STRUMA
MOTTO:
KEPUASAN DAN KESEHATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI
LEMBAR PENGESAHAN
MENGETAHUI,
(...........................................) (.............................................)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Pengantar
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan ini keluarga mampu
memahami tentang penyakit gondok (struma)
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x45 menit, pasien dan
keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
1. Menyebutkan pengertian dan penyebab struma (gondok)
2. Mengetahui tanda dan gejala struma (gondok)
3. Mengetahui cara pencegahan struma (gondok)
D. Strategi Pelaksanaan
Hari danTanggal Pelaksanaan : Jumat, 10 November 2017
Waktu : 09.00 WIB – selesai
Tempat : Ruang 14
E. Materi
(Terlampir)
F. Media
Materi SAP
Leafleat
LCD
G. Setting Tempat
Keterangan :
: Penyuluh : Fasilitator
: Moderator : Observer
: Peserta
H. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
I. Pengorganisasian
1. MODERATOR :
Tugas :
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri (Institusi)
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan
e. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
f. Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
g. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
h. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
2. PENYULUH :
Tugas :
a. Menggali pengetahuan peserta tentang Struma (gondok)
b. Menjelaskan materi mengenai Struma (gondok)
c. Menjawab pertanyaan peserta
3. FASILITATOR :
Tugas :
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
b. Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
c. Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
d. Memotivasi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
e. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
f. Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
4. OBSERVASI :
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan berlangsung
5. DOKUMENTASI :
a. Dokumentasi kegiatan penyuluhan.
J. Kegiatan Penyuluhan
K. KriteriaEvaluasi
Metode evaluasi : Tanya jawab
Jenis pertanyaan : Lisan
Jumlah soal : 2 soal
1. Struktur
a. Persiapan alat/Media
Alat dan Media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semuanya
lengkap dan bisa diguakan saat ceramah, dan tanya jawab. Alat dan Media
berupa Power point, LCD dan Laptop.
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk powerpoint yang di tampilkan pada
proyektor, dan leaflet untuk mempermudah penyampaian kepada pasien
dan keluarga
c. Sasaran pasien dan keluarga yang terdiri dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu
yang terkena, serta mereka yang mengalami faktor resiko struma/gondok
d. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
c. Peserta terrlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Kehadiran peserta dapat mencapai target
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
Pesertapenyuluhan dapat menyampaikan kembali 70% materi yang
disampaikan dengan Kriteria :
1) Peserta mengetahui Pengertian struma (gondok)
2) Peserta mengetahui Penyebab struma (gondok)
3) Peserta mengetahui Tanda dan gejala struma (gondok)
4) Peserta mengetahui Komplikasi struma (gondok)
5) Peserta mengetahui penatalaksanaan struma (gondok)
6) Pesrta mengetahui pencegahan struma (gondok)
b. Jangka Panjang
Pengetahuan dan Pemahaman peserta meningkat tentang struma (gondok)
dan dapat menerapkan pengetahuan tersebut dalam aspek pencegahan dan
penatalaksaan pada struma (gondok) sehingga kesehatan masyarakat
meningkat.
L. Referensi
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Fauci et al. 2008. Harrison’s : Principles of Internal Medicine. 17th Edition. USA :
The McGraw-Hill Companies.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
MATERI PENYULUHAN
STRUMA (GONDOK)
A. DEFINISI
Struma (gondok) disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada
leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid
dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya. Struma adalah reaksi adaptasi terhadap kekurangan
yodium yang ditandai dengan pembesaran kelenjar tyroid. (Djoko Moelianto,
1993).
B. ETIOLOGI
Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya
hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium,
goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi
hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila
dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,
peradangan dan tumor/neoplasma.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negative oleh HT pada hipofisis anterior dan
hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
makakadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
Penyebab Goiter adalah:
1) Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama :
1) Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk
sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s
apple
2) Perasaan sesak di daerah tenggorokan.
3) Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi
batang tenggorokan).
4) Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).
5) Suara serak.
6) Distensi vena leher.
7) Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala
8) Kelainan fisik (asimetris leher) Dapat juga terdapat gejala lain,
diantaranya :
1. Tingkat peningkatan denyut nadi
2. Detak jantung cepat
3. Diare, mual, muntah
4. Berkeringat tanpa latihan
5. Agitas
D. PENCEGAHAN
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
a) Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang
berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit
terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan
beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus
atau noduler kecil), gerakan ada saat pasien diminta untuk menelan
dan palpasi pada permukaan pembengkakan.
b) Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk,
leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba
tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita.
c) Tes Fungsi Hormon
Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara
tes-tes fungsi tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar
total tiroksin dan triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay.
Tiroksin bebas serum mengukur kadar tiroksin dalam sirkulasi yang
secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma dapat diukur dengan assay radio
imunometrik.
Kadar TSH plasma sensitif dapat dipercaya sebagai indikator
fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme sebaliknya kadar
akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun
(hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien
yang diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif
(RAI) digunakan untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap dan mengubah yodida.
d) Foto Rontgen leher
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah menekan atau
menyumbat trakea (jalan nafas).
e) Ultrasonografi (USG)
Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran gondok akan
tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok
dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu
pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG
antara lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
f) Sidikan (Scan) tiroid Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi
radioaktif bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam
pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu kamera
canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan
radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalah
fungsi bagian-bagian tiroid.
g) Biopsi Aspirasi Jarum Halus Dilakukan khusus pada keadaan yang
mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir
tidak menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
Kerugianpemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi
biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan
pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salahin
trepertasi oleh ahli sitologi.