Anda di halaman 1dari 3

Si Marmut dan Tiga Kelinci

Alkisah, di sebuah pinggiran hutan terdapat tiga ekor kelinci yang hidup dengan
tenang dan tentram. Mereka bernama Putput, Tamtam, dan Bubu. Mereka selalu
mencari makan dan bermain bersama. Bahkan, mereka tidak pernah berpisah sedetik
pun. Pada suatu siang yang amat terik, mereka mencari makan bersama di pinggir
sungai kecil yang terletak di pinggir hutan. Tempat itu adalah tempat yang tidak biasa
mereka kunjungi dan baru pertama kalinya mereka mencari makan di tempat itu.
Tempat itu sangat sepi dan sunyi, tetapi mereka tetap mencari makan dengan tenang.
Tiba-tiba muncullah seekor marmut kecil berwarna hitam, ia bernama Martin.

“Hai para kelinci, bolehkah aku bergabung untuk mencari makan bersama kalian?”
Tanya Martin kepada ketiga kelinci itu dengan wajah yang amat melas. Ketiga kelinci
itu langsung diam dan saling memandang satu sama lain. “Tolonglah para kelinci, aku
hidup sebatang kara di sini, sudah dua tahun aku hidup sendiri, aku menunggu
seorang teman yang datang untukku, tapi tidak ada satu pun teman yang datang
kepadaku,” ujar marmut itu lagi.

Kemudian si Tamtam berkata. “Lalu ke mana perginya semua temanmu sehingga


kamu hidup sebatangkara?”
“Semua temanku mati tertimbun longsor dua tahun lalu, dan hanya tinggal aku yang
selamat, sekarang hidupku hanya sebatangkara,” jawab Martin. Ketiga kelinci itu
merasa kasihan kepada si Martin, akhirnya mereka menerima si Martin untuk ikut
bergabung bersama mereka. Martin pun tersenyum lega.

Pada suatu pagi yang cerah, mereka mulai mencari makan bersama-sama di pinggir
sungai yang sama dengan hari kemarin. Itulah hari pertama Martin bermain dan
mencari makan bersama ketiga kelinci itu. Terlihat para kelinci itu sangat senang
memiliki teman baru seperti Martin. Matahari mulai naik tepat di atas kepala. Karena
perut mereka sudah kenyang dan berhubung siang itu sangat panas, si Putput dan si
Tamtam bersandar sambil bersiul-siul santai di bawah ranting pohon mangga yang
rimbun, sedangkan si Bubu masih mencari air di tepi sungai. Tidak ada yang melihat
Martin waktu itu.
Kreeek.. tiba-tiba ranting pohon mangga itu patah dan menimpa tubuh Putput dan
Tamtam. Mereka sangat kesakitan dan berteriak minta tolong. Kemudian si Martin
datang bersama puluhan temannya. Tapi, bukannya menolong Putput dan Tamtam, si
Martin dan teman-temannya malah memberi peringatan kepada mereka. “Hai kelinci-
kelinci bodoh, jangan berani-berani lagi kamu datang ke wilayah kekuasaan kami,
seenaknya saja kalian! Kelihatannya kalian belum tahu ya, semua yang berani datang
ke sini tidak akan pulang dengan selamat!” Ujar Martin dan teman-temannya.

“Martin, aku kira kau adalah teman yang baik tapi ternyata sifat dan sandiwaramu
itu sangat licik,” ujar Putput.
“Iya Martin, seharusnya bila kamu tidak ingin kami datang ke sini, kamu bisa mengusir
kami dengan cara yang baik, bukan berpura-pura jadi teman kami lalu akhirnya kamu
hancurkan kami,” lanjut Tamtam. “Hahaha.. kalian saja yang terlalu mudah untuk
dibodohi,” jawab Martin dengan senyuman licik.

Kemudian, Bubu datang dan kaget melihat apa yang terjadi dengan teman-
temannya. Si Bubu langsung mengangkat ranting-ranting itu dari tubuh si Putput dan
Tamtam. Lalu Putput dan Tamtam langsung menceritakan semua peristiwa yang
menimpa mereka kepada Bubu. Kemudian ketiga kelinci itu langsung pergi
meninggalkan sungai dengan perasaan sebal sekaligus kecewa. Saat mereka baru
melewati jembatan untuk meninggalkan sungai, tiba-tiba saja datang angin yang
sangat kencang sehingga banyak pohon yang tumbang. Untung saja ketiga kelinci itu
saling berpelukan dan berlindung di bawah jembatan di tepi sungai sehingga mereka
tidak tertimpa ranting-ranting pohon.

Kemudian mereka mendengar suara teriakan minta tolong yang amat keras, dan
ternyata itu adalah teriakan si Martin dan teman-temannya yang tertimpa ranting
pohon. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung menolong Martin dan teman-
temannya. Akhirnya, si Martin dan teman-temannya berterima kasih sekaligus
meminta maaf kepada Putput, Tamtam, dan Bubu. Mereka berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan dan kelicikannya lagi. Sekarang kelinci-kelinci itu bersahabat
baik dengan Martin dan teman-temannya. Si Martin dan teman-temannya juga
membebaskan para kelinci itu untuk mencari makan di daerah kekuasaannya kapan
pun mereka mau.

Anda mungkin juga menyukai