INAYATUL BAROROH
A01401903
Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Prasyarat Untuk
Menyelesaikan Tugas Diploma III Keperawatan
INAYATUL BAROROH
A01401903
i
KATA PENGANTAR
vii
7. Semua Dosen Program Studi D III Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Gombong yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat
dengan sabar, selalu memberikan semangat.
8. Teman-teman seperjuangan DIII Keperawatan yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, serta para sahabatku Nani Nur hidayah, Habibah, Ari, Desi,
Rizki, Warsito, Wartono, Andrianto, yang telah memberikan dukungan moril,
doa dan isnpirasi untuk membuat Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik
institusi dan untuk perkembangan ilmu keperawatan, Amin.
Inayatul Baroroh
viii
Program Studi D III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2017
Inayatul Baroroh1, Ike Mardiati Agustin2,
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DENGAN PEMBERIAN TERAPI MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN
SECARA PSIKORELIGIUS: ZIKIR
DI WILAYAH KERJA PKM GOMBONG II
ix
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Scientific Paper, August 2017
ABSTRACT
Background: Violent behavior is a state in which someone perfoms an act that can
physically harm himself, other persons or the environment. One of the ways how to
control this behaviour is psychoreligious therapy (Zikir). It is an effort to get closer to
God to calm down the heart.
Objective: Describing nursing care for patients having violet behavior risk by
applying psychoreligius therapy (Zikir).
Method: This study is an analytical descriptive with a case study approach. The
subjects were 2 patients having violent behaviour risk.
Result: After having psychoreligious therapy for four days, there were decreases in
signs and symptoms of cogitive 3(patient I) and 5 (patient II), affective 1 (patient I)
and 3 (patient II), physiological 1 (patient I) and 2 (patient II), behavior 1(patient I)
and 2 (patient II), social 2 (patient I) and 1 (patient II). The increase in capability was
80% (patient I), and 75% (patient II).
Recomendation: Zikir as a psychoreligious therapy can be applied for a patient
having violent behaviour risk and can also be applied either in hospital or in the
comunity.
x
DAFTAR ISI
1
2
gejala psikotik atau tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena
perilaku kekerasan yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain dan
lingkungan. Hal ini yang menjadi alasan utama pasien schizofrenia dibawa
kerumah sakit. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana
seseorang marah berespon terhadap stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol (Yosep, 2007). Menurut Kusumawati dan Hartono (2010)
kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ektrem dari marah atau
ketakutan atau panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang
sebagai rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan
frustasi, benci atau marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku
menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus.
Menurut Prabowo (2014) akibat pasien dengan perilaku kekerasan dapat
menyebabkan risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Risiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan akibat dari risiko
perilaku kekerasan. pa Standar Operasional Prosedur (SOP) (Depkes RI, 2006).
Salah satu jenis SOP nya adalah SOP tentang Strategi Pelaksanaan (SP)
tindakan keperawatan pada pasien. SP ini merupakan standar model
pendekatan asuhan keperawatan klien gangguan jiwa, salah satunya pasien
dengan masalah utama resiko perilaku kekerasan (Yosep, 2007). Ada empat
cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu: latihan fisik 1 tarik nafas dalam dan
latihan fisik 2 (pukul bantal dan kasur), minum obat secara teratur, berbicara
secara baik dan melakukan teknik spiritual/psikoreligius. Penelitian Psikiatrik
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat religius dan taat
menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat atau mampu mengatasi
penyakitnya sehingga proses penyembuhan penyakit lebih cepat (zainul z,
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku
kekerasan dengan pemberian terapi mengontrol perilaku kekerasan secara
psikoreligius: zikir ?.
Struart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara
Psikoreligius: Zikir. (n=2) jumat 7 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 0 1
2. Afektif 0 1
3. Fisiologis 0 1
4. Perilaku 1 1
5. Sosial 1 0
Berdasarkan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa data respon
tanda gejala kognitif pasien I menurun, Afektif mengalami penurunan,
Fisiologis mengalami penurunan, Perilaku sebesar 1, Sosial sebesar 1. Tanda
gejala kognitif pasien II sebesar 1, Afektif sebesar 1, Fisiologis sebesar 1,
Perilaku sebesar 1, Sosial mengalami penurunan.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara
Psikoreligius: Zikir. (n=2) Sabtu, 7 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 0 0
2. Afektif 0 1
3. Fisiologis 0 0
4. Perilaku 0 0
5. Sosial 0 0
Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda
gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak
muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II
sebesar 1, Fisiologis tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak
muncul.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Tanda dan Gejala setelah
diberikan Teknik Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan Secara
Psikoreligius: Zikir. (n=2), Minggu, 7 Juli 2017.
No Tanda dan Gejala Pasien I Pasien II
1. Kognitif 0 0
2. Afektif 0 0
3. Fisiologis 0 0
4. Perilaku 0 0
5. Sosial 0 0
Berdasarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan setelah diberikan Teknik Mengontrol
Perilaku Kekerasan Secara Psikoreligius, menunjukkan bahwa respon tanda
gejala kognitif pasien I tidak muncul, Afektif tidak muncul, Fisiologis tidak
muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak muncul dan Afektif pasien II
tidak muncul, Fisiologisa tidak muncul, Perilaku tidak muncul, Sosial tidak
muncul.
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Pre Test
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir
(n=2).
Kamis, 6 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 0 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar
Total (%) 0 25%
Berdasarkan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien
Pre Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius
menunjukkan hasil pasien I belum mampu melakukan teknik zikir untuk
mengontrol perilaku kekerasan dan pasien II mampu melakukan 2 teknik zikir
dengan jumlah (25%).
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir
(n=2).
Jumat, 7 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 0 1
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 0 0
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0
Total (%) 40% 60%
Berdasarkan Tabel 4.7 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test
Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir
menunjukkan hasil pasien I mampun melakukan 2 kemampuan berzikir untuk
mengontrol perilaku kekerasan dengan jumlah 40% dan pasien II mampu
melakukan 3 kemampuan teknik zikir dengan jumlah (60%).
Tabel 4.8 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).
sabtu, 8 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 1 1
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 0 1
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 0
Total (%) 60% 80%
Berdasarkan Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien
Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius:
menunjukkan 3 kemampuan berzikir pasien I sebesar (60%) dan pasien II
mampu melakukan 4 kemampuan teknik zikir sebesar (80%).
Tabel 4.9 Hasil Pengkajian Kemampuan Klien Post Test Mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius: Zikir (n=2).
Minggu, 8 Juli 2017.
No Kemampuan Pasien I Pasien II
1. Melakukan teknik Berzikir lafal Laillahaillallah 1 1
2. Melakukan teknik Berzikir lafal Astagfirulloh 1 1
3. Melakukan teknik Berzikir lafal Subhanallah 1 1
4. Melakukan teknik Berzikir lafal Alhamdulillah 1 1
5. Melakukan teknik Berzikir lafal Allohu Akbar 0 1
Total (%) 80% 100%
Berdasarkan Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Pengkajian Kemampuan Klien
Post Test Mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan Teknik Psikoreligius:
menunjukkan peningkatan 4 kemampuan berzikir pasien I sebesar (80%) dan
peningkatan 5 kemampuan pasien II sebesar (100%).
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
Penulis
Inayatul Baroroh