TEKNOLOGI PENGEMASAN
ACARA III
LAJU TRANSMISI UAP AIR DAN PERMEABILITAS KEMASAN
TERHADAP UAP AIR
Rombongan 2
Kelompok 4
Penanggung jawab :
Dina Kusuma Wardani (A1M014017)
Afan Bachtiar (A1M014019)
A. Latar Belakang
Permeabilitas uap air merupakan suatu ukuran kerentanan suatu bahan saat
terjadinya proses penetrasi air. Permeabilitas uap air dari suatu film kemasan
didefinisikan sebagai laju kecepatan atau transmisi uap air melalui suatu unit
luasan bahan yang permukaannya rata dengan ketebalan tertentu, sebagai akibat
dari suatu perbedaan unit tekanan uap antara dua permukaan pada kondisi suhu
dan kelembaban tertentu. Sedangkan permeabilitas film kemasan terhadap gas-
gas, penting diketahui terutama gas oksigen karena berhubungan dengan sifat
bahan dikemas yang masih melakukan respirasi.
Permeabilitas terhadap gas dan uap air (gas or water vapor permeability/
WVP) yang banyak digunakan dalam teknologi pengemasan didefinisikan sebagai
gram air per hari per 100 inc 2 permukaan kemasan, untuk ketebalan dan
temperatur tertentu, dan kelembaban relatif di satu sisi 0% dan pada sisi lainnya
95%. Metode yang umum digunakan untuk mengukur permeabilitas uap ialah
dengan metode gravimetri. Dalam metode ini digunakan suatu desikan yang bias
menyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air tetap rendah disimpan
dialam suatu mangkuk alumunium yang kemudian ditutup dengan film plastik
yang akan diukur permeabilitasnya.
B. Tujuan
Plastik merupakan salah satu jenis bahan kemas yang sering digunakan
selain bahan kemas lain seperti: kaleng, gelas, kertas, dan styrofoam. Plastik,
bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain
untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis
kertas. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-
satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Polimer ini dapat masuk dalam
tubuh manusia karena bersifat tidak larut, sehingga bila terjadi akumulasi dalam
tubuh akan menyebabkan kanker. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat
bahaya yang berbeda tergantung dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan
yang dibungkus (asam, berlemak), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan.
Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan dalam plastik ini maka semakin
cepat terjadinya perpindahannya (Mareta dkk., 2011).
Silika gel merupakan salah satu bahan kimia berbentuk padatan yang
banyak dimanfaatkan sebagai adsorben. Hal ini disebabkan oleh mudahnya
produksi dan juga beberapa kelebihan yang lain, yaitu: sangat inert, hidrofilik,
mempunyai kestabilan termal dan mekanik yang tinggi serta relatif tidak
mengembang dalam pelarut organik jika dibandingkan dengan padatan resin
polimer organik. Prinsip dari silika gel adalah menyerap uap air biasanya dalam
proses ditambahkan senyawa kobalt sebagai indikator untuk mengetahui kapasitas
uap air yang terserap (Sulastri dan Kristianingrum, 2010).
Garam jenuh memiliki keuntungan dalam mempertahankan suatu
kelembaban yang konstan selama jumlah garam yang ada masih diatas tingkat
kejenuhannya. Namun demikian, kemurnian garam, luas permukaan cairan, dan
volume larutan garam jenuh juga penting sekali jika pengukuran yang tepat
dikehendaki. Garam dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroba pembusuk dan patogen. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai aktivitas
air (aw) (Wulandari dkk., 2013).
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara
molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Bahan
kemasan Polyethylene telah merevolusi industri makanan. Bahan-bahan ini
berkisar dari High Density Polyethylene (HDPE) dibentuk untuk produk kemasan
susu, film untuk kemasan kering untuk PE berbasis produk makanan dan daging
dan sayuran beku atau didinginkan. Kemasan PE dapat meningkatkan umur
simpan makanan, mengurangi pembusukan dan meningkatkan ketersediaan
produk makanan yang berbeda kepada masyarakat umum (Krohn, 2013).
Besarnya laju transmisi uap air atau dikenal dengan istilah Water Vapor
Transmission Rate (WVTR). WVTR menyatakan besarnya laju transmisi uap
pada kondisi seimbang (steady). Satuan WVTR adalah gram per hari per m2
luasan Faktor utama yang mempengaruhi WVTR adalah ketebalan film. Jika
ketebalan film OPP pada desain produk yang sama dua kali lebih tebal daripada
yang lain, maka nilai WVTR akan menjadi setengahnya. (Rizvi, 1992 dalam
Lastriyanto, 2007).
Alat dan bahan dipersiapkan untuk praktikum seperti bahan pengemas, NaCl,
akuades, dan silica gel
Setelah ditimbang, cawan petri yang telah berisi silica gel ditutup dengan
pengemas kertas atau pengemas plastik yang telah disiapkan. Selotip digunakan
untuk merekatkan plastik pada cawan petri.
Kondisi RH ± 75% dibuat dengan cara melarutkan 20 gram NaCl dalam 100 ml
akuades.
Cawan petri yang telah diisi silica gel kemudian diletakkan distoples. Sebeelum
ditutup, dituangkan larutan NaCl ke dalam stoples tanpa mengenai cawan petri,
kemudian ditutup.
Setelah hasil persamaan regresi linier diketahui, maka slope dapat digunakan untuk
menghitung laju transmisi uap air dan permeabilitas kemasan terhadap uap air.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan
2. Hasil
a. Luas permukaan
L=π r 2
2
¿ 3,14 x ( 5 )
¿ 78,5 cm 2
2
¿ 0,00785 m
b. Water Vapour Transmission Rate (WVTR)
gr
Slope kenaikanberat cawan( )
WVTR = jam
2
Luas permukaan film(m )
0 , 024
1) PP (0,03) mm =
0 ,00785
= 3,057 gr/jam/ m2
0 , 011
2) PE (0,01) mm =
0 ,00785
= 1,401 gr/jam/ m2
0 ,017
3) PE (0,03) mm =
0 ,00785
= 2,165 gr/jam/ m 2
0 ,067
4) LDPE (0,01) mm =
0 ,00785
= 8, 535 gr/jam/ m2
0 ,032
5) HDPE (0,08) mm =
0 ,00785
= 4,076 gr/jam/ m 2
0 ,038
6) PVC (0,03) mm =
0 ,00785
= 4,841 gr/jam/ m 2
0 ,007
7) Allumunium Foil (0,02) mm =
0 ,00785
= 0,892 gr/jam/ m 2
0 , 111
8) Duplex (0,5) mm =
0 ,00785
= 14,140 gr/jam/ m 2
0 ,151
9) Glasin (0,01) mm =
0 ,00785
= 19,326 gr/jam/ m 2
c. Water Vapour Permeability (WVP)
WVTR x Tebal Film
WVP =
P(R1−R 2)
−5
3,057 x 3 x 10
1) PP (0,03) mm =
3,17( 0,75−0)
= 3,85 x 10
−5
−5
1,401 x 1 x 10
2) PE (0,01) mm =
3,17(0,75−0)
−6
= 5,89 x 10
2,165 x 3 x 10−5
3) PE (0,03) mm =
3,17( 0,75−0)
= 2,73 x 10
−5
−5
8,535 x 1 x 10
4) LDPE (0,01) mm =
3,17( 0,75−0)
−5
= 3,59 x 10
4,076 x 8 x 10−5
5) HDPE (0,08) mm =
3,17 (0,75−0)
= 1,37 x 10
−4
−5
4,841 x 3 x 10
6) PVC (0,03) mm =
3,17( 0,75−0)
= 6,11 x 10−5
0,892 x 2 x 10−5
7) Allumunium Foil (0,02) mm =
3,17( 0,75−0)
= 7,5 x 10
−6
−4
14,140 x 5 x 10
8) Duplex (0,5) mm =
3,17 (0,75−0)
= 2,97 x 10−3
19,326 x 1 x 10−5
9) Glasin (0,01) mm =
3,17( 0,75−0)
= 8,09 x 10
−5
4. Grafik
PP (0,03 mm)
55
f(x) = 0.02x + 54.85
54.95
berat cawan (gram)
R² = 0.69
54.9 susut bobot
54.85 Linear (susut
bobot)
54.8
54.75
0 1 2 3 4 5 6 7
saat pengamatan (jam)
PP (0,01 mm)
berat cawan (gram) 54.65
54.6
f(x) = 0.01x + 54.53 susut bobot
54.55 R² = 0.54 Linear (susut
bobot)
54.5
54.45
0 1 2 3 4 5 6 7
saat pengamatan (jam)
PE (0,03 mm)
54.7
54.65
berat cawan (gram)
HDPE
65
berat cawan (gram)
60
susut bobot
55 Linear (susut
f(x) = 0.03x + 54.56 bobot)
50 R² = 0
45
0 1 2 3 4 5 6 7
saat pengamatan (jam)
LDPE
54
53.8
berat cawan (gram)
PVC
5
.2
55 f(x) = 0.04x + 54.98
berat cawan (gram)
15 R² = 0.92
5 5. susut bobot
5 Linear (susut
.0
55 bobot)
5
.9
54
5
4 .8 0 1 2 3 4 5 6 7
5
saat pengamatan (jam)
alumunium foil
48.18
48.16 f(x) = 0.01x + 48.13
berat cawan (gram)
R² = 0.48
48.14
susut bobot
48.12 Linear (susut
48.1 bobot)
48.08
48.06
0 1 2 3 4 5 6 7
saat pengamatan (jam)
kertas duplex
58
57.8 f(x) = 0.11x + 57.23
berat cawan (gram)
57.6 R² = 0.98
susut bobot
57.4 Linear (susut
57.2 bobot)
57
56.8
0 1 2 3 4 5 6 7
saat pengamatan (jam)
kertas glasin
45
berat cawan (gram)
43
0 1 2 3 4 5 6 7
saat pengamatan (jam)
B. Pembahasan
Prosedur kerja dari praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan bahan yang
telah disediakan. Setip kelompok mendapat masing – masing satu jenis kemasan
yang berbeda. Setelah itu kemasan diukur dan digunting dengan diameter sebesar
cawan petri (agak sedikit berlebih). Kemudian setelah diukur dan digunting, silika
gel ditimbang sebsar 3 gr lalu dimasukan ke dalam cawan petri. Lalu cawan petri
ditutup dengan kemasan secara rapat sehingga memungkinkan di dalam cawan
petri kedap udara. Perlu adanya perlakuan dengan membentuk lingkungan yang
memiliki kelembaban 75% atau RH kurang lebih 75% denagan cara membuat
larutan NaCl 20%. NaCl 20% dibuat dengan cara melarutkan 20 gram garam di
dalam 100 ml aquades. Setelah larutan NaCl dibuat, kemudian silica gel yang ada
di dalam cawan petri di masukan ke dalam stoples. Lalu larutan NaCl 20%
dimasukan pula ke dalam stoples. Agar cawan petri tidak basah terkena larutan
NaCl 201%, maka cawan petri disangga dengan penutup cawan petri yang tidak
terpakai. Kemudian diamatai perubahan yang terjadi pada berat silika gel dengan
melihat kenaikan berat silikia gel yang diamati setiap satu jam sekali dlam 6 kali
pengamatan. Setelah diamati kemudian hasilnya dibuat slope yang akan
digunakan untuk menghitung laju transmisi uap air dan permeabilitas uap air pada
kemasan.
Pada pengemas PE (0,03 mm) memiliki laju transmisi uap air sebesar
1,401 g/ jam m2 dan permeabilitas uap air sebesar 5,89 x 10 -6 g/jam.m2.Pa
sedangkan pada PE (0,01 cm) memiliki laju transmisi uap air sebesar 2,165
g/jam.m2 dan permeabilitas uap air sebesar 2,73 x 10-5 g/jam.m2.Pa.
Lalu pada pengemas LDPE memiliki laju transimisi uap air sebesar 8,535
g/jam.m2 dan permeabilitas uap air sebesar 3,59 x 10-5 g/jam.m2.Pa. Sedangakan
untuk HDPE memiliki laju transimisi uap air sebesar 4,076 g/jam.m2 dan
permeabilitas uap air sebesar 1,37 x 10-4 g/jam.m2.Pa. Pengemas plastik yang
terakhir yaitu PVC memiliki laju transimisi uap air sebesar 4,841 g/jam.m 2 dan
permeabilitas uap air sebesar 6,11 x 10-5 g/jam.m2.Pa.
Pada pengemas kertas, memiliki laju transmisi uap air dan permeabilitas
pengemas alumunium foil memiliki laju transimisi uap air sebesar 0,892 g/jam.m2
dan permeabilitas uap air sebesar 7,5 x 10 -6 g/jam.m2.Pa. Sedangkan untuk kertas
duplex memiliki laju transimisi uap air sebesar 14,14 g/jam.m2 dan permeabilitas
uap air sebesar 2,97 x 10-3 g/jam.m2.Pa. Pengemas kertas yang terakhir yaitu
kertas glasin yang memiliki laju transimisi uap air sebesar 19,236 g/jam.m2 dan
permeabilitas uap air sebesar 8,09 x 10-5 g/jam.m2.Pa. Ketika permeabilitas uap
airnya diurutkan dari yang paling tinggi hingga rendah hasilnya yaitu kertas
duplex > glasin > alumunium foil.
Berdasarkan teori Wulandari (2013) plastik kemasan yang tipis memiliki
permeabilitas uap air yang lebih besar, sehingga laju transmisi uap air yang masuk
ke dalam kemasan semakin besar. Hasil permeabilitas pada praktikum tidak
sesuai, dengan ketebalan plastik tidak menunjukan pengaruh yang signifikan
terhadap nilai permeabilitas, hal mungkin ini terjadi karena adanya human error
yang terjadi seperti saat meletakan silika gel dengan wadah yang terbuka ataupun
saat pengamatan, wadah stoples tidak ditutup dengan baik sehingga terjadi
kesalahan. Kesalahan dapat terlihat saat data telah didapatkan, beberapa jenis
kemasan memiliki data yang fluktuiatif sehingga menyebabkan hasil yang kurang
tepat. Menurut Mareta (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas
uap air bahan kemasan antara lain: ketebalan, luas area permukaan dan jenis
bahan kemasan, khususnya dalam hal densitas.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Slope digunakan untuk menghitung laju transmisi uap air bergantung pada
kenaikan berat silika gel
B. Saran
Pengondisian para praktikan harus lebih baik lagi agar prkatikum dapat
berjalan lebih cepat dan lebih baik. Selain itu perlu dipastikan lagi bahwa tempat
untuk menyimpan sampel yang sedang dipraktikumkan aman karena ada
praktikan yang kehilangan sampel yang diprkatikuman. Kemudian pemberian
instruksi lebih jelas lagi. Secara keseluruhan praktikum teknologi pengemasan
sudah baik dan mohon dpertahanakan.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar Keterangan