Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT &

MANAGEMENT BENCANA 1
“FLAIL CHEST”
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat &
Management Bencana 1

Dosen Pembimbing :
Agus Wiwit Suwanto S. Kep.,Ns

Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Anik Puji L 201601068
2. Erra Dini Y 201601075
3. Herdianto Bachtiar 201601082
4. M. Veria Septa 201601090
5. Muji Lestari 201601095
6. Naila Fitrotul H 201601097
7. Ni’ma Saftrotul M 201601101
8. Renita Indah S. 201601107
9. Tasya Junika R 201601117
10. Yulis setiawati 201601123

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “flail
chest”, tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah
Keperawatan Gadar & Kritis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-
rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu
mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini.

Ponorogo, Januari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teori Flail Chest
a) Pengertian Flail Chest ..................................................................... 2
b) Etiologi Flail Chest ......................................................................... 3
c) Patofisiologi Flail Chest ................................................................. 4
d) Mengidentifikasi Korban Gawat Darurat Flail Chest............... 7
e) Penatalaksanaan Flail Chest ............................................................ 8
B. Konsep Asuhan Keperawatan Flail Chest
a) Pengkajian ....................................................................................... 10
b) Diagnosa Anemia ............................................................................ 12
c) Intervensi ......................................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi yang
menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat
usia. Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu
semua system tubuh. Fiail Chest masih merupakan masalah dalam bidang
penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan
kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan
drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi.
Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh : trauma tumpulpada thorax,
misalnya akiabt kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian,
tindak kekerasan, atau benturan dengan energi yang besar
Untuk itu Penulis berharap makalah asuhan keperawatan pada pasin fiail
Chest ini dapat membantu mahasiswa atau masyarakat dalam menangani pasien
fiail chest.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian fiail chest ?
2) Apa saja penyebab flail chest?
3) Bagaimana Patofisiologi flail chest?
4) Bagaimana mengidentifikasi korban gawat flail chest?
5) Bagaimana penataksanaan flail chest?
6) Bagaimana konsep asuhan keperawatan flail chest?

C. TUJUAN
1) Mengetahui pengertian dari flail chest
2) Menngetahui penyebab dari flail chest
3) Mengetahui patofisiologi flail chest
4) Mengetahui cara identifikasi korban gawat darurat flail chest
5) Mengetahui penatalaksanaan flail chest
6) Mengetahui konsep asuhan keperawatan flail chest.

4
BAB II
PEMBAHASAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Teori
1. Pengertian Flail Chest
Flail chest adalah kondisi medis yang mengancam jiwa yang
terjadi ketika segmen tulang rusuk bawah fraktur oleh tekanan yang
ekstrim dan menjadi terlepas dari dinding dada. Hal ini terjadi ketika
beberapa tulang rusuk yang berdekatan patah di beberapa tempat,
terpisahkan menjadi segmen, sehingga bagian dari dinding dada bergerak
secara independen. Jumlah rusuk yang fraktur bervariasi oleh definisi yang
berbeda: beberapa sumber mengatakan setidaknya dua tulang rusuk yang
berdekatan rusak dalam setidaknya dua tempat, beberapa memerlukan tiga
atau lebih tulang rusuk dalam dua atau lebih tempat. (somantri & iman,
2009).
Segmen dari flail bergerak dalam arah yang berlawanan
dibandingkan sisa seluruh dinding dada, ini disebut "pernapasan paradoks"
Pernapasan paradok ini menyakitkan dan meningkatkan pekerjaan yang
terlibat dalam pernapasan. (somantri & iman, 2009).
Flail dada biasanya disertai dengan pulmonary contusion, memar
dari jaringan paru-paru yang dapat mengganggu oksigenasi darah.
Seringkali, memar paru, bukan segmen flail, yang menjadi penyebab
utama dari masalah pernapasan pada orang dengan kedua cedera itu.
(somantri & iman, 2009)

5
2. Etiologi Flail Chest

1. Disebabkan trauma :
a. Trauma Tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya
fraktur costa antara lain : Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan
kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar yang keras atau akibat
perkelahian. (Sjamsuhidajat, 2005)
b. Truma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa
:Luka tusuk dan luka tembak (Sjamsuhidajat, 2005)
c. Disebapkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan
yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh
karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur,seperti pada
gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf. (Sjamsuhidajat,
2005)
2. Insidensi
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah
menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja. (Sjamsuhidajat, 2005)
3. Prognosis Penyakit
a. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura
sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada
dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound
). Apabila luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada
inspirasi udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati
mulut sehingga terjadi sesak nafas yang hebat. (Sjamsuhidajat, 2005)
b. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension
pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru

6
maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga
mengakibatkan :
Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat
Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera,
sedangkan pada auskultasi bunyi vesikuler menurun (Sjamsuhidajat, 2005)
c. Hematothorak masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada
perkusi terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.
(Sjamsuhidajat, 2005)
d. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada
satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada ekspirasi
segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang
dikenal dengan pernafasan paradoksal (Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur costae dapat terjadi dimana saja disepanjang costae
tersebut. Dari keduabelas costae yang ada, tiga costae pertama paling
jarang mengalami fraktur, hal ini disebabkan karena costae tersebut sangat
terlindungi. Costae 4-9 paling banyak mengalami fraktur, karena posisinya
sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat sedikit, sedangkan tiga
costae terbawah yakni costae 10-12 juga jarang mengalami fraktur oleh
karena mobile (Sjamsuhidajat, 2005).

3. Patofisiologi Flail Chest


Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah
depan, samping ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada
biasanya akan menimbulkan trauma costa,tetapi dengan adanya otot yang
melindungi costa pada dinding dada, maka tidak semua trauma dada akan
terjadi fraktur costa (Kathleen, 2008)

Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi


fraktur costa pada tempat traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur
costa dapat terjadi apabila energi yang diterimanya melebihi batas tolerasi

7
dari kelenturan costa tersebut, seperti pada kasus kecelakaan dimana dada
terhimpit dari depan dan belakang, maka akan terjadi fraktur pada sebelah
depan dari angulus costa, dimana pada tempat tersebut merupakan bagian
yang paling lemah. (Kathleen, 2008)

Fraktur costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan


sekitarnya atau bahkan organ dibawahnya. Fraktur pada costa ke 4-9 dapat
mencederai a.intercostalis, pleura visceralis, paru maupun jantung,
sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks, pneumotoraks
ataupun laserasi jantung. (Kathleen, 2008)

Adanya segmen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan


gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di
bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan
menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail
Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio
paru). Ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal
dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi (Kathleen, 2008).

Gerakan paradoksal akan menyebabkan fungsi ventilasi paru


menurun sebagai akibat dari aliran udara yang kekurangan O2 dan
kelebihan CO2 masuk ke sisi paru yang lain (rebreathing). Pergerakan
fraktur pada costae akan menyebabkan nyeri yang sangat hebat dan akan
membuat pasien takut bernafas. Hal ini akan menyebabkan hipoksia yang
serius. Hipoksia terjadi lebih karena faktor nyeri sehingga membatasi
gerakan dinding dada. Disamping itu, hal ini juga akan menimbulkan
mediastinum akan selalu bergerak mengikuti gerak nafas ke kiri dan ke
kanan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan pada venous return dari
system vena cava, pengurangan cardia output, dan penderita jatuh pada
kegagalan hemodinamik (Kathleen, 2008).

8
Flail chest menyebabkan hal-hal di bawah ini:

1. Segmen yang mengambang akan bergerak ke dalam selama fase inspirasi


dan bergerak ke luar selama fase ekspirasi, sehingga udara inspirasi
terbanyak memasuki paru kontralateral dan banyak udara ini akan masuk
pada paru ipsilateral selama fase ekspirasi; keadaan ini disebut dengan
respirasi pendelluft. (Kathleen, 2008).
2. Pergerakan ke dalam dari segmen yang mengambang akan menekan
paru-paru di bawahnya sehingga mengganggu pengembangan paru
ipsilateral (Kathleen, 2008).
3. Mediastinum terdorong ke arah kontralateral selama fase inspirasi oleh
adanya peningkatan tekanan negatif hemitoraks kontralateral selama fase
ini, sehingga pengembangan paru kontralateral juga akan terganggu
(Kathleen, 2008).
4. Pergerakan mediastinum di alas akan mengganggu venous return
jantung. (Kathleen, 2008).

9
Phatway Flail Chest

Trauma kompresi anteroposterior


dari rongga thorax

Lengkung iga akan lebih


melengkung lagi ke arah lateral

Krepitasi Fraktur iga multipel Saat inspirasi, rongga dada


segmental (Flail Chest) mengembang

Gerakan fragmen costa yang patah


Adanya segmen yang
 menimbulkan gesekan antara
mengambang (flail)
ujung fragmen dengan jaringan
lunak sekitar
Gangguan pergerakan dinding
dada
Stimulasi saraf
Gerakan nafas paradoksal

Nyeri
Fungsi ventilasi menurun

Kompensasi:
O2 ↓, CO2↑
Takikardi Saturasi O2 ↓
Ketidakefektifan pola
pernapasan Sianosis

4. Mengidentifikasi Korban Gawat Darurat Flail Chest

Dua gejala flail chest adalah nyeri dada dan sesak napas. Gerakan
konstan tulang rusuk di flail segmen di lokasi fraktur sangat menyakitkan,
dan, jika tidak diobati, tepi yang tajam dari tulang rusuk cenderung
akhirnya menusuk kantung pleura dan paru-paru, mungkin menyebabkan
pneumotoraks. Pulmonary contusion yang umumnya terkait dengan flail
chest dan dapat menyebabkan kegagalan pernapasan. Hal ini disebabkan
gerakan paradoksal dari dinding dada dari fragmen yang mengganggu
pernapasan normal dan gerakan dada. Gerakan paradox yang khas
dikaitkan dengan paru-paru kaku, yang membutuhkan kerja ekstra untuk
bernafas normal, dan peningkatan resistensi paru-paru, yang membuat
aliran udara sulit. Kegagalan pernafasan dari flail chest membutuhkan
ventilasi mekanis dan tinggal lebih lama di unit perawatan intensif . Jadi ,

10
kerusakan paru-paru karena segmen flail lah yang sebetulnya mengancam
jiwa.

Fraktur iga adalah cidera dada tertutup. Jenis fraktur iga yang
sering terjadi fraktur yang disebabkan oleh pukulan atau karena terjatuh.
Flail chest terjadi bila beberapa iga didaerah yang sama, patah dilebih dari
satu tempat perawatan untuk iga saja dan flail chest.
Tanda-tanda fraktur iga meliputi :

 Nyeri tajam, terutama bila korban menarik nafas dalam, batuk atau
bergerak
 Pernafasan dangkal
 Korban memegang area yang cidera, mencoba mengurangi nyeri.
(thygerson, 2009)

5. Penatalaksanaan Medis Flail Chest


1. Konservatif
a. Pemberian analgetik (Kodein, Ibupropen)
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy (somantri & iman, 2009).
2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD)
b. Pemasangan alat bantu nafas (inhaler,tabung oksigen,nebulizer,
Trakeostomi)
c. Chest tube
suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura
dengan maksud untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam
rongga pleura, seperti misalnya pus pada empiema atau untuk
mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura,
misalnya pneumotoraks.
d. Aspirasi (thoracosintesis)
e. Operasi (bedah thoraxis)

11
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
a) Miring pasien pada daerah yang terkena.
b) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif,
didasarkan pada kriteria:
a) Gejala contusio paru
b) Syok atau cedera kepala berat
c) Fraktur delapan atau lebih tulang iga
d) Umur diatas 65 tahun
e) Riwayat penyakit paru-paru kronis
h. Oksigen tambahan (somantri & iman, 2009).

12
Konsep Asuhan Keperawatan Flail Chest

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas
klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang
terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan klien dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh
klien saat pengkajian. Biasanya pasien akan mengeluh nyeri pada dada
saat bernafas.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui
metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan
klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh
klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu
posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa
nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri
tersebut.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau
pernah di riwayat sebelumnya.

13
3. Pengkajian pasien dengan pendekatan per sistem dengan meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, disritmi, irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah, tanda Homman, hipotensi/hipertensi ; DVJ.
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau
regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma,
penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial
menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya,
PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun
atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ;
gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat,
krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ;
penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan /pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.

14
4. Pengkajian Sistem

B1 (Breath) Takipnea
Peningkatan kerja napas
Bunyi napas turun atau tak ada
Fremitus menurun
Perkusi dada hipersonan
Gerakkkan dada tidak sama
Kulit pucat
Sianosis
Berkeringat
Krepitasi subkutan
Mental ansietas
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
B2 (Bleed) Takikardia
Disritmia
Irama jantunng gallops
Nadi apical berpindah
Tanda Homman
Hipotensi/hipertensi
Distensi Vena Jugularis
B3 (Brain) Bingung
Gelisah
Pingsan
B4 (Blader) Tidak ada kelainan
B5 (Bowel) Tidak ada kelainan
B6 (Bone) Perilaku distraksi
Mengkerutkan wajah.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan oksigen dalam udara saat
inspirasi
2. Disfungsi respon penyapihan fentilator b.d ketidakmampuan beradaptasi
dengan dukungan ventilator, ketidaktepatan laju penurunan dukungan
ventilator
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d ketidakadekuatan oksigen
dalam darah

15
4. Nyeri akut b.d trauma thoraks

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan oksigen dalam udara saat
inspirasi
NIC : - Airway management :
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin left atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
4. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
5. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
- Oksigen Terapi:
1. Bersihkan mulu, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan napas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
- Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan abnormal
 (somantri & iman, 2009)
NOC:
1. Respiratory status : ventilation
2. Respiratory status: airway patency
3. Vital sign status

Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
cyanosis dan dipsneu.

16
2. Menunjukkan jalan napas yang paten
3. Tanda-tanda vital dalam rentan normal

2. Disfungsi respon penyapihan ventilator


NIC :
- Mechanical ventelation
1. Monitor adanya kelelahan otot pernapasan
2. Monitor adanya kegagalan respirasi
3. Tingkatkan intake dan cairan adekuat
4. Diskusikan bersama dokter pemilihan mode ventilator yang digunakan
5. Gunakan teknik aseptic
- Mechanical ventilation weaning
1. Pantau tanda keletihan otot pernapasan (missal:peningkatan PaCO2 secara
mendadak, ventilasi cepat dan dangkal), hipoksemia dan hipoksia jaringan
saat proses penyapihan berjalan.
2. Suction jalan napas
3. Konsul ke fisioterapi dada jika dibutuhkan
4. Kolab. Dengan anggota tim lain untuk mengoptimalkan status nutrisi
pasien
5. Gunakan teknik relaksasi
- Airway Management
1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila diperlukan
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas
4. Pasang mayo jika perlu
5. Monitor respirasi dan status O2

NOC :
1. Respon penyapihan ventilator mekanis : dewasa
2. Status pernapasan : pertukaran gas
3. Status pernapasan : ventilasi

17
Kritereria hasil :
1. Bernapas spontan, frekuensi pernapasan <30x/mnt
2. Kapasitas vital >3ml/kg berat badan ideal
3. Frekuensi vital >3ml/kg berat badan ideal

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

NIC

Peripheral sensation management


 Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhdap panas
dingin tajam tumpul
 Monitor adanya paretese
 Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi
 Batasi gerap pada kepala, leher, dan punggung
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian analgesik
 Monitir adanya tromboplebetis
 Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

NOC

 Circulation status
 Tissue perfusion : cerebral

Kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :


 Tekanan systole dan dyastole dalam rentang yang diharapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi

18
 Memproses informasi
3. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter

4. Nyeri akut b.d trauma thorak


NIC
1. Pain management :
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Observasi reaksi verbal nonverbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Kolaborasi dengan dokter
2. Analgesic administration :
 Tentukan lokasi, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Evalusi efektivitas analgesik tanda dan gejala

NOC
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
4. Mengenali skala nyeri (nurarif & kusuma, 2015).

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Flail Chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Kesulitan utama yaitu kontusio
paru yang menyertai. Hipoksia terutama karena nyeri dan trauma jaringan
parunya. Terapi awal yaitu ventilasi yang adekuat dan cairan O2.. Terapi definitif
ditujukan pada pengembangan paru, oksigenasi, cairan yang cukup serta
analgesia. Tekanan oksigen arterial dan kinerja pernapasan penilaiannya
menentukan kapan diberi intubasi dan ventilasi.

B. Saran
Dalam pembahasan teori dan asuhan keperawatan tentang Flail Chest,
diharapkan mahasiswa mampu memahami, mengetahui , dan menjelaskan tentang
asuhan keperawatan Flail Chest beserta pengaplikasiannya dalam dunia
keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen, O. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.

nurarif, a. h., & kusuma, h. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.

Sjamsuhidajat. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

somantri, & iman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

thygerson, A. (2009). Pertolongan Pertama. Jakarta: Erlangga.

21
22

Anda mungkin juga menyukai