Anda di halaman 1dari 10

Critical Review Political Science: The Dicipline and Its Dimension

Stephen L. Wasby
Pembahasan pada awal buku ini berusaha untuk mencari pemahaman tentang
pengertian dan esensi dari politik sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Menurut
Wasby esensi dari politik itu sendiri mengandung dua unsur mendasar. Pertama
adalah studi mengenai politik itu sendiri sebagai sebuah ilmu, hal ini dimaksudkan
bahwa politik sebagai sebuah bagian dari ilmu harus dikaji dan dikritisi secara
menyeluruh demi perkembangan politik itu sendiri. Sedangkan unsur kedua adalah
peranan para ilmuwan politik dan konstribusi mereka terhadap ilmu politik dan
perkembangannya. Dalam hal ini para ilmuwan politik dituntut untuk menjadikan
politik sebagai ilmu yang berlaku secara universal, walaupun dewasa ini ilmu politik
dan politik sendiri memang tidak terlepas dari kehidupan diberbagai wilayah di dunia
ini, namun belum ada suatu definisi universal terhadap politik, dalam artian politik
disuatu tempat belum tentu sama dengan politik ditempat lain.
Abad ke-20 bisa dikatakan sebagai abad dimana politik sebagai sebuah ilmu
pengetahuan berkembang pesat. Berbagai konsep dan teori dikemukakan banyak
pakar untuk menjelaskan berbagai fenomena politik dengan tujuan bukan saja
mendefinisakan peristiwa tersebut tetapi juga memahami penyebabnya, apa
dampaknya, dan bagaimana penanggulangannya. Akan tetapi dari abad ke-20
hingga sekarang ini politik masih belum bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu secara
utuh. Hal ini dikarenakan para ilmuwan alam menuntut agar politik sebagai sebuah
ilmu harus berlaku secara universal, akan tetapi hingga saat ini belum ada satupun
teori atau konsep politik yang berlaku secara universal. Walaupun telah banyak
konsep dan teori yang dikemukakan oleh ilmuwan – ilmuwan politik yang sangat
komprehensif, teori dan konsep tersebut hanya bersifat relatif, artinya bahwa teori
dan konsep tersebut belum tentu bisa diaplikasikan untuk menjelaskan suatu
permasalahan politik atau sebagai solusi bagi fenomena politik diseluruh wilayah di
dunia ini.
Perdebatan yang terjadi mengenai definisi dari politik sebagai ilmu dan politik
sebagai praktek yang begitu banyak dan variatif membuat Wasby mencoba
menjelaskan politik dari berbagai perspektif. Menurut Wasby politik sangat sulit
untuk menemukan sebuah definisi yang berlaku secara universal dikarenakan antara
negara dan masyarakat serta interaksi antara mereka yang menjadi objek kajian
utama dari ilmu politik merupakan sesuatu yang sangat bersifat dinamis dan relatif.
Perspektif pertama menurut Wasby politik dapat dijelaskan melalui sudut pandang
akademis. Secara akademis, ilmu politik merupakan studi tentang politik,
pemerintahan, dan segala hal yang bersangkutan dengan pemerintahan serta
memberikan inovasi terhadap politik, baik sebagai ilmu walaupun praktek. Akan
tetapi dalam pandangan saya politik jika dilhat dari sudut pandang akademis lebih
kepada suatu kajian empiris yang melalui proses secara ilmiah, singkatnya telah
memiliki meotodologi yang jelas dalam melihat dan menafsirkan sebuah fenomena
politik. Penjelasan menurut Wasby yang membatasi politik dalam lingkup interaksi
antara pemerintah dan masyarakat menurut saya kurang tepat, dikarenakan
interaksi yang terjadi antara keduanya memang merupakan sebuah objek kajian
politik sebagai ilmu, jadi penjelasan Wasby ini bukan memberikan sebuah definisi
dari perspektif akademisi, melainkan menekankan bahwa objek kajian utama dari
ilmu politik adalah interaksi negara dan masyarakat.
Penjelasan selanjutnya dari politik adalah dilihat dari sudut pandang politik
sebagai sebuah pekerjaan. Dari sudut pandang ini, Wasby menjelaskan bahwa
politik sebagai sebuah pekerjaan memiliki pengertian yang sangat “kabur”. Hal ini
menurut Wasby dikarenakan bahwa politik sebagai sebuah pekerjaan tidak memiliki
bidang khusus, karena semua pekerjaan apapun bidangnya pasti mengandung
unsur politik sebagai sebuah praktek. Sebagai contoh dalam sebuah kantor setiap
karyawannya pasti akan saling berlomba untuk segera mendapatkan jabatan yang
lebih tinggi sesuai dengan kapasitasnya. Untuk itu setiap karyawan hampir bisa
dipastikan akan melakukan lobby politik baik terhadap sesama karyawan maupun
atasannya agar bisa mendapat jabatan yang diinginkannya. Namun dalam
pandangan saya pengertian dari Wasby ini agaknya mengabaikan esensi dari politik
sebagai sebuah ilmu. Harus diingat bahwa politik sebagai sebuah ilmu objek
dasarnya adalah proses pembuatan pengaturan oleh pemerintah yang ditujukan
kepada masyarakat untuk menciptakan ketertiban. Dari sini menurut saya sudah
seharusnya dipahami bahwa politik sebagai sebuah pekerjaan adalah untuk
menciptakan sebuah ketertiban umum, bukan lagi dipahami melalui individu –
individu melalui praktek politik yang mereka lakukan.
Definisi politik bisa dilihat juga dari sudut pandang tujuan. Dalam hal ini Wasby
menjelaskan bahwa ilmu politik sebagai sebuah tujuan adalah memberikan kritik
atas politik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa politik sebagai sebuah ilmu harus
memiliki tujuan yang jelas, dengan kata lain proses interaksi antara pemerintah dan
masyarakat yang cenderung menimbulkan fenomena politik yang dinamis dan tidak
jarang menimbulkan konflik harus bisa memberikan inovasi baru terhadap ilmu
politik. Dengan demikian segala permasalahan apapun bentuknya dari proses
interaksi pemerintah dan masyarakat akan dapat diselesaikan dengan jalan terbaik.
Pendapat Wasby ini memang sangat tepat, apalagi melihat pluralitas masyarakat di
Indonesia yang sedang membangun demokrasi, tentu akan menjadi pemicu konflik
yang sangat potensial, untuk itu sebagai sebuah ilmu sosial, sudah seharusnya
politik memberikan jalan keluar atas permasalahan yang ada maupun yang akan
terjadi. Akan tetapi definisi ini perlu sedikit mendapat penambahan, karena dari
sudut pandang tujuan, berdasarkan praktek yang marak terjadi, bahwa politik adalah
bertujuan untuk menduduki kursi kekuasaan, jadi sudah seharusnya ilmu politik dari
sudut pandang tujuan menurut Wasby ini memberikan pemahaman bagaimana cara
untuk menjadi penguasa, mempertahankan kekuasaan, atau bahkan merebut
kekuasaan.
Wasby juga berpendapat bahwa politik dapat didefinisikan dilihat dari sudut
pandang sebagai sebuah ilmu. Politik sebagai sebuah ilmu menurut Wasby
menimbulkan berbagai kritik keras dari para ilmuwan alam. Hal ini karena ilmuwan
alam mengganggap bahwa politik belum layak menjadi sebuah ilmu jika belum
menemukan suatu teori atau konsep yang berlaku secara universal. Namun para
ilmuwan politik tetap beranggapan fokus studi mereka tetap merupakan sebuah ilmu,
permasalahan belum adanya konsep dan teori yang bersifat universal adalah karena
objek kajian politik yang bersifat sangat dinamis dan relatif, hal inilah yang kemudian
menjadikan rigidnya para ilmuwan politik menemukan teori yang universal. Hal lain
yang dipermasalahkan para ilmuwan alam terhadap politik sebagai semua ilmu
adalah banyaknya pengertian dari politik yang bersifat ambigu. Namun para ilmuwan
politik memiliki pembelaan tersendiri, mereka menganggap bahwa politik sebagai
sebuah ilmu sudah sangat layak, karena teori – teori dan konsep – konsep politik
yang telah dihasilkan sejauh ini telah melalui meotodologi dan dapat teruji sacara
ilmiah, sehingga bisa dikatakan bahwa teori politik sebagai ilmu sosial sama
absahnya dengan teori – teori alam. Hal lain yang menambah validitas dari politik
sebagai ilmu adalah penggunaan pendekatan – pendekatan dari berbagai disiplin
ilmu. Akan tetapi hal ini dalam pandangan saya justru menjadikan ilmu politik seperti
kehilangan fokus kajian mereka, karena terlalu banyak meminjam pendekatan dan
teori dari disiplin ilmu lain. Namun hal ini memang sbuah keharusan karena objek
kajian ilmu politik yang sangat kompleks, dinamis, dan relatif.
Wasby juga memberikan penjelasan mengenai politik sebagai suatu seni. Dalam
pandangan Wasby politik sebagai seni lebih bersifat kepada prakteknya. Sebagai
contoh para politisi saat menjelang pemilu berusaha untuk mendapatkan dukungan
sebanyak mungkin sebagai upaya untuk mendapatkan kedudukan tertentu, hal ini
dilakukan bukan dengan cara kekerasan berupa paksaan, akan tetapi lebih kepada
bagaimana mempengaruhi masyarakat secara persuasif agar masyarakat
mendukungnya. Tetepi dalam pandangan saya politik sebagai seni lebih kepada
bagaimana mengolah kekuasaan atau kedudukan yang telah dicapai oleh seseorang
untuk dapat menghasilkan buah karya seni berupa kebijakan yang dapat
menyelesaikan permasalahan tertentu akibat perbenturan karena interaksi antara
pemerintah dan masyarakat. Singkatnya, politik sebagai sebuah seni adalah
kemampuan para pemegang kekuasaan dalam sebuah proses menghasilkan
kebijakan – kebijakan yang mampu menjawab tuntutan dari masyarakat.
Kekuasaan dan pengaruh merupakan satu kesatuan dalam kajian politik, dimana
tinggi kekuasaan yang dipegang seseorang maka akan semakin besar pengaruhnya
dalam kehidupan masyarakat, baik itu dalam menghasilkan kebijakan maupun
dalam upaya menciptakan kestabilan. Akan tetapi seringkali dalam menggunakan
kekuasaan dan memperluas pengaruh, seseorang menggunakan kekerasan.
Menurut saya hal ini tidak perlu dilakukan. Dalam era globalisasi dan tingkat
pendidikan masyarakat yang terus berkembang kekerasan menurut saya bukan cara
yang efektif untuk menciptakan kepatuhan dan stabilitas. Kinerja politik yang nyata
dan diiringi dengan wibawa akan lebih efektif dan efisien untuk menciptakan sebuah
kepatuhan dan kestabilan.
Pandangan lain menurut Wasby adalaha berkaitan dengan nilai. Wasby
mengatakan bahwa pemerintah atau negara adalah satu – satunya institusi yang
memegang hak monopoli penggunaan kekerasan dalam upaya menciptakan
stabilitas. Namun pada prakteknya hal ini saya rasa telah menyimpang. Seperti
pendapat saya diatas penggunaan kekerasan sudah sangat tidak kompatible
dengan realitas kehidupan politik dewasa ini. Ditambah lagi dengan kondisi
sekarang berdasarkan suatu pandapat dari kalangan liberalisme dalam studi
hubungan internasional bahwa negara berserta peran, pengaruh, dan kekuasaannya
terus mengalami penurunan digeser oleh peran, pengaruh, dan kekuasaan pasar.
Dari pengertian ini bahwa sekarang ini bisa dikatakan bukan lagi pemerintah atau
negara aktor tunggal pemegang monopoli kekuasaan, tetapi pasar pun sekarang
memiliki kekuasaan “sah” untuk menggunakan kekerasan, bahkan kekerasan fisik.
Sebagai contoh bahwa banyak sekali buruh yang bekerja si pabrik – pabrik
mendapatkan upah yang tidak sepadan dengan pekerjaan mereka, menurut saya
hal ini juga bisa diartikan sebagai kekerasan secara fisik.
Politik juga dapat didefinisikan dari perspektif publik dan individu. Wasby
berpendapat bahwa politik dari pandangan publik apabila menyangkut interaksi dan
kepentingan orang banyak. Dan jika dilihat dari sudut pandang individu apabila
menyangkut interaksi, kepentingan, dan hak – hak politik seseorang. Selanjutnya
Wasby menjelaskan keterkaitan antara isu dan politik. Isu disini diartikan sebagai
input didalam proses politik. Sebagai sebuah ilmu, politik memiliki siklus yang tetap,
mulai dari inputà Proses à Output. Disini dapat dipahami bahwa isu merupakan
suatu bagian dalam proses politik untuk kehidupan politik itu sendiri, dalam artian
politik tidak dapat bergerak sebagaimana mestinya jika tidak ada isu (baik tuntutan
atau dukungan), karena objek kajian vital dari ilmu politk tersebut adalah memproses
isu yang ada sehingga menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan isu tersebut.
Dalam pengertian kegiatan politik sebagai sebuah siklus, disini Wasby memiliki
kekurangan dalam penjelasannya, seperti mekanisme umpan balik dari kebijakan
yang diambil, namun yang menurut saya paling fatal adalah kurangnya penjelasan
bagaimana seharusnya sistem tersebut mampu menjalankan mekanisme proses
(mengolah tuntutan dan dukungan) sehingga menghasilkan output, bukan saja
output dari segi kuantitas, tetapi secara kualitas sehingga tidak menimbulkan
overload demand yang dapat meruntuhkan siklus politik tersebut.
Politik sebagaimana pembahasan diatas juga menjelaskan mengenai negara
atau pemerintah. Akan tetapi sejauh ini politik tidak mampu memberikan penjelasan
dan pembagian secara tepat sampai dimana sebenarnya batas – batas dari
pemerintah. Kejelasan atas dasar – dasar dari batasan negara atau pemerintah ini
sangat penting karena menyangkut sampai dimana batasan politik itu sendiri.
Sebagai contoh jika pemerintah mengatakan bahwa batasan negara adalah patok
batas yang telah ditetapkan berdasarkan hukum internasional akan tetapi mengapa
politik itu sendiri memiliki batasan yang jauh lebih dari itu. Peranan mendasar dari
negara dalam artian politik sebenarnya adalah bagaimana pemerintah yang
menerima sebagian dari hak masyarakat menggunakannya untuk menciptakan
kestabilan. Bagaimana proses dalam menciptakan suatu kestabilan akan
menunjukkan sejauh mana pemerintah mampu mengalokasikan nilai – nilai kolektif
tersebut.
Dalam buku ini, Wasby juga menjelaskan mengenai esensi dari sebuah ilmu.
Dalam pandangannya ilmu melibatkan urutan antara metode, asumsi, dan tujuan
tertentu. Dari sini bisa dipahami bahwa untuk menjadikan sebuah kajian dari fokus
studi menjadi sebuah ilmu, kajian tersebut harus menghasilkan sebuah teori ataupun
konsep yang memiliki validitas yang dapat diuji dan diukur. Metode disini digunakan
sebagai alat untuk menciptakan dan menguji tingkat kebenaran atas sebuah teori
atau konsep, sedangkan asumsi adalah dasar bagi dilakukannya suatu penelitian.
Sedangkan tujuan dimaksudkan sebagai artikulasi solusi bagi asumsi yang ada
untuk kemudian diproses secara ilmiah agar menjadi sebuah teori atau konsep yang
dapat memberi penjelasan atau bahkan jalan keluar dari asumsi tersebut. Dari
pemahaman ini, Wasby kurang memberikan penjelasan mengenai apa yang
dimaksud dengan asumsi. Apakah semua pendapat mengenai suatu fenomena bisa
dikatakan sebuah asumsi, jika demikian bukankah justru ilmu tersebut akan menjadi
sangat ridig.
Ilmuwan baik itu ilmuwan alam maupun ilmuwan politik juga dituntut untuk dapat
menjelaskan suatu pola sebuah fenomena agar dapat dipahami sebagai suatu
konsep bersama. Ilmuwan disini bukan hanya sekedar menafsirkan suatu pola untuk
dapat dipahami bersama tetapi juga dituntut untuk menghasilkan output yang dapat
diterima secara universal. Permasalahan selanjutnya muncul, kembali pada
pembahasan awal buku ini bahwa tingkat kesulitan pada kajian ilmu sosial adalah
objeknya yang sangat dinamis dan relatif sehingga sangat sulit untuk menghasilkan
suatu teori atau konsep yang berlaku secara universal. Sejauh ini pencapaian
ilmuwan sosial khususnya ilmuwan politik hanya mampu memberikan simplikasi
sebagai suatu simbol dari permasalahan atau fenomena yang terjadi.
Ilmu juga berkaitan erat dengan penjelasan dan prediksi. Sebagian orang
berpendapat bahwa ilmu dibentuk dari sebuah dunia siimbolik yang merefleksikan
seseorang setiap hari. Sebagian lagi berpendapat bahwa tujuan dari ilmu adalah
penjelasan. Sebagian lainnya berpendapat bahwa prediksi adalah tujuan akhir dari
sebuah ilmu. Namun ketiga pendapat ini akhirnya menimbulkan perdebatan
tersendiri. Unsur dari prediksi yang bagus memerlukan sebuah penjelasan yang
memadai, dan penjelasan keilmuwan memerlukan sebuah versi dari prediksi. Disisi
lain, beberapa ilmuwan meresa prediksi tidak boleh ada, tanpa penjelasan, dan
melalui keseluruhan penjelasan bisa menambah kemampuan prediksi, namun
prediksi yang akurat tidak selalu diikuti langsung dari sebuah penjelasan, terutama
jika penjelasan tersebut hanya bersifat sebagian. Dari penjelasan ini dapat dipahami
bahwa ilmu menurut pandangan Wasby tidak terlepas dari unsur penjelasan dan
prediksi. Dimana prediksi memerlukan penjelasan memyeluruh, dan penjelasan
yang menyeluruh akan didapat dari berbagai prediksi. Namun jika demikian, dalam
pandangan saya akan terjadi error didalam ilmu itu sendiri, mungkin kalau
diterapkan pada ilmu sosial prediksi tidak akan berpengaruh banyak terhadap solusi
sebagai suatu tujuan dari sebuah kajian fenomena, akan tetapi akan prediksi yang
salah dalam ilmu alam akan berdampak sangat fatal karena ilmu alam
mengharamkan error sekecil apapun dalam solusi yang dihasilkan.
Teori sebagai pembahasan mencari kepastian dari ilmu sosial menurut Wasby
lebih cenderung terkait pada bagaimana mengaplikasikan metode untuk mengkaji
sebuah fenomena. Berbeda dengan ilmu alam yang mana sautu objek penelitiannya
memiliki sifat yang sama dimanapun objek tersebut berada, ilmu sosial memiliki
relativitas pada objek kajiannya, sehingga objek penelitian disuatu tempat bisa
berbeda dengan objek serupa ditempat lain. Jadi ilmu politik bukan mencari teori
mana yang paling benar dan berlaku secara universal, melainkan lebih menekankan
pada kritisi suatu teori yang ada dan bagaimana mengaplikasikan suatu teori yang
paling tepat untuk melihat, mengkaji, memahami, dan mencari solusi dari suatu
fenomena sosial. Teori dalam pembahasan buku ini juga dikaitkan dengan
matematika. Ilmuwan alam lagi – lagi memberikan kritisi terhadap ilmuwan sosial
yang tidak bisa mnghasilkan teori yang tidak dapat dijelaskan secara matematis.
Akan tetapi menurut saya yang lebih penting disini (ilmu politik) adalah bagaimana
kita memahami suatu fenomena tersebut secara mendalam, bukan mengenai
kepastian atas sebuah teori. Penelitian sosial yang dilakukan melalui metode
kualitatif menggunakan angka tidak lebih akurat dibandingkan dengan metode
kualitatif, yang terpenting adalah bagaimana implementasi teori dan konsep yang
digunakan dalam penelitian tersebut untuk menjelaskan dan mencari solusi suatu
fenomena politik dimasyarakat.
Eksperimen dan signifikasi, kedua hal ini adalah pembahasan selanjutnya dalam
bab satu buku karangan Wasby ini. Eksperimen dalam pandangan Wasby bukan
hanya mengenai proses keilmuwan yang dapat dilakukan oleh ilmuwan alam saja,
tetapi ilmuwan politik juga mampu dan dapat melakukan eksperimen walaupun objek
kajiannya dinamis dan relatif. Mengenai masalah signifikasi saya memiliki
pandangan berbeda dengan Wasby. Menurut Wasby signifikasi lebih menekankan
pada apa yang paling dominan memberikan konstribusi terhadap bidang ilmu atau
suatu objek kajian, walaupun itu berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Akan tetapi
dalam pandangan saya bukan hanya masalah pengaruh, signifikasi jika hanya
dikaitkan dengan besar kecilnya pengaruh atau konstribusi yang diberikan kedalam
suatu ilmu maka suatu bidang ilmu akan sulit berkembang, bahkan pada kondisi
tertentu sangat mungkin menemui jalan buntu untuk berkembang. Jadi signifikasi
menurut saya lebih tepat bagaimana memberikan konstribusi bagi perkembangan
suatu ilmu dengan jalan membuka peluang kajian bagi permasalahan yang belum
pernah dikaji dengan tidak mengesampingkan pengembangan terhadap masalah
yang telah dikaji.
Pembahasan terakhir dalam sub bab ini adalah tentang perdebatan antara ilmu
alam dan ilmu sosial. Setelah sekian lama eksistensi dari ilmu dan perkembangan
pola pikir manusia secara garis besar ilmu akhirnya berkembang menjadi dua bagian
besar. Yaitu pertama, ilmu alam atau ilmu fisik yang mengkaji mengenai alam
dengan hukum pastinya. Dan kedua, Ilmu sosial yang memfokuskan kajian pada
interaksi manusia, baik dengan sesama manusia, negara, maupun dengan
lingkungannya. Perdebatan klasik mengenai ilmu ini adalah bahwa ilmu sosial
sejauh ini tidak pernah menghasilkan sesuatu yang bersifat universal. Meskipun
diakui bahwa presisi, kelengkapan dan hukum alam dari ilmu fisik telah dianggap
berlebihan, tetap tidak ada pertanyaan tentang apakah mereka lebih presisi,
lengkap, dan tetap dibandingkan dengan ilmu ilmu sosial. Setelah sekian banyak
diskusi dan perdebatan mengenai pernyataan tersebut, muncul sebuah kesimpulan
yang saat ini dipahami dan disepakati menurut Wasby karena ilmu sosial memiliki
objek kajian utama manusia, dengan segala interaksinya yang sangat dinamis.
Untuk itu walaupun secara keilmuwan ilmu alam memang lebih akurat dari pada ilmu
sosial, namun ilmu sosial memiliki tingkat keakuratan yang relatif yang setara
dengan tingkat keakuratan ilmu alam. Sebagai contoh jika ilmu alam mengkaji
manusia dari “luar” (dari segi organ tubuh) yang dapat melahirkan pemahaman
tentang manusia secara fisik dan memberikan solusi berupaobat untuk
menyembuhkan manusia dari penyakit, dalam ilmu sosial mengkaji dan memahami
manusia dari dalam, disini maksudnya adalah bagaimana memahami sifat manusia
dan interaksi antar mereka untuk dipahami dan memberikan solusi secara relatif.
Relatif disini mengandung pengertian bahwa sebenarnya ilmu sosial telah mampu
memberikan konstribusi yang akurat atas sebuah fenomena, baik itu secara
pemahaman maupun solusi. Ditambah lagi manusia adalah mahluk yang memiliki
nalar dan pikiran, dan jika ilmu sosial dituntut untuk menghasilkan sebuah teori atau
konsep yang bersifat universal, hal ini sama saja dengan mengontrol semua
pemikiran dan tingkah laku manusia yang ada dibumi ini.
Fakta dan nilai, dalam pembahasan ilmu ini menjadi sangat penting. Banyak
penulis mengatakan bahwa ilmu seharusnya bebas dari nilai. Tapi apakah benar
harusnya demikian dan selalu demikian. Jika ilmu harus bebas dari nilai hal ini
mengindikasikan bahwa untuk mendapatkan suatu konstribusi bagi suatu disiplin
ilmu boleh dilakukan cara apapun agar tujuan tersebut tercapai, bukankah hal ini
justru akan kerap menimbulkan pertentangan dari nilai itu sendiri. Menurut saya
yang lebih tepat adalah bagaimana memahami fakta dan nilai ini di dalam kajian
ilmu. Karena jika dipahami dari sudut pandang metodologi fakta dapat dikatakan
sebuah penelitian emipirik sedangkan nilai adalah sebuah penelitian yang normatif.
Saya berpandangan bahwa tidak ada suatu hasil penelitian normatif yang tidak
mengandung unsur empirik didalamnya. Dan penelitian empirikpun membutuhkan
hasil dari penelitian normatif sebagai landasan literatur.
Menempatkan penelitian sebagai suatu proses untuk menghimpun data dan
menghasilkan suatu interpretasi atau bahkan teori dan konsep terutama dalam
kajian ilmu politik sangatlah penting. Penempatan nilai disini bukan dari pembahasan
metodologi seperti pendapat saya diatas, melainkan bagaimana kita harus berusaha
netral dalam menjalankan sebuah penelitian. Dalam artian tidak boleh ada nilai –
nilai pribadi yang mempengaruhi proses pencarian dan pengolahan data dilapangan.
Akan tetapi, faktanya, seringkali penelitian yang dilakukan dilapangan justru
dipengaruhi oleh nilai – nilai yang ada dimasyarakat itu sendiri. Kalau nilai itu telah
disepkati bersama ini bisa diterima dan data tetap bisa dikatakan ilmiah, akan tetapi
jika nilai perseorangan yang mempengaruhi tentu akan membuat validitas data
diragukan. Akan tetapi hal ini kembali lagi pada objek dari ilmu sosial khususnya
ilmu politik itu sendiri. Kita harus dipahami disini manusia seringkali memiliki
perbedaan persepsi dan sudah pasti memiliki perbedaan pola pikir dan nalar satu
sama lain, dengan tetap menjaga netralitas pribadi terhadap sebuah penelitian yang
sedang dilakukan, walaupun dipengaruhi oleh nilai – nilai personal yang ada
dilapangan, ilmu sosial menganggap hal ini adalah sebagai sarana membuka kritik
atas penelitian yang dilakukan dan akan menimbulkan interpretasi berbeda sehingga
ilmu penelitian tersebut akan menjadi berkesinambungan.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa politik hingga saat ini bisa dipahami
sebagai ilmu dan praktek. Sebagai praktek, politik dapat dijelaskan dengan mudah,
karena semua orang dapat dipastikan melakukan politik dalam kehidupan
kesehariannya. Namun, pembasan politik sebagai ilmu adalah sangat sulit, mulai
dari definisi yang belum dapat memberi pemahaman yang jelas tentang politik itu
sendiri sampai pada belum adanya suatu konsep atau teori politik yang berlaku
secara universal. Unsur atau elemen yang ada dalam politik itu sendiri juga nyatanya
sangat banyak sekali. Hal ini juga yang kemudian menjadikan politik sebagai sebuah
ilmu begitu rumit dan salah ditafsirkan mayoritas masyarakat. Jika ditanya tantang
politik, mayoritas masyarakat akan menjawab dengan suatu yang berhubungan
dengan kekuasaan, namun jika dilihat dari unsur – unsur yang ada didalam politik itu
sendiri, ilmu politik dapat dijelaskan sebagai sebuah alat untuk mengkaji interaksi
antara negara dan masyarakat, dimana negara menciptakan pengaturan untuk
menciptakan stabilitas masyarakat, sedangkan fokus politik sebagai ilmu ada
didalam proses pembuatan pengaturan, dan proses implemtasi kebijakan dari
pemerintah untuk rakyat

Anda mungkin juga menyukai