Definisi Batubara
Istilah batubara merupakan hasil terjemahan dari coal. Disebut batubara karena
dapat terbakar. Banyak sekali definisi mengenai batubara yang telah di kemukakan
dalam referensi, salah satunya berbunyi: “batubara adalah suatu batuan sedimen
organik berasal dari penguraian sisa berbagai tumbuhan yang merupakan
campuran yang heterogen antara senyawa organik dan zat anorganik yang menyatu
dibawah beban strata yang menghimpitnya”.
Batubara berasal dari tumbuhan yang mati, kemudian tertutup oleh lapisan
batuan sedimen. Ketebalan timbunan itu lama-kelamaan menjadi berkurang karena
adanya pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi.
1. Posisi geotektonik
2. Lingkungan Pengendapan
b. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan
1. Teori Insitu
2. Teori Drift
4. Dekomposisi
Dekomposisi merupakan proses transformasi biokimia dari material
dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan
yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun
kimia.
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan zaman
geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan
lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan
panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung inilah
yang telah menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya
bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara yang
berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan
lapisannya (coal seam) dipengaruhi oleh factor - faktor pembentuk
batubara tersebut.
Keterangan:
Cellulose (zat organik) yang merupakan zat pembentuk batubara. Unsur C dalam
lignit lebih sedikit dibandingkan bituminus. Semakin banyak unsur C lignit semakin
baik mutunya. Unsur H dalam lignit lebih banyak dibandingkan pada bituminus.
Semakin banyak unsur H lignit makin kurang baik mutunya. Senyawa CH 4 (gas metan)
dalam lignit lebih sedikit dibanding bitumine. Semakin banyak CH4 lignit semakin
baik kualitasnya.
Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pembusukan
Proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat adanya
aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan
pati.
2. Pengendapan
Proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan mengendap
membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair,
misalnya rawa-rawa.
3. Dekomposisi
Proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan
berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H 2O) dan sebagian akan
menghilang dalam bentuk karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), clan metana
(CH4).
4. Geotektonik
Proses dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik
dan kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami perlipatan dan patahan. Selain itu
gaya tektonik aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan
mengubah batubara low grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting
tertentu, maka zona batubara yang terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke
lingkungan darat.
5. Erosi
Lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan
kemudian di erosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada
permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini.
Jadi, proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan
sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan
peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara,
disebut juga sebagai proses coalification, yang kemudian berubah menjadi antrasit.
Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang
berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada
keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan.
Gambar 2. Proses Pembentukan Batubara Berdasarkan Rank
(sumber : ptba.co.id/id/library/detail/2)
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu
bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan
biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan
Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan
ditemukannya cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam
penyusunannya batubara diperkaya dengan berbagai macam polimer organik yang
berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll. Namun komposisi dari polimer-
polimer
ini bervariasi tergantung pada spesies dari tumbuhan penyusunnya.
Lignin, merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah
susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan molekul umum dari
lignin belum diketahui dengan pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin
yang terdapat pada berbagai macam jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang
terdapat pada rumput mempunyai susunan p-koumaril alkohol yang kompleks. Pada
umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol. Hingga
saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin merupakan
unsur organik utama yang menyusun batubara.
Karbohidrat, gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang
mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul
sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus
hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun
polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena
dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida
(khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
Protein, merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir
sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya
adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada
tumbuhan umunya muncul sebagai steroid, lilin.
Batubara merupakan senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan
komposisi yang cukup kompleks. Pada dasarnya terdapat dua jenis material yang
membentuk batubara, yaitu :
1) Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh
oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari :
• karbon padat (fixed carbon)
• senyawa hidrokarbon
• senyawa sulfur
• senyawa nitrogen, dan beberapa senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2) Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari senyawa
anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O, dan senyawa
logam lainnya dalam jumlah yang kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam
batubara. Kandungan non combustible material ini umumnya diingini karena akan
mengurangi nilai bakarnya.