Disusun oleh:
Kelompok 3
Yusub setiawan
Nuryanti
Amelia
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Mengetahui dan memahami pengertian dan penentuan kadar obat golongan
asam barbituarat dalam suatu sediaan dengan menggunakan metode
tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam barbiturat
Barbital-barbital semuanya bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah
dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan sebagainya. Sifat
lipofil ini dimiliki oleh kebanyakan obat yang mampu menekan ssp. Dengan
meningkatnya sifat lipofil ini, misaInya dengan mengganti atom oksigen pada atom C
2 menjadi atom belerang, maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat, dan
seringkali daya hipnotiknya diperkuat pula.
Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek hipnotik dan
sedatif serta efek lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan alkil atau aril.
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat
merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat.
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik
dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik,
barbiturat telah banyak digantikan oleh benzodiazepine yang lebih aman.
Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak
sama kuatnya. Dosis nonanestesi teruatama menekan respons pasca sinaps.
Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Walaupun demikian efek
yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator.
Barbiturat memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan
inhibisi transmisi sinaptik. Kapasitas barbiturat membantu kerja GABA sebagian
menyerupai kerja benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih tinggi bersifat
sebagai aganis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat
menimbulkan depresi SSP yang berat.
Barbital adalah suatu golongan obat tidur yang mempunyai inti hasil
kondensasi ester etil dari asam dietilmalonal dan ureum. Barbital (barbiturat)
digunakan sebagai obat hipnotik, sedative, antikonvulsan, dan anastetik dengan sifat
nonselektif. Barbiturat bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah dalam
pelarut-pelarut nonpolar seperti minyak dan kloroform. Karena sifat lipofiliknya,
barbiturat mudah menembus SSP dan daya hipnotiknya juga diperkuat. Dengan
meningkatnya sifat lipofilik ini maka efeknya dan lama kerjanya dipercepat.
1 R1 R2
Merkuri Endapan
Resorsinol Warna
Formaldehida Warna
Xanthydrol Endapan
2.6. Mekanisme Kerja
Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor GABA A sehingga kanal
klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih banyak masuk sehingga
menyebabkan hiperpolarisasi dan pengurangan sensitivitas sel-selGABA. Dimana
barbturat merupakan kelanjutan efek terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari
GABA yang bekerja mirip dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka
tidak terjadi depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya
anastesi.
METODE
BAB IV
PENUTUP
4.1. kesimpulan
Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia. 134, 135, 226, 227, 231
Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar :
UNHAS. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141
Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4.
Jakarta : EGC. 259
Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
146, 148, 149, 153, 154
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 96, 97,
400,428, 481, 598
Auterhoff & Kovar. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB. 146, 189, 190
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. 255