PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
“Apa dan bagaimanakah strategi pelayanan bimbingan dan konseling serta apa saja
kegiatan bimbingan dan konseling?”
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Tujuan
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah membantu konseli agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu
konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk
mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan
dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah
pengembangan pendidikan.
3
mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media
cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).
Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam
pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu
terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
b. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan
kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak
rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan
mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
4
“figur central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
5
untuk membantu siswa memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam
konseling kelompok ini, masing-masing siswa mengemukakan masalah yang
dialaminya, kemudian satu sama lain saling memberikan masukan atau pendapat
untuk memecahkan masalah tersebut.
6
b. Individual or Small-Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada siswa untuk menggunakan atau
memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi,
sosial, pendidikan dan karir yang diperolehnya untuk (1) merumuskan tujuan, dan
merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan
dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2)
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah
ditetapkan, dan (3)mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
c. Manajemen Program
Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
7
(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.
Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya
sebagai berikut: “Management is the process of planning, organizing, leading and
controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational
resources to achieve stated organizational goals”.
Terkait dengan peran pengawas sekolah, maka dalam hal ini pengawas sekolah
perlu mengetahui dan memahami bagaimana struktur dan lingkup program sebagai bahan
pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja konselor dan pelayanan pendidikan
8
psikologis yang diterima oleh peserta didik untuk mendukung pencapaian perkembangan
yang optimal serta mutu proses dan hasil pendidikan
1. Modal Personal
Modal dasar yang akan menjamin suksesnya penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah adalah berupa karakter personal yang ada dan
dimiliki oleh tenaga penyelenggara bimbingan dan konseling. Modal personal
tersebut adalah :
a. Berwawasan luas, memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, terutama
tentang perkembangan peserta didik pada usia sekoahnya, perkembangan ilmu
pengetahuan/teknologi/kesenian dan proses pembelajarannya, serta pengaruh
lingkungan dan modernisasi terhadap peserta didik.
b. Menyayangi anak, memiliki kasih sayang terhadap peserta didik, rasa kasih
sayang ini ditampilkan oleh Guru Pembimbing/Guru Kelas benar-benar dari hati
9
sanubarinya (tidak berpura-pura atu dibuat-buat) sehingga peserta didik secara
langsung merasakan kasih sayang itu.
c. Sabar dan bijaksana, tidak mudah marah dan atau mengambil tindakan keras
dan emosional yang merugikan peserta didik serta tidak sesuai dengan kepentingan
perkembangan mereka, segala tindakan yang diambil Guru Pembimbing/Guru Kelas
didasarkan pada pertimbangan yang matang.
d. Lembut dan baik hati, tutur kata dan tindakan Guru Pembimbing/ Guru Kelas
selalu mengenakkan hati, hangat dan suka menolong.
e. Tekun dan teliti, Guru Pembimbing/Guru Kelas setia menemani tingkah laku
dan perkembangan peserta didik sehari-hari dari waktu ke waktu, dengan
memperhatikan berbagai aspek yang menyertai tingkah laku dan perkembangan
tersebut.
f. Menjadi contoh, tingkah laku, pemikiran , pendapat dan ucapan- ucapan Guru
Pembimbing/Guru Kelas tidak tercela dan mampu menarik peserta didik untuk
mengikutinya dengan senang hati dan suka rela.
g. Tanggap dan mampu mengambil tindakan, Guru Pembimbing/Guru Kelas
cepat memberikan perhatian terhadapa apa yang terjadi dan atau mungkin terjadi
pada diri peserta didik, serta mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi dan
atau mengantisipasi apa yang terjadi dan mungkin apa yang terjadi itu.
h. Memahami dan bersikarp positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling,
Guru Pembimbing/Guru Kelas memahami tujuan serta seluk beluk layanan
bimbingan dan konseling dan dengan bersenang hati berusaha sekuat tenaga
melaksanakannya secara professional sesuai dengan kepantingan dan perkembangan
peserta didik.
2. Modal Profesional
Modal professional mencakup kemantapan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap dalam bidang kajian pelayanan bimbingan dan
konseling. Semuanya itu dapat diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan
khusus dalam program pendidikan bimbingan dan konseling. Dengan modal
professional itu, seorang tenaga pembimbing (Guru Pembimbing dan Guru Kelas)
akan mampu secara nyata melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling menurut
kaidah-kaidah keilmuannya, teknologinya dan kode etik profesionalnya. Apabila
modal personal dan modal profesional tersebut dikembangkan dan dipadukan dalam
10
diri Guru Pembimbing dan Guru Kelas serta diaplikasikan dalam wujud nyata
terhadap peserta didik yaitu dalam bentuk kegiatan dan layanan pendukung
bimbingan dan konseling, dapat diyakni pelayanan bimbingan dan konseling akan
berjalan dengan lancar dan sukses.
3. Modal Instrumental
Pihak sekolah atau satuan pendidikan perlu menunjang perwujudan kegiatan
Guru Pembimbing dan Guru Kelas itu dengan menyediakan berbagai sarana dan
prasarana yang merupakan modal instrumental bagi suksesnya bimbingan dan
konseling, seperti ruangan yang memadai, perlengkapan kerja sehari-hari,
instrument BK dan sarana pendukung lainnya. Dengan kelengkapan instrumental
seperti itu kegiatan bimbingan dan konseling akan memperlancar dalam
keberhasilannya akan lebih dimungkinkan. Disamping itu, suasana profesional
pengembangan peserta didik secara menyeluruh perlu dikembangkan oleh seluruh
personil sekolah. Suasana profesional ini, selain mempersyaratkan teraktualisasinya
ketiga jenis modal tersebut, terlebih-lebih lagi adalah terwujudnya saling pengertian,
kerjasama dan saling membesarkan diantara seluruh personil sekolah.
11
b. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan :
1. Mengomunikasikan rencana layanan bimbingan kelompok,
2. Mengorganisasikan kegiatan layanan bimbingan kelompok ,
3. Menyelenggarakan bimbingan kelompok melalui tahap-tahap : (1) pembentukan,
(2) peralihan, (3) kegiatan, dan (4) pengakhiran.
12
1. Pertimbangan dalam pembentukan kelompok,
2. Pertimbangan dalam menetapkan seseorang atau lebih dalam kelompok layanan,
3. Materi atau pokok bahasan dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok.
Selain itu, hasil ulangan atau ujian, data AUM (Alat Ungkap Masalah), hasil tes,
sosiometri, dan lain sebagainya merupakan bahan yang sangat berguna dalam
merencanakan dan mengisi kegiatan layanan bimbingan kelompok serta untuk tindak
lanjut (follow up) layanan.
b. Kedua, data yang dihimpun atau diperoleh melalui aplikasi instrumentasi di atas,
dihimpun dalam himpunan data. Selanjutnya data tersebut dapat digunakan dalam
merencanakan dan mengisi kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan
berlandaskan asas-asas tertentu yang relevan.
c. Ketiga, konferensi kasus. Konferensi kasus dapat dilaksanakan sebelum atau setelah
layanan bimbingan kelompok dilakukan. Terhadap siswa yang masalahnya
dikonferensi kasuskan, dapat dilakukan tindak lanjut layanan dengan menempatkan
siswa tersebut ke dalam kelompok bimbingan kelompok tertentu sesuai dengan
masalahnya.
d. Keempat, kunjungan rumah (home visit). Kunjungan rumah dapat dilakukan sebagai
pendalaman dan penanganan lebih lanjut tentang masalah siswa yang dibahas atau yang
dibicarakan dalam layanan. Untuk melakukan kunjungan rumah, konselor harus
melakukan persiapan yang matang dan mengikutsertakan anggota kelompok yang
masalahnya dibahas.
e. Kelima, alih tangan kasus. Seperti pada layanan-layanan yang lain, masalah yang belum
tuntas atau di luar kewenangan konselor dalam layanan bimbingan kelompok juga harus
dialihtangankan atau dilimpahkan kepada konselor atau petugas lain yang lebih
mengetahui. Alih tangan kasus kepada pihak lain atau pihak lain yang lebih berwenang
harus dilakukan sesuai dengan masalah siswa dan mengikuti prosedur yang dapat
diterima klien dan pihak-pihak lain yang terkait.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
[Diambil dari: Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan]
http://hadipranotostarz.blogspot.co.id/2013/02/strategi-layanan-bimbingan-dan-
konseling.html
Juntika, A. & Sudianto, A. (2005). Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP. Jakarta:
Grasindo.
Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya
http://cutnovil.blogspot.co.id/2014/10/organisasi-pelayanan-konseling-dalam.html
15