Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STRUMA

PKRS (PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT)


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2017
PEMERINTAH PROFINSI JAWA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

MOTTO:
KEPUASAN DAN KESEHATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI
LEMBAR PENGESAHAN

Penyuluhan ini telah disarankan dan disetujui oleh :


Hari/tanggal : Jumat, 10 November 2017
Tempat : Ruang penyuluhan 14 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

MENGETAHUI,

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(...........................................) (.............................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Pengantar

Pokok bahasan : Struma (gondok)


Sub pokok bahasan : pencegahan pada penyakit gondok
Waktu : 15 menit
Sasaran : pasien dan keluarga pasien
Tempat : Ruang 14 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan ini keluarga mampu
memahami tentang penyakit gondok (struma)
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x45 menit, pasien dan
keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
1. Menyebutkan pengertian dan penyebab struma (gondok)
2. Mengetahui tanda dan gejala struma (gondok)
3. Mengetahui cara pencegahan struma (gondok)

C. Sasaran dan Target


Sasaran ditujukan pada seluruh pasien dan keluarga pasien di ruang 14 RSUD
Dr. SAIFUL ANWAR MALANG.

D. Strategi Pelaksanaan
Hari danTanggal Pelaksanaan : Jumat, 10 November 2017
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Ruang 14

E. Materi
(Terlampir)
F. Media
 Materi SAP
 Leafleat
 LCD
G. Setting Tempat

Keterangan :

: Penyuluh : Fasilitator

: Moderator : Observer

: Peserta

H. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab
 Diskusi

I. Pengorganisasian
1. MODERATOR :
Tugas :
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri (Institusi)
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan
e. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
f. Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
g. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
h. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
2. PENYULUH :
Tugas :
a. Menggali pengetahuan peserta tentang Struma (gondok)
b. Menjelaskan materi mengenai Struma (gondok)
c. Menjawab pertanyaan peserta
3. FASILITATOR :
Tugas :
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
b. Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
c. Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
d. Memotivasi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
e. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
f. Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
4. OBSERVASI :
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan berlangsung

5. DOKUMENTASI :
a. Dokumentasi kegiatan penyuluhan.

J. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pembukaan Menjawab salam 5 menit
 Memberi salam Memberi salam
 Memberi pertanyaan apersepsi Menyimak
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
2 Pelaksanaan Menyimak 20 menit
Menjelaskan materi penyuluhan dan Memperhatikan
secara berurutan dan teratur.
Materi :
 Pengertian Struma.
 Penyebab Struma.
 Tanda dan gejala Struma.
 Penatalaksanaan Struma.
 Komplikasi Struma.
 Pencegahan Struma.
3 Evaluasi Memperhatikan dan 5 menit
 Menyimpulkan inti penyuluhan menjawab
 Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4 Penutup : Menyimak dan 5 menit
 Menyimpulkanmateripenyuluhan Mendengarkan
yang telahdisampaikan Menjawab
 Menyampaikanterimakasih atas
perhatian dan waktu yang telah
di berikankepadapeserta Menjawab salam
 Mengucapkansalam

K. KriteriaEvaluasi
Metode evaluasi : Tanya jawab
Jenis pertanyaan : Lisan
Jumlah soal : 2 soal
1. Struktur
a. Persiapan alat/Media
Alat dan Media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semuanya
lengkap dan bisa diguakan saat ceramah, dan tanya jawab. Alat dan Media
berupa Power point, LCD dan Laptop.
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk powerpoint yang di tampilkan pada
proyektor, dan leaflet untuk mempermudah penyampaian kepada pasien
dan keluarga
c. Sasaran pasien dan keluarga yang terdiri dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu
yang terkena, serta mereka yang mengalami faktor resiko struma/gondok
d. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
c. Peserta terrlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Kehadiran peserta dapat mencapai target
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
Pesertapenyuluhan dapat menyampaikan kembali 70% materi yang
disampaikan dengan Kriteria :
1) Peserta mengetahui Pengertian struma (gondok)
2) Peserta mengetahui Penyebab struma (gondok)
3) Peserta mengetahui Tanda dan gejala struma (gondok)
4) Peserta mengetahui Komplikasi struma (gondok)
5) Peserta mengetahui penatalaksanaan struma (gondok)
6) Pesrta mengetahui pencegahan struma (gondok)
b. Jangka Panjang
Pengetahuan dan Pemahaman peserta meningkat tentang struma (gondok)
dan dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam aspek pencegahan dan
penatalaksaan pada struma (gondok) sehingga kesehatan masyarakat
meningkat.

L. Referensi

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Fauci et al. 2008. Harrison’s : Principles of Internal Medicine. 17th Edition. USA :
The McGraw-Hill Companies.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
MATERI PENYULUHAN
STRUMA (GONDOK)

A. DEFINISI
Struma (gondok) disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada
leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid
dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan
yodium yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko Moelianto,
1993).

B. ETIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya
hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium,
goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi
hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,
peradangan dan tumor/neoplasma.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
makakadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyebab Goiter adalah:
1) Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).

Tiroiditis Hasimoto’s juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat


adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH danTRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun
tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderung angenetic untuk
mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah
tiroiditis Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali
membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat
rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi. Penyakit Graves. Sistem
kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid stimulating
imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI merangsang kelenjar
tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah gondok.
2) Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap
hipertiroidisme baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme.
3) Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.
4) Peningkatan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
sebagai akibat dari kecacatan dalam sintesis hormon normal dalam kelenjar
tiroid.
5) Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi
iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada
defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif
berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua iodium yang
tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan
TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan yodium
jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang kurang aktif (hipotiroidism egoitrosa).
6) Kurang iodium dalam diet, sehingga kinerja kelenjar tiroid
berkurang dan menyebabkan pembengkakan. Yodium sendiri
dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap
di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar
tersebut diantaranya : a. Choroidb. Ciliary bodyc. Kelenjar mamaed.
Plasentae. Kelenjar air ludah. Mukosa lambung. Intenstinum tenueh. Kelenjar
gondok
7) Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor
kanker) Multi nodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki
satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan
pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar
perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang
besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul
beberapa ketika pertama kali terdeteksi. Kanker Tiroid. Thyroid dapat
ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5 persen dari nodul
adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap
kanker. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan
hipotiroidisme. Namun, terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara
lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium
radioaktif untuk mengbancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak,
adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat
meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut
merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
8) Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di
tiroid, Tiroiditis. Peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat
mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.
9) Kehamilan, Sebuah hormon yang disekresi selama
kehamilan yaitu gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar
tiroid.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama :
1) Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk
sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s
apple
2) Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3) Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi
batang tenggorokan).
4) Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5) Suara serak.
6) Distensi vena leher.
7) Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8) Kelainan fisik (asimetris leher) Dapat juga terdapat gejala lain,
diantaranya :
1. Tingkat peningkatan denyut nadi
2. Detak jantung cepat
3. Diare, mual, muntah
4. Berkeringat tanpa latihan
5. Agitas

D. PENCEGAHAN

Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah langkah yang harus


dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :

Pencegahan Primer

1. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku


makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.
2. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.
3. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah
dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk
menghindari hilangnya yodium darimakanan.
4. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yanglebih dibandingkan dengan garam karena dapat
terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan
dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir,
dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
5. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini
memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena
dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida
diberikan dalam saluran air dalam pipa,yodida yang diberikan dalam air yang
mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.
6. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk didaerah
endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua
pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan
menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis
pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.
7. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%)diberikan 3 tahun
sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anakdi atas 6 tahun 1 cc dan
untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.
8. Hindari mengkonsumsi secara berlebihan makanan-makananyang
mengandung goitrogenik glikosida agent yang dapat menekan sekresi hormone
tiroid seperti ubi kayu, jagung, lobak, kankung, dan kubis.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu


penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh,
menghambat progresifitas penyakit yang dilakukan melalui beberapa cara
yaitu :

a) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit
terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan
beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus
atau noduler kecil), gerakan ada saat pasien diminta untuk menelan
dan palpasi pada permukaan pembengkakan.
b) Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba
tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
c) Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara
tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar
total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay.
Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang
secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radio
imunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator
fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar
akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun
(hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien
yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif
(RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap dan mengubah yodida.
d) Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas).
e) Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan
tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok
dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu
pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG
antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
f) Sidikan (Scan) tiroid Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi
radioaktif bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam
pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera
canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan
radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalah
fungsi bagian-bagian tiroid.
g) Biopsi Aspirasi Jarum Halus Dilakukan khusus pada keadaan yang
mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir
tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugianpemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi
biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan
pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salahin
trepertasi oleh ahli sitologi.

Anda mungkin juga menyukai