Anda di halaman 1dari 4

SQUATER AREA ( PEMUKIMAN LIAR )

Suatu Pemukiman liar dapat digambarkan sebagai suatu wilayah hunian yang telah
berkembang tanpa meminta ijin kepada otoritas yang terkait untuk membangun;
merupakam pemukiman yang tidak sah atau semi-legal status, infrastruktur dan jasa pada
umumnya tidak cukup.
Ada tiga karakteristik yang bisa membantu kita memahami penyelesaian pemukiman liar :

1. Physical ( Phisik )
Pemaksimaksimalan fasilitas dan infrasteruktur tanpa mengurangi keselamatan, Jaringan
informal untuk persediaan air bersih. Pengaturan serupa mungkin dibuat untuk listrik,
pengeringan, fasilitas kamar kecil dan lain - lain dengan otoritas publik atau saluran formal.

2. Social ( Sosial )
Kebanyakan penghuni liar mempunyai pendapatan tergolong lebih rendah, diantaranya
bekerja sebagai tenaga kerja upah atau dalam perusahaan sektor informal.
kebanyakan mendapat gaji atau upah minimum atau dapat juga pendapatan tinggi karena
bekerja sambilan. Penghuni liar sebagian besar orang pindah, Tetapi banyak juga penghuni
liar dari generasi ke generasi secara turun - temurun.

3. Legal ( undang – undang)


Penyelesaian penghuni liar adalah ketiadaan kepemilikan lahan padahal di atasnya mereka
sudah membangun rumah. Ini bisa jadi merupakan tanah pemerintah lowong / daratan
publik, parcels tanah pinggiran seperti pinggiran rel kereta api atau tanah kesultanan (sultan
ground). penghuni liar untuk membangun suatu rumah harus dicatat suatu pemilik tanah "
sewa" untuk melakukan pembayaran yang nominal bagi mereka. Dan uang yang mereka
bayar bisa untuk membuatkan rumah / hunian bagi mereka yang lebih layak dan sah
kepemilikannya.

Contoh kasus :
Permukiman di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) merupakan masalah yang tidak bisa
dihindarkan di kota-kota besar di Indonesia. Kota Yogyakarta dialiri tiga sungai yang kiri-
kanannya terdapat hunian yang padat. Selain padat, kuaIitas permukiman juga buruk. Pihak
Pemerintah tidak lagi berusaha untuk menghilangkan permukiman itu karena dianggap tidak
akan memecahkan masalah. Sebaliknya, telah diimplementasikan kebijakan yang tujuannya
untuk memperbaiki kualitas permukiman tersebut, baik dari sisi fisik maupun non fisiko
Tidak kurang dari tujuh program telah dilaksanakan di sepanjang aliran sungai di Yogyakarta.
Sayangnya, sebagian besar program tersebut belum bisa dikatakan sukses. Sifat program
yang sporadis atau tidak berkesinambungan, kurang terlibatnya pemimpin informal
setempat, dan lemahnya upaya menggalang partisipasi masyarakat adalah sebagian
penyebab kurang berhasilnya program-program yang dilaksanakan.
Pengertian Kumuh (Slum) Dan Liar (Squatters)

Slum atau permukiman kumuh merupakan lingkungan perumahan yang dulunya berkondisi
baik namun kemudian menurun dan menjadi daerah berdensitas tinggi.
Permukiman informal atau squatter adalah perumahan dengan kualitas buruk yang
dibangun di lahan ilegal.

Menurut Kumorotomo dkk. bahwa ada perbedaan krusial antara lingkungan kumuh (slums)
dengan lingkungan liar (squatters). Squatters adalah suatu bagian wilayah atau bagian
bangunan yang diganggu/ditempati tanpa ijin dari pemiliknya.
Sedangkan slums adalah suatu lingkungan yang ditempati masyarakat dengan kondisi rumah
rata-rata bobrok (reyot), padat dan cenderung tidak memenuhi unsur kesehatan, rentan
terhadap kebakaran dan rentan terhadap terjadinya tindak kejahatan (Kumorotomo, dkk.,
1995, p.34).

Lana Winayanti menyatakan bahwa squatter sebagai illegal settlements (tempat tinggal
ilegal) atau informal settlements. Sedangkan Slums sebagai komunitas kota yang miskin dan
tidak memiliki akses kepemilikan tanah dan hak atas keamanan tempat tinggal tetap
(Winayanti, 2001, p. 5-1). Sementara Emiel A. Wegelin menyatakan bahwa squatter and
slums area adalah wilayah yang memiliki akses terbatas terhadap persediaan air bersih,
drainase dan pengendalian banjir, sanitasi dan jalan (Wegelin dalam Suselo, et l, 1995, p.
236). Sedangkan Pius S Prasetyo hanya menyatakan bahwa Slums and squatter sebagai
pemukiman-pemukiman spontan (spontaneous settlement) sebagai dampak perkembangan
kota dan tergesernya petani-petani tradisional (Prasetyo dalam Potensia, 1995, p. 44-46).

Squatter ?

Squatter jika diartikan menurut kamus dari oxford adalah seseorang yang menempati lahan
publik tanpa ada legalitas secara hukum. BIsa dikatakan squatter adalah penghuni liar.

Squatter area

Oleh karena itu squatter area adalah sebuah area yang didiami oleh para penghuni liar.
Mereka biasanya membangun tempat tinggal yang tidak permanen.

Banyak hal orang-orang menempati daerah yang tidak jelas status hukumnya, misalnya
adalah faktor ekonomi. Dimulai dari tidak ratanya perekonomian antara desa dan kota.
Kebanyakan para pendatang tidak punya modal yang cukup sehingga mereka rela melakukan
apa saja agar bisa mencari nafkah di kota. Mereka membangun tempat tinggal ditempat-
tempat yang tidak ada boleh ada bangunan seperti dibawah jembatan, dipinggir rel kereta
api, dll. Keberanian mereka membangun rumah-rumah disebabkan oleh faktor-faktor seperti
adanya jaminan dari orang-orang pemerintah sendiri maupun dari preman-preman
setempat. Mereka ditarik biaya oeh para ” petugas” tersebut tetapi jika ada penggusuran
mereka lepas tanggung jawab atas kemanan para penghuni liar tersebut.

Para penghuni liar biasa tinggal tanpa ada status hukum yang jelas.

Slum ????

Slum dalam artian singkat adalah daerah kumuh

Daerah slum/slums adalah daerah yang sifatnya kumuh tidak beraturan yang terdapat dikota
atau perkotaan. Daerah slum umumnya dihuni oleh orang-orang yang memiliki penghasilan
sangat rendah, terbelekang, pendidikan rendah, jorok, danlain sebagainya. Dijakarta dan
sekitarnya banyak terdapat daerah slum baik ditengah maupun pinggiran kota. Berikut ini
adalah ciri-ciri daerah slum:

1. Banyak dihuni oleh pengangguran.

2. Tingkat kejahatan/ kriminalitas tinggi.

3. Demoralisasi tinggi.

4. Emosi warga tidak stabil.

5. Miskin dan berpenghasilan rendah.

6. Daya beli rendah.

7. Kotor,jorok, tidak sehat dan tidak beraturan.

8. Warganya sdalah migran urbanisasi yang migrasi dari desa kekota.

9. Fasilitas publik sangat tidak memadai.

10. Warga slum yang bekerja kebanyakan adalah pekerja kasar dan serabutan.

11. Bangunan rumah kebanyakan gubuk dan rumah semi permanen.

Daerah squatter area dan sering juga disebut slum settlement


Ranchos(venezuela), Callampas Camparnentos (chile), Favelas ( Brazil), Baarriadas (Peru),
Villas Misarias(argentina), Colonias Letarias (Mexico), Barong-barong(Philippines),
Kevetits(Burma), Gecekondu(Turkey), Bastee(india).

COncLUsion

Slums”are highly congested urban area marked by deteriorated, unsanitary buildings,


poverty, and social disorganization.

Squatters” settle on land, especially public or unoccupied land, without right or title.
Squatters include those who settles on public land under regulation by the goverment, in
order to get title to it.

Secara sederhana slums lebih mengarah ke aspek lingkungan dimana suatu komunitas tingal.

Sedangkan Squatters lebih mengarah ke legalitas dari tanah yang didiami dan syarat
infrastruktur.

Anda mungkin juga menyukai