Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENETAPAN KADAR OBAT GOLONGAN ASAM BARBITURAT


Dosen pengampu: Ranny Puspitasari.,S.Farm.,Apt

Disusun oleh:
Kelompok 3
Yusub setiawan
Nuryanti
Amelia

FAKULTAS SAINS DAN FARMASI


UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR
BANTEN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah ANALISIS OBAT DAN MAKANAN tentang
materi PENETAPAN KADAR OBAT GOLONGAN ASAM BARBITURAT.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan


pembaca. Kami sadar dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan,untuk itu kami meminta kritik dan saran untuk perbaikan
pembuatan makalah pada tugas berikutnya.

Cikaliung, Desember 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Analisis kimia kuantitatif dapat diartikan sebagai metode analisis
prosedur kimia kuantitatif terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam bidang
farmasi terutama dalam penentuan kadar dan mutu dari obat-obatan dan
senyawa-senyawa kimia yang tercantum dalam farmakope dan buku-buku
resmi lainnya.
Obat-obatan di pasaran sampai ke tangan konsumen dalam waktu
yang cukup lama. Dalam waktu tersebut, tidak menutup kemungkinan kadar
zat aktif dalam sediaan telah mengalami penurunan. Untuk itulah perlu
adanya penentuan kadar senyawa aktif dalam sampel, sehingga dapat
menjamin bagwa kadar obat yang ada dalam sediaan itu memang sesuai
dengan persyaratan kadar seperti dalam monografinya masing-masing.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan obat golongan asam barbiturat?
2. Berapa kadar obat golongan asam barbiturat?

1.3. Tujuan
Mengetahui dan memahami pengertian dan penentuan kadar obat golongan
asam barbituarat dalam suatu sediaan dengan menggunakan metode
tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asam Barbiturat

Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak


bersisat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hydrogen pada atom C 5 dari
inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril.

Asam barbiturat

Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah
dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan sebagainya. Sifat
lipofil ini dimiliki oleh kebanyakan obat yang mampu menekan ssp. Dengan
meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan mengganti atom oksigen pada atom C
2 menjadi atom belerang, maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat, dan
seringkali daya hipnotiknya diperkuat pula.

Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek hipnotik dan
sedatif serta efek lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan alkil atau aril.
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat
merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat.

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik
dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik,
barbiturat telah banyak digantikan oleh benzodiazepine yang lebih aman.
Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak
sama kuatnya. Dosis nonanestesi teruatama menekan respons pasca sinaps.
Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Walaupun demikian efek
yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator.
Barbiturat memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan
inhibisi transmisi sinaptik. Kapasitas barbiturat membantu kerja GABA sebagian
menyerupai kerja benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih tinggi bersifat
sebagai aganis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat
menimbulkan depresi SSP yang berat.

Barbiturate adalah kelompok dari obat yang bertindak sebagai depresan


sistem saraf pusat. Obat ini diklasifikasikan sebagai obat penenang / hipnotik dan
menghasilkan berbagai efek dari obat penenang ringan sampai anestesi. Obat ini
secara medis diresepkan untuk mengobati insomnia, kecemasan, ketegangan, dan
membantu dalam mengurangi serangan epilepsi. Barbiturat pelecehan sering
menjadi penyebab kasus seperti keracunan dan usaha bunuh diri. Barbituates
tertentu juga digunakan untuk menginduksi anestesi bedah.

Barbital adalah suatu golongan obat tidur yang mempunyai inti hasil
kondensasi ester etil dari asam dietilmalonal dan ureum. Barbital (barbiturat)
digunakan sebagai obat hipnotik, sedative, antikonvulsan, dan anastetik dengan sifat
nonselektif. Barbiturat bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah dalam
pelarut-pelarut nonpolar seperti minyak dan kloroform. Karena sifat lipofiliknya,
barbiturat mudah menembus SSP dan daya hipnotiknya juga diperkuat. Dengan
meningkatnya sifat lipofilik ini maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat.

2.2 Penyebab Penyalahgunaan Barbiturate


Meskipun penggunaan medis dari barbiturat berkurang, abusage yang telah
terus meningkatkan. Salah satu alasan utama untuk penyalahgunaan barbiturat
adalah untuk mengimbangi gejala obat lain. Berikut ini adalah beberapa penyebab
menyalahgunakan barbiturat.
Kenaikan di barbiturat menyalahgunakan dapat disebabkan karena
popularitas obat merangsang seperti kokain dan methamphetamin. Para barbiturat
mengimbangi kegembiraan dan kesenangan yang diperoleh dari obat-obatan
merangsang.
Sebagian besar pecandu obat remaja yang mengabaikan efek barbiturat.
Akibatnya mereka meremehkan risiko yang terlibat di dalamnya.
Obat ini juga digunakan umumnya untuk mencoba bunuh diri.

2.3 Gejala Penyalahgunaan Barbiturate


Gejala-gejala menyalahgunakan barbiturat bervariasi secara individual untuk
setiap pasien. Gejala lain meliputi, sering menguap, bernapas iritabilitas, dangkal
dan kelelahan. Berikut ini adalah gejala menyalahgunakan barbiturat. Sebuah dosis
kecil membuat para penyiksa barbiturat merasa mengantuk, disinhibited, dan
mabuk. Sebuah dosis yang lebih tinggi membuat para penyiksa baik secara fisik dan
mental terganggu, seolah-olah mereka sedang mabuk. Ini mengembangkan bicara
cadel dan pikiran bingung. Jika seseorang telah mengambil dosis tinggi dan tidak
dapat dibangunkan (koma), maka ada kemungkinan sengaja menghentikan napas.
Barbiturat yang adiktif. Jika mereka diambil secara teratur selama sekitar satu
bulan, otak berkembang kebutuhan untuk barbiturat yang menyebabkan gejala
parah. Para gejala penarikan terdiri dari agitasi, kesulitan tidur dan tremor. Gejala ini
juga dapat mengakibatkan mengancam kehidupan, termasuk halusinasi, suhu tinggi,
dan kejang. Jika wanita hamil mengambil barbiturat, bahkan menyebabkan bayi
menjadi kecanduan, dan bayi baru lahir mungkin memiliki Penarikan symptoms.
Pemakaian :
 Sebagai obat tidur dalam dosis yang banyak maupun dalam dosis yang sedikit
 Sebagai sedativa
 Sebagai obat antikonvulsan
 Sebagai obat anastetika, narcose pendek

2.4 Sifat-sifat Umum Barbital di antaranya adalah :


1. Sukar larut dalam air, kecuali dalam bentuk garamnya (Na) bereaksi asam lemah
2. Ada dalam dua bentuk , yaitu bentuk keto yang tidak larut dalam air, dan bentuk
enol yang larut dalam air.
3. Bentuk keto larut dalam pelarut kloroform, eter, etilasetat.
4. Garam Na-nya dalam bentuk larutan mudah terhidrolisa menjadi barbital yang
mengendap.
5. Dapat menyublim (membentuk sublimasi) yang tergantung sekali pada tekanan,
suhu, jarak sublimasinya, dll. Untuk teknik sublimasi yang digunakan dalam
kualitatif, maka digunakan tekanan yang dikurangi.
Adapun Rumus Beberapa Turunan Asam Barbiturat, Antara Lain :

Nama Substituen pada BM

1 R1 R2

Barbital, veronal – Etil etil 184,19

Fenobarbital, luminal – Etil fenil 232,23

Butetal, soneril – Etil n-butil 212,24

Pentobarbital, – Etil 1-metil butil 224,27


nembutal
Allobarbital, alurat – Alil alil 208,21

Aprobarbital, alurat – Alil isopropil 210,23

Metarbital, gemonil Metil Etil etil 198,22

Mefobarbital prominal Metil Etil fenil 246,2

2.5. Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu:

a. Barbiturat kerja panjang (6 jam)


Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang
b. Barbiturat kerja singkat (3 jam)
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang efektif sebagai
sedatif dan hipnotik
c. Barbiturat kerja sangat singkat (2-4 jam)
Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena anestesia.
Tabel 1. Nama obat, Bentuk sediaan dan Dosis Hipnotik Sedatif
Nama obat Bentuk Dosis dewasa (mg)
sediaan
Sedatif Hipnotik

Amobarbital K,T,I,P 30-50 2-3xd 65-200


Aprobarbital E 40 3xd 40-160
Butabarbital K,T,E 15-30 3-4xd 50-100
Pentobarbital K,E,I,S 20 3-4xd 100
Sekobarbital K,T,I 30-50 3-4xd 50-200
fenobarbital K,T,E,I 15-40 2-3xd 100-320

Dimodifikasi dari Goodman and Gilman, 1990 Keterangan :


K : kapsul, E : eliksir, I : injeksi, L : larutan, P : bubuk, S : supositoria, T : tablet

Analisis kualitatif pada barbiturat dapat dilakukan dengan menggunakan


beberapa pereaksi umum dan spesifik sebagai berikut :

Pereaksi Hasil Reaksi

VanillinZwikker (campuran CuSO4 dan Warna Warna, endapan


piridin)

Iodoform Endapan, bau

Biuret (CuSO4 + NaOH) Warna

Merkuri Endapan

Resorsinol Warna

Buchi-Parlia Endapan, kristal

Formaldehida Warna

Xanthydrol Endapan
2.6. Mekanisme Kerja

Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor GABA A sehingga kanal
klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih banyak masuk sehingga
menyebabkan hiperpolarisasi dan pengurangan sensitivitas sel-selGABA. Dimana
barbturat merupakan kelanjutan efek terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari
GABA yang bekerja mirip dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka
tidak terjadi depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya
anastesi.

Ketika anastesi telah berlangsung, perlu diperhatikan dalam penggunaan barbiturat.


Sebab, barbiturat merupakan obat yang distribusinya luas. Karena seperti yang kita
ketahui bahwa tahap-tahap anatesi ada empat tingkatan dan yang paling fatal
adalah pada tingkat keempat dimana dapat terjadi koma bahkan kematian pada
pasien.

2.7. Efek Samping

 Dapat menyebbakan hiperalgesia (rasa nyeri yang berlebihan)


 Dapat mengakibatkan reaksi paradoksal (kegelisahan, emosional yang labil
terutama pada lansia)
 Vertigo
 Mual
 Diare
 Kelainan emosional

2.8. Ketergantungan Barbiturat


Terjadi setalah 1-2 minggu komsumsi obat terus menerus sehingga efek
sedatif hipnotik menurun maka diberikan dosis lebih tinggi (10 kali lipat) bahayanya
penyempitan lebar terapetik yang jauh karena terjadi :
a) Toleransi farmakodinamik (proses adaptasi pada reseptor di SSP)
b) Toleransi farmakodinamik (peruraian barbiturat lebih banyak karena ada induksi
enzim sitokrom P450.
c) Menyebabkan efek euforia (kesenangan berlebihan)
2.9. Intoksisitas
 Tidak sadar; napas lambat; datar sebagai akibat hambatan pernafasan
sentral
 Penurunan tekanan darah (efek depresif pada peredaran darah)
 Fungsi ginjal menurun sampai gagal ginjal
 Setelah intoksikasi akut yang dapat diatasi, kadang-kadang terjadi perubahan
pada kulit

2.10. Pengobatan Intoksisitas (Anti Dotum/Anti Racun)

 Arang aktif sebagai anti dotum umum


 Simtomatik (pengobatan dengan menghilang gejala sakit), karena tidak ada
antidotum yang spesifik pada intoksikasi barbiturat
 Bilas lambung untuk mengeluarkan sisa-sisa tablet yang tidak terabsorbsi,
masih ada manfaat setelah beberapa jam (motilitas lambung –usus berkurang
karena intoksikasi). Pembiasan baru dilakukan setelah tube trakeal
dimasukkan, karena jika tidak dimasukkan akan terjadi bahaya aspirasi.
 Intubasi dan pernapasan O2 pada pasien yang kebanyakan hipoksemis
(penurunan konsentrasi oksigen dalam darah)
 Mempertahankan sirkulasi dan fungsi ginjal , infus dengan plasmaexpander
 Diuresis paksa dengan Furosemid i.v, dikombinasi dengan infus ekuivalen
yang dilengkapi dengan NaHCO3 untuk membebaskan urin sehingga
eliminasi barbiturat dipercepat. Dimana, Furosemid berguna untuk
merangsang urin agar keluar dan fungsi dari Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
adalah untuk memberikan suasana basa.
 Mungkin juga perlu dilakukan hemodialisis atau hemoperfusi (cuci darah)
BAB III

METODE

1. Penetapan Kadar Fenobarbital Dengan Metode Alkalimetri.


ditimbang 20 tablet sampel, hitung berat rata-rata dan serbukkan,
ditimbang seksama setara ± 250 mg phenolbarbital, ditambahkan 10 ml
etanol 95 % dan ditambahkan 3 tetes indikator PP, dititrasi dengan larutan
standar NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda yang stabil,
dilakukan titrasi sebanyak tiga kali.
2. Penetapan kadar fenobarbital dengan metode argentometri.
Disiapkan alat dan bahan, Dipipet 1 mL sediaan injeksi fenobarbital
(setara 100 mg fenobarbital) Ditambahkan dengan 15 mL Na2CO3, Dititrasi
dengan menggunakan larutan baku AgNO3, Dicatat volume titrasinya.
3.

BAB IV

PENUTUP

4.1. kesimpulan

Asam Barbiturat adalah zat induk barbital-barbital yang sendirinya tidak


bersisat hipnotik. Sifat ini baru nampak jika atom-atom hydrogen pada atom C 5 dari
inti pirimidinnya digantikan oleh gugusan alkil atau aril.

Penetapan kadar obat golongan asam barbiturat menggunakan


DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia. 134, 135, 226, 227, 231

Sudjadi. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press. 156, 157, 159, 160, 169, 170, 176, 177, 178

Tadjuddin, Naid. 2001. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. Makassar : Universitas


Hasanuddin. 22, 23

Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar :
UNHAS. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141

Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4.
Jakarta : EGC. 259

Roth, Hermann J.1981. Analisis Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press. 248, 252, 255, 270, 271

Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
146, 148, 149, 153, 154

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 96, 97,
400,428, 481, 598

Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 146, 189, 190

The Department of Health. 2009. British Pharmacopeia. London : The Stationery


Office on behalf of the Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency
(MHRA). 903, 4647, 5975, 5967

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. 255

Anda mungkin juga menyukai