KIMIA LINGKUNGAN
27 FEBRUARI 2018
Dibina oleh
Anugrah Ricky Wijaya, S.Si., M.Sc., Dr. Sc.
dan Mohammad Sodiq Ibnu, Drs., M.Si.
Oleh:
Andhika Muchamad S (150331604845)*
Asiyah Zulfa Muktari (150331600574)
Astrid Nurmayasari (150331603320)
I. PENETAPAN KEKERUHAN
A. DASAR TEORI
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi yang mengganggu
berlalunya cahaya dalam air. Partikel-partikel ini dapat berupa senyawa organic
maupun anorganik, dan ditentukan sebagai partikel koloid dan partikel kasar. Partikel-
partikel tersuspensi ini yang menyebabkan air keruh, dimana akan mempengaruhi
transmisi cahaya yang melaluinya. Oleh karena itu penyerapan cahaya pada ekosistem
air ini tidak dapat dipukul rata, melainkan masih harus dibedakan secara ilmiah diantara
penyerapannya oleh air itu sendiri, garam-garam terlarut, benda suspense. Hal ini
disebabkan masing-masing bahan tersebut mempunyai tingkat penyerapan sendiri-
sendiri terhadap cahaya/sinar.
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. Dalam penentuan kekeruhan sebaiknya
dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila sampel harus
disimpan maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24 jam. Penyimpanan
yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan yang sifatnya tetap. Sebelum
dilakukan pemeriksaan sampel, sampel harus dikocok terlebih dahulu dengan kuat.
Satuan yang dipergunakan untuk menentukan standar kekeruhan sampel air adalah
sebgai mg/liter SiO2, dimana 1 mg/liter SiO2 sama dengan 1 unit kekeruhan. Kekeruhan
adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan
air baku dengan skala NTU.
B. TUJUAN
Menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air laut/sungai.
D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA
Sampel air
1. Dikalibrasi peralatan turbidimeter dengan larutan standar.
Dimasukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimeter,
ditekan tombol test dan diputar tombol zero apabila angka pada layar
tidak menunjukkan angka 0.
2. Diganti larutan standar 40 NTU, ditekan tombol test, dan diputar
tombol cal hingga menunjukkan angka 40 NTU jika pada layar tidak
menunjukkan angka 40 NTU.
3. Diambil sampel yang diukur, lalu dimasukkan ke dalam kuvet
hingga penuh sampai tidak ada gelembung udara. Kemudian ditekan
tombol test.
4. Dibaca harga kekeruhan dan dicatat hasil pembacaan.
Hasil
B. TUJUAN
Menetapkan total padatan sampel air dari sampel air laut/sungai.
D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA
Sampel air
1. Diatur furnace pada suhu 550oC dan dimasukkan cawan penguapan
ke dalamnya ± 1 jam.
2. Diambil dengan menggunakan tang krusibel, lalu didinginkan dalam
desikator, kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator
sampai siap untuk dipergunakan.
3. Dituangkan sampel air ± 50 ml ke dalam cawan penguapan tersebut,
dan diuapkan sampai habis.
4. Dikeringkan cawan + sampel air ynag telah diuapkan dalam oven
pada temperature ± 103oC-105oC selama 1 jam.
5. Diambil cawan setelah 1 jam, didinginkan dalam desikator.
6. Ditimbang cawan setelah dingin
Hasil
B. TUJUAN
Menetapkan residu tersuspensi sampel air dari sampel air laut/sungai.
D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA
Sampel air
1. Ditetapkan berat kertas saaring dengan prosedur yang sama
untuk cawan penguapan pada penetapan total padatan.
2. Diambil 50 ml sampel air dan disaringlah dengan kertas saring
yang telah diketahui beratnya pada langkah nomor 1.
3. Dikeringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan tersaring
dalam oven pada suhu 100oC-105oC selama ± 1 jam.
4. Didinginkan dalam desikator selama ± 1 jam.
5. Ditimbang kertas saring setelah dingin.
Hasil
B. TUJUAN
Menetapkan harga pH dari sampel air laut/sungai.
D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA
Sampel air
1. Dikalibrasi terlebih dahulu peralatan pH meter sebelum
dipergunakan.
2. Dipasang baterai pada alat pH meter PHH-65A.
3. Dikalibrasi alat pH meter PHH-65A dengan larutan buffer 7,
dengan dicelupkan elektroda pH meter pada larutan buffer
tersebut, jika pada layar tidak menunjukkan angka pda pH 7
maka diatur hinggga angka pada layar pH meter
menunjukkan angka 7 dengan memutar tombol SET.
4. Diambil elektroda pH meter, kemudian dibilas dengan
akuades.
5. Diambil larutan buffer 4 dan dicelupkan elektroda pH meter
pada larutan tersebut, jika pada layar tidak menunjukkan
angka pada pH 4, maka diatur hinggga angka pada layar pH
meter menunjukkan angka pada pH 4 dengan memutar
tombol SLOPE.
6. Diambil elektroda pH meter, kemudian dibilas dengan
akuades.
7. Diambil larutan buffer 10 dan dicelupkan elektroda pH
meter pada larutan tersebut, jika pada layar tidak
menunjukkan angka pada pH 10, maka diatur hinggga angka
pada layar pH meter menunjukkan angka pada pH 10 dengan
memutar tombol SLOPE.
8. Diambil elektroda pH meter, kemudian dibilas dengan
akuades, alat pH meter sudah siap untuk digunakan.
9. Diambil larutan sampel yang akan diukur pHnya, dicelupkan
elektroda ph meter pada sampel lalu diukur pH-nya.
10. Dibaca harga pH-nya yang tertera pada layar atau display ala
tph meter.
11. Dicatat hasil pembacaan
Hasil
Dibandingkan di dalam air, tekanan parsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh
karena itu pengukuran CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat
kontaine yang digunakan. Atas dasar ini kadar gas CO2 terlarut dapat ditetapkan
dengan cara titrimetric dengan menggunakan larutan baku NaOH.
B. TUJUAN
Menetapkan kadar CO2 yang terlarut dalam sampel air laut/sungai.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan Bahan yang digunakan
D. LANGKAH-LANGKAH KERJA
LANGKAH KERJA
Sampel air
1. Disiapkan labu erlenmeyer 250 ml, dimasukkan 100 ml
sampel air ke dalam labu erlenmeyer dan ditetesi dengan
indicator pp.
2. Diamati jika timbul warna merah muda berarti kandungan
CO2 tidak ada dan apabila tidak timbul warna merah muda
maka sampel air mengandung CO2.
3. Dititrasi sampel air yang mengandung CO2 dengan larutan
NaOH 0,001 N sampai terjadi perubahan yaitu dari tidak
berwarna menjadi pink.
4. Diulangi langkah-langkah nomor 1 dan nomor 3 minimal 3
kali.
5. Dicatat volume NaOH yang digunakan.
Hasil
E. DATA PENGAMATAN
I.
No Lokasi Temperatur Kekeruhan Total Penetapan
(oC) (NTU) padatan Residu
(mg/L) Tersuspensi
(mg/L)
1 Pantai 3 Warna ( 25 0,88 20060 6720
Hijau)
2 Pantai 3 Warna ( 25 0,38 9920 1220
Biru)
3 Air Sumur 25 0,30 520 840
4 Air Sumur (Matang) 25 1,47 500 560
5 Air Hujan 25 0,39 400 880
6 Air Aqua 25 0,20 400 180
7 Air PDAM (Matang) 25 0,4 460 620
8 Air PDAM 25 0,26 980 1020
II.
No Lokasi Temperatur pH Air
(oC)
1 Pantai 3 Warna ( Hijau) 25 7,848
2 Pantai 3 Warna ( Biru) 25 7,659
3 Air Sumur 25 6,690
4 Air Sumur (Matang) 25 8,339
5 Air Hujan 25 7,997
6 Air Aqua 25 7,084
7 Air PDAM (Matang) 25 7,934
8 Air PDAM 25 6,738
III.
No Lokasi V. NaOH Rerata V. NaOH Keterangan
1 Pantai 3 Warna ( Hijau) - - Diuji dengan indicator pp
berubah warna menjadi
merah muda
2 Pantai 3 Warna ( Biru) 2,0 ml 1,73 ml Diuji dengan indicator pp
1,7 ml tidak berubah warna
1,5 ml menjadi merah muda
3 Air Sumur 12 ml 10,83 ml Diuji dengan indicator pp
11 ml tidak berubah warna
9,5 ml menjadi merah muda
4 Air Sumur (Matang) - - Diuji dengan indicator pp
berubah warna menjadi
merah muda
5 Air Hujan 1,50 ml 1,367 ml Diuji dengan indicator pp
1,40 ml tidak berubah warna
1,20 ml menjadi merah muda
6 Air Aqua 4,8 ml 5,3 ml Diuji dengan indicator pp
5,9 ml tidak berubah warna
5,2 ml menjadi merah muda
7 Air PDAM (Matang) - - Diuji dengan indicator pp
berubah warna menjadi
merah muda
8 Air PDAM 8,8 ml 7,1 ml Diuji dengan indicator pp
7,2 ml tidak berubah warna
5,3 ml menjadi merah muda
F. PEMBAHASAN
I. Penetapan Kekeruhan
Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-bahan
terlarut di dalam air. Sungai yang keruh menyebabkan cahaya matahari yang
masuk ke permukaan air berkurang mengakibatkan menurunnya proses
fotosinstesis oleh tumbuhan air sehingga suplai oksigen yang diberikan oleh
tumbuhan dari proses fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air
juga menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah
oksigen terlarut dalam air berkurang. Pengukuran kekeruhan air sungai pada
waktu percobaan diukur dengan turbidity meter.
Pada percobaan ini, sampel air dilakukan uji kekeruhannya. Pertama
peralatan turbidimetri di lakukan kalibrasi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
agar pada saat dilakukan uji kekeruhan data yang terbaca bisa akurat. Dilakukan
kalibrasi pada 2 larutan standart yaitu larutan standart 0 NTU dan larutan
standart 40 NTU. Larutan standart 0 NTU adalah larutan yang tingkat
kekeruhannya sangat kecil, sebaliknya larutan standar 40 NTU adalah larutan
yang tingkat kekeruhannya lebih besar. Sampel yang diuji dimasukkan kedalam
kuvet hingga penuh dan jangan sampai ada gelembung udara. Pengaruh
gelembung udara disini akan menyebabkan pembacaan oleh alat turbidimetri
akan besar dan tidak akurat karena adanya gelembung udara tersebut cahaya
akan terhambur secara tidak sempurna. Hasil pengamatan didapatkan bahwa
sampel air laut berwarna hijau didapatkan 0,88 NTU, air laut berwarna biru 0,38
NTU, air sumur 0,30 NTU, air sumur (matang) 1,47 NTU, air hujan 0,39 NTU,
air aqua 0,20 NTU, air PDAM (matang) 0,4 NTU, dan air PDAM 0,26 NTU.
Dari data pengamatan tersebut data NTU berbeda-beda menunjukkan tingkat
kekeruhan dari masing-masing sampel. Dan suhu dari semua sampel
menunjukkan 25oC dimana suhu tersebut di ukur di lab bukan di lokasi secara
langsung. Oleh karena itu suhu semua sampel sama. Sesuai dengan kajian
literature bahwa air layak untuk dikonsumsi ± 3 oC suhu udara dan NTU sebesar
5. Dan dari semua sampel yang dilakukan uji semua masih layak untuk
dikonsumsi.
H. DAFTAR PUSTAKA
Djoko Padmono. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity)
Dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. Jurnal Teknik Lingkungan. 2007; 8 (2):
119-127.
Djokosetiyanto. Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam (Pangasius Sp.). Jurnal Akuakultur
Indonesia. 2005; 4 (2).
Effendi Hefni. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius; 2003.
J.R. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga; 1999.
Juli Soemirat Slamet. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2007.
P. Ginting. Et all. Geografi. Jakarta: Erlangga; 2004.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air.
Ricky M. Mura. Pengantar Kesehatan Lingkungan Edisi Pertama.Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2005.
S.S. Santika, G. Alaerts. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional; 1984
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Bila anda mengukur temperature pada titik A, apakah temperature pada titik A
mempunyai temperature yang sama bila anda mengukur pada titik B yang berjarak
100 meter dari titik A? Jelaskan!
Tidak, karena pada jarak 100 meter dapat diartikan bahwa kedalaman titik B
jauh lebih dalam daripada titik A sehingga menyebabkan suhu pada titik B lebih
rendah daripada titik A. Kisaran suhu terbesar terdapat pada permukaan perairan
dan akan semakin kecil mengikuti kedalaman.
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan suhu atau temperature pada
lingkungan perairan? Jelaskan masing-masing factor tersebut!
Sudut Datangnya Sinar Matahari
Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari, sedangkan
sudut terbesar pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut
datangnya sinar matahari yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar matahari dan
suatu bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya sinar
matahari, maka semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima
bumi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar
matahari, berarti semakin miring datangnya sinar dan suhu yang diterima bumi
semakin rendah.
Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut
akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu
tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara
yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut
amplitudo.
Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer.
Garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan
udara sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas udara yaitu bila kita
naik 100 meter, suhu udara akan turun 0,6 °C. Di Indonesia suhu rata-rata
tahunan pada ketinggian 0 meter adalah 26 °C. Misal, suatu daerah dengan
ketinggian 5.000 m di atas permukaan laut suhunya adalah 26 °C × -0,6 °C = -
4 °C, jadi suhu udara di daerah tersebut adalah -4 °C.
Lamanya Penyinaran
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis
lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah
tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran
matahari semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah. Indonesia
yang terletak di daerah lintang rendah (6 °LU – 11 °LS) mendapatkan
penyinaran matahari relatif lebih lama sehingga suhu rata-rata hariannya cukup
tinggi.
Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu
daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit,
hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan
menyerap panas matahari.
Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula melepaskan
panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan lambat
pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh awan,
maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
3. Bila dalam suatu pabrik ada dua bak pembungan, bak A dan bak B, dimana
ketinggian kedua bak tersebut berbeda. Apakah harga kekeruhan dari kedua bak
berbeda? Jelaskan!
Tidak memiliki harga kekeruhan yang berbeda karena kekeruhan tidak
bergantung pada tinggi rendahnya suatu tempat
4. Bila anda mengukur kekeruhan pada titik A, apakah harga kekeruhan pada titik A
mempunyai harga kekeruhan yang sama bila anda mengukur pada titik B yang
berjarak 100 m dari titik A? Jelaskan!
Tidak memiliki harga kekeruhan yang berbeda karena kekeruhan tidak
bergantung pada tinggi rendahnya suatu tempat
5. Faktor-faktor apakah yang memyebabkan perbedaan kekeruhan pada lingkungan
perairan? Jelaskan masing-masing factor tersebut!
Partikel organik maupun anorganik yang berasal dari DAS (Daerah Aliran
Sungai) dan resuspensi sediment di dasar danau.
6. Bila anda mengukur harga pH pada titik A, apakah pH pada titik A mempunyai
harga pH yang sama bila anda mengukur pada titik B yang berjarak 100 m dari titik
A? Jelaskan!
Menurut kelompok kami, tentu saja berbeda harga pH pada titik A dan titik B
karena lokasi yang berbeda tentu saja kondisi alam pada dua lokasi tersebut
berbeda sehingga hal tersebut mempengarui harga pH pada masing-masing
lokasi.
7. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan pH pada lingkungan perairan berbeda?
Jelaskan masing-masing factor tersebut!
Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hydrogen
dalam perairan. Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besartingkat
keasaman atau kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah
netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat asam, sedangkan pH > 7
dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya karbonat,
bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air, sementara adanya
asamasam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan keasaman suatu
perairan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Mahida (1986) menyatakan
bahwa limbah buangan industri dan rumah tangga dapat mempengaruhi nilai pH
perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas
dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H2S yang
bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai Ph
rendah.
8. Jika persyaratan pH air sungai untuk peruntukan tertentu berada pada rentangan
harga skala pH 5-9, masih memennuhi syaratkah air sungai tersebut? Jelaskan!
Dalam percobaan ini tidak dilakukan praktikum menggunakan sampel Air
Sungai
9. Sebutkan zat-zat apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar CO2
terlarut? Jelaskan dengan singkat!
CO2 yang terikat dalam bentuk HCO3- dan CO32-. CO2 berada dalam kesetimbangan
untuk memelihara ion HCO3- dan melarutkan ion CO32- yang bersifat korosif.
10. Adakah perbedaan kadar CO2 terlarut antara lokasi satu dengan lokasi lainnya?
Ada.
11. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan hasil penetapan gas CO2
terlarut di atas?
Suhu
Kadar garam (salinitas) perairan
Pergerakan air dipermukaan air
Luas daerah permukaan perairan yang terbuka
Tekanan atmosfer
Banyaknya tanaman air dan mikroorganisme dalam air
12. Apakah banyak sedikitnya tumbuhan air dan mikroorganisme lain dapat
mempengaruhi besar kecilnya kadar CO2 terlarut? Jelaskan!
Iya. Semakin banyak tumbuhan air dan mikroorganisme semakin kecil pula kadar
CO2 yang terlarut karena tumbuhan air dan mikroorganisme tersebut dapat
mengikat CO2 bebas yang terlarut dalam air yang digunakan dalam proses
fotosintesis dan berkembang.