1
B. Latar Belakang Rujukan
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil, bersalin dan nifas adalah
masalah besar di negara berkembang. Di negara mskin, sekitar 25-50% kematian
wanita subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kehamilan saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa
puncak produktifitasnya. Penyebab kematian ibu tersebut karena adanya
komplikasi dan 28% diantaranya terjadi pendarahan di masa kehamilan dan
persalinan.
Ada beberapa sebab tidak langsung tentang masalah kesehatan ibu, yaitu
pendidikan ibu-ibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah, sosial ekonomi
dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dari pada ibu, 4 terlalu
dalam melahirkan yaitu terlalu muda, terlalu tua,terlalu sering dan terlalu
banyakdan tiga terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, trlambat untuk
dikirim ke tempat pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan
kesehatan.
2
C. Tujuan
Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan kesehatan secara terpadu.
3
4) Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia memberikan tanggung jawab
tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya.
5) Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.
6) Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu
sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampunnya).
7) Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan
hanya pasien saja tapi juga masalah kesehatan-kesehatan lain,
teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium dan sebagainya.
Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih
rendah ke fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara
fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.
4
fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebing tinggi, tetapi juga dapat
dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.
a. Rujukan Medis
Rujukan ini berkaitan konsultasi penderita dengan upaya
keperluan diagnostik, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan
serta tindakan operatif pasien . Disamping itu juga mencakup
pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap dan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan
setempat atau rujukan medis mencakup:
1) rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan
pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.
2) Pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang
lebih berwennang dan mampu menangannya secara rasional.
5
b. Rujukan Kesehatan Masyarakat
Rujukan ini merupakan rukan yang menyangkut masalah kesehatan
masyarakat yang bersifat pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promotif), yang diantaranya meliputi bantuan :
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar
biasa atau berjangkitnya penyakit menular
Pemberian atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan
missal
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam saran dan teknologi untuk
penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarakat umum
Pemeriksaan spesiemen airdi laboratorium kesehatan
b. Rujukan eksternal
6
Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke
puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit
umum daerah).
7
e. fasilitas pelayanan kesehatan professional tingkat III :
RS kelas A dan B serta lembaga spesialisti swasta, Laboratorium
kesehatan daerah dan laboratorium klinik swasta
Masalah
Kesehatan
Masalah
kesehatan Masalah medis
masyarakat
Rujukan medis
Rujukan kesehatan
-Teknologi -Penderita
-Sarana -Pengetahuan
-Operasional -Bahan-bahan
pemeriksaan
8
Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Kelurahan Puskesmas/Balkesmas
Masyarakat
9
Skema Rujukan dan Jenjang Pelayanan
Pelayanan : Pelayanan :
Dukun Bersalin
Posyandu
Pendidikan masyarakat
Pendidikan masyarakat
pelayanan : Pelayanan persalinan risiko
rendah
- KB terbatas
- Vaksinasi Rawat gabung ASI
- Rujukan risiko
- Pemberian Fe, Vit A, oralit Rujukan hamil / persalinan
- Pencatatan dan laporan dengan risiko tinggi
Laporan
10
F. Tata laksana Rujukan
11
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang
diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan
berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan
dedikasi; membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni
melalui kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban
tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban
tertentu.
12
data pencari tenaga kerja, di mana hal tersebut dapat digunakan oleh
perusahaan atau petugas layanan tenaga kerja.
13
Indonesia (BRI), atau kantor pos. Meskipun risiko kebocoran juga mungkin
masih ada, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dapat dipasang di kantor SRT
untuk meminimalisasi kebocoran tersebut, di mana pemegang kartu akan
mampu membayar iuran kepada BPJS dan mengambil transfer sosial.
14
I. Cara Merujuk
Langkah-langkah rujukan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a) Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang
tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan.
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.
15
c) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim.
J. Alur Rujukan
Alur rujukan kasus kegawat darurat:
a. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke:
1. Puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin atau bidan di desa
3. Puskesmas rawat inap
4. Rumah sakit swasta/ rumah sakit pemerintah
b. Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
1. Puskesmas pembantu
2. Pondok bersalin atau bidan di desa
16
Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus
yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing.
Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
1. Pengiriman pasien
17
Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota dapat berupa magang atau pelatihan
di Rumah Sakit Umum yang lebih lengkap.
18
kesehatan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan
identitas pasien asal spesimen dan diagnosis klinis.
19
M. ORGANISASI DAN PENGELOLAAN DALAM
PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Dalam sistem rujukan ini setiap unit kesehatan mulai dari Polindes,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit akan memberikan jasa
pelayanannya kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wilayah dan
tingkat kemampuan petugas atau sarana. Ketentuan ini dikecualikan bagi
rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian wilayah pelayanan dalam
sistem rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah administrasi
pemerintahan saja tetapi juga dengan kriteria antara lain:
20
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bersangkutan sangat penting. Adapun
Rumah Sakit rujukan yang tertinggi didaerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
adalah Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.
21
Rumah Sakit Jiwa (RS Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat
(BKMM), Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
22
b. Kehamilan ganda
Ada beberapa hal yang menyebabkan pada kala 1 fase aktif tersebut
penurunan kepala janin masih pada 5/5, antara lain: jika bayi besar atau
makrosomia. Panggul ibu sempit atau DKP (Disproporsi Kepala Pangguh),
air ketuban belum pecah pada akhir fase aktif.
d. Plasenta privea
Plasenta privea adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2006).
Perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa sakit saat tidur atau
sedang melakukan aktivitas. Mekanisme perdarahan karena pembentukan
segmen bawah rahim menjelang kahamilan atern sehingga plasenta lepas
dari implantasi dan menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan dapat
sedikit atau banyak dan menimbulkan anema sampai syok. Sedangkan
untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
(manuaba, 1998).
e. Solution plasenta
Solution plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini
berlaku dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500
gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta
atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya
yang disebut solusio plasenta atau terlepas hanya pada bagian kecil pinggir
plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.
23
Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dapat menyebabkan
perdarahan baik dari ibu maupun janin. Kejadian ini merupakan peristiwa
yang serius dan merupakan penyebab sekitar 15% kematian prenatal. 50%
kematian ini disebabkan oleh kelahiran prematur dan sebagian dari sisa
jumlah tersebut meninggal karena hipokasi intrauterin. Terlepasnya
plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta
dan dinding rahim yang menimbulkan gangguan penyulit terhadp ibu
maupun janin.
f. Ruptur uteri
Terjadinya rupture uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin
masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan
aninnya. Kematian ibu dan anak karena repture uteri masih tinggi. Insidens
dan angka kematian yang tinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang
berkembang, seperti Afrika dan Asia.
24