Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

Untuk memenuhi tugas Clinical Study 2

2017/2018

OLEH:

KRIS WIDYAWATI

145070200111010

KELOMPOK 3 ReGULER 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017
1. DEFINISI GASTROENTERITIS

Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan


dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010). Gastroenteritis didefinisikan
sebagai inflamasi dari membran mukosa saluran pencernaan yaitu di lambung, usus halus
dan usus besar. Gastroenteritis ditandai dengan gejala utamanya yaitu diare, muntah, mual
dan kadang disertai demam dan nyeri abdomen. Sekiranya tidak ditangani segera dapat
mengakibatkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan gangguan keseimbangan elektrolit
sehingga dapat menyebabkan kematian terutamanya pada anak. Kebanyakan kasus
gastroenteritis bersifat infeksius, namun dapat juga terjadi akibat konsumsi obat-obatan dan
bahan-bahan toksik seperti plumbum (Marcdante J. et. al, 2011). Penularan gastroenteritis
dapat melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui air dan makanan yang
terkontaminasi

Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai


enterogen termasuk bakteri, virus dan parasit, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau
mencerna toksin yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

2. KLASIFIKASI GASTROENTERITIS
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung
dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam
empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan,
apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi
sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan
dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan
dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Disentri
Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinanterjadinya komplikasi
pada mukosa.
d. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab
non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008),
diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2
minggu lebih.
e. Diare dengan masalah lain
Yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten), mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
f. Gangguan imunologik,
Defisiensi dari SigA (secretory immunoglobulin A) dan CMI (Cell Mediated Immunity)
akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit
dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, dan parasit akan masuk ke dalam usus dan
berkembangbiak dengan leluasa sehingga terjadi overgrowth dengan akibat lebih
lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan (Suraatmaja, 2007).

Rendle Short (1961) mengklasifikasikan diare berdasarkan pada ada tidaknya


infeksi ; gastroenteritis (diare dan muntah) menjadi 2 golongan :
a. Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, disentri basil (Shigella),
enterokolitisstafilokok.
b. Diare non-spesifik : diare dietetic.
Klasifikasi lain berdasarkan organ yang terkena infeksi :
a. Diare infeksi enteal atau diare karena infeksi di usus ( bakteri, virus, parasit)
b. Diare infeksi pareteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis media, infeksi
saluran pernafasan, infeksi saluran urine dan lainnya) (Suharyono, 2008)
3. ETIOLOGI GASTROENTERITIS
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
- Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia
aoromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
- Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
2) infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis,
bronkopneumonia, dan lainnya.
b. faktor malabsorbsi:
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

4. EPIDEMIOLOGI GASTROENTERITIS
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari
satu milyar kasus gastroenteritis. Angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu 411
penderita per 1000 penduduk. Diperkirakan 82% kematian akibat gastroenteritis
rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana akses
kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah. Sedangkan data profil kesehatan
Indonesia menyebutkan tahun 2012 jumlah kasus diare yang ditemukan sekitar 213.435
penderita dengan jumlah kematian 1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada
anak-anak di bawah 5 tahun. Seringkali 1-2% penderita diare akan jatuh dehidrasi dan
kalau tidak segera tertolong 50-60% meninggal dunia.Dengan demikian di Indonesia
diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Depkes
RI, 2012).
5. FAKTOR RESIKO GASTROENTERITIS
Faktor resiko terjadinya diare adalah faktor – faktor yang memungkinkan terjadinya diare seperti

1. Sanitasi Lingkungan Sanitasi dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku disengaja dalam
pembudayaan hidup bersih dengan maksud bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan yang dapat menyebabkan diare,
antara lain :
- Penyediaan Air Bersih Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan penyakit, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Totok, 2010).
Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang
berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum
didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar,
maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum (Soemirat,
2009). Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat – syarat kesehatan dan
dapat diminum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak lebih dahulu. (Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990). (Sarudji, 2006). Air minum pun bukan merupakan
air murni. Meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan
dari air tersebut, tetapi air minum mungkin masih mengandung komponen-komponen
terlarut. Bahkan air murni sebenarnya tidak enak untuk diminum karena beberapa bahan
yang terlarut memberikan rasa yang spesifik terhadap air minum (Fardiaz, 1992). Air
minum harus memenuhi syarat-syarat antara lain (Sutrisno, 2010):
a. Syarat Fisik : - Air tidak boleh berwarna - Air tidak boleh berasa - Air tidak
boleh berbau
b. Syarat Kimia : Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau
zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.
c. Syarat Bakteriologik : Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri
patogen sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli
melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1Coli/100 ml.air.

Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang
mungkin ada dalam air antara lain : bakteri typhsum, Vibrio colerae, bakteri
dysentriae, Entamoeba hystolotica, bakteri enteritis. Air yang mengadung golongan
Coli telah berkontaminasi dengan kotoran manusia. Oleh sebab itu dalam
pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung
bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.

- Penyediaan Jamban Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas


pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air
untuk membersihkannya. Jenisjenis jamban yang digunakan (Proverawati dan
Rahmawati, 2012) :
a. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran
ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak
berbau.
b. Jamban tangki septik/ leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah
proses penguraian/ dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapan. Cara memilih jenis jamban adalah (Proverawati dan Rahmawati, 2012)
:
a. Jenis cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air
b. Jamban tangki digunakan untuk : Daerah yang cukup air, daerah yang padat
penduduk, daerah pasang surut Syarat jamban sehat yaitu (Proverawati dan
Rahmawati, 2012) : Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara
sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter), Tidak
berbau, Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, Tidak
mencemari tanah sekitarnya, Mudah dibersihkan dan aman digunakan,
Dilengkapi dinding dan atap pelindung, Penerangan dan ventilasi yang
cukup, Lantai kedap air dan luas ruangan memadai, Tersedia air, sabun, dan
alat pembersih Peran kader dalam membina masyarakat untuk memiliki dan
menggunakan jamban sehat, yaitu : Melakukan pendataan rumah tangga
yang sudah dan belum memiliki serta menggunakan jamban dirumahnya,
Melaporkan kepada pemerintah kelurahan tentang jumlah rumah tangga
yang belum memiliki jamban sehat, Bersama pemerintah kelurahan dan
tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakkan masyarakat
untuk memiliki jamban, Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban
secara bergilir, Menggalang dunia usaha setempat untuk memberikan
bantuan dalam penyediaan jamban sehat, Memanfaatkan setiap kesempatan
di kelurahan untuk memberi penyuluhan tentang pentingnya memiliki dan
menggunakan jamban sehat, Meminta bantuan petugas puskesmas
setempat untuk memberikan bimbingan tekniss tentang cara-cara membuat
jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
- Pengelolaan Sampah Sampah adalah setiap bahan yang untuk sementara tidak
dapat dipergunakan lagi dan harus dibuang atau dimusnahkan. (Dainur,1992). Jenis
Sampah Jenis sampah di bagi menjadi 3, yaitu (Dainur,1992)
Asalnya:
a. Sampah buangan rumah tangga; termasuk sampah bisa bahan makanan, sampah
sisa makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah
tangga, sampah bisa perabotan rumah tangga, sampah sisa tumbuhan kebun, dan
sebagainya.
b. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko, dan
sebagainya); termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan
pembungkus lainnya, sampah sisa bangunan, sampah taman dan sebagainya.
c. Sampah buangan jalanan; termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan,
sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan
lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.
d. Sampah industri (tidak dibicarakan pada bagian ini); termasuk diantaranya air
limbah industri, debu industri, sisa bahan baku dan bahan jadi, dan sebagainya.
Jenisnya:
a. Sampah organik; termasuk diantaranya sisa bahan makanan serta sisa makanan,
sisa pembungkus dan sebagainya. Keseluruhan dikenal juga sebagai sampah
dapur/sampah buangan rumah tangga, dan juga sampah pasar serta sampah
industri bahan makanan.
b. Sampah anorganik; termasuk diantaranya berbagai jenis sisa gelas, logam,
plastik dan sebagainya. Biasanya jenis ini terbagi atas sampah yang dapat
dihancurkan, dan yang tak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme. Pada umumnya
sampah yang tak dapat dihancurkan oleh mikroorganisme termasuk sampah
anorganik, misalnya sisa-sisa mobil bekas, gelas dan sebagainya.
Fisiknya:
a. Sampah kering, yaitu sampah yang dapat dimusnahkan dengan dibakar,
diantaranya kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dapat dikeringkan.
b. Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifat fisiknya sukar dikeringkan untuk
dibakar.

Pemusnahan dan Pengolahan Sampah Pemusnahan sampah dilakukan melalui


berbagai cara, antara lain (Notoadmodjo, 2007):

a. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah denngan membuat lubang di tanah


kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan membakar di dalam
incenerator.
c. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, khususnya
untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lainnya yang dapat
membusuk.
- Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang berasal dari rumah tangga, industri dan tempat-tempat
umum lainnya yang umumnya mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Air limbah terbagi atas beberapa jenis, antara
lain (Notoadmodjo, 2007):
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water)
Kategori ini termasuk air bekas mandi, bekas cuci pakaian, maupun perabot
dan bahan makanan, dan lain-lain. Air ini sering disebut sullage atau gray
water. Air ini tentunya mengandung banyak sabun atau detergen dan
mikroorganisme. Selain itu, ada lagi air limbah yang mengandung excreta,
yakni tinja dan urine manusia. Walaupun excreta mengandung zat padat,
tetapi tetap dikelompokkan sebagai air limbah. Dibandingkan dengan air
bekas cuci, excreta ini jauh lebih berbahaya karena mengandung banyak
kuman patogen. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit
bawaan air, terutama bahaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang
sering juga kekurangan gizi (Soemirat,2009).
b. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai
jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai masing-masing
industri. Oleh karena itu, pengolahan jenis air limbah ini akan lebih rumit agar
tidak menimbulkan polusi lingkungan.
c. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yang berasal dari daerah:
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempattempat ibadah, dan lainnya. Umumnya zat-zat yang terkandung dalam
jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga. Agar limbah tidak
mencemari lingkungan, dilakukan pengelolaan terhadap air limbah.
Pengolahan air limbah diatur dalam PP No. 82 Tahun 2001 pasal 31 tentang
pengendalian pencemaran air yang mengatur tentang pengolahan air limbah
yang memenuhi kesehatan, yaitu :
- Jarak bidang resapan tangki septic tank dengan sumber air minum harus
berjarak >10m untuk jenis tanah liat dan >15m untuk tanah berpasir.
- Kepadatan 100 orang/ha dengan menggunakan sanitasi setempat
memberikan dampak kontaminasi bakteri coli cukup besar terhadap tanah
dan air tanah. Jadi bagi pengguna sanitasi individual pada kawasan
dengan kepadatan tersebut, penerapan anaerobic filter sebagai pengganti
bidang resapan dan effluennya dapat dibuang ke saluran terbuka, atau
secara komunitas menggunakan sistem off site sanitasi.
- Air limbah dari toilet tidak boleh langsung dibuang ke perairan terbuka
tanpa pengeraman (digesting) lebih dari 10 hari terlebih dahulu, dan
lumpurnya harus ada pengeraman 3 minggu untuk digunakan di
permukaan tanah (sebagai pupuk).
- Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri coli dengan
proses maturasi atau menggunakan desinfektan. Dengan demikian setiap
IPAL harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut;
sebaiknya alat-alat saniter (WC, urinoir, kitchen zink, wash-basin)
menggunakan water trap (leher angsa) untuk mencegah bau dan
serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan tersebut. Penggunaan
pipa pembuang udara (vent) pada sistem plumbing harus mencapai
ceiling (plafon) teratas.
2. Personal Higiene Personal higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya (Potter dan Perry, 2005).
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika
seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal
tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
a. Memelihara dan memotong kuku tangan dan kuku kaki Kuku sering kali memerlukan
perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Kuku
bersih mempunyai fungsi dan peran yang penting dalam kehidupan kita. Kuku yang
kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit yang dapat ditularkan ke
bagian-bagian tubuh yang lain. Tujuan merawat dan memotong kuku, yaitu:
- Menjaga kebersihan tangan dan kaki
- Mencegah timbulnya infeksi
- Mencegah kaki berbau tidak sedap
b. Mencuci tangan menggunakan sabun. Kedua tangan kita sangat penting untuk
membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan. Makan dan minum sangat
membutuhkan kerja dari tangan. Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan
mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan
menggunakan air bersih dan sabun. Cara mencuci tangan yang benar adalah
sebagai berikut (Proverawati dan Rahmawati, 2012) :
- Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun.
- Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik
- Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan kuku
- Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir
- Keringkan dengan handuk bersih
- Gunakan tisu sebagai penghalang mematikan keran air. Peran kader dalam
membina perilaku cuci tangan yaitu :
a. Memanfaatkan setiap kesempatan di kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan
kelompok di posyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok, dan
kunjungan rumah
Mengadakan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian masyarakat.

6. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY GASTROENTERITIS


Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi
sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi
cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Menurut Diskin
(2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi
hal-hal sebagai berikut :

A. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa
intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
B. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
C. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan
:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga
dapaterjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin
yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.
(Pathway Terlampir)

7. MANIFESTASI KLINIS GASTROENTERITIS


Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu
hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual(93%), muntah(81%) atau
diare(89%), dan nyeri abdomen(76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh
kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran
mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat
pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang
tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).
Beberapa gejala klinis yang sering ditemui adalah :
a. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200
gram atau 200 ml dalam 24 jam (Simadibrata K et al., 2009).
Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya peningkatan
sekresi air dan elektrolit.

b. Mual dan Muntah


Mekanisme pasti muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis belum sepenuhnya
diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan stimulus perifer
dari saluran cerna melalui nervus vagus atau melalui serotonin yang menstimulasi
reseptor 5HT3 pada usus. Pada gastroenteritis akut iritasi usus dapat merusak
mukosa saluran cerna dan mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel-sel
chromaffin yang selanjutnya akan ditransmisikan langsung ke pusat muntah atau
melalui chemoreseptor trigger zone. Pusat muntah selanjutnya akan mengirimkan
impuls ke otot-otot abdomen, diafragma dan nervus viseral lambung dan esofagus
untuk mencetuskan muntah (chow et al, 2010).
c. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut banyak
jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang timbul ada
hubungannnya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus, adakah
penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan
kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung
dan duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan
berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan timbul nyeri di
sekitar umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke punggung bagian tengah bila
rangsangannya sampai berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul
disebabkan kelainan pada kolon jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada
rektum biasanya akan terasa nyeri sampai daerah sakral (Sujono Hadi, 2002).
d. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set point ) di hipotalamus
(Dinarello dan Porat, 2012).
Temperatur tubuh dikontrol oleh hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik
anterior hipotalamus dan posterior hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu
dari saraf perifer yang mengirim informasi dari reseptor hangat/dingin di kulit dan
yang lain dari temperatur darah. Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh
thermoregulatory center di hipotalamus yang mempertahankan temperatur normal.
Pada lingkungan dengan subuh netral, metabolic rate manusia menghasilkan
panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk mempertahankan suhu inti
yaitu dalam batas 36,5-37,5ºC (Dinarello dan Porat, 2012).
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan :
a. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan,
sedang, atau berat.
b. Gangguan Sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila
kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan, pasien dapat mengalami syok atau
presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).
c. Gangguan Asam-Basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh.
Sebagai kopensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan
PH arteri.
d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi
(kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum
diketahui,kemungkinan karena cairan ekstra seluler menjadi hipotonik dan air masuk
kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi odema otak yang mengakibatkan koma.
e. Gangguan Gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang
berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan serta
sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GASTROENTERITIS


a. Anamnesa
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu mual, muntah,
nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah
tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K et al., 2009).
Curiga terjadinya gastroenteritis apabila terjadi perubahan tiba-tiba konsistensi tinja
menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi tiba-tiba.
Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan kebanyakan berhenti
dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari, dan kebanyakan
berhenti dalam 3 hari. Tanyakan :
1) Kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut dan/atau muntah

2) Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin dari makanan atau air
yang terkontaminasi)

3) Perjalanan atau bepergian

b. Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam


menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai perubahan pada
tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen
yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata K et al., 2009).

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik,
biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan kadar gula, jika
diduga ada intoleransi laktosa.
2) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan
pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
4) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
6) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

9. PENATALAKSANAAN MEDIS GASTROENTRITIS


Menurut Supartini ( 2004 ) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis
meliputi:
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat dehidrasinya
dan keadaan umum.
1) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare akut.
2) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya
cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di
perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
- Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
- Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
- Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20
tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
b. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan
tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (
gula, air tajin, tepung beras, dsb ).
1) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 –
1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium loperamia
tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak
diberikan lagi.
3) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga
diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /
bronkopeneumonia.
c. Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal yang perlu
diperhatikan : memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang mengandung cukup
kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juan.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 10.Jakarta : EGC.

Crain, William.2007.Teori Perkembangan:Konsep dan Aplikasi ed.3.Yogyakarta. Pustaka


pelajar.

Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal


Bedah.Jakata : Salemba Medika.

Mansjoer, Arif. 2007.Kapita Selekta Kedokteran.FKUI : Media Aesculapius. Nanda


Internasional.2011.

Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011.Jakarta:EGC.

Newfield Susan A., dkk.2007.Cox’s Clinical Applications of Nursing


Diagnosis.Philadhelpia:F.A.

Davis Company. Potter & Perry.2005.Fundamental Keperawatan 1.Jakarta: EGC. Saia et al.
BMC Public Health 2010, 10:636 http://www.biomedcentral.com/1471-
2458/10/636 Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.

Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung Seto. Sodikin.2011.

Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier.Jakarta :


Salemba Medika.

Webb, Annette dan Mike Starr.2005.Acute gastroenteritis in children.Reprinted from


Australian Family Physician Vol. 34, No. 4, April 2005 -227. Wong, Donna L,
dkk.2009.

Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Edisi 6.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai