Anda di halaman 1dari 9

Rabu, 05 Oktober 2011

BAHAYA RIBA BAGI KEHIDUPAN

17:58 Rio anderta No comments


Riba dalam Islam

Allah Swt. berfirman;

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya Dan jika (orang yang berhutang
itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui.Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang
Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan) (1)

Asbabun Nuzul (2)


Al-Abbas dan Khalid bin al-Walid adalah dua orang yang berkongsi di zaman jahiliyah,
dengan memberikan pinjaman secara riba kepada orang suku Tsaqif. Setelah islam datang,
kedua orang ini masih mempunyai sisa riba dalam jumlah besar. Begitulah lalu turun Al-
Baqarah: ayat 278 , kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
"Ketahuilah! Sesungguhnya tiap-tiap riba dari riba jahiliyah harus sudah dihentikan, dan
pertama kali riba yang kuhentikan ialah riba al-Abbas dan setiap (penuntutan) darah dari
darah jahiliyah harus dihentikan, dan pertama-tama darah yang kuhentikan ialah darah
Rabi'ah bin Harits bin 'Abdul Muththalib".
Pengertian Riba
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu(3);
1. Bertambah (‫)الزيادة‬, kerena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari
sesuatu yang dihutangkan.
2. Berkembang (‫)النام‬, kerena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang
atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.
3. Berlebihan atau Menggelembung, kata-kata ini berasal dari firman Allah surah Al-Haj: 5
Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan riba;
1. Syaikh Muhammad Abduh(4), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan riba ialah
penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang
yang meminjam hartanya (uangnya), kerena pengunduran janji pembayaran oleh
peminjam dari waktu yang ditentukan
2. M. Quraish Shihab(5), Riba adalah mengambil kelebihan di atas modal dari yang butuh
dengan mengeksploitasi kebutuhannya.
3. Ibnu Katsir(6), riba adalah menolong atau membantu, namun mencari keuntungan di
balik pertolongan tersebut bahkan mencekik dan menghisap darah.
Tafsir Surah Al-Baqarah 275-279
Persoalan riba telah dibicarakan Al-Qur'an sebelum surah Al-Baqarah 275-279. Kata riba
ditemukan dalam empat surah, yaitu Al-Imran, An-Nisa', Ar-Rum dan Al-Baqarah (7). Ayat
terakhir tentang riba adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surah Al-Baqarah. Bahkan ayat
ini dinilai sebagai ayat hukum terakhir atau ayat terakhir yang diterima oleh Rasul saw.
Umar bin Khaththab berkata, bahwa rasul saw. wafat sebelum sempat menafsirkan
maknanya, yakni secara tuntas(8).
Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini telah didahului oleh ayat-ayat lain yang bicara tentang
riba, maka tidak heran jika kandungannya bukan saja melarang praktek riba, tetapi juga
sangat mencela pelakunya, bahkan mengancam mereka(9). Ash-Shabuni menafsirkan ayat
ini, sebagai berikut(10);
1. Maksud "makan" pada ayat di atas, ialah mengambil dan membelanjakannya. Kata
”makan" ini sering pula dipakai dengan arti mempergunakan harta orang lain dengan cara
yang tidak benar.
2. Dipersamakannya pemakan-pemakan riba dengan orang-orang yang kesurupan adalah
suatu ungkapan yang halus sekali, yaitu; Allah memasukan riba dalam perut mereka itu,
lalu barang itu memberatkan mereka. Hingga mereka itu sempoyongan, bangun jatuh. Itu
akan menjadi tanda mereka di hari akhirat nanti . Sedangkan menurut M. Quraish
Shihab(11),
Sebenarnya tidak tertutup kemungkinan memahaminya sekarang dalam kehidupan dunia.
Mereka yang melakukan praktek riba, hidup dalam situasi gelisah, tidak tentram, selalu
bingun dan berada dalam ketidakpastian, disebabkan kerena pikiran mereka yang tertuju
kepada materi dan penambahannya. Banyak orang, lebih-lebih yang melakukan praktek
riba, menjadikan hidupnya hanya untuk mengumpulkan materi, dan saat itu mereka hidup
tak mengenal arah. Benar, orang-orang yang memakan riba telah disentuh setan sehingga
bingun tak tahu arah.
3. Perkataan " sesungguhnya jual beli sama dengan riba" itu disebut "tasybih maqlub"
(persamaan terbalik), sebab "musayabbah bih"-nya nilainya lebih tinggi. Sedangkan yang
dimaksud disini ialah: Riba itu sama dengan jual beli, sama-sama halalnya karena mereka
berlebihan dalam keyakinannya, bahwa riba itu dijadikannya sebagai pokok dan hukumnya
halal. Sehingga dipersamakan dengannya dengan jual beli. Menurut M. Quraish Shihab(12),
ucapan ”jual beli tidak lain kecuali sama dengan riba" ucapan tersebut (Pelaku riba)
menunjukkan bagaimana kerancuan berpikir dan ucapan mereka. Mestinya mereka
berkata "Riba, tidak lain kecuali sama dengan jual beli" karena masalah yang dibicarakan
masalah riba, sehingga itu yang harus didahulukan penyebutannya, tetapi mereka
membalikannya. Ini contoh sederhana dari pembalikan logika mereka serta
keterombangambingan yang mereka alami. Bisa jadi juga, ucapan itu untuk
menggambarkan, bertapa riba telah mendarah daging dalam jiwa mereka sehingga
menjadikannya sebagai dasar transaksi ekonomi yang diterima sebagaimana halnya jual
beli. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli, jual beli saling menguntungkan kedua
belah pihak, sedangkan riba merugikan salah satu pihak.
4. Yang menjadi titik tinjaun dalam ayat " Allah memusnahkan riba dan menumbuhkan
sedekah" ialah Allah menjelaskan, bahwa riba menyebabkan kurangnya harta dan
penyebab tidak berkembangnya harta itu. Sedangkan sedekah adalah penyebab
tumbuhnya harta dan bukan penyebab berkurangnya harta itu.
5. Kata "perang" dengan bentuk nakirah adalah menunjukan besarnya persoalan ini, lebih-
lebih dengan dinisbatkannya kepada Allah dan Rasul. Seolah-olah Allah mengatakan:
percayalah akan ada suatu peperangan dahsyat dari Allah dan Rasul-Nya yang tidak dapat
dikalahkan. Ini memberi isyarat, bahwa akibat yang paling buruk akan dialami oleh orang-
orang yang biasa makan harta riba. Ibnu Abbas berkata: Kelak di hari qiyamat akan
dikatakan kepada pemakan riba-angkatlah senjatamu untuk berperang, kemudian ibnu
Abbas membaca ayat 275(13).
6. Perkataan "Kaffar" dan "Atsiem" kedua-duanya termasuk shighat mubalaghah, yang
artinya: banyak kekufuran dan banyak berbuat dosa. Ini menunjukkan, bahwa haramnya
riba itu sangat keras sekali, dan termasuk perbuatan orang-orang kafir, bukan perbuatan
orang-orang islam.
7. Perkataan "Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah
kesempatan sampai ia berkelonggaran" itu untuk memberi semangat kepada pihak yang
menghutangi supaya benar-benar memberi kepada pihak yang berhutang itu sampai ia
benar-benar mampu. Rasul Saw. bersabda: Barang siapa menangguhkan pembayaran
hutang orang yang berada dalam kesulitan, atau membebaskannya dari hutangnya, maka
dia akan dilindungi Allah pada hari yang tiada perlindungan kecuali perlindungan-Nya
(hari kiamat) (HR. Imam Muslim)(14).
8. Sebagian ulama berkata, barangsiapa yang merenungkan ayat-ayat di atas dengan segala
kandungannya, seperti tentang siksaan pemakan riba, orang yang menghalalkan riba serta
besarnya dosanya, maka dia pun akan tahu betapa keadaan mereka-mereka itu kelak di
akhirat, mereka akan dikumpulkan dalam keadaan gila, kekal di neraka, dipersamakan
dengan orang yang kafir dan akan mendapat perlawanan dari Allah dan Rasul serta kekal
dalam la'nat.
9. Ayat-ayat riba ini ditutup dengan " dan takutlah kepada suatu hari dimana kamu sekalian
akan dikembalikan kepada Allah di hari itu, kemudian tiap-tiap jiwa akan dibalas dengan
penuh sesuai apa yang dikerjakan dan mereka tidak akan dianiya." Dan ayat ini adalah ayat
yang terakhir turun setelah sembilan hari kemudian rasul saw wafat.
Tahap diharamkannya Riba(15)
1. Qs. Ar-Rum: 39
2. Qs. An-Nisa': 159
3. Qs. Ali Imran: 130
4. Qs. Al-Baqarah: 278

Macam-macam Riba
Menurut sebagian ulama riba dibagi menjadi tiga yaitu Riba Nasi'ah, Riba Fadhal dan riba
Yad. Riba Nasi'ah ialah riba yang sudah ma'ruf di kalangan jahiliyah, yaitu seseorang
menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada seseorang dengan batas tertentu, dengan
syarat berbunga sebagai imbalan limit waktu yang diberikan itu(16). Misalnya, seorang
yang berhutang seribu rupiah yang mesti dibayar dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan, tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu, maka bertambah besar jumlah
utangnya(17), riba semacam inilah yang kini berlaku di Bank-bank (Konvensional).
Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz muhamamad Azzam;
Riba dalam jenis transaksi ini sangat jelas dan tidak perlu diterangkan sebab semua unsur
dasar riba telah terpenuhi seperti tambahan dari modal dan tempo yang memyebabkan
tambahan. Dan menjadikan keuntungan (interest) sebagai syarat yang terkandung dalam
akad yaitu sebagai harta melahirkan harta kerena adanya tempo dan tidak lain ada lagi
yang lain(18).

Sufyan telah meriwayatkan dari Humaid dari Maisarah dia berkata, "aku bertanya kepada
Ibn Umar, bahwa aku berhutang dengan bertempo, kemudian orang tempat aku berhutang
itu berkata "Lunaskanlah hutangmu sekarang ini juga dan kupotong hutangmu itu.'' Ibnu
Umar berkata ,itu Riba(19).

Riba Fadhal(20), sebagaimana yang tersebut dalam hadis Ubbadah bin Shamit, dia berkata;
Bahwasannya aku telah mendengar Rasulullah Saw melarang menjual emas dengan emas,
perak dengan perak, tamar dengan tamar, gandum dengan gandum, Sya'ir dengan sya'ir,
garam dengan garam, kecuali satu rupa dengan satu rupa, dibayar tunai. Maka barangsiapa
yang menambah tau meminta tambah, sesungguhnya dia telah melakukan riba.''(HR.
Muslim)

Riba Fadhal adalah tambahan pada salah satu dua ganti kepada yang lain ketika terjadi
tukar menukar sesuatu yang sama secara tunai. Islam telah mengharamkan riba ini
dikarenakan dapat mengantarkan kepada riba yang hakiki yaitu riba Nasi'ah.
Dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata; Bilal datang menemui Nabi Saw membawa kurma
burni (kurma yang bagus) lalu Nabi Saw bertanya kepadanya; Darimana kamu
mendapatkan ini? Bilal menjawab; kami mempunyai kurma yang buruk lalu saya jual
(tukar) dua Sha' dengan satu Sha' kurma yang baik. Nabi berkata kepadanya; '' aduh
bukankah ini yang dikatakan riba dan yang dikatakan riba jangan kamu lakukan, namun
jika kamu ingin membeli, maka jual kurma yang buruk dan beli kurma yang baik.
(Syaikhnani, Muslim)(21).
Menurut Sulaiman Rasyid, Riba Yad adalah dua orang yang bertukar barang atau jual beli
berpisah sebelum timbang terima(22). Sedangkan menurut Ibn Qayyim, perpisahan dua
orang yang melakukan jual beli sebelum serah terima mengakibatkan perbuatan tersebut
menjadi riba.(23)
Dampak Riba
1. Bahaya buat masyarakat dan agama(24)
2. Para Ahli ekonomi berpendapat bahwa penyebab utama krisis ekonomi adalah bunga
yang dibayar sebagai penjiman modal atau dengan singkat bisa disebut riba(25).
3. Riba dapat menimbulkan over produksi. Riba membuat daya beli sebagian besar
masyarakat lemah sehingga persedian jasa dan barang semakin tertimbun, akibatnya
perusahaan macet karena produksinya tidak laku, perusahaan mengurangi tenaga kerja
untuk menghindari kerugian yang lebih besar, dan mengakibatkan adanya sekian jumlah
pengangguran(26).
4. Lord keynes pernah mengeluh dihadapan Majelis Tinggi (House of Lord) inggris tentang
bunga yang diambil oleh pemerintah A.S. Hal ini menunjukkan bahwa negara besar pun
seperti inggris terkena musibah dari bunga pinjaman Amerika, bunga tersebut menurut
fuqaha disebut riba. Dengan demikian, riba dapat meretakkan hubungan, baik hubungan
antara orang perorang maupun negara antar negara, seperti Inggris dan Amerika(27).
5. Seringan-ringan dosa riba yaitu seperti halnya kita berjima' dengan ibu kita sendiri(28)
(Ibn Majah dan al-Hakim).
6. Mendapat laknat dan kelak di yaumil qiyamah mereka pelaku riba, Allah dan Rasul-Nya
akan memerangi mereka, dibangkitkan dalam keadaan gila dan mereka kekal di dalam
neraka.
Simpulan(29)
1. Riba merupakan dosa yang sangat besar.
2. Riba banyak ataupun sedikit hukumnya sama.
3. Seorang mukmin wajib berdiri di atas batas-batas hukum syara' yaitu menjahui semua
yang diharamkan Allah.
4. Senjata yang paling ampuh yang dapat melindungi diri seorang muslim dari menyalahi
hukum Allah itu ialah bertakwa kepada Allah.
Referensi

1) . Al-Baqarah (2) : 275-279


2) .Ash-Shabuni, Terjemahan Ayat Ahkam Ash-Shabuni, diterjemahkan oleh Mu'ammal
Hamidy dan Drs. Imron A.,(Cetakan ke 4, Surabaya: PT Bina Ilmu,2003 ), h. 322.
3) .Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si., Fiqh Mualamah,( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2005), h.
57.
4) .ibid., h. 58.
5) .M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, Volume
I, (Cetakan VIII, Jakarta: Lentera Hati,2006), h.588.
6) .Ibnu Katsir, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy
dan H. Said Bahreisy, (Cetakan II,Surabaya: PT Bina Ilmu,1987), h. 497.
7) .M. Quraish Shihab, loc. cit.
8) .ibid
9) .ibid
10) .Ash Shabuni, op. cit., h. 322-324.
11) .M. Quraish Shihab, op. cit., h. 588-589.
12) .ibid., h. 593.
13) .Ibnu Katsir, loc. Cit.
14) .M. Quraish Shihab, op. cit., h. 599.
15) . Ash Shabuni, op. cit., h. 325-326.
16) .ibid., h.327.
17) .Syekh. H. Abdul Halim Hasan,Tafsir Al-Ahkam,(cetakan I, Jakarta: Kencana,2006), h. 163.
18) .Prof. Dr. Abdul Aziz muhamamad Azzam,‫ نظام المعامالت فى الفقه االسالمى‬,diterjemahkan oleh
Nadirsyah Hawari, Lc, M.A dengan judulFiqih Mu'amalat; Sistem Transaksi dalam
Islam,(Cetakan I, Jakarta: Amzah), h. 222.
19) .lihat, Syekh. H. Abdul Halim Hasan, op. cit., h. 165.
20) . Ibid., h. 164.
21) .lihat, Prof. Dr. Abdul Aziz muhamamad Azzam, op. cit., h. 220.
22) .lihat, Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si., op. cit., h. 62.
23) .ibid
24) . Ash Shabuni, op. cit., h. 330.
25) . Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si., op. cit., h. 65.
26) .Ibid
27) .Ibid
28) .lihat, Ibnu Katsir, op. cit., h. 50.
29) . Ash Shabuni, loc. Cit.

http://islamforall-mercytotheworlds.blogspot.com/2011/10/bahaya-riba-bagi-
kehidupan.html 26 maret

Anda mungkin juga menyukai