Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN
27 FEBRUARI 2018

Dibina oleh
Anugrah Ricky Wijaya, S.Si., M.Sc., Dr. Sc.
dan Mohammad Sodiq Ibnu, Drs., M.Si.

Oleh:
Andhika Muchamad S (150331604845)*
Asiyah Zulfa Muktari (150331600574)
Astrid Nurmayasari (150331603320)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2018
PERCOBAAN 1

I. PENETAPAN KEKERUHAN
A. DASAR TEORI
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi yang mengganggu
berlalunya cahaya dalam air. Partikel-partikel ini dapat berupa senyawa organic
maupun anorganik, dan ditentukan sebagai partikel koloid dan partikel kasar. Partikel-
partikel tersuspensi ini yang menyebabkan air keruh, dimana akan mempengaruhi
transmisi cahaya yang melaluinya. Oleh karena itu penyerapan cahaya pada ekosistem
air ini tidak dapat dipukul rata, melainkan masih harus dibedakan secara ilmiah diantara
penyerapannya oleh air itu sendiri, garam-garam terlarut, benda suspense. Hal ini
disebabkan masing-masing bahan tersebut mempunyai tingkat penyerapan sendiri-
sendiri terhadap cahaya/sinar.
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. Dalam penentuan kekeruhan sebaiknya
dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila sampel harus
disimpan maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24 jam. Penyimpanan
yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan yang sifatnya tetap. Sebelum
dilakukan pemeriksaan sampel, sampel harus dikocok terlebih dahulu dengan kuat.
Satuan yang dipergunakan untuk menentukan standar kekeruhan sampel air adalah
sebgai mg/liter SiO2, dimana 1 mg/liter SiO2 sama dengan 1 unit kekeruhan. Kekeruhan
adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan
air baku dengan skala NTU.

B. TUJUAN
Menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air laut/sungai.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat yang digunakan 2. Bahan yang digunakan
a. Turbidimeter set a. Sampel air laut (hijau)
b. Beaker glass b. Larutan standar 0 NTU
c. Kuvet c. larutan standar 40 NTU

D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA

Sampel air
1. Dikalibrasi peralatan turbidimeter dengan larutan standar.
Dimasukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimeter,
ditekan tombol test dan diputar tombol zero apabila angka pada layar
tidak menunjukkan angka 0.
2. Diganti larutan standar 40 NTU, ditekan tombol test, dan diputar
tombol cal hingga menunjukkan angka 40 NTU jika pada layar tidak
menunjukkan angka 40 NTU.
3. Diambil sampel yang diukur, lalu dimasukkan ke dalam kuvet
hingga penuh sampai tidak ada gelembung udara. Kemudian ditekan
tombol test.
4. Dibaca harga kekeruhan dan dicatat hasil pembacaan.

Hasil

II. PENETAPAN TOTAL PADATAN


A. DASAR TEORI
Didalam lingkungan peraian terlarut berbagai mineral alami sebgai bahan kimia
anorganik dan berdisosiasi di dalamnya sebgai ion-ion. Karena sifatnya sebagai suatu
media fisis, ternyata mampu ikut mengangkut berbagai bahan kimia, hingga tidak
mustahil air mengalami suatu kontaminasi. Kita telah melihat bahwa pada perairan
terdapat bahan-bahan yang mengambang, dimana bahan-bahan tersebut harus
dihilangkan. Penentuan zat padat dalam air mempunyai arti penting untuk perencanaan
dan pengawasan proses-proses pengolahan air minum dari bahan baku air sungai atau
pengolahan buangan. Zat padat dalam air dapat merupakan zat padat terlarut dan zat
tersuspensi. Zat padat organik berasal dari limbah domestik dan limbah industri.
Sedangkan zat padat tersuspensi dapat dan koloid dari limbah tanah liat, dan bahan-
bahan organic. Pengertian zat padat total meliputi kedua jenis zat padat tersebut (zat
padat terlarut + zat padat tersuspensi) yang dapat berupa bahan-bahan organik dan
anorganik.
Dalam kegiatan praktikum di labratorium kita akan menetapkan nilai total
padatan pada sampel air. Priinsip penetapannya adalah bahwa contoh air yang telah
dikocok dengan merata, diuapkan dalam cawan penguapan yang telah diketahui
beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103o-105o C sampai beratnya
konstan. Beda berat cawan kosong dengan yang berisi sampel air yang sudah diuapkan
dan dikeringkan merupakan berat total padatan. Adapun gangguan-gangguan yang ada
dalam penetapan total padatan antara lain: 1) partikel yang besar, partikel yang
mengapung dan zat-zat menggumpal yang tidak dapat tercamput dalam air, 2) zat cair
yang mengapung seperti minyak dan lemak.

B. TUJUAN
Menetapkan total padatan sampel air dari sampel air laut/sungai.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan Bahan yang digunakan
a. Oven a. Sampel air
b. Beaker glass b. Kertas saring
c. Neraca analitik
d. Desikator
e. Lampu spiritus
f. Kaki tiga + kasa asbes

D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA

Sampel air
1. Diatur furnace pada suhu 550oC dan dimasukkan cawan penguapan
ke dalamnya ± 1 jam.
2. Diambil dengan menggunakan tang krusibel, lalu didinginkan dalam
desikator, kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator
sampai siap untuk dipergunakan.
3. Dituangkan sampel air ± 50 ml ke dalam cawan penguapan tersebut,
dan diuapkan sampai habis.
4. Dikeringkan cawan + sampel air ynag telah diuapkan dalam oven
pada temperature ± 103oC-105oC selama 1 jam.
5. Diambil cawan setelah 1 jam, didinginkan dalam desikator.
6. Ditimbang cawan setelah dingin
Hasil

III. PENETAPAN RESIDU TERSUSPENSI


A. DASAR TEORI
Residu tersuspensi adalah suatu partikel atau material yang dapat dipisahkan
dari contoh air dengan cara penyaringan. Cara penyaringan in I dengan menggunakan
kertas saring standar atau fiber glass. Prinsip penetepan ini adalah contoh air yang telah
dikocok dengan baik, disaring dengan kertas saring. Bahan yang tersaring ini
merupakan bahan tersuspensi dari contoh air tersebut, dan dikeringkan pada suhu
100oC-105oC. sesudah itu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang hingga
diperoleh berat yang stabil atau konstan.

B. TUJUAN
Menetapkan residu tersuspensi sampel air dari sampel air laut/sungai.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

a. Oven a. Sampel air


b. Beaker glass b. Kertas saring
c. Neraca analitik
d. Gelas ukur
e. Desikator
f. Lampu spiritus
g. Kaki tiga + kasa asbes

D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA

Sampel air
1. Ditetapkan berat kertas saaring dengan prosedur yang sama
untuk cawan penguapan pada penetapan total padatan.
2. Diambil 50 ml sampel air dan disaringlah dengan kertas saring
yang telah diketahui beratnya pada langkah nomor 1.
3. Dikeringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan tersaring
dalam oven pada suhu 100oC-105oC selama ± 1 jam.
4. Didinginkan dalam desikator selama ± 1 jam.
5. Ditimbang kertas saring setelah dingin.
Hasil

IV. PENETAPAN pH AIR


A. DASAR TEORI
Suatu asam atau basa dalam suatu larutan dapat dibedakan dari rasanya. Asam
mempunyai rasa asam, dan basa mempunyai rasa basa (seperti sabun). Akan tetapi perlu
ditegaskan, bahwa dilarang keras mencicipi zat-zat kimia, sebabbanyak zat0zat yang
berbahaya bagi tubuh kita.
Cara membedakan asam dan basa yang sering dilakukan adalah dengan
menggunakan zat-zat yang disebut indicator. Zat-zat indicator yang dicelupkan atau
dicampurkan ke dalam asam akan menimbulkan warna yang berbeda dengan indicator
yang dicelupkan kedalam basa. Indiaktor yang umum dipakai untuk membedakan asam
dengan basa adalah:
1. Kertas lakmus
Jika kertas lakmus disentuhkan (dicelupkan) ke dalam larutan asam,
warnanya akan merah (asam dapat memerahkan kertas lakmus). Jika kertas
lakmus disentuhkan (dicelupkan) ke dalam larutan basa, warnanya akan biru
(basa dapat membirukan kertas lakmus).
2. Cairan Fenolftalein
Jika fenolftalein diteteskan ke dalam larutan asam, warnanya akan jernih
(tidak berwarna). Jika fenolftalein diteteskan ke dalam larutan basa,
warnanya akan merah.

Selain dengan indikator, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi, maka pengukuran derajat keasaman atau kebasahan suatu larutan dapat
menggunakan alat ukur yaitu pH meter. pH larutan adalah derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu
larutan. Untuk keasaman suatu perairan dinyatakan dalam skala pH. Skala pH
mempunyai rentang 0-14. Air suling murni mempunyai pH = 7 dan disebut netral. Suatu
perairan dikatakan semakin asam bila skala pH-nya bergerak turun dari harga pH = 7
sampai pH = 0. Begitu sebaliknya perairan dikatakan semakin alkalis (basa) bila harga
pH-nya bergerak naik dari pH = 7 sampai ke harga pH = 14. Harga pH air sungai atau
laut dipengaruhi oleh kondisi daerah dimana sungai atau laut itu mengalir dan juga oleh
terlarutnya bahan kimia tertentu yang memasuki perairan tersebut. Dalam percobaan
yang akan dilakukan di laboratorium untuk pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter.

B. TUJUAN
Menetapkan harga pH dari sampel air laut/sungai.

C. ALAT dan BAHAN


Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

a. pH meter a. Sampel air


b. Beaker glass b. Buffer pH 4
c. Buffer pH 7
d. Buffer pH 10

D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA

Sampel air
1. Dikalibrasi terlebih dahulu peralatan pH meter sebelum
dipergunakan.
2. Dipasang baterai pada alat pH meter PHH-65A.
3. Dikalibrasi alat pH meter PHH-65A dengan larutan buffer 7,
dengan dicelupkan elektroda pH meter pada larutan buffer
tersebut, jika pada layar tidak menunjukkan angka pda pH 7
maka diatur hinggga angka pada layar pH meter
menunjukkan angka 7 dengan memutar tombol SET.
4. Diambil elektroda pH meter, kemudian dibilas dengan
akuades.
5. Diambil larutan buffer 4 dan dicelupkan elektroda pH meter
pada larutan tersebut, jika pada layar tidak menunjukkan
angka pada pH 4, maka diatur hinggga angka pada layar pH
meter menunjukkan angka pada pH 4 dengan memutar
tombol SLOPE.
6. Diambil elektroda pH meter, kemudian dibilas dengan
akuades.
7. Diambil larutan buffer 10 dan dicelupkan elektroda pH
meter pada larutan tersebut, jika pada layar tidak
menunjukkan angka pada pH 10, maka diatur hinggga angka
pada layar pH meter menunjukkan angka pada pH 10 dengan
memutar tombol SLOPE.
8. Diambil elektroda pH meter, kemudian dibilas dengan
akuades, alat pH meter sudah siap untuk digunakan.
9. Diambil larutan sampel yang akan diukur pHnya, dicelupkan
elektroda ph meter pada sampel lalu diukur pH-nya.
10. Dibaca harga pH-nya yang tertera pada layar atau display ala
tph meter.
11. Dicatat hasil pembacaan
Hasil

V. PENETAPAN KADAR CO2 TERLARUT


A. DASAR TEORI
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami dan
merupakan gas yang mudah larut dalam air. CO2 di alam terdiri dari CO2 bebas dan
CO2 terikat yang tergantung pada pH air. CO2 bebas terdiri dari CO2 yang berada dalam
kesetimbangan, diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat (HCO3-) dan CO2 agresif
yang melarutkan CaCO3 dan bersifat korosif. CO2 agresif merupaka CO2 yang berada
dalam kesetimbangan dan diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat dalam air. Air
permukaaan pada umumnya mengandung < 10 mg CO2 bebas/liter, namun beberapa air
tanah mengandung lebih banyak lagi.
Gas CO2 selalu terdapat dalam system perairan seperti sungai, sawah, danau,
dan laut. Kadar CO2 yang dianggap penting bagi kehidupan ekosistem air, kelarutannya
ternyata tergantung pada suhu air, pH dan banyaknya organisme yang hidup di dalam
air. Gas CO2 di dalam air bergabung dengan komponen kapur menjadi CaCO3 yang
sebagian mencapai tingkat kejenuhan masih dapat berdisosiasi kembali menjadi ion
CO3- dan selebihnya akan mengendap sebagai senyawa karbonat. Beberapa hal yang
menyebabkan pentingnya pemeriksaaan CO2 di dalam air sebagai berikut:
a. Merupakan karakteristik kualitas air yang penting, yaitu kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan pH.
b. Berhubungan dengan proses pelunakan, koagulasi, dan netralisasi.
c. Berhubungan dengan masalah korosi dan kesadahan air.

Dibandingkan di dalam air, tekanan parsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh
karena itu pengukuran CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat
kontaine yang digunakan. Atas dasar ini kadar gas CO2 terlarut dapat ditetapkan
dengan cara titrimetric dengan menggunakan larutan baku NaOH.

B. TUJUAN
Menetapkan kadar CO2 yang terlarut dalam sampel air laut/sungai.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan Bahan yang digunakan

a. Buret a. Sampel air


b. Statif b. Larutan standar NaOH 0,001 N
c. Klem Buret c. Indikator pp
d. Erlenmeyer
e. Pipet takar
f. Pipet tetes
g. Pipet ukur

D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA

Sampel air
1. Disiapkan labu erlenmeyer 250 ml, dimasukkan 100 ml
sampel air ke dalam labu erlenmeyer dan ditetesi dengan
indicator pp.
2. Diamati jika timbul warna merah muda berarti kandungan
CO2 tidak ada dan apabila tidak timbul warna merah muda
maka sampel air mengandung CO2.
3. Dititrasi sampel air yang mengandung CO2 dengan larutan
NaOH 0,001 N sampai terjadi perubahan yaitu dari tidak
berwarna menjadi pink.
4. Diulangi langkah-langkah nomor 1 dan nomor 3 minimal 3
kali.
5. Dicatat volume NaOH yang digunakan.
Hasil
E. DATA PENGAMATAN
I.
No Lokasi Temperatur Kekeruhan Total Penetapan
(oC) (NTU) padatan Residu
(mg/L) Tersuspensi
(mg/L)
1 Pantai 3 Warna ( 25 0,88 20060 6720
Hijau)
2 Pantai 3 Warna ( 25 0,38 9920 1220
Biru)
3 Air Sumur 25 0,30 520 840
4 Air Sumur (Matang) 25 1,47 500 560
5 Air Hujan 25 0,39 400 880
6 Air Aqua 25 0,20 400 180
7 Air PDAM (Matang) 25 0,4 460 620
8 Air PDAM 25 0,26 980 1020

II.
No Lokasi Temperatur pH Air
(oC)
1 Pantai 3 Warna ( Hijau) 25 7,848
2 Pantai 3 Warna ( Biru) 25 7,659
3 Air Sumur 25 6,690
4 Air Sumur (Matang) 25 8,339
5 Air Hujan 25 7,997
6 Air Aqua 25 7,084
7 Air PDAM (Matang) 25 7,934
8 Air PDAM 25 6,738

III.
No Lokasi V. NaOH Rerata V. NaOH Keterangan
1 Pantai 3 Warna ( Hijau) - - Diuji dengan indicator pp
berubah warna menjadi
merah muda
2 Pantai 3 Warna ( Biru) 2,0 ml 1,73 ml Diuji dengan indicator pp
1,7 ml tidak berubah warna
1,5 ml menjadi merah muda
3 Air Sumur 12 ml 10,83 ml Diuji dengan indicator pp
11 ml tidak berubah warna
9,5 ml menjadi merah muda
4 Air Sumur (Matang) - - Diuji dengan indicator pp
berubah warna menjadi
merah muda
5 Air Hujan 1,50 ml 1,367 ml Diuji dengan indicator pp
1,40 ml tidak berubah warna
1,20 ml menjadi merah muda
6 Air Aqua 4,8 ml 5,3 ml Diuji dengan indicator pp
5,9 ml tidak berubah warna
5,2 ml menjadi merah muda
7 Air PDAM (Matang) - - Diuji dengan indicator pp
berubah warna menjadi
merah muda
8 Air PDAM 8,8 ml 7,1 ml Diuji dengan indicator pp
7,2 ml tidak berubah warna
5,3 ml menjadi merah muda

F. PEMBAHASAN
I. Penetapan Kekeruhan
Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-bahan
terlarut di dalam air. Sungai yang keruh menyebabkan cahaya matahari yang
masuk ke permukaan air berkurang mengakibatkan menurunnya proses
fotosinstesis oleh tumbuhan air sehingga suplai oksigen yang diberikan oleh
tumbuhan dari proses fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air
juga menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah
oksigen terlarut dalam air berkurang. Pengukuran kekeruhan air sungai pada
waktu percobaan diukur dengan turbidity meter.
Pada percobaan ini, sampel air dilakukan uji kekeruhannya. Pertama
peralatan turbidimetri di lakukan kalibrasi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
agar pada saat dilakukan uji kekeruhan data yang terbaca bisa akurat. Dilakukan
kalibrasi pada 2 larutan standart yaitu larutan standart 0 NTU dan larutan
standart 40 NTU. Larutan standart 0 NTU adalah larutan yang tingkat
kekeruhannya sangat kecil, sebaliknya larutan standar 40 NTU adalah larutan
yang tingkat kekeruhannya lebih besar. Sampel yang diuji dimasukkan kedalam
kuvet hingga penuh dan jangan sampai ada gelembung udara. Pengaruh
gelembung udara disini akan menyebabkan pembacaan oleh alat turbidimetri
akan besar dan tidak akurat karena adanya gelembung udara tersebut cahaya
akan terhambur secara tidak sempurna. Hasil pengamatan didapatkan bahwa
sampel air laut berwarna hijau didapatkan 0,88 NTU, air laut berwarna biru 0,38
NTU, air sumur 0,30 NTU, air sumur (matang) 1,47 NTU, air hujan 0,39 NTU,
air aqua 0,20 NTU, air PDAM (matang) 0,4 NTU, dan air PDAM 0,26 NTU.
Dari data pengamatan tersebut data NTU berbeda-beda menunjukkan tingkat
kekeruhan dari masing-masing sampel. Dan suhu dari semua sampel
menunjukkan 25oC dimana suhu tersebut di ukur di lab bukan di lokasi secara
langsung. Oleh karena itu suhu semua sampel sama. Sesuai dengan kajian
literature bahwa air layak untuk dikonsumsi ± 3 oC suhu udara dan NTU sebesar
5. Dan dari semua sampel yang dilakukan uji semua masih layak untuk
dikonsumsi.

II. Penetapan Total Padatan


Pada percobaan ini, sebelumnya beaker glass di masukkan kedalam
furnace selama ± 1 jam dan diatur suhunya 550 oC. tujuan dari pemanasan
beaker glass tersebut untuk menguapkan partikel atau zat-zat yang masih
menempel didalamnya. Kemudian diambil dengan tang krusibel dan
didinginkan dalam desikator, dan setelah dingin selanjutnya ditimbang. Di
masukan desikator disini, kadungan uap air yang masih ada agar terserap oleh
butiran silika gel yang ada dalam desikator. Dan pada saat penimbangan agar
beratnya konstan. Setelah itu di tuangkan sampel air ± 50 ml dan diuapkan
sampai habis dalam oven pada temperature ± 103-105oC selama 1 jam.
Penguapan disini bertujuan untuk mendapatkan padatan dari sampel air
tersebut. Setelah 1 jam diambil dan didinginkan dalam desikator. Kemudian
ditimbang beratnya. Selisih dari berat beaker glass + sampel dengan berat
beaker glass inilah yang menunjukkan berat padatan dari sampel air tersebut.
Dari perhitungan total padatan
((𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑎𝑘𝑒𝑟 𝑔𝑙𝑎𝑠𝑠)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑎𝑘𝑒𝑟 𝑔𝑙𝑎𝑠𝑠)𝑥 1000
= 𝑚𝑔/𝐿.
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
((53,196)−52,193)𝑥 1000 𝑚𝑔 𝑚𝑔
Sampel air laut berwarna hijau = 20060 , sampel
0,05 𝐿 𝐿 𝐿
air laut berwarna biru sebesar 9920 mg/L, air sumur 520 mg/L, air sumur
(matang) 500 mg/L, air hujan 400 mg/L, air aqua 400 mg/L, air PDAM (matang)
460 mg/L, dan air PDAM 980 mg/L.

III. Penetapan Residu Tersuspensi


Pada penentuan kadar padatan tersuspensi di dalam sampel air ini
digunakan metode gravimetri dengan cara mengendapkan padatan tersuspensi
yang terkandung di dalam sampel air yang dianalisa. Pengendapan dilakukan
dengan cara menyaring sampel air sehingga keduanya menjadi terpisah, dimana
padatan tersuspensi memiliki ukuran molekul yang lebih besar dari pada
padatan terlarut sehingga padatan tersuspensi ini akan tertinggal pada kertas
saring saat penyaringan dilakukan. Sebelum disaring, sampel air terlebih dahulu
dikocok agar zat-zat yang terkandung di dalamnya tersebar merata dan
homogen kemudian dimasukkan kedalam 50 mL kedalam gelas ukur lalu
disaring menggunakan kertas saring. Endapan yang tertinggal pada kertas saring
sebagai padatan tersuspensi ini kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan
petri kemudian dilakukan pemanasan di dalam oven dengan suhu 1030C -
105⁰C selama sekitar 1 jam bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang
terdapat pada kertas saring maupun endapan sehingga akan diperoleh berat
padatan tersuspensi yang akurat. Setelah dilakukan pemanasan maka kertas
saring beserta wadahnya didinginkan di dalam desikator selama 10 - 15 menit
selanjutnya ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Dilakukan
penimbangan sampai diperoleh berat konstan. Selisih dari berat beaker glass +
sampel dengan berat beaker glass inilah yang menunjukkan berat padatan dari
filtrat sampel air tersebut. Dari perhitungan TDS
((𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑎𝑘𝑒𝑟 𝑔𝑙𝑎𝑠𝑠)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑎𝑘𝑒𝑟 𝑔𝑙𝑎𝑠𝑠)𝑥 1000
= 𝑚𝑔/𝐿. Dan
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
selisih berat kertas saring hasil penyaringan dengan kertas saring awal
merupakan berat padatan yang tersuspensi. Dari perhitungan TSS
((𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔)−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔)𝑥 1000
= 𝑚𝑔/𝐿. Jumlah
𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
perhitungan dari keduanya tersebut dibandingkan dengan perhitungan total
((61,795)−61,521)𝑥 1000 𝑚𝑔
padatan sebelumnya. Sampel air laut berwarna hijau =
0,05 𝐿 𝐿
𝑚𝑔 ((0,507)−0,455)𝑥 1000 𝑚𝑔
5480 dan = 1240 𝑚𝑔/𝐿 dan total kedua residu yang
𝐿 0,05 𝐿 𝐿
didapatkan sebesar 6720 mg/L. Perbedaan perhitungan antara total padatan
dengan total residu yang tersuspensi dan padatan yang larut disebabkan karena
kesalahan praktikan yang tidak hati-hati dan pada saat pemanasan banyak
sampel padatan yang meletup-letup keluar dari beaker glass, hal ini yang
menyebabkan jumlah padatan pada sampel yang sama tidak memberikan hasil
yang sama. Dan pada sampel air laut berwarna biru total residunya sebesar 1220
mg/L, air sumur 840 mg/L, air sumur (matang) 560 mg/L, air hujan 880 mg/L,
air aqua 180 mg/L, air PDAM (matang) 620 mg/L, dan air PDAM 1020 mg/L.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kandungan TSS cukup tinggi
sehingga dapat mengurangi penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan,
sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis dan kekeruhan
air juga semakin meningkat dan penurunan kedalaman eufotik, sehingga
kedalaman perairan produktif menjadi turun. Hal ini menyebabkan menurunnya
laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menurun,
yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai makanan.

IV. Penetapan pH Air


Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion
hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa
besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH
= 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan
pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Pada percobaan
ini sebelumnya pH larutan sampel air di uji menggunkan indicator universal dan
dari semua hasil uji pH sampel menunjukkan antara rentang pH 7,0-8,0 dan
untuk membandingkan pH tersebut digunakan alat pH meter. Sebelumnya
peralatan pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan buffer 7, larutan
buffer 4 dan larutan buffer 10. Pada saat dikalibrasi dengan larutan buffer 7 jika
layar pH meter tidak menunjukkan angka 7 diputar tombol SET. Sedangkan
pada larutan buffer 4 dan 10 jika layar pH meter tidak menunjukkan angka 4
dan 10 diputar tombol SLOPE. Kalibrasi dilakukan untuk memberikan data
hasil pengukuran pH yang akurat dari masing-masing sampel air tersebut. Dari
hasil pengukuran dengan pH meter didapatkan hasil untuk sampel air laut
berwarna hijau pH sebesar 7,848, sampel air laut berwarna biru sebesar 7,659,
sampel air sumur sebesar 6,690, sampel air sumur (matang) sebesar 8,339,
sampel air hujan sebesar 7,997, sampel air aqua sebesar 7,084, sampel air
PDAM (matang) sebesar 7,934, dan sampel air PDAM sebesar 6,738.). Dari
nilai pH yang didapatkan sampel air cenderung bersifat sedikit basa hal ini bisa
dipengaruhi oleh beberapa hal karena terdapat sedikit limbah domestik maupun
limbah organic atau anorganik. Selain itu adanya bahan kimia karbonat,
bikarbonat dan hidroksida yang dapat menaikkan kebasaan air.

V. Penetapan Kadar CO2 Terlarut


Pada percobaan ini pertama disiapkan labu erlenmeyer 250 ml,
kemudian dimasukkan sampel air sebanyak 100 ml dan ditetesi indicator pp
sebanyak 2-3 tetes. Indikator pp ditambahkan untuk melihat adanya kandungan
CO2 dalam sampel air tersebut. Jika sampel air tersebut menunjukkan perubahan
warna dari tak berwarna menjadi merah muda maka sampel air tersebut bebas
CO2. Sebaliknya jika tidak memberikan perubahan warna dilakukan titrasi
dengan larutan NaOH 0,001 N sampai terjadi perubahan warna menjadi pink.
Dari hasil percobaaan didapatkan bahwa sampel air laut berwarna hijau, sampel
air sumur (matang), dan sampel air PDAM (matang) menunjukkan perubahan
warna menjadi pink ketika ditambahkan indicator pp. Sedangkan pada sampel
lain yang tidak menunjukkan perubahan warna dilakukan titrasi dengan larutan
NAOH 0,001 N. Hasil perhitungan dari masing-masing sampel yang dititrasi
1000 𝑚𝑙 𝑥 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 44
sebagai berikut. Kadar CO2 (mg/L) = . Sampel air
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟
laut biru kadar CO2 sebesar 1,5224 mg/L, sampel air sumur sebesar 9,5304
mg/L, sampel air hujan sebesar 1,20296 mg/L, sampel air aqua sebesar 4,664
mg/L, dan sampel air PDAM sebesar 6,248.
G. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Salah satu faktor sesuai dengan aturan pemerintah batas kekeruhan maksimum
sebesar 5 NTU, suhu ± 3oC suhu udara dan semua sampel yang diuji masih
dikatakan aman konsumsi dengan syarat tertentu.
2. Total Padatan terbanyak dari sampel air laut berwarna hijau sebesar 20060 mg/ml
dan sampel air laut berwarna biru sebesar 9920 mg/L, air sumur 520 mg/L, air
sumur (matang) 500 mg/L, air hujan 400 mg/L, air aqua 400 mg/L, air PDAM
(matang) 460 mg/L, dan air PDAM 980 mg/L. Total padatan menunjukkan
pengaruhnya terhadap kekeruhan air tersebut.
3. Kandungan TSS yang cukup tinggi dapat mengurangi penetrasi cahaya yang masuk
kedalam perairan, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis
dan kekeruhan air juga semakin meningkat dan penurunan kedalaman eufotik,
sehingga kedalaman perairan produktif menjadi turun.
4. Sampel air yang cenderung bersifat sedikit basa disebabkan karena terdapat sedikit
limbah domestik maupun limbah organic atau anorganik. Selain itu adanya bahan
kimia karbonat, bikarbonat dan hidroksida yang dapat menaikkan kebasaan air.
5. Kadar CO2 semakin tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyak aktifitas
mikroorganisme di dalam sampel air tersebut.

H. DAFTAR PUSTAKA
Djoko Padmono. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity)
Dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknik Lingkungan. 2007; 8 (2):
119-127.
Djokosetiyanto. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam (Pangasius Sp.). Jurnal Akuakultur
Indonesia. 2005; 4 (2).
Effendi Hefni. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius; 2003.
J.R. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga; 1999.
Juli Soemirat Slamet. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2007.
P. Ginting. Et all. Geografi. Jakarta: Erlangga; 2004.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
Ricky M. Mura. Pengantar Kesehatan Lingkungan Edisi Pertama.Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2005.
S.S. Santika, G. Alaerts. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional; 1984
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bila anda mengukur temperature pada titik A, apakah temperature pada titik A
mempunyai temperature yang sama bila anda mengukur pada titik B yang berjarak
100 meter dari titik A? Jelaskan!
 Tidak, karena pada jarak 100 meter dapat diartikan bahwa kedalaman titik B
jauh lebih dalam daripada titik A sehingga menyebabkan suhu pada titik B lebih
rendah daripada titik A. Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan perairan
dan akan semakin kecil mengikuti kedalaman.
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan suhu atau temperature pada
lingkungan perairan? Jelaskan masing-masing factor tersebut!
 Sudut Datangnya Sinar Matahari
Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari, sedangkan
sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut
datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan
suatu bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar
matahari, maka semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima
bumi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar
matahari, berarti semakin miring datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi
semakin rendah.
 Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut
akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu
tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara
yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut
amplitudo.
Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer.
Garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan
udara sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas udara yaitu bila kita
naik 100 meter, suhu udara akan turun 0,6 °C. Di Indonesia suhu rata-rata
tahunan pada ketinggian 0 meter adalah 26 °C. Misal, suatu daerah dengan
ketinggian 5.000 m di atas permukaan laut suhunya adalah 26 °C × -0,6 °C = -
4 °C, jadi suhu udara di daerah tersebut adalah -4 °C.
 Lamanya Penyinaran
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis
lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah
tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran
matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah. Indonesia
yang terletak di daerah lintang rendah (6 °LU – 11 °LS) mendapatkan
penyinaran matahari relatif lebih lama sehingga suhu rata-rata hariannya cukup
tinggi.
 Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu
daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit,
hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan
menyerap panas matahari.
Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan
panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan lambat
pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh awan,
maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
3. Bila dalam suatu pabrik ada dua bak pembungan, bak A dan bak B, dimana
ketinggian kedua bak tersebut berbeda. Apakah harga kekeruhan dari kedua bak
berbeda? Jelaskan!
 Tidak memiliki harga kekeruhan yang berbeda karena kekeruhan tidak
bergantung pada tinggi rendahnya suatu tempat
4. Bila anda mengukur kekeruhan pada titik A, apakah harga kekeruhan pada titik A
mempunyai harga kekeruhan yang sama bila anda mengukur pada titik B yang
berjarak 100 m dari titik A? Jelaskan!
 Tidak memiliki harga kekeruhan yang berbeda karena kekeruhan tidak
bergantung pada tinggi rendahnya suatu tempat
5. Faktor-faktor apakah yang memyebabkan perbedaan kekeruhan pada lingkungan
perairan? Jelaskan masing-masing factor tersebut!
 Partikel organik maupun anorganik yang berasal dari DAS (Daerah Aliran
Sungai) dan resuspensi sediment di dasar danau.
6. Bila anda mengukur harga pH pada titik A, apakah pH pada titik A mempunyai
harga pH yang sama bila anda mengukur pada titik B yang berjarak 100 m dari titik
A? Jelaskan!
 Menurut kelompok kami, tentu saja berbeda harga pH pada titik A dan titik B
karena lokasi yang berbeda tentu saja kondisi alam pada dua lokasi tersebut
berbeda sehingga hal tersebut mempengarui harga pH pada masing-masing
lokasi.
7. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan pH pada lingkungan perairan berbeda?
Jelaskan masing-masing factor tersebut!
 Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen
dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besartingkat
keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah
netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya karbonat,
bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya
asamasam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu
perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mahida (1986) menyatakan
bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH
perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas
dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang
bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai Ph
rendah.

8. Jika persyaratan pH air sungai untuk peruntukan tertentu berada pada rentangan
harga skala pH 5-9, masih memennuhi syaratkah air sungai tersebut? Jelaskan!
 Dalam percobaan ini tidak dilakukan praktikum menggunakan sampel Air
Sungai
9. Sebutkan zat-zat apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar CO2
terlarut? Jelaskan dengan singkat!
CO2 yang terikat dalam bentuk HCO3- dan CO32-. CO2 berada dalam kesetimbangan
untuk memelihara ion HCO3- dan melarutkan ion CO32- yang bersifat korosif.
10. Adakah perbedaan kadar CO2 terlarut antara lokasi satu dengan lokasi lainnya?
Ada.
11. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan hasil penetapan gas CO2
terlarut di atas?
 Suhu
 Kadar garam (salinitas) perairan
 Pergerakan air dipermukaan air
 Luas daerah permukaan perairan yang terbuka
 Tekanan atmosfer
 Banyaknya tanaman air dan mikroorganisme dalam air
12. Apakah banyak sedikitnya tumbuhan air dan mikroorganisme lain dapat
mempengaruhi besar kecilnya kadar CO2 terlarut? Jelaskan!
Iya. Semakin banyak tumbuhan air dan mikroorganisme semakin kecil pula kadar
CO2 yang terlarut karena tumbuhan air dan mikroorganisme tersebut dapat
mengikat CO2 bebas yang terlarut dalam air yang digunakan dalam proses
fotosintesis dan berkembang.

Anda mungkin juga menyukai