Tujuan Negera
Tujuan Negera
dan Teori)
Tujuan Negera ~ Setiap Negara didirikan tentu mempunyai tujuan. Pada
hakikatnya, tujuan setiap negara berbeda antara negara satu dengan negara
lainnya. Hal ini disesuaikan dengan pandangan hidup rakyat dan landasan
pandangan hidup yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangasa Tersebut. Nah,
Zona Siswa kali ini akan menghadirkan sebuah penejelasan mengenai Tujuan
Negara baik dari pendapat parah ahli ataupun dari teori-teori yang ada. Semoga
bermanfaat. Check this out yoo!!!
1. Plato
Menurut Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, baik
sebagai makhluk individu maupun sosial.
2. Roger H. Soltau
Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta mengungkapkan daya cipta yang sebebas-bebasnya.
3. Harold J. Laski
Menurut Harold J. Laski, tujuan negara adalah menciptakan keadaan yang di
dalamnya, rakyat dapat mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.
4. Aristoteles
Aristoteles mengemukakan bahwa tujuan dari negara adalah kesempurnaan
warganya yang berdasarkan atas keadilan. Keadilan memerintah harus menjelma di
dalam negara, dan hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa
sebenarnya yang berhak ia terima.
5. Socrates
Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu keharusan yang
brsifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada pekerti manusia. Tugas negara
adalah untuk menciptakan hukum, yang harus dilakukan oleh para pemimpin, atau
para penguasa yang dipilah secara saksama oleh rakyat. Negara bukanlah suatu
organisasi yang dibuat untuk manusia demi kepentingan drinya pribadi, melainkan
negara itu suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat hakikat manusia
karena itu bertugas untuk melaksanakan dan menerapkan hukum-hukum yang
objektif, termuat “keadilan bagi umum”, dan tidak hanya melayani kebutuhan para
penguasa negara yang saling berganti ganti orangnya.
6. John Locke
Tujuan negara menurut John Locke adalah untuk memelihara dan menjamin
terlaksananya hak-hak azasi manusia.yang tertuang dalam perjanjian masyarakat.
7. Niccollo Machiavelli
Tujuan negara menurut Niccollo Machiavelli adalah untuk mengusahakan
terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketentraman. Jadi dengan demikian
kalau dahulu tujuan negara itu selalu bersifat kultural, sedangkan menurut Niccollo
Machiavelli tujuan negara adalah semata-mata adalah kekuasaan.
8. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, untuk mengetahui tujuan negara maka terlebih dahulu
mengetahui tujuan manusia, yaitu kemuliaan yang abadi. Oleh karena itu negara
mempunyai tujuan yang luas, yaitu memberikan dan menyelenggarakan
kebahagiaan manusia untuk memberikan kemungkinan, agar dapat mencapai hidup
tersusila dan kemuliaan yang abadi, yang harus di sesuaikan dengan syarat-syarat
keagamaan.
9. Benedictus Spinoza
Tujuan negara menurut Spinoza adalah menyelenggarakan perdamaiaan,
ketenteraman dan menghilangkan ketakutan. Untuk mencapai tujuan ini, warga
negara harus menaati segala peraturan dan undang-undang negara, ia tidak boleh
membantah, meskipun peraturan atau undang-undang negara itu sifatnya tidak adil
dan merugikan.
B. Tujuan Negara Menurut Teori
Tujuan negara juga dapat ditinjau dari beberapa teori atau ajaran sebagai berikut.
Dalam rumusan singkat berdasarkan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945, negara
Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
RI Tahun 1945 alinea IV adalah “... melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial” .
ads
Menurut Hans Kelsen (Kelsen, 1971: 256) bentuk pemerintahan dibedakan menjadi 2 yaitu,
monarki dan republik. Sedangkan sistem pemerintahan dalam ilmu negara umum (algemeine
staatslehre) mempunyai pengertian yaitu, sebuah sistem hukum ketatanegaraan yang
mempunyai hubungan antar pemerintahan dan perwakilan rakyat. Sebelum belajar lebih jauh
mengenai pembagian sistem pemerintahan kamu bisa belajar juga sistem pemerintahan orde
lama dan pemerintahan orde baru.
Sebelum diamandemen, UUD 1945 bertugas untuk mengatur kedudukan lembaga tertinggi
serta hubungan antara lembaga. Selain itu, UUD 45 juga merupakan hukum tertinggi
kemudian kedaulatan rakyat diberikan kepada MPR sehingga MPR membagikan
kekuasaanya kepada 5 elemen lembaga tertinggi yaitu : Presiden, Mahkamah Agung atau
MA, Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK, Dewan Pertimbangan Agung atau DPA dan
Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
Disamping itu, pokok-pokok sistem pemerintahan berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen juga dijelaskan dalam UUD 45 tentang 7 pokok sistem pemerintahan Indonesia
seperti :
Sistem konstitusional
Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat)
Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau yang
biasa disebut MPR
Kekuasaan Presiden atau kepala negara tidak terbatas
Kepala negara atau presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan
Rakyat atau DPR
Presiden atau kepala negara merupakan penyelenggara pemerintah tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
Menteri merupakan pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat atau DPR
Dari beberapa poin pokok sistem pemerintahan diatas, bisa dikatakan bahwa Indonesia
menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Uniknya, sistem ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru
Secara garis besar sistem pemerintahan presidensial ini mempunyai sistem peradilan di
Indonesia arti yaitu di dalam sistem ini kekuasaan tertinggi ada pada tangan kepala negara
atau presiden. Semua tugas dan kewenangan presiden diatur dalam UUD 1945 tanpa harus
melibatkan pertimbangan dan persetujuan DPR sehingga terkadang kekuasaan atau
wewenang presiden bisa disalahgunakan.
BPK
Lembaga Legislatif yang terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Daera (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam lembaga legislatif
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) membawahi Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Lembaga Legistlatif bertugas untuk
membuat Undang-Undang
Lembaga Eksekutif terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden dimana Presiden
membawahi Wakil Presiden selain itu, lembaga eksekutif juga mempunyai wewenang
untuk menjalankan Undang-undang
Lembaga Yudikatif terdiri dari Makamah Konstitusi, Makamah Agung dan KY.
lembaga Yudikatif ini mempunyai wewenang untuk mengawasi jalannya UU dan
memberikan sanksi bagi mereka yang melanggar peraturan undang-undang
Sehingga dari bagan tersebut bisa dijelaskan pokok-pokok pemerintahan Indonesia setelah
diamandemen adalah :
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Penting diketahui jika Presiden
melakukan kejahatan dan pelanggaran berat seperti penghianatan, korupsi besar dan
sebagainya maka presiden bisa diberhentikan dari masa jabatannya (impeachment)
Disamping itu sistem pemerintahan menurut C.F Strong dalam sebuah buku “Modern
Political Constitution” menuturkan bahwa sistem pemerintahan terbagi menjadi 2 yaitu :
parliamentart executive dan non-parliamentary. Namun sistem yang dikemukakan oleh C.F
Strong jarang digunakan karena sistem tersebut kurang sesuai dengan pola demokrasi,
sehingga Arend Lipjphart mengadakan berbagai penelitian yang diaplikasikan di 36 negara
lalu membagi sistem pemerintahan menjadi 3 bentuk yaitu : parliamentary (sistem
parlementer), presidential (sistem presidential) dan hybrid (sistem campuran).
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, Indonesia memiliki berbagai macam perubahan sistem
pemerintahan. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti faktor ekonomi,
keadaan masyarakat, penyesuaian atas dasar-dasar negara.
Tujuan dan Fungsi Negara Indonesia menganut sistem semu parlementer. Di mana sistem ini
menganut sistem multi partai yang didasarkan oleh konstitusi ris. Di dalam konstitusi ris ada
beberapa poin yang perlu diperhatikan :
Indonesia menganut sistem parlementer dengan demokrasi liberal. Tahun 1950 sampai tahun
1959 adalah masa di mana presiden pertama di Indonesia, Ir. Soekarno memerintah
menggunakan konstitusi undang-undang sementara. Perlu diketahui bahawa periode ini
merupakan periode berakhirnya negara Indonesia yang federalis. Ada beberapa ciri dari
pemerintahan dengan sistem parlementer demokrasi liberal adalah :
a) Keputusan presiden dan wakil presiden tidak bisa diganggu gugat
b) Menteri bertanggung jawab atas semua keputusan pemerintah
c) Presiden memiliki wewenang untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat
d) Perdana menteri diangkat langsung oleh presiden
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial demokrasi terpimpin. Sejak tahun 1969
hingga tahun 1966, Ir. Soekarno memimpin menggunakan dekrit presiden dan membentuk
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara. Pada
saat itu Ir. Soekarno juga menerapkan sistem pemerintahan secara presidensial.
Indonesia menganut pemerintahan presidensial. Tahun 1966 sampai 1998 Indonesia masih
menganut masa orde baru. Tahun 1988 sampai sekarang merupakan periode reformasi yang
menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Dalam periode ini dilakukan beberapa
kali perubahan terhadap UUD45
Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan
legislatif.
Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak terbagi
dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja.
Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara
adalah sekaligus kepala pemerintahan.
Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya.
Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dandemikian pula
sebaliknya.
Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen.
Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen, makadalam sistem
presidensial berlaku prinsip supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan eksekutif
bertanggung jawab kepada konstitusi.
Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat.
Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer yang
terpusat pada parlemen.
(Wiratman, 2008):
Terdapat pemisah kekuasaan yang jelas antara lembaga eksekutif dan legislatif
Presiden merupakan eksekutif tunggal
Presiden merangkap sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara
Presiden berhal untuk mengangkat menteri dan menteri harus bertanggung jawab
kepada presiden
Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan yang ada di lembaga Eksekutif
Presiden tidak bisa membubarkan atau memaksa parlemen
Supremasi konstitusi
Lembaga eksekutif(Presiden dan Wakil Presiden) bertanggung jawab kepada rakyat
Kekuasaan tersebar bukan terpusat
Sebuah negara dipimpin oleh Presiden yang sekaligus menjabat sebagai kepala
pemerintahan
Lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) dipilih secara langsung oleh rakyat,
sehingga lembaga parlemen (Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR, Dewan
Perwakilan Daerah atau DPD dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR) tidak
mempunyai hak atau weweneng untuk memilih dan mengangkat presiden dan wakil
presiden
Presiden mempunyai wewenang untuk mengangkat atau memberhentikan menteri-
menteri yang memimpin sebuah departemen maupun non-departemen
Presiden tidak bisa membubarkan parlemen dan parlemen juga tidak bisa
memberhentikan presiden dan wakil presiden
Parlemen juga mempunyai kekuasaan legislatif dan merangkap sebagai badan
perwakilan
Anggota parlemen (Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR, Dewan Perwakilan
Daerah atau DPD dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR) dipilih langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum (PEMILU)
Menteri-menteri yang telah diangkat hanya bertanggung jawab kepada lembaga
eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden)
Kabinet atau biasa yang disebut dewan menteri dibentuk langsung oleh presiden
sehingga kabinet hanya bertanggung jawab kepada lembaga eksekutif (presiden dan
wakil presiden) dan tidak bertanggung kawab kepada lembaga legislatif atau parlemen
Presiden tidak bertanggung jawab langsung kepada parlemen dan parlemen tidak
bertanggung jawab langsung kepada presiden dan wakil presiden
Kekuasaan tertinggi ada di tangan lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden)
Lembaga eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) bertanggung jawab kepada rakyat
yang berdaulat
Sistem kekuasaan tersebar tidak terpusat seperti sistem pemerintahan parlementer
Kekuasaan lembaga eksekutif diluar pengawasan dari lembaga legislatif sehingga bisa
menyebabkan kekuasaan yang mutlak
Sistem pertanggung jawaban yang terpisah-pisah sehingga tidak efektif
Sistem pertanggung jawaban yang terpisah membuat, lembaga satu dengan yang
lainnya tidak bisa saling koreksi dan mengawasi
Pembuatan keputusan yang cukup lama, hal ini disebabkan karena sebelum keputusan
itu dibuat lembaga legislatif dan lembaga eksekutif melakukan diskusi atau tawar
menawar. Sehingga menyebabkan keputusan ini memakan waktu yang cukup lama
dan sering kali kurang tegas
Amerika Serikat
Sistem Hukum Internasional di Amerika Serikat (AS) merupakan negara federasi atau serikat
yang mempunyai 50 negara dengan ibukota Washington D.C. Amerika Serikat ini bentuk
negaranya mirip dengan Indonesia yaitu Republik. Dan jika ditelusuri lebih jauh lagi,
Amerika Serikat menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Selain itu Amerika
Serikat juga mempunyai 3 lembaga utama yaitu : Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
Sistem partai di Amerika Serikat juga cukup unik karena Amerika Serikat menganut sistem
dwipartai yang artinya ada dua partai dominan di Amerika Serikat, partai tersebut adalah
Partai Demokrat dan Partai Republik. Dalam sistem pemilihan umum sendiri, Amerika
Serikat menganut sistem distrik. Apa itu sistem distrik? Sistem distrik adalah sistem
pemilihan berdasarkan lokasi daerah pemilihan bukan berdasarkan jumlah penduduk.
Tata cara pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden di Amerika Serikat ada
2 tahap :
a) Pertama penduduk Amerika Serikat memilih calon presiden yang paling populer
b) Kedua, penduduk Amerika Serikat memilih 538 orang yang akan berperan sebagai utusan
yang mewakili 50 negara. Orang-orang yang dipilih itulah yang akan menentukan memilih
presiden. Sehingga penduduk Amerika Serikat hanya memilih untuk menentukan popularitas
calon presiden.
Filiphina
Filiphina merupakan negara kesatuan yang berdaulat dan memiliki bentuk pemerintahan
republik demokratis. Sama seperti Indonesia, Filiphina menganut sistem pemerintahan secara
presidensial dimana presiden memegang kendali utama dari kekuasaan tersebut dan sekaligus
menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan Filiphina. Negara
Filiphina. Makamah Agung terdiri atas Hakim Ketua dan 14 hakim Anggota dan semua
anggota tersebut dipilih langsung oleh presiden.
Filiphina juga mempunyai 24 Senator dengan masa jabatan 6 tahun, sedangkan Dewan
Perwakilan terdiri dari 250 anggota dengan masa jabatan 3 tahun. Presiden sendiri dipilih
langsung oleh rakyat melalui pemilu dengan masa jabatan 6 tahun.
Swiss
Swiss salah satu negara yang menerapkan sistem pemerintahan secara presidensial dan
juga Pemerintah yang Berdaulat. Dewan federal yang ada di negara Swiss ini terdiri dari 7
anggota dan masing-masing anggota memiliki kekuasaan eksekutif dan bisa juga bertindak
sebagai kabinet. Selain itu Swiss juga menerapkan sistem pemerintahan lokal dimana setiap
warga bisa mencurahkan ide, gagasan, saran dan dapat aktif berpartisipasi dalam membuat
keputusan.
Brazil
Sama seperti halnya dengan Indonesia, Brazil juga menganut sistem pemerintahan secara
presidensial sehingga kepala negara dan kepala pemerintahan sepenuhnya ada ditangan
Presiden dan Wakil Presiden dengan masa jabatan 4 tahun dalam satu periode pemerintahan.
Di Brazil sendiri, Parlemen berfungsi sebagai pengontrol kinerja pemerintah dan juga
bertugas sebagai Dewan Perwakilan Rakyat di Brazil. Brazil sendiri memiliki Kongres
Nasional (Jika di Indonesia disebut Majelis Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat). Kongres Nasional ini dibedakan menjadi 2 (BIKAMERAL) yaitu Senar Federal dan
Camara dos Deputados.
Argentina
Argentina merupakan sebuah negara Amerika Latin yang terletak di selatan Amerika,
tepatnya di Pegunungan Andes Barat dan Samudra Atlantik bagian selatan. Sama seperti
Indonesia, Argentina juga memiliki sistem pemerintahan secara presidensial. Dimana
Presiden dan Wakil Presiden masuk dalam lembaga eksekutif yang memegang kendali penuh
sistem pemerintahan di Argentina. Selain itu, Argentina juga memiliki 3 cabang lembaga
pemerintahan, yaitu :
– Pemerintahan Federal (Lembaga Eksekutif) dipimpin langsung oleh Presiden dan Wakil
Presiden
– Parlemen Nasional (Lembaga Legislatif) terdiri dari Senat (Camara de Senadores atau
Majelis Tinggi) dan Camara de Diputados atau Majelis Rendah.
Kita sebagai rakyat Indonesia telah menentukan seperti apa sistem pemerintahan yang akan
dianut. Berdasarkan UUD’45 Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” sebagai penjelasan
kuat bahwa Indonesia menganut sistem pemerintahan secara presidensial. Namun, terlepas
dari kelebihan dan kekurangan sistem pemerintah presidensial ini ternyata masih saja ada
problematika yang terjadi mengenai pemerintahan presidensial di Indonesia. Lalu, apa saja
problematika tersebut? Simak penjelasan berikut :
Kekuasaan otoriter ini terjadi karena masing-masing cabang lembaga pemerintahan tidak bisa
mengawasi satu sama lain. Seperti contoh, menteri hanya bertanggung jawab kepada presiden
dan parlemen tidak mempunyai wewenang untuk mengawasi jalannya lembaga eksekutif.
Keterbatasan wewenang dan hak itulah yang menjadikan kekuasaan otoriter muncul. Selain
itu, kekuasaaan otoriter juga muncul karena paradigma jabatan hanya sekedar bekerja
mencari uang bukan sebagai penghormatan atau pengabdian kepada negara.
Berikut artikel tentang sistem presidensial di berbagai negara, sebaiknya siapapun yang
berada menjabat sebagai dewan perwakilan rakyat sebaiknya tidak memikirkan diri sendiri
dan kepentingan pribadi, memprioritaskan tugas dan tanggung jawab dan berlaku seperti
warga negara yang baik.