Masyarakat pasti sudah mengetahui rokok adalah penyebab dari kanker paru dan penyakit
jantung. Namun efeknya terhadap penyakit mulut belum banyak yang mengetahuinya, salah
satunya yaitu penyakit gusi (gum disease). Kegagalan implan gigi pada perokok akan lebih
sering terjadi dari pada non-perokok, gum disease di sekitar implan inilah yang menjadi salah
satu penyebabnya. Beberapa efek pada rongga mulut yang disebabkan oleh rokok antara lain
pewarnaan (stain) gigi, kemampuan merasa dan mengecap berkurang, bau mulut, sariawan
langit-langit rongga mulut (smoker’s palate), smoker’s melanosis, sariawan, penyakit lidah,
penyakit gusi, kerusakan gigi (karies), kegagalan implan, serta prekanker dan kanker rongga
mulut.
Perokok beresiko 2,5 – 3,5 kali terhadap penyakit gusi. Kehilangan tulang di sekitar gigi
merupakan efek yang disebabkan penyakit gusi, sehingga perokok lebih berpotensi dalam
kehilangan gigi daripada non-perokok. Penyakit gusi ini juga dipengaruhi oleh seberapa banyak
dan sering dalam mengkonsumsi rokok. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penyakit gusi
disebabkan oleh oral hygiene yang buruk dan lebih diperburuk oleh kebiasaan merokok
Berhenti merokok adalah solusi dari penyakit ini. Dengan berhenti merokok akan memperbaiki
jaringan gusi yang rusak dan mengurangi bakteri penyebab plak sehingga gusi dan gigi bisa
menjadi sehat kembali.
Merokok dapat menyebabkan beberapa efek pada saliva (air ludah), antara lain:
Pada jangka panjang, akan menurunkan pH saliva menjadi asam sehingga menyebabkan tingkat kerusakan
dan erosi gigi meningkat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bakteri Lactobacillus spp dan Streptococcus
mutans, yang mengakibatkan kerusakan gigi, pada perokok jumlahnya lebih banyak dari pada
non-perokok.
Konsumsi kombinasi antara alkohol dan merokok juga meningkatkan resiko kanker rongga
mulut, terlihat dari 75-90% kasus kanker rongga mulut diakibatkan oleh konsumsi kombinasi
antara merokok dan alkohol. Hal ini terjadi karena alkohol melarutkan senyawa beracun tertentu
dalam asap tembakau serta meningkatkan permeabilitas epithelium rongga mulut.
Oral Precancre
Oral leukoplakia, dianggap sebagai pre-kanker, jauh lebih sering terjadi pada perokok daripada
non-perokok. Leukoplakia adalah lesi putih yang penyebabnya tidak diketahui dan berpotensi
menjadi kanker.
Merokok dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, tambalan gigi, dan gigi tiruan (lebih
dari konsumsi kopi dan teh). Hal ini dapat mempengaruhi penampilan estetika rongga mulut.
Merokok juga merupakan penyebab umum dari bau mulut serta dapat mempengaruhi
kemampuan merasa dan mambau.
Smoker’s Melanosis
Smoker’s melanosis berkaitan dengan tembakau dan
merokok dengan pipa, digambarkan dengan bintik cokelat dalam jaringan lunak rongga mulut.
Smoker’s melanosis terjadi 5-21,5 % pada perokok. Pigmentasi yang terjadi adalah akibat dari
asap rokok yang menyebabkan stimulasi produksi melanin (pigmen warna cokelat kulit) atau
pengikatan melanin oleh asap rokok. Jumlah pigmentasi meningkat pada perokok berat.
Smoker’s palate terlihat sebagai benjolan yang memiliki pusat merah dan terjadi pada langit-
langit rongga mulut, nampak putih secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena iritasi kelenjar
saliva dengan saluran yang meradang.
Smoker’s palate terjadi karena respon terhadap panas (bukan zat kimia tembakau), sehingga
tidak ada kemungkinan untuk lesi ini menjadi kenker. Lesi ini akan sembuh setelah 1-2 minggu
berhenti merokok.
http://psmkgi.org/bahaya-merokok-terhadap-kesehatan-mulut/