Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRAKTIKUM ORAL MEDICINE

LAPORAN KASUS

TATA LAKSANA ORAL CANDIDIASIS PADA PEROKOK USIA LANJUT


PADA DORSUM LIDAH

Oleh:
A.A. Istri Puspita Sari Dewi
121611101087

Pembimbing:
drg. Ayu Mashartini, Sp.PM
Praktikum Putaran I
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2016
Laporan Kasus

TATA LAKSANA ORAL CANDIDIASIS PADA PEROKOK USIA LANJUT


PADA DORSUM LIDAH

A.A. Istri Puspita Sari Dewi (121611101087)


Pembimbing: drg. Ayu Mashartini, Sp.PM
Bagian Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember
Jln. Kalimantan No. 37 Kampus Tegalboto, Jember
Oktober 2016

Abstrak

Pendahuluan: Oral candidiasis adalah suatu infeksi opurtunistik pada mukosa oral
yang disebabkan oleh jamur dari jenis Candida albicans. Beberapa faktor yang
membantu terjadinya Oral candidiasis adalah faktor lokal dan sistemik seperti oral
hygiene yang buruk, penggunaan gigi tiruan, merokok, usia lanjut, dan defisiensi
nutrisi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan faktor merokok dan usia lanjut pada
munculnya Oral candidiasis serta penatalaksanaannya. Kasus: Pasien laki-laki
berumur 73 tahun dengan kondisi dorsum lidah tertutupi plak berwarna putih
kekuningan, tebal, batas tidak jelas, dapat dikerok serta sakit Diagnosa akhir pada
kasus ini yaitu Oral candidiasis pada dorsum lidah. Terapi: Anti jamur nystatin
oral suspension, pembersih lidah/tongue cleaner, dan multivitamin (Becomzet
yang mengandung vitamin B kompleks, asam folat, vitamin C, vitamin E, dan zinc).
Kesimpulan: Faktor predispopsisi merokok dan usia lanjut dapat mempengaruhi
munculnya Oral candidiasis.

1
Pendahuluan
Rongga mulut manusia memiliki fungsi dan peran yang sangat penting
dalam tubuh manusia, seperti fungsi mastikasi, fonetik, dan juga estetik. Rongga
mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena merupakan pintu masuk
makanan dan minuman untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizi bagi
pertumbuhan manusia. Rongga mulut ini pun rentan terkena penyakit karena
merupakan pintu masuk berbagai mikroorganisme, agen karsinogenik, dan juga
rentan terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis. Salah satu penyakit atau
kelainan pada rongga mulut adalah Oral candidiasis [1].
Oral candidiasis adalah suatu infeksi opurtunistik pada mukosa oral yang
disebabkan oleh jamur dari jenis Candida albicans [2]. Candida albicans adalah
salah satu komponen dari mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang merupakan
karier organisme ini. Terdapat lima tipe spesies candida yang terdapat di kavitas
oral, yaitu Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida
parapsilosis, dan Candida guilliermondi. Dari kelima tipe tersebut, Candida
albicans adalah yang paling sering ditemukan pada kavitas oral [3,4].
Oral candidiasis dapat terjadi karena adanya faktor lokal dan sistemik
Faktor lokal seperti penurunan jumlah sekresi saliva, penyakit mukosa lokal,
penggunaan protesa dental, merokok, diet tinggi karbohidrat, dan kebersihan mulut
yang buruk. Sedangkan, faktor sistemik seperti penurunan imunitas seluler dan
humoral, penggunaan medikasi seperti antibiotik spektrum luas dan agen
imunosupresif, serta defisiensi nutrisi merupakan faktor predisposisi yang memicu
timbulnya penyakit ini. Diagnosis Oral candidiasis ditegakkan dengan melalukan
pemeriksaan mikologi melalui pengambilan spesimen dengan cara swab pada
permukaan lesi yang diduga telah terinfeksi Candida [5].
Secara klinis Oral candidiasis berupa plak putih seperti susu pada rongga
mulut, multipel, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan mempunyai dasar mukosa
eritematosa. Lesi dapat ditemukan pada mukosa pipi, palatum molle, lidah, dan

2
bibir. Gejala yang sering timbul adalah xerostomia, sensasi terbakar, dan gangguan
pengecapan. Diagnosis banding dari Oral candidiasis adalah leukoplakia, hairy
leukoplakia, linchen planus, mucous patch pada sifilis, white sponge nevus, dan
stomatitis kontak akibat kayu manis [6].
Pada makalah ini akan dilaporkan kasus pasien yang datang ke Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan keluhan
lidah yang terasa tebal, berwarna putih kekuningan, dan sakit.

Laporan Kasus
Laki-laki berusia 73 tahun warga Pelinggian, Antirogo mendatangi Rumah
Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jember dengan keluhan lidah yang terasa
tebal dan berwarna putih kekuningan sejak ± 3 tahun yang lalu. Pasien belum pernah
mengobati lidahnya yang terasa tebal dan berwarna putih kekuningan tersebut.
Pasien tidak memahami penyebab timbulnya keluhan tersebut. Kondisi pasien saat
ini lidah terasa sakit saat mengkonsumsi makanan dan minuman yang pedas.
Berdasarkan hasil penghitungan, Body Mass Index (BMI) pasien adalah
21,9 (normal). Pasien memiliki kebiasaan merokok menggunakan rokok linting
tembakau 4 batang/hari. Keadaan ekonomi pasien kurang dan pasien mengaku tidak
pernah membersihkan lidahnya. Berdasarkan hasil anamnesa, pasien maupun
keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Pada pemeriksaan klinis ekstra oral tidak ditemukan adanya kelainan dan
semuanya normal. Hasil pemeriksaan intra oral, pada dorsum lidah pasien terdapat
plak putih kekuningan tebal, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan sakit. Pada dorsum
lidah pasien juga terdapat fissure multipel dengan kedalaman ± 3 mm dan berisi
plak putih kekuningan (Gambar 1). Hasil pemeriksaan penunjang oral swab di lab
mikrobiologi FKG Unej didapatkan hasil bentukan spora +3 (positif 3) dan
bentukan hifa +3 (positif 3). Pada pemeriksaan intra oral, pada mukosa bukal kiri
dan kanan serta gingiva rahang atas dan bawah pasien terdapat makula berpigmen
hitam, multipel, berbatas diffuse, tidak dapat dikerok, dan tidak sakit.

3
Berdasarkan pemeriksaan subjektif, objektif, dan pemeriksaan penunjang
oral swab maka dapat ditegakkan diagnosis Oral candidiasis pada dorsum lidah.
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif dapat ditegakkan diagnosa fissure
tongue pada dorsum lidah dan melanosis akibat merokok pada mukosa bukal kanan
dan kiri serta gingiva rahang atas dan bawah.

Gambar 1. Kondisi dorsum lidah saat pertama kali kunjungan. Secara klinis, terlihat
plak putih kekuningan yang tebal pada dorsum lidah, berbatas diffuse, dapat
dikerok, dan sakit serta terdapat fissure multipel dengan kedalaman ± 3 mm pada
dorsum lidah.

Tata Laksana Kasus


Penatalaksanaan kasus Oral candidiasis pasien pada kunjungan pertama
adalah sebagai berikut :
a. lidah dikeringkan dengan tampon steril
b. lidah dikerok dengan wooden stick untuk oral smear
c. asepsis menggunakan antiseptik povidone iodine 1%
d. lidah diteteskan dengan nystatin kemudian diratakan, ditunggu 5 menit baru
boleh ditelan

4
e. instruksikan untuk tidak makan dan minum selama 20-30 menit
Pengobatan yang diberikan pada pasien yaitu nystatin suspensi oral
100.000 IU/ml yang memiliki aktivitas antifungi (anti jamur), tongue cleaner untuk
membersihkan dorsum lidah, dan multivitamin yaitu Becomzet yang mengandung
vitamin B kompleks, asam folat, vitamin C, vitamin E, dan zinc. Selain itu, instruksi
juga diberikan kepada pasien antara lain menginstruksikan pasien untuk menjaga
kebersihan rongga mulut, makan teratur dan makan-makanan bergizi seimbang,
konsumsi obat sesuai anjuran (lidah dikerok menggunakan tongue cleaner sebelum
diteteskan nystatin suspensi oral, nystatin diteteskan pada lidah 0,5 ml 4 kali/hari,
tunggu selama 5 menit baru dapat ditelan dan selama 20-30 menit tidak boleh
minum dan makan, Becomzet 1 kali/hari setelah makan), istirahat yang cukup, dan
kontrol 1 minggu kemudian.
Kontrol I dilakukan setelah 8 hari perawatan. Berdasarkan anamnesa,
pasien menyatakan kondisi lidah sudah membaik dan pasien sudah tidak merasakan
sakit pada lidahnya saat mengkonsumsi makanan yang pedas. Nystatin dan
multivitamin yang diberikan sudah habis. Berdasarkan pemeriksaan klinis pada
ekstra oral tidak ada abnormalitas. Berdasarkan pemeriksaan intra oral terdapat plak
putih pada dorsum lidah, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan tidak sakit (Gambar
2). Pasien diberikan resep obat lagi yaitu nystatin suspensi oral dan multivitamin
Becomzet. Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut,
makan teratur dan makan-makanan bergizi seimbang, konsumsi obat sesuai anjuran
(lidah dikerok menggunakan tongue cleaner sebelum diteteskan nystatin, nystatin
diteteskan pada lidah 0,5 ml 4 kali/hari, tunggu selama 5 menit baru dapat ditelan
dan selama 20-30 menit tidak boleh minum dan makan, Becomzet 1 kali/hari
setelah makan), istirahat yang cukup, dan kontrol 1 minggu kemudian.

5
Gambar 2. Kondisi dorsum lidah pasien saat kontrol I. Secara klinis, terlihat plak
putih berwarna putih, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan fissure multipel dengan
kedalaman ± 3 mm.

Kontrol II dilakukan setelah 14 hari perawatan. Berdasarkan anamnesa,


pasien sudah tidak merasakan sakit pada lidahnya saat mengkonsumsi makanan
yang pedas. Nystatin suspensi oral yang diberikan sudah habis dan multivitamin
Becomzet masih tersisa satu. Berdasarkan pemeriksaan klinis pada ekstra oral tidak
ada abnormalitas. Berdasarkan pemeriksaan intra oral terdapat plak putih pada
dorsum lidah, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan tidak sakit (Gambar 3). Pasien
diberikan resep obat lagi yaitu nystatin suspensi oral dan multivitamin Becomzet.
Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut, makan teratur
dan makan-makanan bergizi seimbang, konsumsi obat sesuai anjuran (lidah dikerok
menggunakan tongue cleaner sebelum diteteskan nystatin suspensi oral, nystatin
diteteskan pada lidah 0,5 ml 4 kali/hari, tunggu selama 5 menit baru dapat ditelan
dan selama 20-30 menit tidak boleh minum dan makan, Becomzet 1 kali/hari

6
setelah makan), dan istirahat yang cukup. Pada kontrol II, kondisi Oral candidiasis
pasien sudah berkurang dibandingkan kunjungan sebelumnya dan tidak ada keluhan
dari pasien sehingga terapi di klinik Oral Medicine dinyatakan selesai.

Gambar 3. Kondisi dorsum lidah pasien saat kontrol II. Secara klinis, terlihat plak
berwarna putih, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan fissure multipel dengan
kedalaman ± 3 mm.

Pembahasan
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan subjektif berupa anamnesa,
pemeriksaan objektif/klinis, dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan klinis
diketahui adanya plak putih kekuningan tebal, berbatas diffuse, dapat dikerok, dan
sakit pada dorsum lidah. Bersarkan hasil pemeriksaan penunjang berupa uji swab
dari laboratorium Mikrobiologi Unej, menunjukkan adanya bentukan spora +3
(positif 3) dan hifa +3 (positif 3). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat infeksi
Candida Albicans pada dorsum lidah. Dari hasil tersebut maka dapat ditegakkan
diagnosa yaitu Oral candidiasis pada dorsum lidah.
Penyebab timbulnya Oral candidiasis pada pasien tersebut diduga karena
adanya faktor predisposisi yang mendorong invasi jamur tersebut. Faktor
7
predisposisi yang diperkirakan berperan pada pasien ini adalah pasien perokok
berat selama ± 40 tahun dan usia lanjut. Faktor lain yang kemungkinan berperan
adalah oral hygiene yang buruk, penggunaan gigi tiruan lengkap, dan defisiensi
nutrisi dilihat dari keadaan sosial ekonomi pasien yang sangat kurang dan hasil
anamnesa terhadap pola diet pasien.
Usia pasien yang lanjut serta kebiasaan buruk merokok menyebabkan
terjadinya gangguan pada sekresi saliva. Saliva berperan penting dalam menjaga
homeostasis dan mikroflora rongga mulut, termasuk dalam mencegah terjadinya
infeksi jamur [7]. Saliva memiliki efek self cleansing yang melarutkan antigen
patogenik dan membersihkan mukosa mulut [8]. Kandungan antibodi saliva (sIgA)
dan faktor anti mikrobial dalam saliva (lisosim, laktoperoksidase, histatin,
kalprotektin, dan laktoferin) berperan penting dalam mencegah perlekatan,
kolonisasi, dan infeksi Candida albicans [9]. Dengan demikian, penurunan laju
saliva akan menyebabkan berkurangnya efisiensi sistem imun sebagai kontrol
infeksi Candida albicans sehingga memudahkan terjadinya infeksi Candida
albicans. Pada pasien dengan usia lanjut proliferasi sel atau regenerasi sel epitel
juga mengalami gangguan sehingga rentan terhadap penyakit. Merokok juga dapat
menyebabkan perubahan lokal pada epitel sehingga memudahkan kolonisasi
Candida albicans [10].
Penuaan (aging) dikaitkan dengan sejumlah besar perubahan fungsi
imunitas tubuh, terutama penurunan Cell Mediated Immunity (CMI) atau imunitas
yang diperantarai sel. Kemampuan imunitas kelompok usia lanjut menurun sesuai
peningkatan usia termasuk kecepatan respon imun melawan infeksi penyakit.
Perubahan utama pada fungsi imun orang lanjut usia adalah perubahan respon
proliferatif limfosit seperti berkurangnya Interleukin-2 (IL-2) yang tercermin dari
rusaknya proses signal pada orang lanjut usia, minimnya kadar Ca dalam tubuh, dan
perubahan membran limfosit sehingga mempengaruhi fungsi imun [11].

Pada pasien usia lanjut terjadi penurunan kemampuan produksi


imunoglobulin. Selain itu, konfigurasi limfosit dan reaksinya melawan infeksi juga

8
berkurang. Manusia memiliki banyak sel T dalam tubuhnya, namun seiring dengan
peningkatan usia maka jumlahnya akan berkurang yang ditunjukkan dengan
rentannya tubuh terhadap serangan penyakit [11].
Penurunan fungsi sel T pada orang tua juga mempengaruhi fungsi sel B
karena sel T dan sel B bekerjasama untuk mengatur produksi antibodi. Sel T
menginduksi sel B untuk hipermutasi gen-gen imunoglobulin, menghasilkan
perbedaan antibodi untuk mengenali jenis-jenis antigen. Pada orang usia lanjut
terdapat antibodi yang lebih sedikit dibandingkan saat usia muda, rendahnya respon
IgM terhadap infeksi, dan menurunnya kecepatan pematangan sel B. Semua itu
berkontribusi terhadap penurunan jumlah antibodi yang diproduksi untuk melawan
infeksi [11].
Pasien mengaku tidak pernah melakukan pembersihan pada lidahnya
sehingga dijumpai oral hygiene yang buruk dilihat dari akumulasi debris pada lidah.
Kebersihan mulut yang buruk menjadi faktor kontribusi lokal pada Oral
candidiasis, melalui terciptanya lingkungan yang kondusif bagi perlekatan,
pertumbuhan, dan peningkatan kolonisasi Candida albicans [12].
Penggunaan gigi palsu merupakan faktor predisposisi infeksi Oral
Candidiasis karena menyebabkan terbentuknya lingkungan mikro yang
memudahkan berkembangnya jamur Candida dalam keadaan pH rendah, oksigen
rendah, dan lingkungan anaerobik yang menyebabkan Candida tumbuh pesat.
Penggunaan gigi palsu ini juga meningkatkan kemampuan adhesi jamur ini [13].
Kemungkinan defisiensi nutrisi pada pasien ini karena asupan nutrisi yang
tidak adekuat, pola diet yang tidak memenuhi kebutuhan gizi. Defisiensi nutrisi
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan hilangnya integritas epitel, yang
akan memfasilitasi terjadinya infeksi dan invasi jamur [12]. Kadar serum zat besi
yang rendah berkontribusi dalam terjadinya infeksi Candida. Defisiensi zat besi
menyebabkan penurunan respon limfositik. Limfosit diketahui berperan melalui
produksi sitokin interferon dan Interleukin-2, serta mengaktivasi sel natural killer
melawan Candida. Kekurangan zat besi juga berpengaruh pada peningkatan
kerentanan mukosa mulut terhadap terjadinya kandidiasis oral [14].

9
Tujuan dari terapi atau pengobatan yaitu menghilangkan etiologi Candida
albicans, mempercepat proses penyembuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Terapi yang diberikan adalah nystatin suspensi oral, tongue cleaner, dan
multivitamin Becomzet. Nystatin adalah suatu macrolide polyne yang toksisitasnya
rendah jika digunakan sebagai obat topikal, efektif terhadap sebagian besar spesies
Candida, dan paling sering digunakan untuk menekan infeksi Candida lokal.
Antifungi polyene berikatan dengan elgosterol pada membran sel fungi, sehingga
terjadi gangguan pada struktur membran sel yang menyebabkan kebocoran
kandungan intrasel yang berakhir dengan kematian sel. Tongue cleaner juga
digunakan sebagai terapi kausatif untuk menghilangkan etiologi jamur secara
mekanis [15].
Multivitamin Becomzet diberikan sebagai terapi suportif. Vitamin B
kompleks memegang peranan penting sebagai koenzim pada berbagai reaksi
biokimia dan metabolisme karbohidrat yang memperlancar metabolisme tubuh
manusia, dan meningkatkan stamina tubuh secara umum. Zinc berperan penting
dalam proses pembentukan sel-sel darah merah. Asam folat menaikkan penyerapan
zat besi oleh tubuh dan sintesa hemoglobin. Vitamin E bersifat sebagai antioksidan
yang akan mencegah terjadinya oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah
terbentuknya hasil oksidasi yang toksik. Vitamin C berperan penting sebagai
kofaktor pada hidroksilasi residu prolin, penting dalam sintesis kolagen,
proteoglikan dan bahan-bahan antarsel, serta memelihara jaringan konektif pada
saat terjadi penyembuhan [16].

Tabel 1. Kandungan dan Manfaat Obat

10
Nystatin Antifungi
Nystatin
100.000 IU/ml
Vit. E 30UI Anti oksidan, pelindung sel darah merah
Vit. C 750 mg Regenerasi jaringan, metabolisme
karbohidrat, sintesa protein, lipid, kolagen
As. folat 400 mg Mempertahankan bentuk sel, menaikkan
penyerapan Fe oleh tubuh, dan sintesa
hemoglobin
Becomzet
Vit. B kompleks Produksi energi untuk sel, sistem saraf,
pencernaan, dan menjaga tingkat
kolesterol
Zinc 22,5 mg Kofaktor protein, penyusun rantai DNA
dan RNA, serta berperan penting dalam
proses pembentukan sel darah merah

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
Oral candidiasis disebabkan oleh Candida albicans dan dipicu karena adanya
faktor predisposisi seperti usia lanjut dan merokok. Faktor lain yang berperan
adalah defisiensi nutrisi, oral hygiene buruk, dan penggunaan gigi tiruan.

Daftar Pustaka

11
1. Tyldesley,WR., Field, A., Longman, L. 2003. Tyldesley's Oral Medicine
(5th ed.). Oxford: Oxford University Press.
2. Greenberg M, Glick M. 2003. Burkets oral medicine diagnosis & treatment.
10th ed. New Jersey: BC Decker Inc.
3. Gravina, HG., de Moran, EG., Zambrano, O., Chourio, ML., de Valero, SR.,
Robertis, S and Mesa L. Oral Candidiasis in children and adolescents with
cancer. 2007. Identification of Candida. Med Oral Patol Oral Cir Bucal ed.
12, E419-23.
4. Cutler, JE. 1991. Putative virulence factors of Candida albicans. Annual
Rev. Microbiol. 45: 187-218.
5. Meurman J, Siikalal E, Richardson M and Rautemaa. 2007. Non-Candida
albicans Candida yeasts of the oral cavity; communicating current research
and educational topics and trends. In: Mendez-Villas A, editor. Applied
microbiology. P. 719-31.
6. Laskaris, George. 2012. Pocket Atlas of Oral Diseased 2nd (Atlas Saku
Penyakit Mulut). Jakarta: EGC.
7. Navazesh M and Brightman VJ. 1995. Relationship between Salivary Flow
Rates and Candida albicans count. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral
Radiol Endod. 80: 248-8.
8. Challacombe SJ. 1994. Imuunologic Aspects of Oral Candidiasis. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 78: 202-10.
9. Epstein JB. 1990. Antifungal Therapy in Oropharyngeal Myeotic
Infections. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 69: 32-41.
10. Muzyka BC and Glick M. 1995. Review of Oral Fungal Infections and
Appropriate Therapy. J Am Dent Assoc. 126: 63-72.
11. Fatmah. 2006. Respon imunitas yang rendah pada tubuh manusia usia
lanjut. Makara Kesehatan. Vol. 10; 47-53.
12. Sherman RG, Prusinski L, Ravenel MC and Joratmon RA. 2002. Oral
Candidosis. Quintessence In. 33: 521-32.

12
13. Garber GE. 1994. Treatment of oral candida mucositis infections. Drugs.
47: 734-40.
14. Allen CM. 1994. Animals Models of Oral Candidiasis: A Review. Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 78: 216-21.
15. Katzung B. 2006. Basic and clinical pharmacology 10th ed. San Fransisco:
Lange. P. 345-8.
16. Singh S. 2007. Pharmacology for dentistry. New Delhi: New Age
international (P) Ltd. P. 383-90.

13

Anda mungkin juga menyukai