Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

DI RUANG ARJUNA 1 RSUD KOTA SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Kebutuhan Dasar Manusia III

Dosen pembimbing : Dra. Desak Parwati, Skep, Ners, MKes

Nama : Febriyani Hana Pertiwi

NIM : P1337420115004

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2016
I. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis


oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.

2. FISIOLOGI OKSIGEN

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:


a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan
sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga
dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu
terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil,
tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan
udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut
dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau
kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari
kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli
masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi
dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO²
jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

3. ETIOLOGI

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut


NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada,
nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
4. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi
lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

5. MANIFESTASI KLINIS

a. Suara napas tidak normal.


b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea

6. TANDA DAN GEJALA

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.


Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi
nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal
(pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal
frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).

7. MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN

a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena paru-
paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu tinggi
dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam
paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta
tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran nafas
c. Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman, terkait
dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang
kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit
persarafan.
d. Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2 maupun CO2
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

8. PENATALAKSANAAN

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan Pertukaran Gas
1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Suctioning
II. PATHWAYS
III. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:


1) Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau influenza.
2) Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
3) Sumbatan jalan nafas karena benda asing
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
1) Lemahnya otot pernafasan
2) Penurunan ekspansi paru
c. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
1) Perubahan suplai oksigen
2) Adanya penumpukan cairan dalam paru
3) Edema paru
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa yang diangkat:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum ditandai dengan
batuk produktif
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan bradipnea
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan paru

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan
1. Auskultasi dada untuk karakter
1. Pernafasan rochi, wheezing
tindakan keperawatan bunyi nafas dan adanya secret. menunjukkan tertahannya secret
selama 1 x 24 jam obstruksi jalan nafas
diharapkan bersihan
jalan napas efektif
2. Berikan air minum hangat 2. Membantu mengencerkan secret
sesuai dengan kriteria:
1. Menunjukkan jalan 3. Memudahkan pasien untuk
nafas bersih 3. Beri posisi yang nyaman seperti bernafas
2. Suara nafas normal posisi semi fowler
tanpa suara tambahan 4. Pakaian yang ketat menyulitkan
3. Tidak ada penggunaan
4. Sarankan keluarga agar tidak pasien untuk bernafas
otot bantu nafas memakaikan pakaian ketat kepada
4. Mampu melakukan pasien 5. Kelembapan mempermudah
perbaikan bersihan pengeluaran dan mencegah
jalan nafas 5. Kolaborasi penggunaan nebulizer pembentukan mucus tebal pada
bronkus dan membantu
pernafasan
2 Setelah dilakukan
1. Kaji frekuensi pernafasan pasien. 1. Mengetahui frekuensi
tindakan keperawatan pernafasan paasien
selama 1 X 24 jam
diharapkan pola napas
2. Tinggikan kepala dan bantu
efektif dengan kriteria : mengubah posisi. 2. Duduk tinggi memungkinkan
1. Menunjukkkan pola ekpansi paru dan memudahkan
nafas efektif dengan pernafasan
frekuensi nafas 16-20
3. Ajarkan teknik bernafas dan
kali/menit dan irama relaksasi yang benar 3. HE dapat memberikan
teratur pengetahuan pada pasien tentang
2. Mampu menunjukkan
4. Kolaborasikan dalam pemberian teknik bernafas
perilaku peningkatan obat 4. Pengobatan mempercepat
fungsi paru penyembuhan dan memperbaiki
pola nafas
-
3 Setelah dilakukan
1. Auskultasi dada untuk karakter
1. Weezing atau mengiindikasi
tindakan keperawatan bunyi nafas dan adanya secret. akumulasi
selama 1 X 24 jam sekret/ketidakmampuan
diharapkan pertukaran membersihkan jalan
gas dapat napas sehingga otot aksesori
dipertahankan dengan digunakan dan kerja pernapasan
kriteria : meningkat.
1. Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan
2. Beri posisi yang nyaman seperti
2. Memudahkan pasien untuk
oksigenasi jaringan posisi semi fowler bernafas
2. Tidak ada sianosis
3. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan
3. Mengurangi konsumsi oksigen
- bantu aktivitas sesuai kebutuhan pada periode respirasi.

4. Ajarkan teknik bernafas


4. HE dapat memberikan
dan relaksasi yang benar. pengetahuan pada pasien tentang
teknik bernafas

5. Kolaborasikan terapi oksigen 5. Memaksimalkan sediaan oksigen


khususnya ventilasi menurun
DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC

Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan


Keperaweatan. Jakarta: Salemba Medika.

http://www.docstoc.com/docs/151842217/LAPORAN-PENDAHULUAN-OKSIGEN-
NOVA diakses tanggal 19 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai