Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

1. DEFINISI.
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra abdominal
keluar kavum abdomen melalui lakus minoris ( facial defek ) dinding
abdomen dan masih meliputi peritoneum ( Puruhito ; 1993).
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus
inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus
inguinalis eksternus ( Henderson ; 1992).
2. ETIOLOGI
a. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan
annulus inguinalis yang cukup lebar.
b. Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk
timbulnya hernia:
- Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
- Peninggian tekanan intra abdomen:
o Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
o Batuk karonik : bronchitis kronik, TBC.
o Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.
3. TANDA DAN GEJALA
a. Ada benjolan pada daerah selangkangan / kemaluan / lipat paha.
b. Nyeri pada saat mengejan, mengangkat benda.
c. Mual dan kembung.
d. Tidak flatus / BAB
4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor
kongenita lyaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui
kanalisinguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil,
batukkronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-
laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka
isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang
timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita
berdiri, batuk, bersin, mengedan atau mengangkat barang berat dan
menghilang saat penderita berbaring
b. Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.
6. KOMPLIKASI
a. Muntah.
b. Perdarahan.
c. Shok.
d. Kembung.
e. Radang paru.
f. Retensio urine.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit),
ileus terlokalisis.
b. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya penurunan
kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada
penurunan curah jantung.
d. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
e. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas
perhatian untuk memberikan anestesi.
f. Pemeriksaan Laboratorium.
g. Pemeriksaan darah lengkap.

8. PENATALAKSANAAN
Pada hernia inguinalis lateral reponibilis dan ireponibilis dilakukan tindakan
bedah elektif karena di takutkan terjadinya komplikasi, sebaliknya bila telah
terjadi proses strangulasi tidakan bedah harus dilakukan secepat mungkin
sebelum terjadinya nekrosis usus.
Prinsip terapi operatif pada hernia inguinalis :
 Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan
terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostat, tumor,
asites,dll) dan defek yang ada di rekonstruksi dan diaproksimasi tanpa
tegangan.
 Sakus hernia indirek harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum, dan diligasi.
Pada bayi dan anak-anak yang mempunyai anatomi inguinal normal, repair
hanya terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan cincin
keukuran yang semestinya, pada lkebanyakan hernia orang dewasa, dasar
inguinal juga harus direkonstuksi.
 Hernia rekuran yang terjadi dalam beberapa bulan atau setahun biasanya
menunjukan adanya refair yang tidak adekuat. Sedangkan rekuren yang terjadi
setelah dua tahun atau lebih cenderung di sebabkan oleh timbulnua kelemahan
yang progresif pada fasia pasien.

Tindakan bedah pada hernia adalah herniotimi dan herniorafi. Pada bedah elektif,
kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny
plasty atau teknik yang lain untuk memperkkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.Pada bedah darurat, perinsipnya hampir sama dengan bedah elektif.
Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus halus dilihat vital atau tidak.
Bila vital dikembalikan kerongga perut, sedangkan bila tidak dilakukan reseksi
dan anastomosis end to end. Untuk fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin
hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung tutup kulit dan dirujuk
kerumah sakit dengan fasilitas lebih lengkap.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa.
a. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur,
penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat,
suku bangsa.
b. Riwayat Kesehatan
o Keluhan utama
o Riwayat kesehatan sekarang
o Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-
kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi
yang pernah dialami)
Alergi : Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll).
o riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor
resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM,
penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.
c. Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual,
Pola pemecahan masalah, Daya ingat.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
c. Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,
kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi
abdomen, dll.
d. Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas,
bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada,
kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis
pernafasan, bunyi nafas, dll.
e. Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP,
bunyi jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis,
dll.
f. Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
g. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan,
ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek
kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
h. Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi
tubuh, ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar
tyroid, tremor ekstremitas, dll.
i. Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM,
kekuatan otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi,
dll.
j. Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
k. Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri
pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.
3. Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium
o Rontgen
4. Therapi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan


2. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.

C. INTERVENSI
1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan

Kecemasan NOC : NIC :


berhubungan - Kontrol kecemasan NIC :
dengan - Koping Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis Setelah dilakukan (penurunan
situasional, Stress, asuhan kecemasan)
perubahan selama · Gunakan pendekatan
status kesehatan, ……………klien yang
ancaman kecemasan teratasi menenangkan
kematian, perubahan dgn · Nyatakan dengan
konsep kriteria hasil: jelas harapan
diri, kurang Klien mampu terhadap pelaku
pengetahuan dan mengidentifikasi dan pasien
hospitalisasi mengungkapkan · Jelaskan semua
DO/DS: gejala prosedur dan apa
- Insomnia cemas yang dirasakan selama
- Kontak mata kurang Mengidentifikasi, prosedur
- Kurang istirahat mengungkapkan dan · Temani pasien untuk
- Berfokus pada diri menunjukkan tehnik memberikan
sendiri untuk mengontol keamanan dan
- Iritabilitas cemas mengurangi takut
- Takut Vital sign dalam · Berikan informasi
- Nyeri perut batas faktual mengenai
- Penurunan TD dan normal diagnosis, tindakan
denyut Postur tubuh, prognosis
nadi ekspresi · Libatkan keluarga
- Diare, mual, kelelahan wajah, bahasa tubuh untuk
- Gangguan tidur dan tingkat aktivitas mendampingi klien
- Gemetar menunjukkan · Instruksikan pada
- Anoreksia, mulut berkurangnya pasien untuk
kering kecemasan menggunakan tehnik
- Peningkatan TD, relaksasi
denyut · Dengarkan dengan
nadi, RR penuh perhatian
- Kesulitan bernafas · Identifikasi tingkat
- Bingung kecemasan
- Bloking dalam · Bantu pasien
pembicaraan mengenal situasi yang
- Sulit berkonsentrasi menimbulkan
kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
· Kelola pemberian
obat anti
cemas:........
2. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Level, Lakukan pengkajian
dengan: pain control, nyeri secara
Agen injuri (biologi, comfort level komprehensif termasuk
kimia, Setelah dilakukan lokasi,
fisik, psikologis), tinfakan karakteristik, durasi,
kerusakan keperawatan selama frekuensi, kualitas
jaringan …. dan faktor presipitasi
DS: Pasien tidak Observasi reaksi
- Laporan secara verbal mengalami nonverbal dari
DO: nyeri, dengan kriteria ketidaknyamanan
- Posisi untuk menahan hasil: Bantu pasien dan
nyeri · Mampu mengontrol keluarga untuk mencari
- Tingkah laku berhati- nyeri dan menemukan
hati (tahu penyebab nyeri, dukungan
- Gangguan tidur (mata mampu menggunakan Kontrol lingkungan
sayu, tehnik nonfarmakologi yang dapat
tampak capek, sulit untuk mengurangi mempengaruhi nyeri
atau nyeri, seperti suhu ruangan,
gerakan kacau, mencari bantuan) pencahayaan dan
menyeringai) · Melaporkan bahwa kebisingan
- Terfokus pada diri nyeri Kurangi faktor
sendiri berkurang dengan presipitasi nyeri
- Fokus menyempit menggunakan Kaji tipe dan sumber
(penurunan persepsi manajemen nyeri nyeri untuk
waktu, · Mampu mengenali menentukan intervensi
kerusakan proses nyeri Ajarkan tentang
berpikir, (skala, intensitas, teknik non
penurunan interaksi frekuensi dan tanda farmakologi:
dengan nyeri) napas dala, relaksasi,
orang dan lingkungan) · Menyatakan rasa distraksi, kompres
- Tingkah laku nyaman hangat/ dingin
distraksi, setelah nyeri Berikan analgetik
contoh : jalan-jalan, berkurang untuk mengurangi
menemui orang lain · Tanda vital dalam nyeri:
dan/atau aktivitas, rentang ……...
aktivitas normal Tingkatkan istirahat
berulang-ulang) · Tidak mengalami Berikan informasi
- Respon autonom gangguan tidur tentang nyeri seperti
(seperti penyebab nyeri, berapa
diaphoresis, perubahan lama nyeri akan
tekanan darah, berkurang dan
perubahan antisipasi
nafas, nadi dan dilatasi ketidaknyamanan
pupil) dari prosedur
- Perubahan autonomic Monitor vital sign
dalam tonus otot sebelum dan sesudah
(mungkin pemberian analgesik
dalam rentang dari pertama kali
lemah
ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu
makan dan minum

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.


Kerusakan integritas NOC : NIC :
kulit Tissue Integrity : Skin Pressure Management
berhubungan dengan : and Anjurkan pasien
Eksternal : Mucous Membranes untuk menggunakan
- Hipertermia atau Wound Healing : pakaian yang longgar
hipotermia primer dan Hindari kerutan pada
- Substansi kimia sekunder tempat tidur
- Kelembaban Setelah dilakukan Jaga kebersihan kulit
- Faktor mekanik tindakan agar tetap bersih
(misalnya : keperawatan dan kering
alat yang dapat selama….. Mobilisasi pasien
menimbulkan luka, kerusakan integritas (ubah posisi pasien)
tekanan, restraint) kulit setiap dua jam sekali
- Immobilitas fisik pasien teratasi dengan Monitor kulit akan
- Radiasi kriteria hasil: adanya kemerahan
- Usia yang ekstrim Integritas Oleskan lotion atau
- Kelembaban kulit kulit yang baik bisa minyak/baby oil pada
- Obat-obatan dipertahankan derah yang tertekan
Internal : (sensasi, elastisitas, Monitor aktivitas dan
- Perubahan status temperatur, hidrasi, mobilisasi pasien
metabolik pigmentasi) Monitor status nutrisi
- Tonjolan tulang Tidak ada pasien
- Defisit imunologi luka/lesi pada kulit Memandikan pasien
- Berhubungan Perfusi dengan sabun dan air
dengan jaringan baik hangat
dengan perkembangan Menunjukka Kaji lingkungan dan
- Perubahan sensasi n pemahaman dalam peralatan yang
- Perubahan status proses perbaikan kulit menyebabkan tekanan
nutrisi dan mencegah Observasi luka :
(obesitas, kekurusan) terjadinya sedera lokasi, dimensi,
- Perubahan status berulang kedalaman luka,
cairan Mampu karakteristik,warna
- Perubahan melindungi kulit dan cairan, granulasi,
pigmentasi mempertahankan jaringan nekrotik,
- Perubahan sirkulasi kelembaban kulit dan tandatanda
- Perubahan turgor perawatan alami infeksi lokal, formasi
(elastisitas kulit) Menunjukka traktus
DO: n terjadinya proses Ajarkan pada
- Gangguan pada penyembuhan luka keluarga tentang luka
bagian tubuh dan
- Kerusakan lapisa perawatan luka
kulit Kolaburasi ahli gizi
(dermis) pemberian diae TKTP,
- Gangguan vitamin
permukaan kulit Cegah kontaminasi
(epidermis) feses dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko : Immune Status · Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif Knowledge : · Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan Infection · Cuci tangan setiap sebelum
dan control dan sesudah
peningkatan paparan Risk control tindakan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan · Gunakan baju, sarung tangan
- Malnutrisi tindakan sebagai
- Peningkatan keperawatan alat pelindung
paparan selama…… · Ganti letak IV perifer dan
lingkungan patogen pasien tidak dressing sesuai
- Imonusupresi mengalami dengan petunjuk umum
- Tidak adekuat infeksi dengan · Gunakan kateter intermiten
pertahanan kriteria untuk
sekunder (penurunan hasil: menurunkan infeksi kandung
Hb, Klien bebas dari kencing
Leukopenia, tanda · Tingkatkan intake nutrisi
penekanan dan gejala infeksi · Berikan terapi
respon inflamasi) Menunjukkan antibiotik:.................................
- Penyakit kronik kemampuan untuk · Monitor tanda dan gejala
- Imunosupresi mencegah timbulnya infeksi sistemik
- Malnutrisi infeksi dan lokal
- Pertahan primer Jumlah leukosit · Pertahankan teknik isolasi
tidak dalam k/p
adekuat (kerusakan batas normal · Inspeksi kulit dan membran
kulit, Menunjukkan mukosa
trauma jaringan, perilaku terhadap kemerahan, panas,
gangguan hidup sehat drainase
peristaltik) Status imun, · Monitor adanya luka
gastrointestinal, · Dorong masukan cairan
genitourinaria dalam · Dorong istirahat
batas normal · Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
· Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia
setiap 4 jam
INSTRUMENTASI TEKNIK
TINDAKAN HIL

A. PENGERTIAN
Hernia inguinal lateral adalah masuknya protursi viscus dari kavum
peritoneal ke dalam canalis inguinal lateral denganisi hernia dapat keluar masuk
namun kantongnya menetap (Sjamsuhidayat, 2004).
Herniotomi adalah tindakan membuka kantong hernia, memasukkan
kembali isi kantong hernia ke rongga abdoment, serta mengikat dan memotong
kantong hernia.

Tehnik Instrumentasi herniotomy adalah suatu tata cara atau tehnik yang
menunjang tindakan pembedahan dimulai dari proses persiapan alat, mengatur
penataan alat secara sistematis dan penggunaan alat/ instrument selama
tindakan operasi herniotomy berlangsung.
B. Indikasi Operasi
1. Pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan
terapi konservatif
2. Pada pasien hernia reponible, hernia irreponible, hernia inkaserata, hernia
strangulata
C. Kontra Indikasi Operasi
1. Pasien dengan peninggian tekanan intra abdomen
2. Pasien dengan hipertrofi prostat
3. Pasien dengan kelainan paru
D. Persiapan
1. Persiapan Pasien
a. Memeriksakan faal hemostasis saat pasien berada di rawat inap
b. Mempuasakan pasien pada malam hari sebelum operasi dilakukan
minimal 8 jam.
c. Mengganti baju pasien dengan baju operasi saat pasien berada di
premedikasi.
d. Periksa rekam medik pasien terutama nomor register dan lembar inform
consent tindakan operasi.
2. Persiapan Lingkungan
a. Memastikan bahwa pasien dalam keadaan aman dengan memeriksa pagar
brankart pasien terpasang dengan benar.
b. Memastikan mesin couter berfungsi dengan benar
c. Memastikan mesin suction berfungsi dengan benar
d. Memastikan lampu operasi berfungsi dengan benar
e. Memastikan tersedianya tiang infus
f. Menyiapkan tempat sampah medis
g. Menyiapkan peralatan non steril seperti gunting verband, plat diatermi,
dll.
h. Menyiapkan meja instrumen, meja mayo, dan troli baskom.
3. Persiapan Alat
a. Instrumen
1) Instrumen dasar
Jumlah
No Jenis Instrument (Buah)

1 Duk Klem 5

2 Disinfeksi Klem 1

3 Pinset Cirurgis 2

4 Pinset Anatomis 2

5 Scalpel Handle no 3 1

6 Mosquito Klem 2

7 Pean Bengkok 6

8 Pean Lurus 2

9 Kocher Lurus 2

10 Gunting Metzembaum 1

11 Gunting Mayo 1

12 Needle Holder 2

13 Gunting Benang 1

14 Hak pyelum 2

2) Instrumen tambahan : tidak ada


3) Instrumentasi penunjang
Jumlah
No Jenis Instrument (Buah)

1 Waskom 1

2 Bengkok 2

3 Cucing 1

4 Handpiece Couter 1

b. Set Linen
Jumlah
No Jenis Linen (Buah)

1 Scort steril 6

2 Duk besar 3

3 Duk sedang 3

4 Duk kecil 4

5 Sarung meja mayo 1

6 Handuk steril 5

c. Bahan habis pakai

Jumlah
No Jenis Bahan (Buah)

1 Hand scoen steril ukuran 6.5 / 7 / 7,5 4 / 4 /4

2 Tulle Dressing (Soufra-Tulle) 1

3 Mess 15 1

4 Underpad steril 2

5 Underpad on 1

6 Benang vicryl 3-0 2

7 Monosin 4-0 1

8 NaCl 0,9% ukuran 1 liter 1


9 Deppers 5

10 Kasa Steril 10

11 Povidone iodine 10 % 75 cc

E. Instrumentasi Teknik
1. Lakukan serah terima pasien dengan perawat ruang rawat inap di
ruangan premedikasi.
2. Saat pasien berada di ruang premedikasi, lakukan proses sign in
sebelum dilakukan induksi anestesi, meliputi:
- Konfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar
persetujuan operasi.
- Penandaan area operasi
- Kesiapan mesin anestesi dan obat-obatannya
- Kesiapan fungsi pulse oksimeter
- Riwayat alergi pasien
- Adanya penyulit airway atau resiko aspirasi
- Resiko kehilangan darah
3. Pindahkan pasien ke kamar operasi, dekatkan brankart dengan meja
operasi
4. Pindahkan pasien dari brankart ke meja operasi
5. Atur posisi pasien dalam posisi duduk untuk dilakukan spinal anastesi
6. Setelah proses pembiuasan, tim bedah dan tim anestesi memposisikan
pasien supinasi, dan memasang plate diatermi pada daerah betis kaki
kanan.
7. Cuci area operasi dengan hibiscrub yang telah dicampur dengan air
untuk mengurangi kotoran yang menempel di area operasi pasien
selama pasien dari ruangan rawat inap hingga pasien berada di instalasi
bedah sentral.
8. Keringkan dengan duk atau handuk steril.
9. Instrumentator melakukan scrubing, gowning, dan gloving
10. Instrumentator membantu tim bedah melakukan scrubing, gowning,
dan gloving
11. Perawat instrumen memberikan desinfeksi klem dan cucing yang
didalamnya telah diberi deppers dan povidon iodine 10 % pada
operator untuk desinfeksi area operasi
12. Lakukan draping area operasi, meliputi:
- Pasang duk kecil di bawah skrotum
- Berikan duk besar untuk menutupi tubuh pasien dari bawah
perut hingga kaki pasien.
- Berikan duk sedang untuk menutupi bagian atas
- Berikan duk kecil untuk menutupi samping kiri dan kanan
- Berikan duk besar lagi untuk menggandakan lapisan drapping
bagian bawah.
13. Pasang kabel couter yang diikat dengan kasa steril dan difiksasi ke duk
menggunakan towel klem.
14. Lakukan time out sebelum dilakukan insisi, meliputi:
- Konfirmasi pengenalan nama dan tugas masing-masing tim
bedah
- Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan, dan area yang akan
dioperasi
- Pemberian antibiotik profilaksis sebelum operasi.
- Antisipasi kejadian kritis yang berkaitan dengan operator,
anestesi maupun instrumen.
- Penggunaan instrumentasi radiologi
15. Marking daerah insisi di bagian lipatan perut bawah kanan dengan
menggunakan pinset chirugis dan povidone iodine 10 %
16. Insisi area operasi dengan memberikan pinset cirugis dan scalpel
handle yang telah terpasang mess no 15
17. Rawat perdarahan dengan memberikan couter pada operator dan
berikan pinset cirurgie dan mosquito pada asisten
18. Perdalam incisi dengan memberikan couter dan doubel pincet
chirurgis mulai lemak sampai menemukan fasia,
19. Berikan hak pyelum untuk meluaskan lapang pandang untuk
memudahkan insisi fasia
20. Incisi fasia dengan mess 15, fasia yang terbuka dijepit dengan 2 kocher
lurus kemudian lebarkan dengan gunting mayo
21. Identifikasi funikulus spermatikus dengan steel deppers kecil basah
yang sudah terjepit dengan kocher lurus untuk memastikan bila perlu
area scrotum di tarik- tarik, untuk melihat pergerakan funikulus.
22. Cari kantong hernia dengan 2 pinset anatomis lalu buka kantung
dengan gunting metzenbaum.
23. Kantong yang sudah terbuka dijepit dengan 4 klem pean di keempat
sisi.
24. Berikan gunting metzenbaum dan klem pean untuk memisahkan
kantong distal dan proksimal
25. Berikan guntung metzemboum, pincet anatomy pada operator, dan
asisten untuk membebaskan kantong proksimal d sampai ketemu
preperitonial fat lalu dijahit dengan benang absorable vicryi 4-0
dengan cara tabac sac nat kemudian kantong dipotong diatas simpul
jahitan
26. Kantong distal yang tidak terambil, diangkat dengan beberapa pean
kemudian dimarsupialisasi (di couter keliling tepi kantong).
27. Berikan kassa dan pincet chirurgi pada operator untuk mengecek dan
merawat perdarahan
28. Lakukan sign out
- Jenis tindakan yang dilakukan
- Kecocokan jumlah instrumen, kasa, dan jarum sebelum dan
sesudah operasi.
- Label pada spesimen
- Ada atau tidaknya permasalahan pada alat-alat yang digunakan
- Perhatian khusus pada saat masa pemulihan
29. Berikan nald voeder dan pincet chirurgi serta benang vicryl 3-0 untuk
menjahit fasi sampai lemak subcutis, kemudian dilanjut kulit dengan
benang prolene 4-0 telujur.
30. Luka dibersihkan dengan dengan kasa basah dan dikeringkan dengan
kasa kering, dikompres dengan kasa alkohol, baru kemudian ditutup
dengan soufratule dan kasa kering
31. Tutup dengan hipavix
32. Operasi selesai
33. Inventarisasi dan pemorosesan alat
34. Membantu memindahkan pasien ke RR
35. Membersihkan dan merapikan ruangan
36. Inventaris BHP untuk depo farmasi

Anda mungkin juga menyukai