Oleh
Perlu diketahui bahwa pelaporan keuangan setiap perusahaan bisa memiliki sudut
pandang yang berbeda, tergantung dari sektor industrinya. Misalnya pada sektor Keuangan,
sub sektor Perbankan, dimana dana pihak ketiga berupa deposito, giro, atau simpanan nasabah
lainnya dicatatkan ke dalam Liabilitas, bukan sebagai Aset, sementara bagi perusahaan di
sektor lain, deposito dan giro dicatatkan sebagai aset. Adapun pembagian sektor industri dari
beberapa emiten yang tercatat di pasar modal Indonesia dapat dilihat pada Fact Book yang
diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebelum membaca sebuah laporan keuangan, ada
baiknya untuk mengerti rumus dan persamaan akuntansi berikut ini:
Neraca terdiri dari 3 bagian besar yaitu Aset, Liabilitas, dan Ekuitas. Aset adalah
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan atau pada harta mana saja perusahaan
mengivestasikan dananya. Terdiri dari 2 bagian besar yaitu Aset Lancar dan Aset Tidak Lancar.
Liabilitas adalah pendanaan perusahaan yang berasal dari kreditur, atau supplier, atau bank.
Terdiri dari 2 bagian besar yaitu Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang.
Ekuitas adalah hak pemilik terhadap perusahaan yang timbul sebagai akibat penanaman modal
investasi pemilik kedalam perusahaan. Laba rugi usaha akan mempengaruhi langsung kepada
Modal Pemilik. Laba rugi yang diperoleh perusahaan mempengaruhi perkiraan Laba Ditahan
(retained earning). Pemegang saham memperoleh pembagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan secara berkala yang disebut dengan Dividen.
Laporan laba rugi terdiri dari: Pendapatan Penjualan adalah variabel Income, harap
diingat penjelasan pada rumus dan persamaan akuntansi sebelumnya, Beban Pokok
Penjualan: segala biaya yang timbul untuk pembuatan barang/jasa yang akan dijual, Laba
Kotor: Penjualan dikurangi Beban Pokok Penjualan, Beban-beban Operasional Lainnya:
umum dan administrasi, keuangan, dll, Pajak: dihitung dari jumlah penghasilan kena pajak
perseroan sesuai dengan peraturan UU yang berlaku, Kepentingan Non Pengendali: bagian
ekuitas dari anak perusahaan yang tidak dapat diatribusikan secara langsung kepada induknya,
Laba: Laba Komprehensif membukukan aktifitas lain yang tidak ada hubungan langsung
dengan kegiatan usaha utama perusahaan, misalnya keuntungan atau kerugian yang
ditimbulkan dari perubahan kurs mata uang. Sementara Laba Bersih berasal dari semua
aktifitas utama perusahaan, Laba Per Saham: Laba bersih dibagi jumlah lembar saham
perseroan yang beredar. Biasa digunakan sebagai salah satu acuan untuk melakukan valuasi
nilai wajar saham berdasarkan rasio P/E (Price to Earning) yang didapat dari membagi harga
saham di pasar dengan Laba Per Saham.
Banyaknya jumlah pos pada laporan keuangan perusahaan yang dapat diperbandingkan
satu sama lain untuk menampilkan kinerja perusahaan pada akhirnya juga menghasilkan
banyak rasio keuangan. Berikut ini adalah pembagian rasio keuangan berdasarkan 4 kategori
besar, yaitu: Rasio Likuiditas adalah rasio dengan mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar pokok kewajiban jangka pendek dan bunga kewajiban jangka panjangnya, semakin
tinggi rasionya, maka perusahaan dianggap memiliki margin of safety yang cukup tinggi pula
yang terdiri dari: acid test, interest coverage, dan working capital. Lalu ada Rasio Pembiayaan
adalah rasio yang menunjukkan besarnya pembiayaan terhadap modal atau penghasilan
perusahaan, sehingga dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka panjangnya yang terdiri dari: debt to equity ratio, debt to assets ratio, dan solvency ratio.
Lalu ada Rasio Aktivitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk merubah
aset dan modal yang dimiliki untuk dijadikan Kas atau Penjualan yang terdiri dari: assets turn
over, average collection period, dan inventory turn over. Dan yang terakhir ada Rasio Kinerja
adalah rasio yang mengukur kinerja perseroan pada suatu periode tertentu, terhadap periode
sebelumnya. Rasio ini tidak akan banyak berguna apabila tidak dibandingkan terhadap
perseroan lain yang ada di dalam satu sektor industri. Pada dasarnya memiliki metode yang
sama seperti pada Analisa Vertikal yang terdiri dari: earnings per share, price to earnings, book
value per share, price to book value, return on assets, cash return on assets, dividend payout
ratio, dividend yield, gross profit margin, net profit margin, dan return on equity.
Yang terakhir ada analisa DuPon dimana persamaan DuPont memberikan cara lain
dalam melakukan analisis terhadap ROE, di mana ROE dibagi-bagi berdasarkan komponen
pembentuknya untuk kemudian dilakukan analisis terhadap masing-masing komponen tersebut
agar dapat diketahui pada area mana kinerja perusahaan perlu untuk ditingkatkan. Bentuk yang
paling sederhana dari metode analisis DuPont adalah membagi ROE menjadi dua bagian, yaitu
ROA dan Financial Leverage Ratio. ROA dapat dilihat sebagai ukuran seberapa efisien
perusahaan memanfaatkan aset yang mereka miliki sementara Financial Leverage Ratio
menunjukkan porsi jumlah utang yang dapat membentuk atau mempengaruhi ekuitas
perusahaan. Ini menunjukkan bahwa perubahan dalam ROE dapat dihubungkan ke salah satu
perubahan dalam ROA atau jumlah utang (leverage) yang digunakan dalam bisnis. Setelah
mengetahui persamaan dasar ini, kita dapat melanjutkan untuk memecahnya. Berikutnya
adalah memecah ROA menjadi dua faktor yang terpisah, yaitu Net Profit Margin dan Asset
Turnover. Langkah terakhir dalam menjabarkan persamaan DuPont adalah melihat marjin laba
bersih. Adapun marjin laba bersih dapat dipecah ke dalam 3 fungsi utama, yang pertama adalah
marjin laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), biasa disebut juga dengan operating margin. Ini
adalah pendapatan perusahaan yang Diperoleh dari operasi normal tanpa pertimbangan struktur
permodalan. Faktor yang kedua adalah beban bunga, yang membagi laba sebelum pajak
(setelah bunga) dengan EBIT. Hal ini akan menunjukkan berapa banyak penghasilan
perusahaan yang digunakan untuk membiayai hutang dalam struktur modal. Faktor terakhir
yaitu beban pajak yang menunjukkan tingkat pajak perusahaan.