Anda di halaman 1dari 12

Tujuan Negera (Menurut Pendapat Ahli

dan Teori)
Tujuan Negera ~ Setiap Negara didirikan tentu mempunyai tujuan. Pada
hakikatnya, tujuan setiap negara berbeda antara negara satu dengan negara
lainnya. Hal ini disesuaikan dengan pandangan hidup rakyat dan landasan
pandangan hidup yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangasa Tersebut. Nah,
Zona Siswa kali ini akan menghadirkan sebuah penejelasan mengenai Tujuan
Negara baik dari pendapat parah ahli ataupun dari teori-teori yang ada. Semoga
bermanfaat. Check this out yoo!!!

Tujuan negara secara umum adalah menyelenggarakan kesejahteraan dan


kebahagiaan rakyatnya. Tujuan negara merupakan pedoman dalam menyusun dan
mengendalikan alat perlengkapan negara serta mengatur kehidupan rakyatnya.
Tujuan dari tiap-tiap negara dipengaruhi oleh tempat, sejarah pembentukan, dan
pengaruh dari penguasa negara yang bersangkutan. Dengan mengetahui tujuan
negara, kita juga dapat mengetahui sifat organisasi negara dan legitimasi kekuasaan
negara tersebut.

A. Tujuan Negara Menurut Pendpat Ahli

Berikut ini pendapat beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang


tujuan negara.

1. Plato
Menurut Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, baik
sebagai makhluk individu maupun sosial.

2. Roger H. Soltau
Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta mengungkapkan daya cipta yang sebebas-bebasnya.

3. Harold J. Laski
Menurut Harold J. Laski, tujuan negara adalah menciptakan keadaan yang di
dalamnya, rakyat dapat mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.

4. Aristoteles
Aristoteles mengemukakan bahwa tujuan dari negara adalah kesempurnaan
warganya yang berdasarkan atas keadilan. Keadilan memerintah harus menjelma di
dalam negara, dan hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa
sebenarnya yang berhak ia terima.

5. Socrates
Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang
brsifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Tugas negara
adalah untuk menciptakan hukum, yang harus dilakukan oleh para pemimpin, atau
para penguasa yang dipilah secara saksama oleh rakyat. Negara bukanlah suatu
organisasi yang dibuat untuk manusia demi kepentingan drinya pribadi, melainkan
negara itu suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat hakikat manusia
karena itu bertugas untuk melaksanakan dan menerapkan hukum-hukum yang
objektif, termuat “keadilan bagi umum”, dan tidak hanya melayani kebutuhan para
penguasa negara yang saling berganti ganti orangnya.

6. John Locke
Tujuan negara menurut John Locke adalah untuk memelihara dan menjamin
terlaksananya hak-hak azasi manusia.yang tertuang dalam perjanjian masyarakat.
7. Niccollo Machiavelli
Tujuan negara menurut Niccollo Machiavelli adalah untuk mengusahakan
terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketentraman. Jadi dengan demikian
kalau dahulu tujuan negara itu selalu bersifat kultural, sedangkan menurut Niccollo
Machiavelli tujuan negara adalah semata-mata adalah kekuasaan.

8. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, untuk mengetahui tujuan negara maka terlebih dahulu
mengetahui tujuan manusia, yaitu kemuliaan yang abadi. Oleh karena itu negara
mempunyai tujuan yang luas, yaitu memberikan dan menyelenggarakan
kebahagiaan manusia untuk memberikan kemungkinan, agar dapat mencapai hidup
tersusila dan kemuliaan yang abadi, yang harus di sesuaikan dengan syarat-syarat
keagamaan.
9. Benedictus Spinoza
Tujuan negara menurut Spinoza adalah menyelenggarakan perdamaiaan,
ketenteraman dan menghilangkan ketakutan. Untuk mencapai tujuan ini, warga
negara harus menaati segala peraturan dan undang-undang negara, ia tidak boleh
membantah, meskipun peraturan atau undang-undang negara itu sifatnya tidak adil
dan merugikan.
B. Tujuan Negara Menurut Teori

Tujuan negara juga dapat ditinjau dari beberapa teori atau ajaran sebagai berikut.

1. Teori Negara Kesejahteraan.


Menurut teori ini, tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan warga
negaranya. Teori ini dikemukakan oleh Kranenburg.

2. Teori Perdamaian Dunia.


Teori ini dikemukakan oleh ahli kenegaraan Italia, Dante Alleghieri. Tujuan negara
adalah mencapai perdamaian dunia sehingga perlu dibentuk satu negara di bawah
satu imperium.

3. Teori Kedaulatan Hukum.


Menurut teori ini, negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan
berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Hanya hukumlah yang berkuasa di
dalam negara. Dalam negara hukum hak-hak warga negara dijamin sepenuhnya
oleh negara. Sebaliknya, warga negara berkewajiban mematuhi seluruh peraturan
yang ada dalam negara yang bersangkutan. Teori ini dikemukakan oleh Krabbe.
4. Teori Kekuasaan Negara.
Menurut teori ini, tujuan negara adalah berusaha mengumpulkan kekuasaan yang
sebesar-besarnya. Teori ini dikemukakan oleh Lord Shang Yang, seorang ahli
filsafat politik Cina.

5. Teori Jaminan atas Hak dan Kebebasan.


Menurut teori ini, tujuan negara adalah membentuk dan mempertahankan hukum
supaya hak dan kemerdekaan warga negara terpelihara. Peranan negara hanya
sebagai penjaga ketertiban hukum dan pelindung hak serta kebebasan warganya.
Penganut teori ini adalah Immanuel Kant, seorang filsuf dari Jerman.

C. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Dalam rumusan singkat berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945, negara
Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
RI Tahun 1945 alinea IV adalah “... melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial” .

Sistem Pemerintahan Presidensial dan


Parlementer di Indonesia
Secara umum, sering terjadi salah penggunaan dan penafsiran dari istilah “bentuk
pemerintahan” dan “sistem pemerintahan”. Padahal jika dtelusuri lebih jauh dan lebih dalam
lagi kedua istilah tersebut mempunyai arti dan makna yang berbeda.

ads

Menurut Hans Kelsen (Kelsen, 1971: 256) bentuk pemerintahan dibedakan menjadi 2 yaitu,
monarki dan republik. Sedangkan sistem pemerintahan dalam ilmu negara umum (algemeine
staatslehre) mempunyai pengertian yaitu, sebuah sistem hukum ketatanegaraan yang
mempunyai hubungan antar pemerintahan dan perwakilan rakyat. Sebelum belajar lebih jauh
mengenai pembagian sistem pemerintahan kamu bisa belajar juga sistem pemerintahan orde
lama dan pemerintahan orde baru.

Pengertian Sistem Presidensial

Sebelum diamandemen, UUD 1945 bertugas untuk mengatur kedudukan lembaga tertinggi
serta hubungan antara lembaga. Selain itu, UUD 45 juga merupakan hukum tertinggi
kemudian kedaulatan rakyat diberikan kepada MPR sehingga MPR membagikan
kekuasaanya kepada 5 elemen lembaga tertinggi yaitu : Presiden, Mahkamah Agung atau
MA, Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK, Dewan Pertimbangan Agung atau DPA dan
Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
Disamping itu, pokok-pokok sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen juga dijelaskan dalam UUD 45 tentang 7 pokok sistem pemerintahan Indonesia
seperti :

 Sistem konstitusional
 Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat)
 Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau yang
biasa disebut MPR
 Kekuasaan Presiden atau kepala negara tidak terbatas
 Kepala negara atau presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat atau DPR
 Presiden atau kepala negara merupakan penyelenggara pemerintah tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
 Menteri merupakan pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat atau DPR

Dari beberapa poin pokok sistem pemerintahan diatas, bisa dikatakan bahwa Indonesia
menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Uniknya, sistem ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru

Secara garis besar sistem pemerintahan presidensial ini mempunyai sistem peradilan di
Indonesia arti yaitu di dalam sistem ini kekuasaan tertinggi ada pada tangan kepala negara
atau presiden. Semua tugas dan kewenangan presiden diatur dalam UUD 1945 tanpa harus
melibatkan pertimbangan dan persetujuan DPR sehingga terkadang kekuasaan atau
wewenang presiden bisa disalahgunakan.

Untuk sistem pemerintahan setelah diamandemen terbagi menjadi 4 golongan yaitu :

 BPK
 Lembaga Legislatif yang terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Daera (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam lembaga legislatif
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) membawahi Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Lembaga Legistlatif bertugas untuk
membuat Undang-Undang
 Lembaga Eksekutif terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden dimana Presiden
membawahi Wakil Presiden selain itu, lembaga eksekutif juga mempunyai wewenang
untuk menjalankan Undang-undang
 Lembaga Yudikatif terdiri dari Makamah Konstitusi, Makamah Agung dan KY.
lembaga Yudikatif ini mempunyai wewenang untuk mengawasi jalannya UU dan
memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan undang-undang

Sehingga dari bagan tersebut bisa dijelaskan pokok-pokok pemerintahan Indonesia setelah
diamandemen adalah :

 Indonesia mempunyai bentuk pemerintahan republik dan sistem pemerintahan


menggunakan sistem presidensial
 Indonesia memiliki otonomi daerh yang luas.
 Wilayah Indonesia terbagi menjadi beberapa provinsi
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan sesuai
dibagan
 Indonesia mempunyai kepala negara yang disebut Presiden dan Presiden merangkap
sebagai kepala pemerintahan.
 Rakyat memilih langsung presiden dan wakil presiden
 Parlemen terdiri dari 2 bagian, yang pertama Dewan Perwakilan Daerah atau DPD
dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
 Secara resmi anggota Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan merupakan
anggota dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
 Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai kekuasaan legislatif dan bertugas mengawasi
prosesnya suatu pemerintahan
 Presiden secara langsung mengangkat kabinet atau menteri
 Kabinat atau menteri bertanggung jawab langsung kepada presiden

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Penting diketahui jika Presiden
melakukan kejahatan dan pelanggaran berat seperti penghianatan, korupsi besar dan
sebagainya maka presiden bisa diberhentikan dari masa jabatannya (impeachment)

Sistem Pemerintahan Presidensial dan Parlementer di Indonesia

Disamping itu sistem pemerintahan menurut C.F Strong dalam sebuah buku “Modern
Political Constitution” menuturkan bahwa sistem pemerintahan terbagi menjadi 2 yaitu :
parliamentart executive dan non-parliamentary. Namun sistem yang dikemukakan oleh C.F
Strong jarang digunakan karena sistem tersebut kurang sesuai dengan pola demokrasi,
sehingga Arend Lipjphart mengadakan berbagai penelitian yang diaplikasikan di 36 negara
lalu membagi sistem pemerintahan menjadi 3 bentuk yaitu : parliamentary (sistem
parlementer), presidential (sistem presidential) dan hybrid (sistem campuran).

A. Perkembangan Sistem Pemerintahan Indonesia

Jika ditelusuri lebih jauh lagi, Indonesia memiliki berbagai macam perubahan sistem
pemerintahan. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti faktor ekonomi,
keadaan masyarakat, penyesuaian atas dasar-dasar negara.

 Tahun 1949 – 1950


ads

Tujuan dan Fungsi Negara Indonesia menganut sistem semu parlementer. Di mana sistem ini
menganut sistem multi partai yang didasarkan oleh konstitusi ris. Di dalam konstitusi ris ada
beberapa poin yang perlu diperhatikan :

a) Pemerintahan memiliki wewenang untuk undang-undang darurat


b) Undang-undang darurat memiliki wewenang aras undang-undang federasi .

 Tahun 1950 – 1959

Indonesia menganut sistem parlementer dengan demokrasi liberal. Tahun 1950 sampai tahun
1959 adalah masa di mana presiden pertama di Indonesia, Ir. Soekarno memerintah
menggunakan konstitusi undang-undang sementara. Perlu diketahui bahawa periode ini
merupakan periode berakhirnya negara Indonesia yang federalis. Ada beberapa ciri dari
pemerintahan dengan sistem parlementer demokrasi liberal adalah :
a) Keputusan presiden dan wakil presiden tidak bisa diganggu gugat
b) Menteri bertanggung jawab atas semua keputusan pemerintah
c) Presiden memiliki wewenang untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
d) Perdana menteri diangkat langsung oleh presiden

 Tahun 1959 – 1966

Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial demokrasi terpimpin. Sejak tahun 1969
hingga tahun 1966, Ir. Soekarno memimpin menggunakan dekrit presiden dan membentuk
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara. Pada
saat itu Ir. Soekarno juga menerapkan sistem pemerintahan secara presidensial.

 Tahun 1966 – sekarang

Indonesia menganut pemerintahan presidensial. Tahun 1966 sampai 1998 Indonesia masih
menganut masa orde baru. Tahun 1988 sampai sekarang merupakan periode reformasi yang
menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Dalam periode ini dilakukan beberapa
kali perubahan terhadap UUD45

Karakteristik Pemerintahan Presidensial Menurut Para Ahli

Asshiddiqie (2007: 316):

 Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan
legislatif.
 Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak terbagi
dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja.
 Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara
adalah sekaligus kepala pemerintahan.
 Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya.
 Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dandemikian pula
sebaliknya.
 Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen.
 Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen, makadalam sistem
presidensial berlaku prinsip supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan eksekutif
bertanggung jawab kepada konstitusi.
 Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat.
 Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer yang
terpusat pada parlemen.

(Wiratman, 2008):

 Terdapat pemisah kekuasaan yang jelas antara lembaga eksekutif dan legislatif
 Presiden merupakan eksekutif tunggal
 Presiden merangkap sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
 Presiden berhal untuk mengangkat menteri dan menteri harus bertanggung jawab
kepada presiden
 Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan yang ada di lembaga Eksekutif
 Presiden tidak bisa membubarkan atau memaksa parlemen
 Supremasi konstitusi
 Lembaga eksekutif(Presiden dan Wakil Presiden) bertanggung jawab kepada rakyat
 Kekuasaan tersebar bukan terpusat

Ciri-Ciri Pemerintahan Presidensial


Bisa disimpulkan bahwa pemerintahan presidensial memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda
dari sistem pemerintahan lainnya. Berikut beberapa ciri-ciri pemerintahan presidensial secara
umum :

 Sebuah negara dipimpin oleh Presiden yang sekaligus menjabat sebagai kepala
pemerintahan
 Lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) dipilih secara langsung oleh rakyat,
sehingga lembaga parlemen (Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR, Dewan
Perwakilan Daerah atau DPD dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR) tidak
mempunyai hak atau weweneng untuk memilih dan mengangkat presiden dan wakil
presiden
 Presiden mempunyai wewenang untuk mengangkat atau memberhentikan menteri-
menteri yang memimpin sebuah departemen maupun non-departemen
 Presiden tidak bisa membubarkan parlemen dan parlemen juga tidak bisa
memberhentikan presiden dan wakil presiden
 Parlemen juga mempunyai kekuasaan legislatif dan merangkap sebagai badan
perwakilan
 Anggota parlemen (Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR, Dewan Perwakilan
Daerah atau DPD dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR) dipilih langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum (PEMILU)
 Menteri-menteri yang telah diangkat hanya bertanggung jawab kepada lembaga
eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden)
 Kabinet atau biasa yang disebut dewan menteri dibentuk langsung oleh presiden
sehingga kabinet hanya bertanggung jawab kepada lembaga eksekutif (presiden dan
wakil presiden) dan tidak bertanggung kawab kepada lembaga legislatif atau parlemen
 Presiden tidak bertanggung jawab langsung kepada parlemen dan parlemen tidak
bertanggung jawab langsung kepada presiden dan wakil presiden
 Kekuasaan tertinggi ada di tangan lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden)
 Lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) bertanggung jawab kepada rakyat
yang berdaulat
 Sistem kekuasaan tersebar tidak terpusat seperti sistem pemerintahan parlementer

Kelebihan Atau Keunggulan Pemerintahan Presidensial


Berdasarkan ciri-ciri sistem presidensial yang telah dijelaskan diatas, sistem pemerintahan ini
mempunyai beberapa keunggulan atau kelebihan seperti :

 Stabilnya kedudukan lembaga eksekutif, karena lembaga eksekutif tidak bergantung


kepada lembaga parlementer
 Masa jabatan lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) lebih jelas karena
mempunyai jangka waktu yang jelas. Seperti contoh di Indonesia, presiden memiliki
masa jabatan 5 tahun dan maksimal masa kepimpinannya hanya 2 periode (5 x 2 = 10
Tahun)
 Memudahkan dalam penyusunan program kerja kabinet karena sudah ditentukan
jangka waktunya
 Anggota parlemen tidak bisa memberhentikan menteri, karena menteri bertanggung
jawab langsung kepada lembaga eksekutif atau presiden dan wakil presiden
 Rakyat bisa memilih siapa yang menjadi presiden atau kepala negaranya sehingga hal
ini terasa adil untuk rakyat biasa dan menghindari kecurangan adanya pemilihan
berdasaran kepentingan pribadi
 Masa pemilihan umum lebih jelas seperti contoh 5 tahun sekali diadakan pemilihan
umum untuk presiden

Kekurangan dari Pemerintahan Presidensial

Meskipun sistem pemerintahan secara presidensial dirasa mempunyai kelebihan, namun


ternyata sistem pemerintahan ini mempunyai beberapa kekurangan. Apa saja sih kekurangan
tersebut? Yuk, simak poin-poin berikut :

 Kekuasaan lembaga eksekutif diluar pengawasan dari lembaga legislatif sehingga bisa
menyebabkan kekuasaan yang mutlak
 Sistem pertanggung jawaban yang terpisah-pisah sehingga tidak efektif
 Sistem pertanggung jawaban yang terpisah membuat, lembaga satu dengan yang
lainnya tidak bisa saling koreksi dan mengawasi
 Pembuatan keputusan yang cukup lama, hal ini disebabkan karena sebelum keputusan
itu dibuat lembaga legislatif dan lembaga eksekutif melakukan diskusi atau tawar
menawar. Sehingga menyebabkan keputusan ini memakan waktu yang cukup lama
dan sering kali kurang tegas

Potret Sistem Pemerintahan Secara Presidensial Di Berbagai Negara

 Amerika Serikat

Sistem Hukum Internasional di Amerika Serikat (AS) merupakan negara federasi atau serikat
yang mempunyai 50 negara dengan ibukota Washington D.C. Amerika Serikat ini bentuk
negaranya mirip dengan Indonesia yaitu Republik. Dan jika ditelusuri lebih jauh lagi,
Amerika Serikat menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Selain itu Amerika
Serikat juga mempunyai 3 lembaga utama yaitu : Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.

Sistem partai di Amerika Serikat juga cukup unik karena Amerika Serikat menganut sistem
dwipartai yang artinya ada dua partai dominan di Amerika Serikat, partai tersebut adalah
Partai Demokrat dan Partai Republik. Dalam sistem pemilihan umum sendiri, Amerika
Serikat menganut sistem distrik. Apa itu sistem distrik? Sistem distrik adalah sistem
pemilihan berdasarkan lokasi daerah pemilihan bukan berdasarkan jumlah penduduk.

Tata cara pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden di Amerika Serikat ada
2 tahap :
a) Pertama penduduk Amerika Serikat memilih calon presiden yang paling populer
b) Kedua, penduduk Amerika Serikat memilih 538 orang yang akan berperan sebagai utusan
yang mewakili 50 negara. Orang-orang yang dipilih itulah yang akan menentukan memilih
presiden. Sehingga penduduk Amerika Serikat hanya memilih untuk menentukan popularitas
calon presiden.
Filiphina

Filiphina merupakan negara kesatuan yang berdaulat dan memiliki bentuk pemerintahan
republik demokratis. Sama seperti Indonesia, Filiphina menganut sistem pemerintahan secara
presidensial dimana presiden memegang kendali utama dari kekuasaan tersebut dan sekaligus
menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan Filiphina. Negara

Filiphina juga mempunyai 3 cabang utama dalam pemerintahan, yaitu :


– cabang lembaga legislatif terdiri dari seorang presiden
– cabang lembaga eksekutif terdiri dari legislatif bicamerah atau yang biasa disebut kongres
Filiphina
– cabang lembaga yudikatif terdiri dari Makamah Agung Filiphina yang sebagai lembaga
peradilan tertinggi di negara

Filiphina. Makamah Agung terdiri atas Hakim Ketua dan 14 hakim Anggota dan semua
anggota tersebut dipilih langsung oleh presiden.
Filiphina juga mempunyai 24 Senator dengan masa jabatan 6 tahun, sedangkan Dewan
Perwakilan terdiri dari 250 anggota dengan masa jabatan 3 tahun. Presiden sendiri dipilih
langsung oleh rakyat melalui pemilu dengan masa jabatan 6 tahun.

 Swiss

Swiss salah satu negara yang menerapkan sistem pemerintahan secara presidensial dan
juga Pemerintah yang Berdaulat. Dewan federal yang ada di negara Swiss ini terdiri dari 7
anggota dan masing-masing anggota memiliki kekuasaan eksekutif dan bisa juga bertindak
sebagai kabinet. Selain itu Swiss juga menerapkan sistem pemerintahan lokal dimana setiap
warga bisa mencurahkan ide, gagasan, saran dan dapat aktif berpartisipasi dalam membuat
keputusan.

 Brazil

Sama seperti halnya dengan Indonesia, Brazil juga menganut sistem pemerintahan secara
presidensial sehingga kepala negara dan kepala pemerintahan sepenuhnya ada ditangan
Presiden dan Wakil Presiden dengan masa jabatan 4 tahun dalam satu periode pemerintahan.
Di Brazil sendiri, Parlemen berfungsi sebagai pengontrol kinerja pemerintah dan juga
bertugas sebagai Dewan Perwakilan Rakyat di Brazil. Brazil sendiri memiliki Kongres
Nasional (Jika di Indonesia disebut Majelis Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat). Kongres Nasional ini dibedakan menjadi 2 (BIKAMERAL) yaitu Senar Federal dan
Camara dos Deputados.

 Argentina

Argentina merupakan sebuah negara Amerika Latin yang terletak di selatan Amerika,
tepatnya di Pegunungan Andes Barat dan Samudra Atlantik bagian selatan. Sama seperti
Indonesia, Argentina juga memiliki sistem pemerintahan secara presidensial. Dimana
Presiden dan Wakil Presiden masuk dalam lembaga eksekutif yang memegang kendali penuh
sistem pemerintahan di Argentina. Selain itu, Argentina juga memiliki 3 cabang lembaga
pemerintahan, yaitu :
– Pemerintahan Federal (Lembaga Eksekutif) dipimpin langsung oleh Presiden dan Wakil
Presiden
– Parlemen Nasional (Lembaga Legislatif) terdiri dari Senat (Camara de Senadores atau
Majelis Tinggi) dan Camara de Diputados atau Majelis Rendah.

– Lembaga Yudikatif terdiri dari Makamah Agung. MA Argentina sendiri memiliki 9


anggota yang diangkat dan dipilih langsung oleh Presiden dengan persetujuan Senat. Dan
anggota lainnya dipilih oleh Consejo de la Magistratura de la Nacioan atau dalam bahasa
Indonesia nya mempunyai arti Dewan Perwakilan Nasional). Consejo de la Magistratura de la
Nacioan merupakan sebuah kesekretariatan yang terdiri dari wakil-wakil hakim, pengacara
dan Kongres.
Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat setiap 4 tahun sekali dan periode
pemerintahan tidak boleh lebih dari dua kali. Presiden secara langsung melantik anggota
kabinet dan konstitusi. Disamping itu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Argentina juga
dipilih langsung oleh rakyat dengan masa jabatan 4 tahun.

Permasalahan Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Kita sebagai rakyat Indonesia telah menentukan seperti apa sistem pemerintahan yang akan
dianut. Berdasarkan UUD’45 Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” sebagai penjelasan
kuat bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Namun, terlepas
dari kelebihan dan kekurangan sistem pemerintah presidensial ini ternyata masih saja ada
problematika yang terjadi mengenai pemerintahan presidensial di Indonesia. Lalu, apa saja
problematika tersebut? Simak penjelasan berikut :

 Banyak yang beranggapan bahwa sistem presidensial yang dilakukan di Indonesia


melahirkan kekuasaan otoriter.
 Apa sih yang dimaksud otoriter tersebut? Secara etimologi pengertian otoriter adalah
pengaruh kuasa, otoritas atau wibawa.
 Bisa diartikan bahwa kekuasaan otoriter adalah kekuasaan terpusat demi kepentingan
pribadi dan kelompok tertentur, sistem kekuasaan ini sangat bertolak belakang dengan
demokrasi.

Kekuasaan otoriter ini terjadi karena masing-masing cabang lembaga pemerintahan tidak bisa
mengawasi satu sama lain. Seperti contoh, menteri hanya bertanggung jawab kepada presiden
dan parlemen tidak mempunyai wewenang untuk mengawasi jalannya lembaga eksekutif.
Keterbatasan wewenang dan hak itulah yang menjadikan kekuasaan otoriter muncul. Selain
itu, kekuasaaan otoriter juga muncul karena paradigma jabatan hanya sekedar bekerja
mencari uang bukan sebagai penghormatan atau pengabdian kepada negara.

Untuk memecahkan masalah sebaiknya dilakukan lagi beberapa perbaikan :

 Penataan kembali hubungan antara lembaga legislatif dan lembaga eksekutif


 Sistem partai yang sederhana
 Membangun sebuah makna bahwa jabatan adalah suatu kehormatan atau pengabdian
bukan hanya sekadar mengais rejeki.

Berdasarkan penjelasan mengenai ciri-ciri, karakterisktik, kekurangan, kelebihan,


permasalahan dan solusi yang harus dihadapai dalam sistem pemerintahan secara presidensial
bisa disimpulkan bahwa untuk menentukkan sebuah sistem pemerintahan apa yang akan
dianut dalam suatu negara harus memikirkan beberapa faktor geografis, ekonomi, kondisi dan
disesuaikan dengan kondisi rakyat itu sendiri sehingga bisa ditetapkan sistem pemerintahan
yang bisa membuat negara tersebut berkembang semakin maju dan sejahtera.

Berikut artikel tentang sistem presidensial di berbagai negara, sebaiknya siapapun yang
berada menjabat sebagai dewan perwakilan rakyat sebaiknya tidak memikirkan diri sendiri
dan kepentingan pribadi, memprioritaskan tugas dan tanggung jawab dan berlaku seperti
warga negara yang baik.

Penggolongan Masyarakat Indonesia Masa Kolonial Belanda


Masyarakat Indonesia pada masa Kolonial Eropa dibedakan dalam beberapa golongan atau
garis warna. Garis warna atau perbedaan warna kulit pada tanah jajahan sangat ketat
diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Pemerintah Kolonial Belanda umpamanya membagi
golongan sosial di Indonesia berdasarkan kepada hukum dan keturunan atau status sosial.
1. Pembagian masyarakat menurut hukum Belanda, terdiri atas:
a. golongan Eropa;
b. golongan Indo;
c. golongan Timur Asing;
d. golongan Bumiputera.
2. Pembagian masyarakat menurut keturunan atau status sosial, terdiri atas:
a. golongan bangsawan (aristokrat);
b. pemimpin adat;
c. pemimpin agama;
d. rakyat biasa.
Berdasarkan golongan sosial tersebut, orang-orang Eropa dianggap sebagai ras tertinggi,
kedua orang-orang Indo (turunan pribumi dan Eropa), ketiga orang-orang keturunan Timur
Asing (Cina), dan terakhir orang-orang pribumi (Indonesia). Posisi Indonesia yang berada
pada urutan paling bawah masih juga dibedakan. Kedudukan seseorang pribumi tersebut
dalam perkembangannya dibedakan pada aspek keturunan, pekerjaan, dan pendidikan.
Pembagian kelas tersebut sebenarnya untuk menunjukan pada kaum pribumi bahwa bangsa
kulit putih kedudukannya jauh lebih tinggi dari kulit berwarna.
Golongan bangsawan (aristokrat) merupakan golongan tertinggi dari stratifikasi sosial yang
diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Aristokrat ialah golongan dari orang ningrat. Adapun
orang yang termasuk orang ningrat ini ialah Raja/Sultan dan keturunannya, para pejabat
kerajaan, dan pejabat pribumi dalam pemerintahan kolonial.
Sebelum Kolonial Eropa masuk ke Indonesia, Raja/Sultan ialah orang tertinggi dalam
golongan sosial masyarakat. Nama raja dari masing-masing kerajaan di setiap daerah di
Indonesia berbeda-beda. Ada yang bergelar Pangeran, Sultan, Adipati, Senopati,
Panembahan, Sunan, Susuhunan, Karaeng, Batara, Arong, Kelano, dan masih banyak lagi
gelar lainnya. Raja tinggal di Istana atau keraton. Di tempat ini tinggal juga keluarga
raja/sultan. Mereka itu bisa benar-benar keturunan raja atau orang-orang yang telah diangkat
sebagai keluarga raja karena telah berjasa pada kerajaan. Raja yang berkuasa biasanya turun-
temurun, dari ayah kepada anak atau cucu. Namun ada juga yang menjadi raja di luar
keluarga kerajaan. Hal tersebut umpamanya disebabkan oleh adanya perebutan kekuasaan
atau pengambilalihan kekuasaan.
Setelah Kolonial Eropa masuk ke Indonesia, banyak raja atau sultan ditundukan oleh mereka.
Kedudukan raja berada di bawah Kolonial Eropa. Simbol kerajaan/kesultanan ada yang tetap
dipertahankan dan ada juga yang dihapuskan. Raja yang berkuasa nantinya diangkat sebagai
pegawai negeri, misal menjadi Bupati yang mengabdi pada pemerintah kolonial.
Golongan aristokrat lainnya adalah golongan elite. Golongan elite merupakan golongan
terbaik atau pilihan dalam kelompok masyarakat. Mereka dipandang status sosial yang tinggi
sesuai dengan kedudukan atau pekerjaannya. Orang-orang yang termasuk golongan elite ini
ialah para pejabat yang membantu pemerintahan kerajaan/kesultanan, misal mangkubumi,
patih, perdana menteri, dan hulubalang. Pejabat-pejabat ini sebenarnya kawula (abdi) negara
atau raja sehingga mereka bekerja untuk kepentingan raja. Mereka juga menjadi penghubung
antara raja dan rakyatnya.
Para pejabat itu dikenal juga sebagai golongan priyayi. Pada masa kolonial, para priyayi yang
bergelar Raden atau Raden Mas ini menjadi pejabat administrasi pemerintah kolonial
Belanda. Mereka menjadi penghubung antara pemerintah kolonial dan rakyat yang dijajah.
Dengan demikian, kedudukan para priyayi ini dimanfaatkan demi kepentingan kolonial.
Memasuki awal abad ke-20, golongan elite ini tidak hanya didapat secara turun-temurun.
Rakyat biasa yang telah mendapatkan tingakat pendidikan tertentu dapat menjadi golongan
elite. Mereka nantinya sangat membantu dalam memperjuangkan bangsanya. Mereka ini
dikenal dengan golongan eliter terdidik.
Selain golongan aristokrat, golongan elite atau priyayi, dalam masyarakat biasa pada masa
kolonial disebut dengan golongan wong cilik. Golongan ini sangat besar jumlahnya, antara
lain petani, pedagang biasa, dan nelayan. Kehidupan mereka tidak seperti para priyayi yang
hidup dalam kemewahan. Mereka hidup sederhana dan banyak yang hidup miskin sehingga
disebut dengan wong cilik.
Sebagian besar pendapatan kerajaan atau kesultanan diperoleh dari wong cilik. Untuk itu
ketika Kolonial Eropa berkuasa di Indonesia, wong cilik ini yang menjadi korban penindasan
yang paling besar. Selain diambil tenaganya, harta mereka juga banyak yang dirampas. Tidak
mengherankan jika kehidupan wong cilik sangat menderita pada masa kolonial.
Di bawah wong cilik masih ada satu golongan lagi yang hidup paling menderita. Mereka itu
ialah golongan budak. Golongan budak ini ada antara lain disebabkan mereka tidak mampu
membayar hutang. Untuk menebus atau membayar hutang-hutang, dirinya dan keluarganya
dijadikan budak. Mereka ini dipekerjakan di dalam istana atau di rumah para golongan
aristokrat.
Sebelum kolonial masuk ke Indonesia, semua orang termasuk budak benar-benar mengabdi
kepada raja. Apapun yang dilakukan oleh raja mereka terima dengan senang hati. Tetapi
setelah Kolonial Eropa berkuasa, para budak ini benar-benar dipekerjakan sebagai budak
kolonial. Di antara mereka ada yang dijadikan pekerja bangunan gedung, jalan raya, jalan
kereta api, dan pekerjaan berat lainnya. Ada juga yang dijadikan kuli-kuli atau buruh yang
tanpa dibayar di perkebunan dan perusahaan-perusahaan asing.
Pada tahun 1881, Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Undang-Undang Koeli
Ordonantie. Undang-undang tersebut merupakan undang-undang yang mengatur para
kuli/buruh di Indonesia. Melalui Undang-Undang ini, kuli-kuli yang bekerja di perkebunan
atau perusahaan-perusahaan harus melalui prosedur kontrak kerja. Berdasarkan dari kontrak
kerja ini sebenarnya mereka diberi upah atau gaji sesuai dengan jasa tenaga dan waktu yang
telah dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai