Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU

KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI


MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN
SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GOMBONG II

INAYATUL BAROROH
A01401903

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI
MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN
SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GOMBONG II

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Prasyarat Untuk
Menyelesaikan Tugas Diploma III Keperawatan

INAYATUL BAROROH
A01401903

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2017

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA RISIKO PERILAKU
KEKERASAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL
PERILAKU KEKERASAN SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOMBONG II”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk memenuhi
tugas akhir Program Studi D III Keperawatan. Tentu suksesnya hasil laporan ini
berkat bimbingan dari baerbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. ALLAH SWT, yang telah memberikan Karunia-NYA sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Herniatun, M.Kep.Sp.Mat selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun
Karya Tulis Ilmiah.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam
proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, yang selalu mendoakan putrinya
untuk menyelesaikan tugas pendidikan ini dan selalu memberikan kasih
sayang yang hangat.
4. Ibu Nurlaila, S.Kep.Ns.M.Kep selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG yang telah memberi kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di Stikes Muhammadiyah Gombong.
5. Bapak H. Sarwono, M. Kes selaku penguji yang telah memberikan bimbingan
dan arahan serta dukungan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Ibu Ike Mardiati Agustin, M.Kep.Sp.Kep.J selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan dan inspirasi dalam
membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
7. Semua Dosen Program Studi D III Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Gombong yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat
dengan sabar, selalu memberikan semangat.
8. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, serta para sahabatku Nani Nur hidayah, Habibah, Ari, Desi,
Rizki, Warsito, Wartono, Andrianto, yang telah memberikan dukungan moril,
doa dan isnpirasi untuk membuat Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik
institusi dan untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin.

Gombong, 21 Agustus 2017

Inayatul Baroroh

viii
Program Studi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2017
Inayatul Baroroh1, Ike Mardiati Agustin2,

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN
SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR
DI WILAYAH KERJA PKM GOMBONG II

Latar Belakang: Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Salah satu tindakan mengontrol yang digunakan yaitu
terapi psikoreligius: zikir. Zikir merupakan suatu upaya untuk mengingat Allah yang
bertujuan membuat hati tenang.
Tujuan Penulisan: Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien risiko
perilaku kekerasan dengan pemberian teknik psikoreligius: zikir.
Metode: Deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus (case study approach).
Terhadap 2 pasien yang mengalami perilaku kekerasan
Hasil: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 4 hari, didapatkan
penurunan tanda gejala perilaku kekerasan, yaitu tanda gejala kognitif sebesar 3
(Pasien I), 5 (Pasien II), afektif sebesar 1 (Pasien I), 3 (Pasien II), fisiologis sebesar 1
(Pasien I), 2 (Pasien II), perilaku sebesar 1 (Pasien I), 2 (Pasien II), sosial sebesar 2
(Pasien I), 1 (Pasien II). Peningkatan kemampuan Pasien I sebesar 80% dan Pasien II
sebesar 75%.
Rekomendasi: Zikir sebagai terapi psikoreligius dapat digunakan untuk klien dengan
resiko perilaku kekerasan dan dapat diterapkan baik di rumahsakit maupun di
masyarakat.

Kata kunci: Perilaku kekerasan, terapi psioreligius, asuhan keperawatan

1. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong


2. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

ix
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, August 2017

Inayatul Baroroh1, Ike Mardiati Agustin2,

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR PATIENTS WITH VIOLENT BEHAVIOUR RISK


BY APPLYING PSYCHORELIGIOUS VIOLENT BEHAVIOUR CONTROL
THERAPY: ZIKIR IN THE WORKING AREA OF
COMMUNITY HEALTH CENTRE II OF GOMBONG

Background: Violent behavior is a state in which someone perfoms an act that can
physically harm himself, other persons or the environment. One of the ways how to
control this behaviour is psychoreligious therapy (Zikir). It is an effort to get closer to
God to calm down the heart.
Objective: Describing nursing care for patients having violet behavior risk by
applying psychoreligius therapy (Zikir).
Method: This study is an analytical descriptive with a case study approach. The
subjects were 2 patients having violent behaviour risk.
Result: After having psychoreligious therapy for four days, there were decreases in
signs and symptoms of cogitive 3(patient I) and 5 (patient II), affective 1 (patient I)
and 3 (patient II), physiological 1 (patient I) and 2 (patient II), behavior 1(patient I)
and 2 (patient II), social 2 (patient I) and 1 (patient II). The increase in capability was
80% (patient I), and 75% (patient II).
Recomendation: Zikir as a psychoreligious therapy can be applied for a patient
having violent behaviour risk and can also be applied either in hospital or in the
comunity.

Keywords: Violent behavior risk, psychoreligious therapy, nursing care

1. Student of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong


2. Lecturer of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ........................................................................................... i


HALAMAN ORISINILITAS ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............... ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK .................. ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN KASUS ................................................................................ 6
A. Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan ............................................... 6
1. Definisi Perilaku Kekerasan ............................................................. 6
2. Penyebab Perilaku Kekerasan ........................................................... 6
3. Rentang Respon ................................................................................ 9
4. Proses Terjadinya Masalah ............................................................... 9
5. Manifestasi ...................................................................................... 10
6. Akibat .............................................................................................. 11
7. Mekanisme Koping ......................................................................... 12
8. Penatalaksanaan .............................................................................. 13
9. Pohon Masalah ................................................................................ 15
B. Terapi Psikoreligius ............................................................................... 15
1. Pengertian Psikoreligius .................................................................. 15
2. Jenis Terapi Psikoreligius ............................................................... 15
3. Etika Studi Zikir .............................................................................. 17
4. Hikmah Zikir ................................................................................... 18
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ..................................................... 18
1. Pengertian ....................................................................................... 18
2. Pengkajian ....................................................................................... 18
3. Fokus Diagnosa Keperawatan ......................................................... 19
4. Fokus Intervensi Keperawatan ........................................................ 19
5. Implementasi Keperawatan ............................................................. 21
6. Evaluasi ........................................................................................... 21
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................................... 23
A. Jenis/Desain/Rancangan Studi Kasus Karya Tulis Ilmiah ................. 23
B. Subjek Studi Kasus .............................................................................. 23
C. Fokus Studi Kasus ............................................................................... 23
D. Definisi Operasional ............................................................................ 24
E. Instrument Studi Kasus ........................................................................ 24
F. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 25
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ........................................................... 25
H. Analisis Data dan Penyajian Data ....................................................... 26
I. Etika Studi Kasus ................................................................................ 26
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN ................................. 28
A. Hasil Studi Kasus ................................................................................. 28
B. Pembahasan ......................................................................................... 50
C. Keterbatasan Studi Kasus .................................................................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 55
A. KESIMPULAN .................................................................................. 55
B. SARAN ................................................................................................ 56
LAMPIRAN ......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan jiwa adalah kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesehatan emosional
(videbeck, 2008). Menurut WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang
diseluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar (10%) orang dewasa
mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar pada tahun (2007) di Indonesia, menunjukan bahwa
prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai (5,6%) dari jumlah
penduduk, dengan kata lain menunjukan bahwa pada setiap 1000 orang
terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari
data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa
selalu meningkat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di
Povinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh
Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), Sumatera Selatan (9,2%) dan
Jawa Tengah (6,85) (Hidayanti,2011).
Jumlah gangguan jiwa tahun 2013 di propinsi Jawa Tengah sebanyak
121.962, sebagian besar kunjungan gangguan jiwa adalah di rumah sakit
(67,29%), sedangkan (32,71%) lainya di puskesmas dan sarana kesehatan lain
(Dinkes jateng, 2013). Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah
(0,3-1%). Masalah utama dari ganguan jiwa adalah schizofrenia. Schizofrenia
merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima,
mengiterpretasikan realitas, merasakan, menunjukkan emosi, dan berperilaku
dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial. Masalah utama yang
sering terjadi pada pasien shizofrenia adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai
dengan diagnosa NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian

1
2

gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena
perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain dan
lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien schizofrenia dibawa
kerumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol (Yosep, 2007). Menurut Kusumawati dan Hartono (2010)
kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ektrem dari marah atau
ketakutan atau panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang
sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan
frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.
Menurut Prabowo (2014) akibat pasien dengan perilaku kekerasan dapat
menyebabkan risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan akibat dari risiko
perilaku kekerasan. pa Standar Operasional Prosedur (SOP) (Depkes RI, 2006).
Salah satu jenis SOP nya adalah SOP tentang Strategi Pelaksanaan (SP)
tindakan keperawatan pada pasien. SP ini merupakan standar model
pendekatan asuhan keperawatan klien gangguan jiwa, salah satunya pasien
dengan masalah utama resiko perilaku kekerasan (Yosep, 2007). Ada empat
cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu: latihan fisik 1 tarik nafas dalam dan
latihan fisik 2 (pukul bantal dan kasur), minum obat secara teratur, berbicara
secara baik dan melakukan teknik spiritual/psikoreligius. Penelitian Psikiatrik
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat religius dan taat
menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat atau mampu mengatasi
penyakitnya sehingga proses penyembuhan penyakit lebih cepat (zainul z,
3

2007). Saat ini perkembangan terapi dunia kesehatan sudah berkembangan


kearah keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubunganya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial. Dalam hal ini penulis tertarik
mengaplikasikan terapi mengontrol Perilaku Kekerasan secara psikoreligius
zikir.
Terapi psikoreligius adalah terapi yang biasanya dilakukan melalui
pendekatan keagamaan yang dianut oleh klien dan cenderung untuk menyentuh
sisi spiritual manusia (Fanada, 2012). Dalam ajaran agama terapi psikoreligius
antara lain doa dan zikir dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial
untuk peningkatan integritas kesehatan jiwa. Dalam sudut ilmu kedokteran jiwa
atau keperawatan jiwa atau kesehatan jiwa, doa dan zikir (psikoreligius terapi)
merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa
(Ilham, 2008). Pendekatan terapi psikoreligius yang antara lain zikir apabila
dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan rileks.
Dengan demikian orang yang mengikuti terapi psikoreligus akan membatasi
geraknya karena dia berfokus pada kegiatannya sehingga dapat mengurangi
agresif fisik klien. Terapi psikoreligius pada kasus gangguan jiwa ternyata
membawa manfaat, angka rawat inap pada klien gangguan jiwa skizofrenia
yang mengikuti kegiatan keagamaan lebih rendah bila dibandingkan dengan
mereka yang tidak mengikutinya (videbeck, 2008).
Berdasarkan literatur diatas bahwa mengontrol perilaku kekerasan
menggunakan terapi psikoreligus: zikir memiliki manfaat untuk menurunkan
resiko perilaku kekerasan ketika dilakukan dengan khusyuk dan benar, hal ini
dibuktikan oleh beberapa penelitian seperti penelitian Dwi Ariani Sulistyowati
tahun 2015 bahwa terapi psikoreligius berpengaruh terhadap penurunan
perilaku kekerasan pada pasien schizofrenia RSJD Surakarta, ada perbedaan
penurunan perilaku kekerasan pada respon perilaku, respon verbal, respon
emosi dan respon fisik setelah mereka diberikan tindakan psikoreligius seperti
4

doa, zikir, mengikuti pengajian dan berwudlu. Berdasarkan penelitian diatas


penulis tertarik untuk lebih mengetahui lebih lanjut bagaimana pengaplikasian
teknik psikoreligius khusunya zikir pada klien risiko perilaku kekerasan dalam
sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Risiko Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Terapi Mengontrol Perilaku
Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku
kekerasan dengan pemberian terapi mengontrol perilaku kekerasan secara
psikoreligius: zikir ?.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan
dengan pemberian terapi mengontrol secara psikoreligius: zikir.
2. Tujuan Khusus:
a. Memberikan gambaran pengkajian pada pasien dengan masalah utama
risiko perilaku kekerasan.
b. Memberikan gambaran diagnosa keperawatan pada pasien dengan
masalah utama risiko perilaku kekerasan.
c. Meberikan gambaran rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah risiko perilaku kekerasan.
d. Memberikan gambaran implementasi keperawatan pada pasien dengan
masalah risiko perilaku kekerasan.
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan dengan masalah risiko
perilaku kekerasan.
5

D. Manfaat Studi Kasus


Karya tulis ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat sebagai pengelola pasien dengan risiko perilaku kekerasan
dalam meningkatkan pengetahuan terapi mengontrol menggunakan teknik
psikoreligius: zikir.
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan menambah
keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
mengontrol risiko perilaku kekerasan menggunakan terapi psikoreligius:
zikir.
3. Bagi Penulis memperoleh gambaran dalam mengaplikasikan hasil riset
keperawatan, khususnya tentang pemberian terapi mengontrol perilaku
kekerasan secara psikoreligius: zikir pada pasien risiko perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2008). Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia.


Jakarta: EGC.

Eko Prabowo. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Fanada, Mery. 2012. Perawat Dalam Penerapan Therapi Psikoreligius.


Palembang.http:// www.banyuasinkab.go.id. Acces 03 April 2014.

Hidayanti, Eni. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap


Kemampuan Mengatasi Perilaku Kekerasan Pada Klien Skizofrenia
Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo.
http://www.lontar.org/mac-/ referensi. Acces-2012.

Ilham. (2008). Terapi Psikoreligius Terhadap Perilaku Kekerasan. Jakarta:


Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Kusumawati & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Mukripah Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

NANDA. (2010). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi . Jakarta:


EGC

Nuraenah. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam


Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di Rs Jiwa
Islam. Jakarta: Klender.

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2007. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun
2007.http://www.slideshare.net/ssuer200d5e/riskesdas-2007031207.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Medika.

Struart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Studi Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulistyowati, Ariyani. (2015). Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Pengaruh


Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan
Volume 4, hlm 72-77.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Yosep. (2007). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Jiwa Perilaku


Kekerasan. Bandung: PT Refika Aditama.

Yosep. (2010). Laporan Pendahuluan Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan.


Bandung: PT Refika Aditama.

Yosep dan cloninger. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya


Gangguan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Yurisalidi. (2010). Terapi psikoreligius sebagai obat kesehatan jiwa. Jakarta:


Nuha medika.

Yustimun. (2007). Keperawatan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC.

Zumaro. (2010). Terapi psikoreligius pdf. Jakarta: Salemba Medika.


Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan Klien dengan Halusinasi
(Pasien) menurut Yosep 2007:
A. SP I (Pasien): Mengenal perilaku kekerasan, penyebab, tanda gejala, dan
cara kontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1 ( tarik nafas
dalam) dan latihan fisik 2 ( pukul bantal kasur).
Fase Orientasi:
Salam
Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, Saya Mahasiswa STIkes Muhammadiyah
Gombong, nama Saya I, senang dipanggil mba I. Nama bapak siapa ? senang
dipanggil apa ?
Evaluasi
Apa yang bapak rasakan saat ini ?
Validasi
Apa yang bapak lakukan ?
Kontrak (topik, tempat, waktu), tujuan
Nah, bagaimana kalau kita mengobrol di teras depan selama 30 menit tentang
apa yang terjadi di rumah sehingga bapak dibawa ke sini sehingga kita nanti
dapat menemukan tindakan keperawatan yang tepat untuk membantu bapak ?
Fase kerja:
Coba bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga bapak di bawa ke
sini ? bapak merasa kesal? Apa yang bapak lakukan? Apa sebelumnya bapak
pernah marah? Apa penyebabnya? Baiklah jadiada ……(misalnya 3)
penyebab bapak marah.
Sekarang Saya akan memperagakan caranya. Bayangkan suara-suara itu
terdengar, kemudian Saya lakukan seperti ini (peragakan cara menghardik).
Nah sekarang coba bapak lakukan kembali seperti yang telah Saya ajarkan
tadi. Bapak, pak… coba ulangi sekali lagi… betul pak. Baik lah sekarang kita
akan melakukan teknik untuk mengontrol marah dengan cara latihan nafas
dalam dan pukul bantal atau kasur ya pak. Untuk tarik nafas dalam bapak bisa
melakukan dengan membaca istigfar di dalam hati. Sekarang saya akan
memperagakanya pak. Bapak konsentrasi terlebih dahulu kemudian dalam
hitungan ketiga bapak tarik nafas dalam, pelan-pelan tahan sambil
menghembuskan nafas bapak membaca istigfar di dalam hati ya pak. Untuk
cara kontrol yang kedua yaitu dengan pukul bantal atau kasur ya pak , bapak
bisa memfokuskan perhatian pada kasur dan kemudia memukulnya. Nah coba
sekarang praktekkan.
Bagus bapak bisa melakukan cara kontrol yang sudah saya ajarkan tadi..
Fase Terminasi:
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah tadi latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan ?
Evalusi Objektif
Apa yang telah bapak pelajari tadi ?
Rencana Tindak Lanjut
Berapa kali bapak mau mengontrol marah? bagaimana kalau tiga kali sehari ?
bagaimana kalau jam 08.00, 12.00, dan 17.00 WIB dan ketika marah itu
datang.
Kontrak yang akan Datang
Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi di sini jam 09.00 pagi untuk
berbincang-bincang cara kedua mengontrol marah ? sampai ketemu besok.
Selamat siang.
B. SP 2 (Pasien): Mengontrol halusinasi: minum obat.
Fase Orientasi:
Salam Terapeutik
Selamat pagi pak X
Kontrak (waktu dan tempat)
Bagaimana jika sekarang kita latih cara kedua mengontrol marah dengan
menggunakan obat ? kita latihannya di depan saja, setuju ? bagaimana jika
kurang lebih 15 menit kita latihannya ?
Evaluasi
Nah… sebelum kita latih tentang obat, saya lihat dulu apakah tanda dan gejala
marah ada atau sudah berkurang… baik, apa bapak masih merasa jengkel, lalu
apa yang bapak lakukan, marah ? bagaimana perasaan bapak setelah marah?
Selain itu apa yang bapak lakukan? Bapak memukul meja? Apa yang bapak
rasakan? Apa masalahnya selesai? Apa akibat?, betul, tangan bapak sakit,
meja menjadi rusak, masalah tidak teratasi dan akhirnya dibawa kerumah
sakit. Baiklah sekarang sesuai kontrak kita belajar mengontrol marah yang
kedua yaitu minum obat secara teratur.
Validasi
Bagaimana latihan cara kontrol marah sudah dicoba ? apa ada kesulitan ?
berapa kali dicoba ? apa manfaatnya yang bapak rasakan ?
Kontrak (tujuan)
Baiklah sekarang kita akan berlatih cara mengontrol marah dengan minum
obat, tujuannya supaya bapak teratur minum obat dan tidak lupa minum obat,
kemudian marh dan perilaku kekerasan bisa dicegah.
Fase Kerja:
Baik pak, cara kedua mengontrol marah adalah dengan menggunakan obat.
Untuk itu bapak harus tahu 6 benar tentang obat (benar jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat). Nah kalau bapak, jenis warna
obatnya ada… Yang warna ini namanya… gunanya untuk… Obatnya
diminum 3x sehari (pagi jam 07.00, siang jam 13.00, dan malam jam 20.00).
Nah, supaya tidak terjadi putus obat sebaiknya 2 hari sebelum obat habis
bapak harus kontrol ulang guna mendapatkan obat lagi. Bagaimana apa bapak
sudah mengerti ? bagus pak.
Terminasi:
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tentang obat ?
Evaluasi Objektif
Coba bapak sebutkan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas
minum obat. Bagus sekali, bapak sudah mengerti tentang obat yang dapat
mengontrol halusinasi ?
Rencana Tindak Lanjut
Baik bapak, nanti coba latihan sendiri ya menggunakan obat untuk
mengontrol marahnya.
Kontrak yang akan Datang
Bagaimana kalau besok kita latih cara yang ketiga yaitu berbicara secara
verbal? di sini lagi ? kita ketemu jam 09.00 pagi, baik bapak, Saya rasa cukup
untuk latihan hari ini, sampai ketemu besok, selamat pagi.
C. SP 3 (Pasien): Mengontrol perilaku kekerasan dengan bicara verbal.
Fase Orientasi
Salam
Selamat pagi, pak, bagaimana kabar bapak hari ini pak ?
Kontrak (tempat dan waktu)
Selama kurang lebih 30 menit kita akan bercakap-cakap di tempat ini iya pak
Evaluasi
Baiklah pak, bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah bapak masih sering
merasa jengkel ? apa yang bapak lakukan ? apakah dengan bapak melakukan
itu masalahnya selesai? apakah bapak telah melakukan cara kontrol marah
yang sudah kita pelajari ? bagaimana apakah dengan teknik cara mengontrol
yang pertama? apakah bapak sudah minum obat hari ini ?
Validasi
Baiklah pak. Tadi bapak mengatakan kalau bapak sudah melakukan cara
kontrol yang pertama dan yang kedua saat bapak sedang marah. Sekarang
coba bapak praktekkan kembali bagaimana bapak melakukannya ? bapak
bagus sekali, hari ini bapak sudah minum obat ? berapa obat yang bapak
minum ? coba tolong sebutkan lagi hari ini bapak minum obat apa saja ?
warnanya apa ? berapa kali bapak minum obat setiap hari ? bapak bagus sekali
Kontrak (tujuan)
Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang ketiga dari cara cara
mengontrol marah atau perilaku kekerasan yang sedang bapak alami yaitu
dengan berbicara secara verbal. Tujuannya agar rasa marah yang sedang
bapak alami semakin terkendali, bagaimana bapak ?
Fase kerja:
Caranya begini bapak, ketika bapak merasa marah atau ingin marah, coba
ketika bapak tidak menyukai sesuatu bapak dapat mengungkapkan dengan
mengajak orang lain berbicara verbal, misalnya seperti ini “ tolong jangan
berkata seperti itu nanti saya marah”. “ tolong jangan mengejek saya atau
nanti saya akan marah”.Nah, bagaimana bapak mengerti ? coba sekarang
bapak praktikkan cara yang tadi yang sudah diajarkan ? bapak bagus sekali
Terminasi:
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan teknik yang ketiga yaitu dengan berbicara secara
verbal?
Evaluasi Objektif
Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol marah ? coba
sebutkan ? bapak bagus sekali
Rencana Tindak Lanjut
Mari sekarang kita masukkan ke jadwal harian bapak ya berapa kali bapak
mau latihan bicara verbal, oh 2 kali iya ? jam berapa saja ? jangan lupa bapak
lakukan 3 cara yang sudah kita pelajari untuk mengontrol marah agar marah
bapak dapat terkontrol !
Kontrak akan Datang
Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat beribiacar verbal
dan berlatih cara yang ke empat untuk mengontrol marah dengan melakukan
kegiatan spiritual, apa yang akan kita lakukan ? oh, baiklah besok kita akan
melakukan kegiatan spiritual dengan berzikir, mau jam berapa ? mau di mana
? baiklah sampai bertemu besok iya, selamat pagi
D. SP 4 (Pasien): Mengontrol marah: Melakukan kegiatan spiritual
dengan psikoreligius zikir.
Fase Orientasi:
Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak. Bagaimana kabar hari ini pak ?
Kontrak
Sesuai janji kita kemarin, saya akan latih cara keempat untuk mengontrol
marah dengan melakukan kegiatan psikoreligius atau spiritual dengan zikir.
Kita akan latihan kurang lebih 15 menit. Mau di mana ? di sini saja ?
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah sudah dipakai cara yang telah
kita latih ?
Kontrak
Baiklah sekarang kita akan berlatih cara mengontrol halusinasi yang ke 4
yaitu melakukan kegiatan spiritual. Tujuannya agar ketika bapak marah
mampu mengontrol marah bapak.
Fase Kerja:
Cara keempat untuk mencegah/mengontrol marah yang lain adalah melakukan
kegiatan spiritual. Jadi, kegiatan spiritual ini mampu dilakukan ketika bapak
akan marah dengan cara melakukan zikir, wudlu atau kegiatan kegamaan yang
lain. Sekarang kita buat jadwal kegiatan sehari-hari sehingga bapak dapat
melakukan kegiatan spiritual untuk mengontrol marah. Nah, bapak sekarang
kita latihan dengan melakukan kegiatan spiritual zikir sesuai yang ditulis tadi
sehingga dapat membantu mengendalikan rasa marah yang bapak rasakan.
Nanti kalau bapak lupa lihat lagi caranya.
Terminasi:
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan setelah latihan ini ?
Evaluasi Objektif
Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah perasaan
marah ? Ibu bagus sekali. Cobalah keempat cara ini bapak lakukan kalau
bapak merasa ingin marah.
Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau
jam berapa latihan ? nah, lakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
dibuat. Nanti siang jam 12.45 WIB saya akan ke sini lagi untuk mengevaluasi
hasil latihan bapak
Kontrak yang akan Datang
Mba akan mengevaluasi kegiatan spiritual secara terjadwal yang bapak
lakukan. Apakah berjalan dengan baik, semisal ada pertanyaan bisa
ditanyakan ke mba. Mau di mana ? di sini lagi ? baiklah. Sampai nanti iya.
Selamat berlatih. Selamat pagi.
Strategi Pelaksanaan (SP) Tindakan Keperawatan Klien dengan perilaku
kekerasan (Pasien) ini menurut Program Studi DIII Keperawatan. 2016.
Modul Praktikum Laboratorium Keperawatan Jiwa. Gombong: STIkes
Muhammadiyah Gombong.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan Gejala sebelum
diberikan Teknik Mengontrl Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius: Zikir
(n=2) kamis 6 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 3 5
2. Afektif 1 3
3. Fisiologis 1 2
4. Perilaku 1 2
5. Sosial 2 1
Berdasarkan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan sebelum diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda
gejala kognitif pasien I sebesar 3, Afektif sebesar 1, Fisiologis sebesar 1,
Perilaku sebesar 1, Sosial sebesar 2. Tanda Gejala Respon Kognitif pasien II
sebesar 5, Afektif sebesar 3, Fisiologis sebesar 2, Perilaku sebesar 2. Sosial
sebesar 1.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara
Psikoreligius: Zikir. (n=2) jumat 7 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 0 1
2. Afektif 0 1
3. Fisiologis 0 1
4. Perilaku 1 1
5. Sosial 1 0
Berdasarkan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa data respon
tanda gejala kognitif pasien I menurun, Afektif mengalami penurunan,
Fisiologis mengalami penurunan, Perilaku sebesar 1, Sosial sebesar 1. Tanda
gejala kognitif pasien II sebesar 1, Afektif sebesar 1, Fisiologis sebesar 1,
Perilaku sebesar 1, Sosial mengalami penurunan.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara
Psikoreligius: Zikir. (n=2) Sabtu, 7 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 0 0
2. Afektif 0 1
3. Fisiologis 0 0
4. Perilaku 0 0
5. Sosial 0 0
Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda
gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak
muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II
sebesar 1, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak
muncul.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara
Psikoreligius: Zikir. (n=2), Minggu, 7 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 0 0
2. Afektif 0 0
3. Fisiologis 0 0
4. Perilaku 0 0
5. Sosial 0 0
Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda
gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak
muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II
tidak muncul, Fisiologisa tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak
muncul.
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Pre Test
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir
(n=2).
Kamis, 6 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 0 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar
Total (%) 0 25%
Berdasarkan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien
Pre Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius
menunjukkan hasil pasien I belum mampu melakukan teknik zikir untuk
mengontrol perilaku kekerasan dan pasien II mampu melakukan 2 teknik zikir
dengan jumlah (25%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir
(n=2).
Jumat, 7 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0 1
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 0 0
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0
Total (%) 40% 60%
Berdasarkan Tabel 4.7 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir
menunjukkan hasil pasien I mampun melakukan 2 kemampuan berzikir untuk
mengontrol perilaku kekerasan dengan jumlah 40% dan pasien II mampu
melakukan 3 kemampuan teknik zikir dengan jumlah (60%).

Tabel 4.8 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).
sabtu, 8 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 1 1
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 0 1
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0
Total (%) 60% 80%
Berdasarkan Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien
Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius:
menunjukkan 3 kemampuan berzikir pasien I sebesar (60%) dan pasien II
mampu melakukan 4 kemampuan teknik zikir sebesar (80%).

Tabel 4.9 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).
Minggu, 8 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 1 1
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 1 1
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 1
Total (%) 80% 100%
Berdasarkan Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien
Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius:
menunjukkan peningkatan 4 kemampuan berzikir pasien I sebesar (80%) dan
peningkatan 5 kemampuan pasien II sebesar (100%).
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)

1. Kami adalah penulis program DIII Keperawatan STIKES


MUHAMMADIYAH GOMBONG dengan ini meminta anda untuk
berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan dengan Pemberian
Terapi Mengontrol Secara Psikoreligius: Zikir.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan dengan pemberian
teknik mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir yang
dapat memberi manfaat kepada klien dan keluarga berupa terapi
mengontrol perilaku kekerasan secara psikoreligius: zikir.
3. Prosedur pengambilan dan dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan format asuhan keperawatan jiwa, yang akan berlangsung
kurang 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena studi kasus ini berhubungan
dengan tindakan yang akan diberikan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian
ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atau
tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan /engan penelitian
ini,silahkan menghubungi peneliti pada nomer Hp +628(......).

Penulis

Inayatul Baroroh

Anda mungkin juga menyukai