Anda di halaman 1dari 57

Kesehatan Masyarakat

Puri Kresna Wati, SST., M.K.M


1.Dasar Epidemiologi
2.Definisi Epidemiologi
3.Ruang Lingkup Epidemiologi
4.Macam-macam Epidemiologi
5.Prinsip-Prinsip Epidemiologi
6.Frekuensi Masalah Kesehatan
7.Prosedur Kerja
8.Ukuran-Ukuran Epidemiologi
9.Istilah dalam Epidemiologi
10.Epidemiologi dalam Kebidanan
11.Terjadinya Penyakit/Masalah Kesehatan dalam Kebidanan
12.Faktor Risiko Terjadinya Masalah Kesehatan dalam Kebidanan
13.Konsep Epidemiologi Kespro
14.Studi Kasus Epidemiologi Kespro
Dasar-Dasar Epidemilogi
• Epidemiologi
Ilmu yang mempelajari tentang distribusi, frekuensi dan
determinan penyakit pada populasi

Distribusi : Orang, Tempat, Waktu


Frekuensi/Ukuran Kejadian : Insiden – Prevalens
Determinan, Risk Factors : Faktor yang mempengaruhi atau
factor yang memberi risiko atas terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan.
Tujuan Epidemiologi
• Menggambarkan status kesehatan populasi
• Menentukan “Sebab” masalah kesehatan
• Menentukan riwayat alamiah atau penyakit
• Mengevaluasi suatu tindakan intervensi kesehatan
• Meramalkan terjadinya masalah kesehatan di populasi
• Menggambarkan upaya tindakan pencegahan dan
pengobatan yang dilakukan
Perkembangan Epidemiologi
• Hipocrates
Penyakit manusia terjadi berkaitan dengan factor eksternal
yang sama pentingnya dengan factor personal manusia
• John Graunt
Melakukan pencatatan perbedaan kelahiran dan kematian
antara laki-laki dan perempuan. Menekankan pentingnya
pengumpulan data penyakit secara rutin yang akan menjadi
dasar bentuk epid modern.
• William Farr
Mengembangkan pengumpulan data rutin kematian dan
penyebabnya.
• Jhon Snow
Melakukan metode investigasi kematian karena wabah kolera .
• Doll, Hill et al
Menyelidiki hubungan merokok dan kanker paru
Pembagian Studi Epidemiologi

Deskriptif
(Prevalens/Cross
Sectional) Non Ekperimental
Studi Epidemiologi (Kohort, Kasus
Kontrol, Ekologik)
Analitik
Eksperimental
(Clinical Trial,
Community Trial)
Pendekatan Epidemiologi
When

Where

Who

Why

What
Konsep Penyebab Penyakit
• Teori Supenatural
• Teori Hippocratik
• Teori Miasma
• Teori Kontagion
• Teori Germ
• Teori Epidemiologi Klasik
• Teori Multikausal dan jaring penyebab
a. Teori Supranatural
Penyakit terjadi karena kekuatan supranatural

b. Teori Hippocrates (460 SM – 377 SM)


• Penyakit berhubungan dengan tempat (geografis),
kondisi iklim, air, kebiasaan makan dan perimahan.
• Memperkenalkan epidemic & endemic

c. Teori Miasma (129 – 199 SM)


Miasma yang buruk (penguapan dari sampah, air
macet, pembusukan binatang) dipikirkan sebagai
penyebab penyakit.
d. Teori Kontaginon
• Oleh Hieronymus (1478 – 1553).
• Penyakit ditransmisi dari satu orang ke orang lain
melalui partikel yg sangat kecil dan susah terlihat.
• Proses transmisi penyakit disebut Kontagion 
penularan
e. Teori Germ (kuman)
• Penyakit disebabkan oleh suatu kuman
• Pendukung teori Germ : Edward Jenner  penemu
vaksin cacar ; Louis Pasteur  Penemu vaksin rabies
f. Teori Epid Klasik
• Digambarkan dengan Triad Epidemiologik
• Penyakit adalah hasil kekuatan dalam suatu
system dinamik yang terdiri dari : Agen infeksi,
Manusia (host), Lingkungan
Agen

Penyakit
Penjamu (Host) Lingkungan

g. Teori Multikausalitas dan Jaringan Kausal


Sebab ditunjukan oleh Postulat (kriteria) Hill
Hubungan Kausal Penyakit (Causal Inference)
• Merupakan proses penentu hubungan 2 factor sebagai
hubungan sebab-akibat.
• Hubungan antara kategori kejadian/karakteristik, dimana
perubahan kualitas pada suatu kategori akan diikuti
perubahan kategori lainnya.
• Dalam hubungan kausal sebab (cause) mendahului akibat
(effect).
• Sebagai contoh jika akibat (mis: frekuensi penyakit) akan
berubah jika sebab (mis: frekuensi/kualitas pajanan)
berubah.
• Secara praktis epidemiologi ingin menemukan hubungan
sebab akibat tersebut agar dapat mencegah terjadinya
penyakit.
Inferensial Penyakit (Kesimpulan Penyebab)
• Merupakan proses penentu hubungan 2 factor sebagai
hubungan sebab-akibat.
• Hubungan antara kategori kejadian/karakteristik, dimana
perubahan kualitas pada suatu kategori akan diikuti
perubahan kategori lainnya.
• Dalam hubungan kausal sebab (cause) mendahului akibat
(effect).
• Sebagai contoh jika akibat (mis: frekuensi penyakit) akan
berubah jika sebab (mis: frekuensi/kualitas pajanan)
berubah.
• Secara praktis epidemiologi ingin menemukan hubungan
sebab akibat tersebut agar dapat mencegah terjadinya
penyakit.
Inferensial Kausal (Kesimpulan Penyebab)

1. Kausal Deterministik
Banyak perkiraan suatu sebab menjadi sangat
dekat berhubungan dengan efek, seperti sebab
harus ada (necessary causes) dan sebab yang
cukup (sufficient causes).
Necessary cause : Sebab harus ada untuk penyakit
yang terjadi (outcome). Namun sebab itu dapat ada
tanpa kejadian penyakit.
Co/:
• bacillus tuberculosis adalah necessary untuk
tuberculosis
• Infeksi Hep B adalah necessary untuk karsinoma
hepatoselular

Sufficient cause : Jika sebab itu ada dan penyakit


harus terjadi. Namun penyakit dapat terjadi tanpa
sebab yang ada itu.
Co/: Infeksi rabies dan kematian
Necessary and Sufficient Cause :
Semua kejadian penyakit dikarenakan sebab-sebab
ini dan sebab-sebab itu, selalu menghasilkan
penyakit.
Biasanya jika suatu sebab adalah sufficient, itu
biasanya juga necessary.
Co/:
• Hubungan infeksi virus campak dengan campak
klinis
• HIV mungkin menjadi suatu sebab necessary dan
sufficient dari AIDS, namun hal ini mungkin terlihat
meningkat, seperti kita menemukan individu HIV
positif jangka panjang tanpa AIDS.
Sebab Necessary :
Co/ basilus tuberkel dan tuberkulosis
Ada Penyakit Bebas Penyakit

Ada Eksposure Ya Ya

Tidak ada Eksposure Tidak Ya

Sebab Sufficient :
Co/ Infeksi rabies dan kematian

Ada Penyakit Bebas Penyakit

Ada Eksposure Ya Tidak

Tidak ada Eksposure Ya Ya


Sebab Necessary and Sufficient :
Co/ HIV dan AIDS
Ada Penyakit Bebas Penyakit

Ada Eksposure Semua Tidak

Tidak ada Eksposure Tidak Semua


Epidemilogi Triads
Fisik Sosial Biologis
Air, Udara, Tanah, Iklim, Status social, agama, Mikroorganisme, serangga,
Grafis, Perumahan, Pangan, Adat istiadat, organisasi, Binatang, tumbuh-tumbuhan
Panas, Radiasi Sosial politik

Lingkungan

Agen Host
Biologis, Nutrient, Umur, seks, ras, nutrisi,
Fisik, Mekanis Pekerjaan, keturunan,
Kekebalan, kebiasaan, kultur
Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit/
Natural History of Disease
1. Fase Pre-pathogenesis
Dimulai dari terjadinya gangguan keseimbangan
antara agen penyakit, manusia, dan lingkungan,
diamana kondisi lingkungan lebih
menguntungkan agen penyakit dan merugikan
manusia.
Sebagai contoh polusi udara akibat pembakaran
hutan oleh peladangan di musim kemarau.
2. Fase Patogenesis
Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agen
penyakit berlangsung terus menerus dalam waktu
lama, maka akan timbul gejala dan tanda klinik.
Manusia akan menjadi sakit, selanjutnya dapat
menjadi sembuh atau penyakit berjalan terus
menyebabkan ketidakmampuan, cacat, kronik, dan
mati.
Interaksi Host, Agen, dan Lingkungan
A H

H A

E E

(1) (3)

H A

A H

E E

(2) (4)
Ukuran Frekuensi Penyakit
• Porporsi
Pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari
penyebut. Sering dinyatakan dalam persen, dengan
mengalikan pecahan ini dengan 100%.
• Ratio
Pecahan yg pembilangnya bukan merupakan bagian dari
penyebutnya, menyatakan hubungan antara pembilang dan
penyebut yang berbeda satu dengan yg lain.
• Rate
Konsep yg lebih konpleks dibandingkan dengan 2 bentuk
pecahan yang terdahulu.
Mengukur Frekuensi Penyakit

Pengukuran Frekuensi
Penyakit

Mortalitas Morbilitas
• Crude Death Rate • Incidance Rate
• Specific Deate Rate • Prevalence Rate
• Case Fetality Rate  Point
• Infant Mortality Rate  Interval
• Proportional Mortality Rates
• Maternal Mortality Rate
• Neonatal Mortality Rate
• Post Neonatal Mortality Rate
• Perinatal Mortality Rate
• Still Birth Rate
Mengukur Morbilitas
Incidence Rate
Frekuensi penyakit baru yang terjangkit di masyarakat di suatu
tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu.
Jumlah orang yang menderita suatu
Penyakit tertentu/kasus baru
Incidence Rate = X 1000
Population at risk/ Penduduk yg
mempunyai risiko tertulat penyakit
sama

Prevalence Rate
Frekuensi penyakit lama dan baru yg terjangkit d masyarakat
di suatu tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu.
Jumlah orang yang menderita suatu
Penyakit tertentu (kasus baru & lama)
Prevalence Rate = X 1000
Population at risk/ Penduduk yg
mempunyai risiko tertulat penyakit
sama
Kegunaan Prevalens
1. Menentukan situasi penyakit yang ada pada satu
waktu tertentu
2. Merencanakan fasilitas kesehatan dan
ketenagaan

Kegunaan Insidens
1. Cumulative Insidence : mengukur risiko unt sakit
2. Insidence Rate : Mengukur kecepatan unt sakit
Cumulative Insidence/Incidence Risk

∑ Kasus Baru
CI =
∑ Populasi pada permulaan periode

• Pembilang atau penyebut yg digunakan dalam perhitungan


ini adalah individu yang tidak sakit pada permulaan periode
pengamatan, sehingga mempunyai risiko untuk terserang.
• Kelompok individu yang berisiko terserang in idisebut
population at risk atau populasi yang berisiko
Attack Rate
• Jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama
epidemic.

Makanan Makan ARM Tidak Makan ARTM

Sakit Tidak Sakit Tidak


Sakit Sakit
Sallad 30 70 30/100 5 35 5/40
Krecek 16 84 16/100 4 21 4/25

• ARM = Attack Rate Makan


• ARTM = Attack Rate Tidak Makan
Insident Rate
• Potensi perubahan status penyakit per satuan
waktu, relative terhadap besarnya populasi
individu yang sehat pada waktu itu.
• Menyatakan jumlah kasus baru per orang-waktu

Juml kasus Insidens terjadi dalam periode waktu


Insidence Rate =
Jumlah orang - waktu
Insident Rate

• Juml orang-waktu terlebih dulu


∑(orang-waktu) = 7+7+2+7+3+2+5 = 33 orang - tahun

IR = ∑ kasus baru IR = 3 kasus = 9,1 kasus per 100 orang-tahun


∑(orang-waktu) 33 orang-waktu
Mengukur Morbilitas
1. Crude Death Rate (CDR)
Frekuensi penyakit baru yang terjangkit di masyarakat di suatu
tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu.

Total seluruh kematian selama tahun berjalan


CDR = X 1000
Total seluruh penduduk pertengahan
tahun/midyear population

Co/: Total seluruh kematian penduduk Indonesia tahun 2000 sebanyak


17.308.680 dan jumlah penduduk Indonesia pertengahan tahun 2000
sebanyak 178.440.000. Berapa CDR tahun 1990?

17.308.680
CDR = X 1000 = 9,7 per 1000
178.440.000
CDR penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 10 orang per 1000 penduduk
2. Specific Death Rate
Angka kematian yg ditunjukan kepada penyebab kematian yg spesifik oleh
penyakit tertentu dan biasnya dihubungkan dengan faktor yang terdapat
di masyarakat seperti umur, seks, pekerjaan, dan status social atau periode
waktu tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun.
Jml kematian (o/sebab tertentu) dlm tahun berjalan
SDR = X 1000
Jml penddk pertengahan tahun/midyear
population
Co/: Bila juml kematian oleh sebab penyakit tetanus di Indonesia pada
tahun 2000 sebanyak 180.000 orang, berapa Spesific Death Rate per 1000
penduduk?

180.000
SDR = X 1000 = 1 per 1000
178.440.000
SDR oleh sebab penyakit tetanus pada tahun 2000 di Indonesia adala 1
per 1000 penduduk.
Crude Death Rate Indonesia
1960 - 2012
3. Standarized Death Rate
Standar pada angka kematian diperlukan untuk
membandingkan status kesehatan 2 daerah atau 2 negara
yang mempunyai perbedaan struktur penduduknya. Dalam
hal ini CDR tidak dapat digunakan karena hanya
menyatakahan angka kematian kasar tanpa menyebutkan
adanya komposisi umur dan sex dari penduduk. Dapat
dilakukan dengan metode :
a. Direct Method
b. Indirect Method
a. Direct Method
b. Indirect Method
Jika hanya diketahui jumlah kematian berdasarkan kelompok
umur di suatu wilayah serta standar nasional angka kematian
berdasarkan kelompok umur, maka harus dilakukan
standarisasi secara indirect.
4. Proportional Mortality Rate
Merupakan proporsi angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit tertentu yang terjadi pada umur tertentu dan
menjadi salah satu indicator penting untuk melakukan
estimasi penyebab kematian utama di suatu negara, serta
sering dipakai sebagai baseline data untuk perencanaan
pelayanan kesehatan

Poportional Juml kematian o/sebab penyakit tertentu/


Umur tertentu
Mortality Rate = X 1000
Total sel kematian o/ smua penyakit/
umur

Co/: Total seluruh kematian penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak


20.550.000 orang dan jumlah kematian akibat penyakit malaria sebanyak
491.145 orang. Berapa PMR malaria tahun 2010?
Poportional 491.145
Mortality Rate = X 1000 = 23,9 per 1000
20.550.000
5. Case Fatality Rate
Persentase angka kematian oleh sebab tertentu yang dipakai
untuk menentukan derajat keganasan/kegawatan penyakit
tertentu.
Case Fertality = Juml kematian akibat penyakit tertentu
X 100
Rate Juml seluruh kasis penyakit yg sama

Co/: Juml kematian akibat kanker payudara di RS A dilaporkan sebanyak


56 orang dan pasien yang dirawat dengan penyakit sama sebanyak 112
orang. Berapa Case Fertality Rate penyakit tsb?

56
CFR = X 100% = 50%
112

CFR penyakit kanker payudara di RS A adalah 50%


6. Maternal Mortality Rate
Angka kematian ibu oleh sebab kehamilan, merupakan
refleksi dari baik atau tidaknya pelayanan obstetric dan
pengembangan status ekonomi masyarakat, serta dapat juga
dipakai sebagai indicator keberhasilan KB
Jml kematian ibu sebab hamil/melahirkan
Sampai 42 hari post partum
MMR = X 100
Jml seluruh kelahiran hidup pada tahun
Yg sama
Co/: juml kematian ibu oleh sebab kehamilan di Siangapura dilaporkan
hanya 1 pada tahun 2010, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup
sebanyak 49.864 orang. Berapa MMR tahun 2010?

1
MMR = X 100.000 = 2,0 per 100.000
49.864

MMR di Singapura pada tahun 2010 adalah 2 orang per 100.000


penduduk
7. Infant Mortality Rate
Angka kematian anak berumur kurang dari satu tahun
merupakan parameter penting dipakai untuk menentukan
kesehatan masyarakat meliputi tingkat ekonomi, sanitasi gizi,
pendidikan, dan fasilitas kesehatan yang terdapat di suatu
negara. Semakin besar IMR, menunjukan keadaan status
kesehatan masyarakat yang semakin jelek dan begitu juga
sebaliknya.
Jml kematian bayi < 1 tahun
IMR = X 1000
Jml kelahiran hidup pd tahun yg sama

Co/: hasil sensus penduduk di Jepang tahun 2010 dilaporkan jumlah


kematian bayi < 1 tahun sebanyak 5.616 orang dengan jumlah kelahiran
hidup sebanyak 1.227.900 orang. Berapa IMR pada tahun tsb?
5.616
IMR = X 1000 = 4,6 per 1000
1.227.900

IMR di Jepang pada tahun 2010 adalah 5 orang per 1000 penduduk
8. Neonatal Mortality Rate
Jumlah kematian bayi umur 4 minggu atau 28 hari per 1000
kelahiran hidup

Jml kematian bayi umur 4 mg/28 hari


NMR = X 1000
Jml kelahiran hidup pd tahun yg sama

Co/: hasil sensus penduduk di Jepang tahun 2010 dilaporkan jumlah


kematian bayi umur 4 mg sebanyak 3.179 orang dengan jumlah kelahiran
hidup sebanyak 1.227.900 orang. Berapa IMR pada tahun tsb?
3.179
NMR = X 1000 = 2,6 per 1000
1.227.900

NMR di Jepang pada tahun 2010 adalah 3 orang per 1000 penduduk
9. Post-Neonatal Mortality Rate
Jumlah kematian bayi umur 4 minggu sampai 1 tahun per
1000 kelahiran hidup

Jml kematian bayi umur 4 mg s/d 1 tahun


PNMR = X 1000
Jml kelahiran hidup pd tahun yg sama

Co/: hasil sensus penduduk di Jepang tahun 2010 dilaporkan jumlah


kematian bayi umur 4 mg sampai 1 tahun sebanyak 2.337 orang dengan
jumlah kelahiran hidup sebanyak 1.227.900 orang. Berapa IMR pada
tahun tsb? 2.337
PNMR = X 1000 = 1,9 per 1000
1.227.900

PNMR di Jepang pada tahun 2010 adalah 2 orang per 1000 penduduk
10. Perinatal Mortality Rate
Jumlah kematian janin umur 28 minggu samapi umur 7 hari
sesudah kelahiran per 1000 kelahiran hidup.

Jml kematian janin umur 4 mg s/d 7 hari pp


PMR = X 1000
Jml kelahiran hidup pd tahun yg sama

Co/: hasil sensus penduduk di Jepang tahun 2010 dilaporkan jumlah


kematian bayi umur 28 mg sampai 7 hari pp sebanyak 7.001 orang
dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 1.227.900 orang. Berapa IMR
pada tahun tsb?

7.001
PMR = X 1000 = 5,7 per 1000
1.227.900

PMR di Jepang pada tahun 2010 adalah 6 orang per 1000 penduduk
11. Still Birth Rate
Jumlah kematian janin umur 28 minggu atau lebih pada saat
dilahirkan tidak ada tanda-tanda kehidupan atau bernafas per
1000 kelahiran hidup.
Jml kematian janin 28 mg atau lebih dan
bayi mati
SBR = X 1000
Jml kelahiran hidup pd tahun yg sama

Co/: hasil sensus penduduk di Jepang tahun 2010 dilaporkan jumlah


kematian janin umur 28 mg atau lebih sebanyak 4.564 orang dengan
jumlah kelahiran hidup sebanyak 1.227.900 orang. Berapa IMR pada
tahun tsb?

4.564
SBR = X 1000 = 3,8 per 1000
1.227.900

SBR di Jepang pada tahun 2010 adalah 4 orang per 1000 penduduk
1.Epidemiologi dalam Kebidanan
2.Terjadinya Penyakit/Masalah Kesehatan
dalam Kebidanan
3.Faktor Risiko Terjadinya Masalah Kesehatan
dalam Kebidanan
4.Konsep Epidemiologi Kespro
5.Studi Kasus Epidemiologi Kespro
Epidemologi dalam Kebidanan
• Epidemologi dalam kebidanan berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.
• Epid Kespro : studi mengenai distribusi atau
determinan status atau kejadian kesehatan terkait
dengan kespro pada populasi manusia. Aplikasi dari
studi ini digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan fisik, mental, dan social yang
berkaitan dengan system reproduksi, fungsi, dan
prosesnya.
UMUM
Segala seuatu yang ada disekitar
manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan
manusia secara langsung ataupun
tidak langsung.

Lingkungan
menurut Merrill, 2014
MEDIS
Menggambarkan kumpulan
kondisi eksternal dan pengaruh
yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembanganorganisme.
Lingkungan yg Berhubungan dengan Kespro

Lingkungan fisik, kimia, biologis, dan psikososial

Lingkungan dalam versus lingkungan luar

Lingkungan personal personal lingkungan sekitar

Lingkungan padat, cair, dan gas


Lingkungan fisik, kimia, biologis, dan psikososial

Dampak Fisik Kebisingan


Radiasi
Dampak Kimia :
Dampak dari bahan kimia terhadap fertilitas, mestruasi, kehamilan, laktasi, dan
seksual dipengaruhi oleh lama pajanan, konsentrasi, kecepatan, dan jumlah yang
diserap

Toksikologi
reproduksi
Dampak Kimia

Toksikologi
perkembangan

Dioksin
Dampak Biologis Virus
Campak, gondok, rubella

Agen infeksius
Praktek hygen, pembuangan
jarum yg aman, pembuangan
cairan tubuh
Dampak Psikososial
Jam kerja tidak
teratur

Tingkat stress
Dampak Psikososial
Jam kerja tidak
teratur

Tingkat stress
Faktor Risiko Hasil kehamilan Defek Lahir Kualitas Semen
(Pajanan Maternal) (Pajanan Bayi) (Pajanan Paternal)

Faktor Fisik

Radiasi Ionisasi Abortus spontan Defek kongenital Penurunan hitung


sperma
(Azoospermia)
Bising (>90 dBA) Abortus spontan,
berat lahir rendah,
kelahiran prematur
Panas Penurunan hitung
sperma
Faktor Risiko Hasil kehamilan Defek Lahir Kualitas Semen
(Pajanan Maternal) (Pajanan Bayi) (Pajanan Paternal)
Agen Kimia
Timbal Berat lahir rendah Defek tuba neural Penurunan hitung
sperma
Merkuri Abortus spontan
Pelarut organic Abortus spontan
Tetrakloroetilen Abortus spontan Bibir sumbing/celah
palatum
Glikol eter Abortus spontan Penurunan hitung
sperma
Dibromopropan Gangguan Penurunan kualitas
menstruasi, abortus semen
spontan
Etilen Oksida Kelahiran premature, Bibir sumbing/celah
abortus spontan palatum
Gas anestik Abortus spontan
Obat antineoplastic Abortus spontan
Peptisida Bibir sumbing/celah Penurunan hitung
palatum sperma
Karbon sulfide Penurunan hitung
sperma
Faktor Risiko Hasil kehamilan Defek Lahir Kualitas Semen
(Pajanan Maternal) (Pajanan Bayi) (Pajanan Paternal)
Faktor Psikosisial
Jam kerja yg tidak Abortus spontan,
teratur gangguan menstruasi
Stress Abortus spontan,
kelahiran prematur

Beban Fisik

Kerja fisik yg berat Abortus spontan,


(pengeluaran energy berat lahir rendah
besar)
Sering mengangkat Kelahrian premature,
benda berat abortus spontan
Berdiri lama Berat lahir rendah,
kelahiran premature,
abortus spontan

Sumber: Burdolf A, Figa-Talamanca I, Jensen TK, Thulstrup AM, Effect of Occupational


Exposure on The Reproductive System: Core and Partical Implications
Agen Efek yg Terlihat Pekerja yg Tindakan
Berpotensi Terpajan Pencegahan

Sitomegalovirus Defek lahir, berat Petugas kesehatan, Praktik hygne yang


lahir rendah, pekerja yg kontak baik seperti mencuci
gangguan dgn bayi dan anak tangan
perkembangan
Virus Hep B BLR, Petugas kesehatan Vaksinasi
HIV BLR Petugas kesehatan Melakukan tingkat
kewaspadaan
universal
Rubella (campak Defek lahir, BLR Petugas ksehatan, Vaksinasi sblm
jerman) pekerja yg kontak kehamilan, jika
dgn bayi dan anak sebelumnya blm
melakukan imunisasi

Anda mungkin juga menyukai