang bakar kamar pusar…………………………………………....................12
Gambar2.6 : Injeksi langsung………………………………………………….......................13
Gambar2.7 : Injeksi langsung………………………………………………….......................14

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Hubungan Diameter Torak Dan Berat Torak…………………..........................10

iii
BAB.I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendahuluan, dalam bab ini berisisistematika pembahasan/penulisan.


Isi berisi karakteristik motor penggerak, proses pemindahan tenaga, dasar-dasar
kinematika,gerakan torak,kecepatan torak, percepatan torak dan ruang bakar motor
diesel.
Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran.

1
BAB.II
ISI

2.1 Karakteristik Motor Penggerak

Secara umum motor bakar dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, berdasarkan
karakteristik, seperti berkut ini :
1. Cara pengisian silinder.
2. Jenis bahan bakar yang dipakai
3. Bentuk kontruksi motor
Dalam hubungannya dengan cara pengisian silinder, maka segala motor dapat dibagi atas :
1. Motor bakar empat langkah
2. Motor bakar dua langkah
Hal di atas ditentukan berdasarkan kepada jumlah langkah yang diperlukan untuk
melangsungkan suatu siklus kerja.
Kalau berdasarkan kepada jenis bahan bakar yang dipakai, motor bakar dapat dibagi dalam :
1. Bekerja dengan bahan bakar gas
2. Bekerja dengan bahan bakar cair
3. Beekerja dengan bahan baker padat.
Selanjutnya dapat dibagi menjadi :
1. Motor yang memakai bahan baker volatile, seperti : bensin, alcohol.
2. Motor yang memakai bahan baker heavy oil.seperti solar atau residu.
Dewasa ini terdapat dua jenis motor bakar :
1. Motor bensin yang mempergunakan system penyalaan elektrik untuk
melangsungkan proses pembakaran ;
2. Motor diesel, dimana udara dikompresikan tinggi, sehingga akibat udara
kompresi yang bertemperatur tingi yang mampu membakar bahan bakar maka
motor tidak memerlukan mekanisme penyalaan khusus.
Berdasarkan kepada design umum, motor bakar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Motor bakar torak , kerja tunggal atau kerja ganda.
2. Motor type horizontal, vertical, atau miring.
3. Motor dengan selinder tunggal atau majemuk.

2.2 Proses Pemindahan Tenaga

Proses pembakaran bahan bakar di dalam selinder motor akan terjadi pada saat yang di
tentukan , tergantung kepada siklus motor itu sendiri. Gas pembakaran yang berekspansi akan
mendesak torak yang bekerja translasi di dalam selinder motor. Gerak translasi torak dirubah
menjadi gerak rotasi pada poros engkol, dengan perantaran batang pemutar.
Batang pemutar dihubungngkan secara engsel, baik kepada torak maupun pada poros
engkol. Sisi sebelah atas batang torak bergerak secara translasi harmonis bersama-sama
dengan torak, sedangkan sisi sebelah bawahnya membuat gerakan rotasi bersama pena
engkol.
Sebelum membahas gerak torak dan engkol, adalah baik sekali untuk terlebih dahulu
meninjau prinsip-prinsip yang di pandang berlaku untuk membahas gerak tersebut.

2
3

2.2.1 Dasar - Dasar Kinematika

Kecepatan adalah hasil bagi antara jarak yang dilalui dengan waktu yang ditempuh
untuk melalui jarak tersebut.
Jika kecepatan berubah – ubah maka harga sesaatnya dapat dicari dengan jalan membagi
jarak dx yang dilalui oleh sesuatu dt, yakni :
v  dx ( m/detik ) 1)
....................................................................... 1
dt
1)
(Timoshenko and Young, Advenced Dynamics, McGraw Hill Book Company, London,1948,
Hal.7.)

Sedangkan percepatan adalah suatu besaran yang merupakan perbandingan terbalik


antara kecepatan dengan waktu yang diperlukan
jika percepatan itu tidak tepat atau berubah-ubah, maka untuk menentukan harganya dapat
ditulis dengan rumus sebagai berikut :
2
a  dv  d x2 (meter / det ik 2 ) ...................................................... 2
dt dt
dimana : a = percepatan sesaat, meter / detik2
dv = kecepatan meter / detik
dt = waktu, detik
Percepatan dari suatu benda itu akan memerlukan energi, yang disebut energi kinetis,
yang diberikan ketika benda itu dalam keadaan bergerak. “Energi kinetis adalah energi yang
diberikan agar suatu benda bisa bergerak, atau mempercepat gerakannya.” (P. Akimov,
Marine Power Plant, Peace Publishers Moscow, hal 83.)
Gaya yang diakibatkan oleh berat benda akan memberikan percepatan sebesar “ 9,61 meter /
detik2. dan percepatan ini disebabkan oleh adanya gaya tarik bumi, atau gravitasi.
Maka karena satuan gaya yang bekerja pada satuan massa, dengan percepatan sebesar 9,61
meter / detik2 , dan karena percepatan adalah sebanding terbalik dengan massa, yang bekerja
sehingga dapat ditulis berdasarkan hukum Newton sebagai berikut :

F=ma........................................................................................ 3
dan W = mg
Atau F= Wa
g
sehingga rumus (3) dapat dirubah menjadi
F= Wa
g
Bilamana harga ( g ) dimasukan sebesar 9,8 m /detik2
Maka didapat
Wa
F=
9.8

Atau
a= 9.8 F (m/det 2 ) ................................................................................. 4
W
4

dimana F = gaya, (kg)


w = berat benda, (kg)
a = percepatan, (m / detik2)
g = percepatan gravitasi, (m / detik2)

2.2.2 Gerakan Torak

Dalam mempelajari gerakan pada bagian-bagian motor maka pada umumnya dianggap
bahwa pena engkol berputar dengan kecepatan yang tetap.
Untuk lebih memperjelas permasalahan tentang gerak torak dan hubungan-hubungannya
dengan batang torak dan poros engkol, maka perhatikan gambar 1, sementara itu pada
gambar 2 diperlihatkan secara diagramatisnya,

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Susunan torak, batang pemutar Susunan diagramatis torak
Dan poros engkol batang pemutar, dan poros engkol

Garis (L) menunjukan panjang langkah torak, dan garis (nL) menunjukan panjang
batang pemutar, dimana panjang (nL) ini melukiskan jarak antara pusat ke pusat, yaitu jarak
antara sumbu pena engkol dengan sumbu pena torak.
Pada gambar 2 lengan engkol dianggap telah bergerak dari posisi TMA ( Titik Mati Atas )
sebesar sudut (0), dan akibatnya, torak bergerak ke bawah sejauh (x) dari posisi paling atas.
Sekarang adalah perlu untuk mencari hubungan antara sudut (0) dan panjang langkah (X),
sehingga kita dapat melakukan perhitungan posisi,percepatan,dan kecepatan daripada
torak,yang sesuai dengan posisi engkol yang telah ditentukan di dalam permisalan di atas.
Dengan memperhatikan gambar 2 dapatlah diturunkan
x1 + x2 + X = nL + L/2
Sehingga
x = nL + L/2 - x1 - x2 ......................................................................................................... 5
5

Dalam hal ini :


x1
Cos θ = , sehingga x1 = L cos θ
L/2 2
Dan

x2
Cos ø = , sehingga x1 = nL cos ø
nL

Dengan jalan mensubstitusikan harga-harga x1 dan x2 di atas ke dalam rumus 5, maka akan
didapat ;
X= nL + L/2 - L cos ө - nL cos Ø
2
= L - L cos θ + nL - nL cos ø
2 2
Maka:

X = L ( 1 - cos θ ) + nL ( 1 - cos ø ) .................................................... 6


2
Kemudian dari rumus geometry telah kita ketahui bahwa
Sin2 Ø + cos2 Ø = 1
Cos2 Ø= 1 - sin2 Ø

Cos Ø= 1  sin 2 ø ..................................................................................... 7a

Dari gambar 2, didapat bahwa


Sin Ø = e , sehingga e = nL sin Ø
nL

juga bahwa: sin ө = e , sehingga e = L sin ө


L/2 2
Dengan demikian di dapat ;
nL sin Ø = L sin ө
2
Sin Ø = L sin ө
2nL
Atau
sin Ø = sin  ............................................................................................ 7b
2n
Seandainya kita substitusikan pada rumus 7a maka di dapat :
Cos Ø = 1  sin 
2n
 
2
6

Cos Ø = 1   sin 2  ...............................................................................


2
7c
 4n 
Harga cos Ø di atas kita masukan ke dalam rumus 6, maka didapat :
 
X = L (1 – cos ө) + nL 1  1  sin 2  ....................................................
2
8
2  4n 
Persamaan ini memungkinkan untuk menentukan bagian langkah yang telah ditempuh
ketika engkol berada dalam suatu posisi.
Misalkan perbandingan n pada panjang batang pemutar dengan panjang langkah adalah 2,
dan untuk panjang langkah adalah 1. Maka,setalah engkol berputar ¼ putaran,yaitu ketika
sudut ө = 90, bagian langkah yang telah ditempuh akan menjadi :

 
X = L (1 – cos ө) + nL 1  1  sin 2 
2

2  4n 
 sin 2 90  
X = 1 (1 – cos 90  ) + 2.1 1  1  
2  4.2 2 
Maka harga X = 0,564.
Jadi kita bisa melihat bahwa ketika engkol berputar seperempat putaran, maka lebih dari
setengah langkah telah dijalani. Karena itu torak bergerak lebih cepat, selama setengah
bagian pertama dari pada jalan langkah turunnya, jika dibandingkan dengan setengah bahagia
terakhir.
Dengan cara yang sama, kita dapat memperhatikan bawa torak bergerak lebih lambat selama
setengah bahagian pertama langkah sebaliknya, dibandingkan dengan setengah langkah
bahagia terakhir.

2.2.3 Kecepatan Torak

Bilamana persamaan 8 kita differensialkan, dengan penurunan rumus untuk kecepatan


torak sesaat, maka akan berhadapan dengan sesuatu kesulitan.
Dalam Kenyataannya, ruas sebelah kanan dari persamaan tersebut dapat didifferensialkan,
yakni, dengan jalan menambahkan suku:
sin 4 
64n 4
(P.M Heldt, High Speed Conbustion Engines, The Gasoline Motor,oxford & TBH Publising
Co, New Delhi, halaman 27).

Kepada rumus tersebut di dalam suku tanda akar :

1  sin 2  
2

4n
Sekaligus cara ini secara matematis adalah salah, tetapi penyimpangannnya tidak begitu
berarti, sehingga hal tersebut dapat dibuat persamaan sebagai persamaan kwadrat sempurna,
dan dengan menghilangkan tanda akar akan menjadi :
7

1  sin 2  sin 4  1  sin 2  


2 4 2

4n 64n 8n

Oleh karena persamaan di bawah tanda akar adalah identik dengan ;


( a - b )2 = a2 - 2ab + b2 , dimana harga a = 1 dan b = sin 2 
8n 2
Dengan mensubstitusikan hasil ini ke dalam persamaan 8, maka akan diperoleh :

 
X = L ( 1 - cos Ө) + nL 1  1  sin 2 
2

2   8n 

Atau

X = L ( 1 - cos Ө) + nL  sin 2  .................................................................. 9


2

2  8n 
Dengan mendefferensialkan, maka akan didapat kecepatan sesaat berdasarkan persamaan 1,
maka dengan demikian
 
d  L 1  cos   nL  sin 2 
2

v =  2  8n 

 
dt
d L  L cos   L sin 2 
=
2 2 8n
dt

= - L (- sin Ө) d + ( L .2.sin Ө.cos Ө) d


2 dt 8n dt
L
= sin Ө d + L sin Ө cos Ө d
2 dt 4n dt

Tetapi karena telah dianggap sebelumnya bahwa kecepatan sudut engkol adalah konstan,
yakni d = konstan =  dimana Ө dalam satuan derajat, maka kita rubah dalam satuan
dt t
radial, untuk itu Ө = 2лN, dan karena N biasanya dirumuskan dalam satuan putaran per
menit, maka waktu t adalah 60 detik. Untuk itu dapat kita tetapkan :
d = 2N (rad/det)
dt 60
dimana N adalah banyaknya putaran engkol tiap-tiap menit. Dengan mensubstitusikan harga
ini dapat :
V= LN (sin  + 1 sin  cos  ) ............................................................. 10
60 2n
8

V diukur dalam satuan (m/det), dari persamaan ini percepatan torak yang sesuai dengan suatu
posisi engkol bisa dengan mudah didapatkan.
Bilamana engkol berada dalam titik mati atas, yaitu ketika sudut Ө = 00 dan berada
dalam posisi titik mati bawah, yaitu ketiaka sudut Ө = 1800 maka sin Ө = 0. dengan
demikian maka kecepatan (V) dari pada torak adalah 0.
Dengan mulai dari posisi TMA, kecepatan torak bertambah sampai mencapai maksimum,
yakni sedikit sebelum engkol mencapai satu perempat putaran. Dengan demikian kecepatan
torak adalah maksimum , seandainya tg Ө = 2n, yakni ketika lengan engkol dan batang
pemutar berada pada sudut tegak satu sama lain, yakni ketika membentuk sudut 900 posisi itu
diperlihatkan pada gambar 3.

Gambar 2.3
posisi lengan engkol, batang pemutar, pada kecepatan torak maksimum

Dalam gambar 4 terlihat variasi kecepatan torak dalam suatu langkah torak yang
diperlihatkan secara grafis untuk suatu motor dengan langkah 4 inch (10,16 cm) dan panjang
batang pemutar 8 inch (20,32 cm ), dalam perputaran 3,750 rpm.

2.2.4 Percepatan Torak

Untuk memperoleh suatu rumus percepatan torak, maka kita differensialkan persamaan
10. tetapi sebelum hal itu dilakukan kita dapat menyederhanakan persamaan tersebut dengan
jalan memasukan harga sin 2 ekuivalen terhadap rumus sin Ө cos Ө ini akan memberikan
2
kita rumus sebagai berikut :
v = LN (sin  1 sin  cos  )
60 2n
= LN (sin  + 1 sin 2 )
60 2n 2
= LN (sin  + sin 2 )……………………………………… 11
60 4n
9

dv  60

d LN sin   LN  sin 2
60 4n

atau a=
dt dt
= LN cos  d   2  LN cos 2  d
60 dt 60.4n dt

60

= LN cos   cos 2 d
2n dt

Tetapi kita sudah mengetahui bahwa d  2N   N dan dengan memasukan harga ini,
dt 60 30

  30
maka didapat rumus :
a = LN cos   cos 2 N
60 2n
2

1800
2
 2n

=  LN cos   cos 2 …………………………………………. 12
Percepatan tersebut mencapai harga maksimum ketika Ө = 0o , sehingga cos Ө dan cos
2 Ө keduanya maka mencapai harga maksimum sebesar 1. posisi seperti itu merupakan posisi
torak di titik mati atas.
Dari saat seperti ini, percepatan jadi berkurang dan menjadi 0 ketika kecepatan torak
mencapai harga maksimum. Tentu saja pada waktu kecepatan berkurang untuk bisa berhenti,
dan bertambah untuk terus berputar, akan didapat saat yang tidak terdapat suatu percepatan.
Dimana telah kita dapatkan sebelumnya bahwa :
F = Wa
9,8

Kita dapat menurunkan rumus gaya percepatan pada bagian translasi daripada torak, yaitu,

 
dengan persamaan 12 kepada persamaan umum diatas, maka didapat seperti berikut :
a = 2LN cos   cos 2
1800 2n
maka
Fa = w 2LN2 (cos   1 cos 2)
9,8 1800 2n
Persamaan di atas bisa kita sederhanakan menjadi :
Fa = WLN 2 (cos   1 cos 2) .............................................................. 13
1787 2n
Dimana :
Fa = gaya percepatan bagian translasi torak, kg.
W = berat bagian yang bolak balik, kg.
L = panjang langkah, cm.
N = jumlah putaran, rpm
n =perbandingan antara panjang batang pemutar dan panjang langkah.

2.2.5 Berat Bagian Bolak – Balik

Gaya inersia bekerja melawan gaya eksplosi, meliputi beban W yang bolak balik, berat
torak dan cincin, pena torak, dan kira-kira satu per tiga bagian batang pemutar, ketika
10

eksplosi itu terjadi. Dengan demikian, gaya inersia ini dapat mengurangi kejutan yang di
terima oleh batang pemutar dan engkol. Seandai nya motor harus di oprasi kan pada
kecepatan yang tinggi, maka bagian - bagian motor diatas harus di buat seringan mungkin.
Adalah tepat untuk merumuskan bagian bolak – balik, dalam pengertian luas kepala
torak, karna gaya percepatan bekerja bertentangan dengan gaya gas yang berekspansi selama
bagian pertama langkah tenaga dan bertambah selama bagian terahir seperti doperoleh dari
diagram indakor diagram gambar 5, dan satuan nya dalam kg / cm2.
Tetapi sementara itu kita dapat merumuskan bagian bolak – balik dalam pengertian luas
kepala torak. Akan tetapi kita jangan melupakan kenyataan bahwa berat ini berubah – ubah
selama pergeseran kedudukan torak, sehingga berat bolak balik setiap luas kepala torak akan
lebih besar untuk silinder yang besar jika di bandingkan dengan silinder yang berdiameter
kecil.
Jika memperhatikan berat batang pemutar yang harus dianggap bolak – balik, maka
ternyata bahwa bagian atas atau pena torak seluruh nya merupakan berat bolak – balik
sedangkan bagian bawah seluruh nya merupakan berat yang berputar, tetapi seandaynya
batang tersebut berpenampang seluruhnya rata, maka adalah rasionil untuk memperhitungkan
setengah berat nya merupakan bagian yang bolak – balik serta setengah lainnya merupakan
berat bagian yang berputar .
Oleh karena diameter pena engkol yang relatip lebih besar jika dibandingkan dengan
pena torak, dan pada kenyataan nya batang itu di buat tirus kea rah atas, dengan demikian
dalah logis untuk memperhitungkan bahwa sepertiga dari berat batang pemutar merupakan
berat bagian bolak balik. Didalam motor-motor berkecepatan tinggi, berat bagian bolak balik
dalam setiap luas kepala torak akan berubah sesuai dengan diameternya :

TABEL 1. HUBUNGAN DIAMETER TORAK DAN BERAT TORAK


Diameter torak 16.13 19.35 22.58 25.80 24.03 32.25
(cm)
Berat torak A1 0.0114 0.0135 0.0150 0.0170 0.0185 0.0199
(kg/cm2)
Berat torak Bt 0.0163 0.0198 0.0142 0.0241 0.0263 0.0291
(kg/cm2)
11

2.3 Ruang Bakar Mesin Diesel

2.3.1 Ruang Bakar Injeksi Tidak Langsung

2.3.1.1 Ruang Bakar Prechamber

Pada ruang bakar motor diesel injeksi tidak langsung untuk kendaraan penumpang,
bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar pendahuluan (prechamber) yang telah
dipanaskan
dan disinilah awal pembakaran terjadi untuk mencapai formasi campuran yang baik dengan
mereduksi pengapian susulan untuk proses pembakaran utama (gambar bawah).

Gambar 2.4

Gambar 2.4
Bahan bakar diinjeksikan oleh injektor jenis throttling pintle nozzle /satu lubang dengan
tekanan rendah relatif (di bawah 300 bar). Permukaan ruang prechamber didesain secara
khusus agar penyemprotan bahan bakar berada sedemikian rupa di tengahnya serta
membentur dan bercampur dengan udara secara terus menerus.
Pembakaran dimulai dan merambat campuran bahan bakar udara serta dibakar secara
parsial melaui lubang-lubang di bawah ruang bakar prechamber ke ruang bakar utama di atas
silinder, campuran dipanaskan terus selama proses pembakaran terjadi.
Di sini pencampuran terus terjadi dengan udara dalam ruang bakar utama dan pembakaran
dilanjutkan sampai sempurna.
Perlambatan proses pembakaran dan pengontrolan pelepasan energi pada segala tingkat
tekanan dalam ruang bakar utama, menghasilkan suara lebih rendah dan beban yang lebih
ringan dalam silinder motor.
Versi jenis ruang bakar prechamber yang telah dioptimalkan menghasilkan kadar racun
rata-rata 40 % lebih rendah pada gas buang. Bentuk ruang bakar prechamber yang telah
12

dimodifikasi secara khusus akan dapat meningkatkan pusaran gerakan udara dari silinder ke
ruang prechamber.
Bahan bakar diinjeksikan pada sudut 5 derajat dari garis tengah ruang bakar ini, busi pijar
diletakkan di bawah aliran udara untuk melindunginya dari proses pembakaran. Pengontrolan
pemanasan ruang bakar melalui busi pijar sampai 1 menit setelah start (tergantung dari
temperatur air pendingin mesin) dimaksudkan memperbaiki gas buang dan mengurangi suara
dalam periode pemanasan.

2.3.1.2 Ruang Bakar Kamar Pusar

Gambar 2.5

Pada awal proses pembakaran, campuran bahan bakar udara dibuat dalam ruang bakar
utama melalui area batang/leher dan dicampur dengan udara pembakaran residual.
Dibandingkan dengan proses ruang bakar pre chamber, kerugian-kerugian aliran antara ruang
bakar utama dan ruang bakar tambahan lebih rendah untuk ruang bakar kamar pusar, karena
aliran penampang-silang (cross-section) lebih besar, hal ini menjadikan kerja putaran/beban
lebih rendah, konsumsi bahan bakar dan effeisiensi lebih baik.
Hal yang penting adalah bahwa formasi campuran ditempatkan secara sesempurna mungkin
dalam ruang bakar kamar pusar
Desain ruang bakar kamar pusar, pengaturan dan pembentukan semprotan nozel dan juga
kontak busi pijar (glow plug) yang tepat akan menjadikan formasi campuran yang bagus pada
segala kecepatan dan segala kondisi beban.
Hal lain yang diperlukan adalah pemanasan yang cepat ruang kamar pusar setelah start
dingin, hal ini akan mengurangi keterlambatan pengapian dan menghindari produksi
hidrokarbon yang tak terbakar (asap biru) dalam gas buang selama proses pemanasan.

2.3.2 Injeksi Langsung (Direct-Injection)

Mesin diesel injeksi langsung yang digunakan terutama pada kendaraan komersial, tidak
mengalami perubahan yang berarti dari segi ukurannya sampai sekarang, formasi campuran
dalam ruang bakar tambahan tidak diperlukan.
13

Gambar 2.6

Bahan bakar diinjeksikan secara langsung ke dalam ruang bakar di atas silinder (gambar
samping). Proses-proses sampai saat ini seperti (atomisasi bahan bakar, pemanasan,
pengabutan, dan pencampuran dengan udara) harus terjadi diruang bakar dalam rangkaian
yang sangat cepat.
Seperti pada proses yang terjadi pada ruang bakar kamar pusar, pusaran udara
dibangkitkan selama langkah isap dan kompresi, pusaran disebabkan oleh bentuk khusus
pintu masuk (intake port) dalam kepala silinder, rancangan bagian atas piston diintegrasikan
dengan ruang bakar menghasilkan pusaran udara pada akhir langkah kompresi, atau pada
awal injeksi.
Berbagai bentuk ruang bakar dicobakan untuk pengembangan mesin diesel, jenis recess
piston silindris digunakan sangat banyak sekarang ini, karena kompromis antara nilai
ekonomis pembuatannya dan kontrol udara yang layak.
Untuk memperbaiki turbulensi udara, bahan bakar harus juga didistribusikan secara
seragam untuk memastikan pencampuran yang tepat, kejelekan mesin ruang bakar
prechamber dengan single-jet throttling pintle nozzle), maka nozle dengan banyak lubang
digunakan pada sistem injeksi langsung, posisi penyemprotannya harus dioptimalkan sesuai
dengan desain ruang bakar.

2.3.2.1 Injeksi Langsung (Sistem M)

Sistem injeksi ini dipakai pada mesin diesel komersial dan mesin diesel stationer, panas
piston-recess wall digunakan untuk penguapan bahan bakar dan campuran bahan bakar-
udara disesuaikan dengan kebutuhan pembakaran (gambar halaman sebelah), meggunakan
injektor/nozel lubang tunggal dengan tekanan injeksi relatif rendah. Bila perpindahan udara
14

dalam ruang bakar diatur secara tepat, campuran bahan bakar udara lebih homogen juga
durasi pembakaran yang lebih lama, maka tekanan pembakaran akan lebih rendah, dengan
demikian getarannya berkurang, akan tetapi pemakaian bahan bakar sedikit lebih boros
dibandingkan dengan udara yang diperlukan.

Gambar 2.7

2.3.3 Perbandingan Proses Pembakaran


Kerugian mesin ruang bakar pre chamber adalah suara yang lebih keras selama mesin
belum panas, terutama dalam pase setelah start kondisi dingin, bila formasi campuran tidak
cukup menyebabkan menghilangnya panas ke dinding-dinding ruang bakar, akibatnya proses
pembakaran terlambat/waktu penyalaan relatif lebih panjang dan menimbulkan suara
knocking.
Selama periode pemanasan, mesin dengan kamar pusar juga menimbulkan suara yang
lebih keras terutama pada beban dan putaran rendah. Ruang bakar prechamber
menguntungkan bila suhu ruang bakar cukup dan waktu penyalaan lebih lambat. Keuntungan
utama sistem injeksi langsung adalah mereduksi/mengurangi dalam konsumsi bahan bakar
sampai 20% dibandingkan dengan mesin dengan prechamber, sedangkan kelemahan sistem
injeksi langsung adalah suara pembakaran yang lebih keras terutama pada waktu akselerasi
dan kecepatan maksimumnya yang terbatas, sistem injeksi langsung selalu memerlukan
tekanan injeksi lebih tinggi dan demikian juga sistem injeksi bahan bakarnya lebih kompleks.
Keuntungan sistem injeksi langsung yang sangat menonjol adalah konsumsi bahan bakar
lebih irit dan lebih ekonomis secara operasional.
Namun pengembangan secara intensif selalu dilakukan termasuk pengembangan sistem aliran
bahan bakarnya, sehingga dewasa ini sistem injeksi langsung telah digunakan juga pada
kendaraan penumpang.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Jadi proses pembakaran bahan bakar di dalam selinder motor akan terjadi pada saat yang
di tentukan , tergantung kepada siklus motor itu sendiri. Gas pembakaran yang berekspansi
akan mendesak torak yang bekerja translasi di dalam selinder motor. Gerak translasi torak
dirubah menjadi gerak rotasi pada poros engkol, dengan perantaran batang pemutar. Batang
pemutar dihubungngkan secara engsel, baik kepada torak maupun pada poros engkol. Sisi
sebelah atas batang torak bergerak secara translasi harmonis bersama-sama dengan torak,
sedangkan sisi sebelah bawahnya membuat gerakan rotasi bersama pena engkol.

15

Anda mungkin juga menyukai