Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

TATA RUANG DAN PERENCANAAN WILAYAH

“Perbandingan Produk Tata Ruang dan Implementasi pada Pertimbangan Teknis


Pertanahan dalam Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan Tanah”

OLEH :
1. DANANG ARIEF WIDIANTO NIM. 14232801
2. FEBSY NIANDYTI NIM. 14232806
3. IRPAN M. ILHAM KOSASIH NIM. 14232814
4. WAHYU ANDI KURNIAWAN NIM. 14232869

KELOMPOK 4
SEMESTER VII / PERPETAAN

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN
YOGYAKARTA
2017
PERBANDINGAN PRODUK TATA RUANG DAN IMPLEMENTASI PADA
PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN DALAM PENERBITAN IZIN
PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH
DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SEMARANG

A. Perbandingan Produk Tata Ruang


Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang bersifat
hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level nasional
hingga dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja. Dokumen tata
ruang tersebut adalah:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen rencana
ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara Indonesia.
Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran
RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-
masing provinsi yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya
berlaku pada wilayah hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan
dalam bentuk dokumen RTRW Kabupaten/Kota dan dokumen detil lainnya.
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan penjabaran
dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota. Dokumen ini
berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota. Sebagai
contoh, RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah hukum
Kabupaten Aceh Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk
dokumen detil ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan
pembangunan, dokumen RTRWK merupakan acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi
investor/masyarakat pengguna ruang.
d. Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) serta
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan penjabaran detil
dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

1
Konsep hirarkis dalam penyusunan dokumen rencana tata ruang digunakan
dengan tujuan agar fungsi yang ditetapkan antar-dokumen tata ruang tetap sinergis dan
tidak saling bertentangan karena dokumen tata ruang yang berlaku pada lingkup mikro
merupakan penjabaran dan pendetilan dari rencana tata ruang yang berlaku pada
wilayah yang lebih makro.
Mengenai RTRW diatur lebih rinci dalam peraturan masing-masing daerah.
Perbandingan produk RTRW adalah untuk melihat isi dari masing-masing produk
RTRW sehingga terlihat kewenangan masing-masing produk RTRW dalam mengatur
pemanfaatan ruang di daerah. Produk RTRW yang akan dibandingkan adalah
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031, seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Perbandingan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun


2010 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011
Rencana Tata Ruang Rencana Tata Ruang
Substansi yang
No. Wilayah (RTRW) Provinsi Wilayah (RTRW)
dibandingkan
Jawa Tengah Kabupaten Semarang
1. Ruang Lingkup Tidak Menyebutkan Hak, Menyebutkan Hak,
Kewajiban, Peran Masyarakat Kewajiban, Peran Masyarakat
2. Tujuan Penataan Tujuan penataan ruang wilayah Tujuan penataan ruang
Ruang Provinsi Jawa Tengah adalah wilayah adalah terwujudnya
terwujudnya ruang Provinsi Daerah sebagai penyangga
Jawa Tengah yang lestari Ibukota Provinsi Jawa
dengan memperhatikan Tengah dan kawasan
pemerataan pembangunan pertumbuhan berbasis
wilayah. industri, pertanian dan
pariwisata yang aman,
nyaman, produktif,
berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
3. Kebijakan Penataan Kebijakan dan strategi Kebijakan penataan ruang

2
Ruang penataan ruang wilayah wilayah meliputi :
Provinsi Jawa tengah meliputi: a. Penyediaan ruang wilayah
a. Kebijakan dan strategi dan prasarana wilayah
pengembangan struktur sebagai penyangga
ruang; perekonomian utamanya
b. Kebijakan dan strategi dengan pengembangan
pengembangan pola ruang; kawasan untuk fungsi
c. Kebijakan dan strategi permukiman perkotaan,
pengembangan kawasan industri, pertanian,
strategis. pariwisata yang
berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
b. Pemeliharaan dan
perwujudan kelestarian
fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
c. Pemerataan sarana dan
prasarana permukiman,
jasa pendukung dan
prasarana wilayah lainnya
di seluruh wilayah; dan
d. Peningkatan fungsi
kawasan untuk pertahanan
dan keamanan negara.
4. Rencana Struktur Rencana pengembangan Struktur ruang wilayah
Ruang Wilayah struktur ruang wilayah Provinsi diwujudkan berdasarkan
Jawa Tengah, meliputi : arahan pengembangan sistem
a. Sistem perdesaan; pusat pelayanan dan sistem
b. Sistem perkotaan; jaringan prasarana wilayah.
c. Sistem perwilayahan;
d. Sistem jaringan prasarana
wilayah.
5. Sistem Jaringan Sistem jaringan prasarana Sistem jaringan prasarana

3
Prasarana Wilayah wilayah, meliputi : wilayah, meliputi :
a. Rencana sistem jaringan a. Sistem prasarana utama;
prasarana transportasi; b. Sistem prasarana lainnya.
b. Rencana sistem jaringan
prasarana telekomunikasi;
c. Rencana sistem jaringan
prasarana sumberdaya air;
d. Rencana sistem jaringan
prasarana energi;
e. Rencana sistem jaringan
prasarana lingkungan.
6. Rencana Pola Ruang a. Pola ruang wilayah a. Pola Ruang Wilayah
Wilayah Provinsi menggambarkan Kabupaten Semarang,
rencana sebaran kawasan menggambarkan rencana
lindung dan kawasan sebaran kawasan lindung
budidaya. dan kawasan budidaya.
b. Kawasan Hutan Lindung b. Kawasan Hutan Lindung
masuk kedalam Kawasan disebutkan tersendiri dan
Yang Memberi tidak masuk kedalam
Perlindungan Terhadap Kawasan Yang
Kawasan Bawahannya; Memberikan Perlindungan
Terhadap Kawasan
Bawahannya;
7. Kawasan Hutan Hutan Lindung yang tersebar Seluas kurang lebih 1.593
Lindung di Kabupaten-Kabupaten se- (seribu lima ratus Sembilan
Jawa Tengah puluh tiga) hektar, tersebar di
kawasan Gunung Ungaran
dan Gunung Telomoyo.
8. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air yang Kawasan resapan air di
tersebar di Kabupaten- Daerah meliputi wilayah
Kabupaten se-Jawa Tengah Kecamatan Getasan,
Banyubiru, Jambu,
Sumowono, Bandungan,

4
Bergas dan Ungaran Barat
seluas kurang lebih 6.045
(enam ribu empat puluh lima)
hektar
9. Kawasan Perlindungan Menyebutkan sepadan pantai Tidak menyebutkan sepadan
Setempat pantai
10. Kawasan sepadan Tidak menyebutkan jarak Menyebutkan jarak sepadan
sungai dan saluran sepadan sungai dari tepi sungai dari tepi sungai sesuai
irigasi tanggul sungai. dengan jenis kawasan dan
kedalaman sungai.
11. Pola Ruang Kawasan Pola ruang untuk kawasan Pola ruang kawasan
Budidaya budidaya meliputi: budidaya, meliputi :
a. Kawasan hutan produksi; a. Kawasan peruntukan
b. Kawasan hutan rakyat; hutan produksi dan hutan
c. Kawasan peruntukan rakyat;
pertanian; b. Kawasan peruntukan
d. Kawasan peruntukan pertanian;
perkebunan; c. Kawasan peruntukan
e. Kawasan peruntukan perikanan;
peternakan; d. Kawasan peruntukan
f. Kawasan peruntukan pertambangan;
perikanan; e. Kawasan peruntukan
g. Kawasan peruntukan industri;
pertambangan; f. Kawasan peruntukan
h. Kawasan peruntukan pariwisata; dan
industri; g. Kawasan peruntukan
i. Kawasan peruntukan permukiman.
pariwisata;
j. Kawasan peruntukan
permukiman;
k. Kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil;

5
12. Arahan Pemanfaatan a. Pemanfaatan ruang a. Pemanfaatan ruang
Ruang Wilayah dilakukan melalui wilayah berpedoman pada
pelaksanaan program rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang beserta ruang.
pembiayaannya. b. Pemanfaatan ruang
b. Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan
mengacu pada fungsi ruang melalui penyusunan,
yang ditetapkan dalam sinkronisasi, dan
rencana tata ruang pelaksanaan program
dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang beserta
mengembangkan sumber pendanaannya.
penatagunaan tanah, c. Perkiraan pendanaan
penatagunaan air, program pemanfaatan
penatagunaan udara dan ruang disusun sesuai
penatagunaan sumberdaya dengan Ketentuan
alam lain. Peraturan Perundang-
undangan.
13. Pengendalian Arahan Pengendalian Ketentuan pengendalian
Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang pemanfaatan ruang terdiri
diselenggarakan melalui atas :
penetapan: a. Ketentuan umum
a. Indikasi Arahan Peraturan peraturan zonasi;
Zonasi Sistem Provinsi; b. Ketentuan umum
b. Arahan Perizinan; perizinan;
c. Arahan Pemberian insentif c. Ketentuan umum
dan disinsentif; pemberian insentif dan
d. Arahan Sanksi. disinsentif; dan
d. Ketentuan arahan sanksi.
14. Kelembagaan a. Dalam rangka a. Dalam rangka
mengoordinasikan mengkoordinasikan
penyelenggaraan penataan penyelenggaraan penataan
ruang dan kerjasama antar ruang dan kerjasama antar
sektor/antar daerah bidang sektor dan / atau antar

6
penataan ruang dibentuk daerah yang lain di bidang
BKPRD. penataan ruang dibentuk
b. Tugas, susunan organisasi, BKPRD.
dan tata kerja BKPRD b. Tugas, fungsi, dan
diatur dengan Peraturan susunan organisasi serta
Gubernur. tata kerja BKPRD diatur
dengan Peraturan Bupati.
15. Ketentuan Lain-lain a. Untuk operasionalisasi Untuk mengarahkan dan
RTRWP Jawa Tengah sebagai pedoman kegiatan di
disusun Rencana Rinci Tata wilayah Kecamatan dan
Ruang berupa Rencana Tata kawasan, maka perlu disusun
Ruang Kawasan Strategis rencana rinci berupa Rencana
Provinsi. Detail Tata Ruang Kawasan,
b. Rencana Tata Ruang meliputi:
Kawasan Strategis Provinsi a. Kawasan perkotaan
ditetapkan dengan Ungaran dan Ambarawa
Peraturan Daerah. yang merupakan PKL;
b. Kawasan perkotaan
Tengaran dan Suruh yang
merupakan PKL;
c. Kawasan perkotaan
ibukota kecamatan lainnya
yang merupakan PPK; dan
d. Kawasan strategis
Kabupaten.
16. Peraturan lanjutan Hal-hal yang belum diatur Hal-hal lain yang belum
dalam Peraturan Daerah ini diatur dalam Peraturan
sepanjang mengenai teknis Daerah ini sepanjang
pelaksanaannya diatur lebih mengenai teknis
lanjut dengan Peraturan pelaksanaannya akan diatur
Gubernur. lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

7
B. Implementasi Peraturan Daerah Kab. Semarang Nomor 6 Tahun 2011 pada
Pemberian Pertimbangan Teknis Pertanahan
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia No. 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis
Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan
Penggunaan Tanah diatur bahwa Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan
Izin Perubahan Penggunaan Tanah adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan
syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian izin kepada
pemohon untuk melakukan perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanahnya.
Keluaran dari Pertimbangan Teknis Pertanahan sebagaimana diatur dalam Pasal 5
Ayat (1) PerKaBPN RI No. 2 Tahun 2011 yang berbunyi bahwa Pertimbangan Teknis
Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan
Penggunaan Tanah meliputi:
1. Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan; dan
2. Peta-peta Pertimbangan Teknis Pertanahan
Salah satu kegiatan yang pelaksanaannya mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Semarang (RTRW Kab. Semarang) adalah pemberian
Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang. Pemberian
Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
di Kantor Pertanahan Kabupaten Semarang selama ini telah memperhatikan arahan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Semarang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031.
Sebagai contoh salah satu implementasi RTRW Kab Semarang adalah
digunakannya sebagai dasar dalam penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan
Dalam Rangka Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan Tanah di Desa Banyubiru,
Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Dimana fungsi kebijakan tata ruang
yang diatur dalam Perda Kab. Semarang disini adalah sebagai dasar disetujui atau
tidaknya permohonan izin perubahan penggunaan tanah yang diajukan oleh pemohon.
Dalam pengolahan penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan diberikannya izin paling sedikit harus memuat
peta-peta sebagai berikut :
1. Petunjuk Letak Lokasi;

8
2. Penggunaan Tanah;
3. Gambaran Umum Penguasaan Tanah;
4. Kemampuan Tanah;
5. Kesesuaian Penggunaan Tanah;
6. Ketersediaan Tanah; dan
7. Pertimbangan Teknis Pertanahan.
Dalam rangka penyusunan risalah dan peta-peta tersebut di atas diperlukan data
dan informasi yang diperoleh berdasarkan:
1. Pengumpulan data dan informasi di lapangan;
2. Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten/Kota/Provinsi/Nasional; dan
3. Data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber lainnya yang diperlukan.
Berdasarkan data yang didapat dalam penerbitan Pertimbangan Teknis
Pertanahan Dalam Rangka Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan Tanah di Desa
Banyubiru, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, bahwa tanah yang dimohon
rencana penggunaanya adalah untuk rumah tinggal. Jika melihat data pada Peta
Penggunaan Tanah di lokasi tersebut adalah digunakan untuk permukiman, seperti
yang tertera pada gambar di bawah ini :

Lokasi

Gambar 1. Peta Penggunaan Tanah Desa Banyubiru, Kecamatan Banyubiru,


Kabupaten Semarang

Berdasarkan Berita Acara Peninjauan Lokasi dan Berita Acara Rapat Tim
Pertimbangan Teknis Pertanahan bahwa lokasi bidang tanah yang dimohon untuk

9
pembangunan Rumah Tinggal seluas ±133m² terletak pada kawasan peruntukan
permukiman perkotaan, sebagaimana kebijakan tata ruang yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2011, sehingga
lokasi tersebut dapat dipertimbangkan untuk disetujui dengan ketentuan yang
terlampir pada berkas Pertimbangan Teknis Pertanahan.
Melihat beberapa hal di atas dapat diketahui bahwa dalam pemberian
Pertimbangan Teknis Pertanahan harus mengacu dan didasarkan pada produk tata
ruang yang berupa Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6
Tahun 2011. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pengambilan kebijakan dibidang
pertanahan tidak terlepas dari RTRW sebagai instrumen pengendalian ruang sehingga
tercipta ruang bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat.

Referensi :
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 2 Tahun 2011
tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi,
Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
Peraturan Daerah Kab. Semarang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Semarang Tahun 2011-2031
Website :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt58058fd9e0ccc/sanksi-jika-melanggar-
rencana-tata-ruang-wilayah diakses pada tanggal 3 Desember 2012 Pukul 15.20 WIB
http://acehutarapenataanruang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fungsi-dan-hirarki-
rencana.html diakses pada tanggal 3 Desember 2012 Pukul 15.20 WIB

10

Anda mungkin juga menyukai