PDF Editor 1
KAKAO
I. Pendahuluan
Pada masa yang akan datang, komoditas biji kakao Indonesia doharapkan
memperoleh posisi yang sejajar dengan komditas perkebunan lainnya seperti
karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun produksinya.
Sumbangsih nyata biji kakao terhadap perekonomian Indonesia adalah dalam
bentuk nilai devisa dari ekspor biji kakao dan hasil industri kakao. Efek positif
yang tidak kalah penting dari peningkatan komditas kakao adalah tersedianya
lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia.
a. Sejarah
PDF Editor
Direktorat Jenderal Perkebunan (2006, pada tahun 2003 luas areal
2
penanaman kakao telah mencapai 917 ribu Ha dan tersebar diseluruh
provinsi, kecuali DKI Jakarta).
Pengusahaan kakao di Indonesia lebih banyak dilakukan oleh
perkebunan rakyat sekitar 965 ribu keluarga tani terlibat langsung dalam
usaha tani kakao. Pada tahun 2005, tercatat seluas 887.735 Ha (89,45%)
perkebunan kakao di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Sementara
perkebunan besar swasta seluas 54.737 Ha (5,51%) dan perkebunan besar
nagara hanya seluas 49.976 Ha (5,04%). Oleh karena itu kakao rakyat
menyumbang sekitar 90% dari produksi nasional. Namun, dari perkebunan
kakao yang ada di Indonesia, nilai produktivitas nasionalnya rendah, yaitu
rata-rata 897 Kg/Ha/tahun, padahal potensi produktivitas tanamannya bisa
mencapai lebih dari 2000 Kg/Ha/tahun.
b. Prospek
PDF Editor
dalam negeri. Disaat harga kakao kurang bergairah, banyak produsen kurang
memperhatikan produksi tanamannya sehingga menurunkan produksi dan
3
mengalami defisit produksi. Kondisi ini akan memicu kenaikan harga yang bisa
berimbas pada kembalinya gairah untuk meningkatkan produksi.
Menyimak ketahanan para petani kakao Indonesia dalam menghadapi
fluktuasi harga kakao pada tahun-tahun yang lalu, kondisi defisit produksi dan
kecenderungan peningkatan tingkat grinding dunia justru menjadi peluang
yang besar. Titik terang mengenai tingkat grinding dunia memang mengalami
peningkatan nyata, yakni ketika Asia dinyatakan sebagai kelompok negara
yang mengalami peningkatan lebih besar dibanding kelompok negara lain
(sebesar 13,2%), sementara kenaikan grinding dunia pada tahun yang sama
(2004) hanya sebesar 4,8% (lihat Tabel.3 dan Tabel 4,). Grinding kakao dalam
negeri juga masih memerlukan pasokan kakao dalam jumlah yang cukup
besar sehingga impor biji kakao Indonesia terus mengalami peningkatan.
Kelompok negara Asia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
konsumsi, seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Sedikit saja
kenaikan tingkat konsumsi di Asia khususnya China, Indonesia, dan India
(hampir setengah dari populasi penduduk dunia berdmomisili di kawasan ini),
secara nyata akan meningkatkan produksi kakao di Asia. Namun bila
dibandingkan dengan negara-negara Amerika Utara dan Eropa Barat (2.443-
2.783 g/tahun), tingkat konsumsi kakao per kapita di negara-negara Asia,
Timur Tengah, dan Afrika masih sangat rendah yaitu hanya mencapai 12-262
g/tahun.
Dibandingkan dengan negara produsen kakao lainnya, Indonesia
memiliki beberapa keunggulan dalam hal pengembangan kakao. Keunggulan
tersebut antara lain :
• Ketersediaan yang masih cukup luas,
• Biaya tenaga kerja yang relatif murah, TM
• Potensi pasar domestic yang besar, dan
• Sarana transportasi yang cukup baik.
PDF Editor 4
c. Kesesuaian Lahan
1) Tahapan Penilaian
Terdapat dua macam cara dalam melakukan penilaian lahan, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung dapat dilakukan dengan
melakukan trial and error atau percobaan di lapangan. Sementara penilaian
secara tidak langsung adalah dengan melakukan pemetaan dan prediksi-prediksi
terhadap lahan yang akan digunakan.
Proses penilaian lahan secara tidak langsung dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan. Mulai dari pencirian lahan yang umumnya dilakukan saat
survey tanah, mempelajari karakteristik lahan, dan terakhir dengan menilai
keseuaian lahannya.
a) Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanaman
termasuk budidaya kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang
10o LS – 10o LU dan pada ketinggian 0 – 600 mdpl. Faktor iklim yang turut
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao antara lain suhu TM
udara, curah
hujan, kelembapan udara, angin, dan intensitas cahaya matahari.
PDF Editor 5
b) Suhu udara
c) Curah hujan
Tanaman kakao membutuhkan curah hujan yang sebarannya merata
atau curah hujan tahunannya lebih besar dari evapotranspirasinya. Kisaran
curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 1.500 –
2.500 mm/tahun.
Di daerah yang curah hujannya kurang dari 1200 mm/tahun, proses
evapotranspirasinya lebih besar dari curah hujannya sehingga tanaman
kakao membutuhkan tambahan pengairan agar pertumbuhannya bisa
berlangusng normal. Pada kisaran curah hujan yang berlebih (lebih dari
3.000 mm/tahun), baisanya banyak kendala yang dijumpai seperti serangan
hama dan penyakit, pencucian hara yang berlebih, serta terjadinya erosi
tanah.
d) Kelembapan udara
TM
Tanaman kakao menghendaki lingkungan dengan kelembapan
tinggi dan konstan, yakni diatas 80%. Nilai kelembapan ini merupakan
PDF Editor
mikroklimat hutan tropis yang dapat menjaga stabilitas tanaman.
6
Kelembapan tinggi bisa mengimbangi proses evapotranspirasi tanaman dan
mengompensasi curah hujan yang rendah. Namun kelembapan tinggi yang
terus menerus terjadi bisa mencetuskan munculnya jamur penyebab
penyakit.
e) Angin
g) Tanah
PDF Editor 7
• Sifat fisik tanah
PDF Editor
Mn, Zn, dan Cu sehingga tanaman akan mengalami klorosis. Sebaliknya, bila
pH tanah terlalu asam (kurang dari 4), tanaman kakao akan kelebihan
8
unsur-unsur tersebut (Fe, Mn, Zn, dan Cu) sehingga tanaman kakao akan
mengalami keracunan unsur hara.
d. Bahan Tanam
e. Perbanyakan Tanaman
1) Perbanyakan Generatif
TM
Berdasarkan sifatnya, tanaman kakao dapat memperbanyak diri
secara generatif, yakni dengan rencana penyerbukan silang.
PDF Editor
Perbanyakan kakao melalui cara ini sudah sering dilakukan pada
tanaman kakao lindak dengan menggunakan benih. Walaupun bibit yang
9
dihasilkan cenderung tidak seragam, namun lebih sederhana dan efektif
dalam pengaplikasiannya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil
bibit sesuai yang diharapkan ada baiknya memiliki pemahaman lebih
jauh mengenai sifat beinh, proses pembibitan dan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhinya.
2) Pembuatan benih
3) Perkecambahan benih
PDF Editor
Perkecambahan benih dalam bedengan dilakukan dengan
cara meletakkan bagian tubuh benih dengan ujung besar atau di
10
tempat keluarnya akar (radikula) dibagian bawah. Benih kemudian
disusun dengan kerapatan tanaman yang berjarak alur sekitar 3 cm
dan jarak antar benih sekitar 1 cm. Benih akan mulai berkecambah
pada hari ke
ke-4 atau hari ke-5. Pada hari ke-12,
12, semua benih biasanya
telah berkecambah. Apabila keeping biji telah mulai terlihat,
pertanda benih siap untuk dipindah ke media pembibitan.
• Pembibitan
Pada hari ke
ke-4 dan ke-
5, benih yang telah berhasil
dikecambahkan selanjutnya
dipindahkan ke media
pembibitan berupa campuran
tanah subur, pupuk kandang,
dan pasir dengan
perbandingan 2:1:1. Sebelum
digunakan, campuran media TM
tersebut diayak terlebih
dahulu dan dimasukkan ke
PDF Editor
dalam polybag berukuran 20 x
30 cm sampai sekitar 1
1-2 cm dibawah tepi polybag.
11
Seperti halnya media perkecambahan, media pembibitan juag
dilengkapi dengan atap untuk menaungi kecambah. Selain rutin
disiram 2 kali sehari, bibit juga perlu diberi perlakuan pemupukan.
2. Perbanyakan Vegetatif
PDF Editor
Diantara metode perbanyakan tersebut, metode okulasi
merupakan yang paling lazim digunakan, karena penggunaannya cukup
12
hemat dan menggunakan satu mata entres saja. Namun pertumbuhan
tunasnya memakan waktu cukup lama,sekitar 9 bulan.Selain itu
penggunaannya terbatas untuk perkebunan besar. Dari bidang
pemuliaan tanaman, perbanyakan denngan sambung pucuk dan okulasi
dapat mempersingkat waktu untuk menguji klon baru. Hanya dengan
menempelkan entries atau mata okulasi ke batang bawah yang sedang
dalam fase pertumbuhan generative, tanaman akan cepat berbunga.
Metode ini juga dapat digunakan untuk menguji adanya penyakit yang
sifatnya sistemik serta menguji ketahan suatu klon baru terhadap
penyakit, baik disebabkan oleh virus maupun parasit.
PDF Editor
terganggu akibat iklim yang tidak menentu dan faktor-faktor lainnya.
13
Dari beberapa alternatif tanaman tumpang sari tersebut, kelapa
merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak diteliti karena
menunjukkan kombinasi yang baik dengan tanaman kakao.
5) Pemangkasan
a) Pemangkasan bentuk
Pemangkasan ini dilakukan agar tanaman kakao memiliki
bentuk/kerangka yang baik sehingga pertumbuhannya seimbang dan
semua daun terkena sinar matahari secara merata. Agar pemangkasannya
optimal, sebaiknya tanaman dipangkas pada saat berumur 8-12 bulan
(tanaman muda) dan pada saat berumur 18-24 bulan (tanaman remaja).
Cara yang dapat dilakukan dalam pemangkasan bentuk adalah sebagai
berikut :
• Hilangkan cabang-cabang primer yang sudah tidak layak lagi (lemah),
biarkan hanya tersisa 3-4 cabang yang memiliki kondisi sehat dengan
arah pertumbuhan merata ke segala arah.
• Buang cabang-cabang sekunder yang tumbuh terlalu dekat jorket
(sekitar (30-60 cm dari jorket).
• Atur agar cabang sekunder jaraknya tidak terlalu dekat satu dengan
TM
yang lainnya. Upayakan agar arah sebaran cabang-cabang sekunder
tersebut berbentuk zig-zag.
PDF Editor 14
• Potong cabang-cabang yang menggantung dan batasi pertumbuhunnya
agar tidak terlalu tinggi. Upayakan agar tinggi tanaman kakao selalu
terjaga 3-4 m.
b) Pemangkasan pemeliharaan
Pemangkasan ini bertujuan untuk memelihara tanaman kakao
sehingga pertumbuhannya bisa berlangsung sukses tanpa ada gangguan
hama dan penyakit.
Selain itu, untuk memacu pembentukan organ-organ tanaman seperti
daun, bunga, dan buah. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pemagkasan
pemeliharaan adalah sebagai berikut :
• Kurangi sebagian daun pada tajuk tanaman yang terlalu rimbun, yakni
dengan cara memotong ranting-ranting yang sangat ternaungi.
• Pangkas cabang yang tumbuh dengan ketinggian > 3,5 m
• Buang daun-daun yang menggantung agar tidak menghalangi
pertumbuhan cabang-cabangnya.
c) Pemangkasan produksi
Pemangkasan produksi berkesinambungan dengan pemangkasan
pemeliharaan. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan produktivitas
tanaman. Cara ini dilakukan dengan memangkas daun-daun agar tidak
terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak tersebar merata ke seluruh
organ daun. Dengan demikian, proses fisiologis terpenting dari tanaman,
yakni fotosintetis bisa berjalan lancer sehingga sirkulasi makanan dari daun
ke seluruh organ tanaman juga lancer. Tanaman pun akhirnya dapat
berproduksi secara optimal.
6) Pemupukan TM
PDF Editor
unsur hara yang kurang atau tidak tersedia di dalam tanah. Umumnya,
pemupukan tanaman kakao menggunakan pupuk urea atau ZA sebagai sumber N,
15
pupuk TSP sebagai sumber P, dan pupuk KCl sebagai sumber K. selain pupuk
buatan tersebut, pada tanaman kakao juga bisa ditambahkan pupuk organic
berupa pupuk kandang atau kompos.
Meskipun tanaman membutuhkan asupan tambahan berupa pupuk
buatan ataupun pupuk organik, pemberian pupuk tetap harus memperhatikan
petunjuk dan dosis yang dianjurkan. Hal ini penting untuk mencegah tanaman
kakao mengalami keracunan akibat kekurangan atau kelebihan dosis yang hanya
akan mengganggu produktivitas tanaman kakao.
b) Jenis pupuk
c) Waktu pemupukan
TM Waktu
Pemupukan biasanya dilakukan dua kali dalam satu tahun.
yang ideal untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim
PDF Editor
penghujan atau pada akhir musim hujan (Maret – April atau Oktober –
November).
16
d) Aplikasi pemupukan
7) Pengendalian Hama
PDF Editor 17
pada malam hari, yaitu muali pukul 18.00 sampai 07.00 keesokan harinya.
Pada siang hari, ngengat bersembunyi ditempat yang terlindung dari sinar
matahari, yaitu pada bagian bawah cabang horizontal.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa 63,43% imago
PBK menyukai cabang horizontal yang berdiameter antara 5,1-10 cm,
sedangkan cabang vertikal dengan diameter 0-5 cm, tetapi hama ini tidak
menyukai cabang yang diameternya lebih dari 20 cm sebagai tempat
peristirahatannya. Ngengat PBK tidak mampu terbang jauh dan arah
terbangnya tidak menentu. Seekor serangga jantan hanya mampu terbang
sejauh 153 m di lapangan terbuka, tetapi apabila dilakukan penangkapan
menggunakan feromon seks, ngengat jantan mampu terbang sejauh 800
m.
Telur ngengat PBK berbentuk oval dengan panjang 0,45 – 0,50
mm dan lebar 0,25 – 0,30 mm, pipih, berwarna orange pada saat baru
diletakkan, dan kemudian berubah menjadi abu-abu kehitaman apabila
akan menetas. Telur PBK lebih banyak diletakkan pada buah-buah yang
berukuran panjang lebih dari 10 cm. lama stadium telur berkisar antara 2-
7 hari.
Hama ini menyerang buah-buah kakao mulai dari yang masih
muda (panjang ± 8 cm) sampai buah menjelang masak. Stadium yang
menimbulkan kerusakan pada tanaman kakao adalah stadium larva. Larva
PBK cenderung memakan daging buah dan saluran makanan yang menuju
biji, walaupun tidak sampai menyerang biji.
Larva yang baru menetas dari telur berwarna putih transparan
dengan panjang kurang lebih 1 mm. larva tersebut langsung menggerek ke
dalam buah dan memakan permukaan dalam kulit buah, daging buah,
TM
dan saluran makanan ke biji (palsenta). Lama stadium larva sekitar sekitar
PDF Editor 18
14-18 hari, terdiri dari 4 instar. Pada pertumbuhan penuh , panjangnya 12
mm dan berwarna putih kotor sampai hijau muda. Menjelang
pembentukan kepompong (pupa), larva membuat lubang keluar pada kulit
buah dengan diameter 1 mm. setelah berada di luar buah,larva tersebut
akan segera merayap pada permukaan buah atau menjatuhkan diri
dengan pertolongan benang sutera untuk mencari tempat membuat
kepompong. Sebelum menjadi kepompong, larva terlebih dahulu memintal
benang sutera untuk membuat rumah kepompong (kokon).
Gejala serangan baru biasanya tampak dari luar, yakni pada saat
buah mulai dewasa. Serangan ditandai dengan memudarnya warna kulit
buah, munculnya belang berwarna hijau kuning atau merah jingga, dan
bila buah dikocok tidak berbunyi. Gejala serangan akan semakin terlihat
saat buah dibelah, yakni ditandai dengan daging buah yang tampak
berwarna hitam dengan biji-biji melekat satu sama lain, keriput, dan
bobotnya sangat ringan. Kerugian akibat serangan PBK merupakan
resultan dari penurunan berat biji kualitas rendah, kehilangan hasil, dan
meningkatnya biaya panen yang disebabkan sulit untuk memisahkan biji
yang terserang dari kulit buah.
PBK adalah hama yang sulit dideteksi dan sulit dikendalikan. Oleh
akrena itu, untuk menanggulangi PBK diperlukan tindakan
penanggulangan yang didasarkan pada tingkat serangan dan keadaan
tanaman kakao. Tindakan pengendalian terpadu PBK terbagi menjadi dua,
yaitu untuk daerah bebas PBk dan daerah serangna. Pada daerah bebas
PBK dapat dilakukan dengan melaksanakan peraturan mengenai
karantina domestic maupun internasional secara benar. Tindakan
karantina tersebut yaitu dengan tidak memasukkan bahan tanaman kakao
TM
dari daerah terserang PBK. Selain karantina, hak yang juga perlu
dilakukan adalah melakukan kegiatan monitoring/pengamatan serangan
PDF Editor
PBK di tempat pengumpulan hasil (TPH) pada setiap panen dengan cara
mengambil 100 buah contoh untuk diamati serangan PBKnya.
19
Standar Operasional Pengendalian (SOP) PBK di daerah serangan
PBK dibagi menjadi teknik pengendalian yang wajib dilakukan oleh
pekebun, yaitu meliputi pemangkasan, pemupukan, panen sering, dan
sanitasi, serta teknik pengendalian lain jika serangan PBK masih tinggi dan
dirasakan merugikan, yaitu meliputi pengendalian hayati, penyarungan
buah, penyemprotan insektisida, pemasangan perangkap feromon, dan
pemanfaatan tanaman tahan.
PDF Editor
lidi. Serangan hama ini bisa meyebabkan penurunan produksi buah
sebesar 50-60%..
20
Semut hitam (D. thoracicus) merupakan salah satu musuh alami
yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama ini. Aktivitas semut
hitam yang selalu berada di permukaan buah menyebabkan Helopeltis spp.
tidak sempat menusukkan stiletnya atau bertelur diatas buah kakao
sehingga buah pun terbebas dari serangan Helopeltis spp. Semut hitam
berfungsi sebagai agen pengendali hayati jika populasi di ekosistem kakao
cukup berlimpah.
c) Ulat Kilan
d) Penggerek Batang
TM
Larva penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae Nietn. (Lepidoptera,
Cossidae) mulai menggerek dari bagian samping batang/cabang yang
PDF Editor
meiliki diameter 3-5 cm dengan panjang liang gerek mencapai 40-50 cm.
21
akibatnya, cabang menjadi berlubang dan pada permukaan lubang sering
terdapat campuran kotoran larva dan serpihan jaringan. Menjelang
stadium pupa, larva membuat rongga gerekan dengan arah melintang di
ujung gerekan hingga mendekati kulit batang/cabang dan sering
meninggalkan liang gerekannya serta mulai membuat lubang gerekan
baru pada pangkal batang/cabang yang sama atau kadang-kadang pada
batang/cabang yang lain. Batang/cabang yang terkena gerekan ini akan
layu, kering, dan mati, terutama pada batang/cabang yang berukuran
kecil.
Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mekanis seperti
memotong batang/cabang yang terserang, yakni pada jarak 10 cm kea rah
pangkal dari lubang gerekan, kemudian larva atau kepompong yang
ditemukan dibunuh. Pengendalian secara biologis juga dapat dilakukan
yaitu dengan menggunakan jamur B. Bassiana. Caranya adalah dengan
memasukkan campuran (suspensi) spora B. Bassiana dan air ke dalam
lubang penggerek menggunakan alat semprot tangan. Pengendalian secara
kimia dengan insektisida juga dapat dilakukan yaitu dengan cara menutup
lubang gerekan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi larutan
insektisida racun pernafasan, kemudian lubang ditutuo dengan potongan
kayu.
8) Pengendalian Penyakit
PDF Editor
intensitas serangan sedang sampai berat, fungisida lebih bertujuan sebagai
tindakan preventif yaitu menlindungi bagian tanaman yang masih sehat.
22
Penyakit-penyakit penting pada tanaman kakao di Indonesia meliputi
penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora), kanker batang (Phytophthora
palmivora), antraknose colletotrochum (Colletotricum gloeosporioides), vascular
streak dieback (Oncobasidium yheobromae), dan jamur akar. Penyakit busuk buah
merupakan penyakit terpenting karena terddapat hamper di seluruh areal
penanaman kakao dan kerugiannya langsung dapat dirasakan dengan penurunan
produksi yang cukup tinggi.
a. Pengolahan
1. Kapasitas Pengolahan
KP = LA x PB x 1,022/100
Keterangan :
PK = Produktivitas biji kakao kering (kg/ha/th)
KP = Kapasitas maksimum pengolahan (kg biji kakao segar/hari)
= Produksi Kakao segar tertinggi (kg/hari) TM
PB = Produktivitas biji kakao basah (kg/ha/th)
LA = Luas areal perkebunan (ha)
PDF Editor 23
2. Pemetikan dan Sortasi Buah
PDF Editor 24
• Mengatur tempat pemeraman agar cukup ber
bersih
sih dan terbuka
• Disimpan menggunakan wadah pemeraman seperti keranjang ata
karung goni
• Member alas pada permukaan tanah dan penutup permukaan
tumpukan buah dengan daun
daun-daun
daun kering apabla dilakukan
pemeraman di kebun. Cara ini dapa menurunkan jumlah biji kakao
ka
yang rusak dari sekitar 15% menjadi sekitar 5%.
4. Pemecahan Buah
5. Fermentasi
PDF Editor
ditandai dengan ciri
ciri-ciri bertekstur
pejal, berwarna slaty (keabu-abuan),
25
memiliki rasa sangat pahit dan sepat, serta bercita rasa cokelat. Biji
kakao yang difermentasi dengan baik akan bertekstur agak remah atau
mudah pecah,
cah, warna keping biji cokelat sampai cokelat dengan sedikit
warna ungu, cita rasa pahit dan sepat tidak dominan, dan tentunya
berkualitas baik.
Waktu fermentasi yang diterapkan bervariasi antara 2-6
2 hari, tetapi
umumnya petani menerapkan waktu fermentasi selama 2 hari,
sedangkan petani yang lebih mahfum akan tujuan fermentasi masih mau
memfermentasi selama 5
5-6 hari, demikian pula unit-unit
unit pengolahan inti.
Namun, masih banyak petani yang tidak menerapkan proses fermentasi
maupun pencucian
pencucian.
6. Perendaman dan P
Pencucian
PDF Editor
dengan tangan atau menggunakan mesin
cuci.
26
7. Pengeringan
8. Tempering
TM
Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji kakao
PDF Editor
dengan suhu udara sekitarnya setelah dikeringkan. Tujuannya adalah
agar biji kakao tidak mengalami kerusakan fisik pada tahap pengolahan
27
berikutnya (misalnya sortasi dan pengemasan) serta untuk menjaga
stabilitas kadar air dan berat. Tempat tempering bisa disebut gudang
timbun sementara. Kapasitas gudang timbun sementara ini umumnya
adalah 330 kg biji kakao kering/m2. Gudang biasanya didesain
sedemikian rupa agar mampu menampung sekitar 30% jumlah produksi
tahunan.
9. Sortasi
III. Mutu
TM
Biji kakao maupun produk turunannya di Indonesia yang di produksi
maupun diekspor harus memenuhi persyaratan Standardisasi Nasional Indonesia
PDF Editor
(SNI), SNI ini beberapa kali mengalami revisi akibat perkembangan standar
konsumsi kehidupan manusia.
28
a. Cita Rasa, Tekstur dan Warna Cokelat
PDF Editor
2-6Dimetilpirazin Seperti kacang. Khas kopi, bau rumput (green) 88
29
2-Etilpirazin Bau lemak kacang, apek, seperti kacang -
Rasa pahit adalah cita rasa khas lain yang alami yang bisa
dikecap dari cokelat. Rasa tersebut berasala dari komponen-komponen
alkaloid seperti theobromine dan caffeine, komponen fenolic, pirazin,
beberapa peptide, dan asam amino bebas. Rasa pahit cokelat seringkali
rancu dengan rasa sepat, karena sebagian orang tidak sepenuhnya
mengerti sifat-sifat dan perbedaan antara kedua rasa tersebut. Terlebih
lagi tannin atau polifenol dalam cokelat sebagai komponen yang banyak
bertanggungjawab terhadap rasa sepat, juga menghasilkan rasa pahit.
PDF Editor
Diantara atribut-atribut rasa cokelat, rasa asam merupakan
atribut penting yang berkontribusi secara nyata terhdap cita rasa
30
keseluruhan produk cokelat. Kehadiran rasa asam dalam jumlah sedikit
akan menyumbang keseimbangan cita rasa cokelat, tetapi pada jumlah
yang lebih besar, rasa asam dianggap sebagai cacat rasa. Biji kakao
dengan keasaman yang dinyatakan dalam satuan pH pada nilai 5,20 -
5,50 atau nilai titrasi asam 0,12 – 0,15 meq g-1 diterima sebagai biji
kakao dengan tingkat keasaman yang optimal oleh pabrikan cokelat.
Asam dalam biji kakao termasuk dalam asam-asam organik yang
terbagi dalam kelompok asam organik mudah menguap (terutama
asam asetat) dan asam organik yang tidak mudah menguap (asam
laktat, suksinik, malik, oksalat, dan tartarat), asam asetat merupakan
komponen asam dengan konsentrasi paling besar, yaitu mencapai 788
µg/g.
4. Rasa Manis
PDF Editor 31
5. Cacat Cita Rasa
Kesalahan
Kesalahan-kesalahan
kesalahan dalam pengolahan hulu dan hilir cokelat
bisa menjadi penyebab terjadinya cacat cita rasa cokelat. Rasa sepat
yang menonjol merupakan salah satu cacat serius yang pada cokelat
yang disebabkan karena biji tidak difermentasi. Cacat rasa ini sangat
sulit untuk diperbaiki selama pabrikasi cokelat. Rasa ini sangat
menimbulkan rasa kurang nyaman karena mengganggu saraf di lidah
dan seolah
seolah-olah menyegat
egat dan menimbulkan rasa kering. Hal itu karena
polifenol yang berlebihan pada cokelat berinteraksi dengan protein
dengan kaya prolin di air liur dan mengendapkannya. Asam asetat dan
asam laktat adalah komponen yang juga ditenggarai sebagai penyebab
cacat cita rasa.
PDF Editor
mengubah persepsi rasa cokelat di dalam mulut. Seperti diketahui, daerah
32
permukaan lidah memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap rasa.
Namun, tidak ada aroma yang ditimbulkan oleh lemak kakao.
TM
PDF Editor 33
IV. Industri Hilir
a. Tahapan Pengolahan
2. Penyangraian
PDF Editor
Kondisi penyangraian sangat dipengaruhi oleh jenis olahan akhir
yang dituju, suhu penyangraian untuk bubuk kakao biasanya lebih tinggi
dari pada untuk permen cokelat. Suhu penyangraian yang umum untuk
34
bubuk kakao adalah 106-121oC, sedangkan untuk permen cokelat adalah
99-104oC. Penyangraian pada suhu rendah atau terllu cepat akan
menyebabkan aroma cokelat kurang tajam, tetapi jika suhu terlalu tinggi
atau terlalu lama bisa menyebabkan biji kakao beraroma gosong.
Waktu penyangraian cukup bervariasi, mulai dari 15 menit hingga
2 jam, tergantung pada tipe penyangrai dan tujuan hasil olahan akhir
serta kadar air biji kakao. Biji kakao kering yang berkadar air 6,5%
mengandung nib lebih kurang 87,1% kulit 12,0%, dan germ 0,9%.
Setelah penyangraian, kadar air nib turun menjadi 2,5% - 3% dan kadar
air kulit menjadi 4%. Selama penyangraian, biji kakao akan kehilangan
berat kurang lebih 4,6% yang berasal dari kotiledon dan 1,4% dari kulit.
Namun, secara teoritis rendemen nib biji kakao yang telah disangrai
adalah 88,5%.
Pada prinsipnya, terdapat dua tipe penyangrai, yaitu tipe batch
dan tipe kontinyu. Penyangraian tipe batch biasaya berbentuk drum
berputar dengan pemanasan dari luar menggunakan burner minyak
tanah, kayu, arang, atau LPG (Liquid petroleum gas). Penyangrai tipe
kontinyu biasanya menggunakan udara panas yang dialirkan berlawanan
dengan aliran biji kakao.
PDF Editor
aliran udara untuk memisahkan kulit dari nib berdasarkan ukuran dan
berat jenis.
35
Terdapat dua sebab yang menjadikan proses pemisahan kulit
merupakan suatu proses yang kritis. Pertama, berhubungan dengan
kemurnian produk akhir. Nib kakao tidak mungkin bebas dari kulit
karena teknik pemisahan tidak mungkin berlangsung sempurna. Batas
maksimum kulit pada bubuk kakao adalah 1,75%. Kedua, adalah faktor
profitabilitas. Proses penyangraian sangat menentukan cita rasa dan
warna karena proses pemisahan kulit sangat menentukan hasil
rendemen. Mesin-mesin yang dipasang kurang baik atau dikendalikan
dengan tidak baik akan membuat hilangnya nib karena terbawa dengan
kulit. Kehilangan nib pada tahap ini berpengaruh pada harga pembelian
biji kakao.
PDF Editor
Walaupun untuk bubuk kakao gelap dapat mencapai 8,5%, tetapi dapat
mengurangi cita rasa sehingga hanya layak untuk merubah warna. Tahap
akhir dari proses penyangraian melibatkan penyemprotan air ke dalam
36
oven. Tujuannya adalah untuk membunuh organism dan mikroba yang
masih melekat.
PDF Editor 37
6. Pencampuran
a) Pasta kakao
PDF Editor
yang baik, lezatnya makanan cokelat juga ditentukan oleh
penggunaan bahan dasar yang baik dan resep yang sesuai.
38
b) Lemak dan bubuk kakao
c) Makanan cokelat
TM
Makanan cokelat adalah hasil utama pengolahan biji kakao
di pabrikan. Jenis makanan cokelat yang paling banyak adalah
PDF Editor
berupa permen atau manisan cokelat dengan atau tanpa susu.
Pembuatan makanan cokelat melalui proses utama, yaitu
39
pembersihan, penyangraian, pemisahan nib dari kulit, penghalusan
nib menjadi pasta cokleat, pencampuran pasta cokelat dengan
bahan lainnya (gula, lemak cokelat, susu, emulsifier), homogenisasi
campuran, pematangan, pencetakan, serta pengemasan. Jenis-jenis
makanan cokelat yang ada di pasaran saat ini sangat beragam,
(Editan dari Buku Prospek dan Budidaya Cengkeh 2010 terbitan Bidang Pasca Panen
dan Sistem Informasi Dinas Perkebunan Prov. Sulawesi Selatan).
TM
PDF Editor 40