Anda di halaman 1dari 23

MIKROBIOLOGI LANJUT

MAKALAH
FISIOLOGI MIKROBA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah mikrobiologi lanjut
Dosen Pengampu: Anggita Rahmini Hapsari, M. Si

Disusun oleh:
Mumu Muhammad (1157020049)
Nadya Milati Akmalia (1157020052)
Neng Fitri Agistina (1157020054)
Nursiah Widia Ningsih (1157020058)

Kelompok: 3 (Tiga)
Kelas: Biologi 6B

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018 M/ 1439 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah mikrobiologi lanjut ini mengenai “Fisiologi Mikroba”.
Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah menjadi tauladan bagi kita semua.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan kami hanya dapat
mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan pengarahnya. Kami berharap semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran kami butuhkan agar dapat membuat makalah menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
yang sederhana ini mampu memberi manfaat bagi para mahasiswa, pelajar, khususnya kami dan
semua yang membaca makalah kami ini, dan mudah-mudahan dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Terimakasih.

Bandung, 05 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….3
A. Latar Belakang……………………………………………………………..3
B. Perumusan Masalah…………………………………………….…….……..4
C. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………….….5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….……..6
2.1. Pengertian Fisiolohi Mikroba………………………………………….…...6
2.2. Struktur Penyusun Bakteri…………………………………………….…...7
2.3. Proses Pertumbuhan Bakteri……………………………………………….8
2.4. Nutrisi Yang Dibutuhkan Bakteri…………………………………………11
2.5. Metabolisme Bakteri………………………………………………………14
2.6. Reproduksi Bakteri………………………………………………………..19
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..22

A. Kesimpulan………………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroba merupakan organisme berukuran kecil yang sulit untuk dilihat tanpa
menggunakan peralatan bantu. Banyak diantara mikroba yang memiliki kemiripan bentuk
dan sifat sehingga tidak mudah untuk mempelajarinya. Diperlukan ketelitian dan kesabaran
untuk mempelajari mikroba. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempelajari
mikroba adalah denganmengidentifikasinya. Mikroba memiliki sifat-sifat pertumbuhan,
morfologi, dan sifat fisiologi yang dapat dipelajari dengan melakukan isolasi terlebih
dahulu. Isolasi merupakan suatu metode untuk memisahkan mikroba tertentu dari populasi
campuran sehingga memudahkan proses identifikasi. Salah satu teknik isolasi ialah isolasi
pada cawan agar untuk jenis mikroba yang dapat membentuk koloni terpisah pada media
padat, yaitu bakteri dan kapang (Dwidjoseputro 1998).
Definisi fisiologi secara umum memiliki pengertian yaitu mempelajari hal yang
berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup walaupun dalam setiap bidang memiliki
pengertian masing-masing. Ilmu fisiologi menggunakan tahapan dan langkah serta
berbagai macam metode untuk dapat mempelajari sebuah sel lalu biomolekul kemudian
organ dan jaringan selain itu fisiologi juga mempelajari organisme dan sebuah sistem
organ secara merata dan keseluruhan untuk menjalankan fungsi fisik serta zat kimiawinya
agar mendukung sebuah kehidupan.
Sel mikroba rata-rata membutuhkan mekanisme genetika untuk bereplikasi dan
beradaptasi terhadap berbagai perubahan di sekitarnya. Proses ini membutuhkan energi
yang dapat diperoleh melalui cahaya (fototrof) dan senyawa kimia (kemotrof0.
Mikroorganisme fototrof dicirikan dengan adanya pigmen tertentu yang
memungkinkannya untuk menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Sedangkan
Mikroorganisme kemotrof dapat menggunakan senyawa organik ataupun anorganik
sebagai sumber energi. Energi tersebut diperoleh melalui oksidasi senyawa dan disimpan
di dalam senyawa kaya energi, adenosin trifosfat (ATP).

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fisiologi mikroba?
2. Apa saja struktur yang menyusun bakteri?
3. Bagaimana proses pertumbuhan bakteri?
4. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri?
5. Bagaimana metabolisme bakteri?
6. Bagaimana reproduksi bakteri?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan fisiologi mikroba
2. Untuk mengetahui struktur yang menyusun bakteri
3. Untuk mengetahui prosespertumbuhan bakteri
4. Untuk mengetahui nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri
5. Untuk mengetahui metabolisme bakteri
6. Untuk mengetahui reproduksi bakteri

5
BAB II
ISI

2.1. Pengertian Fisiolohi Mikroba


Fisiologi bakteri adalah turunan biologi yang mempelajari bagai mana kehidupan
mengidentifikasi kebutuhan, serta menempatkan bakteri dalam pengetahuan. Fisiologi
bakteri akan memungkinkan mengoptimasi analisa kondisi bakteri, tetapi juga akan
mengidentifikasi media yang lebih tepat guna untuk melawan perkembangbiakan bakteri.
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri). Meliputi: dinding sel,
membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu). Meliputi kapsul, flagelum,
pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospore.
Sifat fisiologis yang diperlukan bakteri untuk hidup:
1. Air. Bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi disekitarnya karena diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air merupakan pengantar semua bahan
gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang semua zat yang tak diperlukan ke luar
sel.
2. Garam – garam organik. Diperlukan untuk mempertahankan keadaan koloidal dan
tekanan osmotik di dalam sel, untuk memelihara keseimbangan asam basa dan
berfungsi sebagai bagian enzim atau sebagai aktivator reksi enzim.
3. Mineral. Diperlukan karbon, nitrogen, belerang, fosfat, aktivtor enzim seperti Mg,
Fe, K dan Ca.
4. CO2. Diperlukan dalam proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2 di dalam sel.
5. O2. Berdasarkan keperluan akan oksigen, dalam pertumbuhan bakteri oksigen sangan
penting dalam keperluan oksigennya.
6. Temperatur. Bakteri mempunyai temperature optimum yaitu dimana bakteri
tersebut tumbuh sebaik – baiknya dan batas – batas temperature dimana pertumbuhan
dapat terjadi.
7. pH. Kebanyakan bakteri patogen mempunyai pH optimum 7,2 – 7,6.

6
2.2. Struktur Penyusun Bakteri
Struktur penyusun mikroba antara lain:
a. Dinding sel. Terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sel bakteri.
Dinding sel ditemukan pada semua bakteri hidup bebas kecuali pada Mycoplasma.
Fungsi dinding sel yaitu memberi perlindungan terhadap protoplasma, berperan
penting dalam perkembangbiakan sel, mengatur pertukaran zat dari luar sel oleh
karena itu dinding sel mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi
protoplasma dari pengaruh zat-zat racun, sebagai pertahanan bakteri agar dapat
bertahan hidup dalam lingkungannya, mempertahankan tekanan osmotik bakteri.
Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir.stic, dan terletak
diantara kapsula dan membrane sitoplasma.
b. Membran sel, merupakan bungkus dari protoplasma. Membran sel terletak didalam
dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel. Fungsi membran sel yaitu transpor
bahan makanan secara selektif. Pada spesies aerob merupakan tempat transport
electron dan oksidasi- fosforlasi. Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.
Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintesa DNA.
Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik. Mengatur keluar masuknya
zat-zat. Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma menjadi 2 bagian, diikuti
dengan pembentukkan dinding pemisah.
c. Sitoplasma, Merupakan isi sel yang berupa cairan, disebut juga dengan protoplasma.
d. Ribosom, merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan polyribosom merupakan
rantai ribosom yang menempel pada RNA.
e. Granula, berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan karena bakteri
menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan. Sama seperti ribosom, granula
penyimpanan makanan tersebar pada sitoplasma.
f. Plasmid, Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan mudah
didapat oleh bakteri.Namun, bakteri juga mudah untuk menghilangkannya. Plasmid
dapat diberikan kepada bakteri lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal.
g. Kapsul atau lapisan lender, Lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu.
h. Flagel atau bulu cambuk, adalah suatu benang halus yang keluar dari sitoplasma
dan menembus dinding sel yang digunakan bakteri.

7
i. Pili, adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding sel. pili mirip
dengan flagel tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari
protein.
j. Klorosom, Struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis

Gambar 1. Struktur bakteri

2.3. Proses Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan bakteri adalah reproduksi aseksual, atau pembelahan sel, bakteri
menjadi dua sel anak, dalam proses yang disebut pembelahan biner. Tidak terjadi mutasi,
sel betina yang dihasilkan secara genetis identik dengan sel asli. Maka, pertumbuhan
bakteri terjadi. Kedua sel betina dari divisi tidak harus bertahan. Namun, jika jumlah yang
bertahan melebihi persatuan rata-rata, populasi bakteri mengalami pertumbuhan
eksponensial. Pengukuran kurva pertumbuhan bakteri eksponensial dalam kultur batch
secara tradisional merupakan bagian dari pelatihan semua ahli mikrobiologi; Cara dasar
memerlukan penghitungan bakteri (penghitungan sel) secara langsung dan individual
(mikroskopik, flow cytometry), langsung dan massal (biomassa), tidak langsung dan
individual (penghitungan koloni), atau tidak langsung dan massal (jumlah yang paling
mungkin, kekeruhan, pemanfaatan unsur hara).
Pertumbuhan bakteri (atau mikroorganisme lainnya, seperti protozoa, mikroalga atau
ragi) dalam kultur batch dapat dimodelkan dengan empat fase yang berbeda: fase lag, fase
log atau fase eksponensial, fase diam, dan fase kematian.
Selama fase lag, bakteri menyesuaikan diri dengan kondisi pertumbuhan. Ini adalah
periode di mana bakteri individu sedang jatuh tempo dan belum bisa membelah. Selama
8
fase lag siklus pertumbuhan bakteri, sintesis RNA, enzim dan molekul lainnya terjadi.
Selama sel fase lag berubah sangat sedikit karena sel tidak segera bereproduksi di media
baru. Periode kecil tanpa pembelahan sel disebut fase lag dan bisa berlangsung selama 1
jam sampai beberapa hari. Selama sel fase ini tidak aktif.
Fase log (kadang disebut fase logaritmik atau fase eksponensial) adalah periode yang
ditandai dengan penggandaan sel. Jumlah bakteri baru yang muncul per satuan waktu
sebanding dengan populasi sekarang. Jika pertumbuhan tidak terbatas, penggandaan akan
berlanjut pada tingkat yang konstan sehingga jumlah sel dan tingkat populasi meningkat
dua kali lipat dengan setiap periode waktu berturut-turut. Untuk jenis pertumbuhan
eksponensial ini, merencanakan logaritma alami jumlah sel melawan waktu menghasilkan
garis lurus. Kemiringan garis ini adalah tingkat pertumbuhan spesifik organisme, yang
merupakan ukuran jumlah perpecahan per sel per satuan waktu. Tingkat sebenarnya dari
pertumbuhan ini (yaitu kemiringan garis pada gambar) bergantung pada kondisi
pertumbuhan, yang mempengaruhi frekuensi kejadian pembelahan sel dan probabilitas
kedua sel perempuan bertahan. Dalam kondisi terkendali, cyanobacteria dapat
melipatgandakan populasi mereka empat kali sehari dan kemudian mereka dapat
melipatgandakan populasi mereka. Pertumbuhan eksponensial tidak dapat berlanjut tanpa
batas waktu, bagaimanapun, karena medium ini segera habis nutrisi dan diperkaya dengan
limbah.
Fase diam seringkali disebabkan oleh faktor pembatas pertumbuhan seperti penipisan
nutrisi penting, dan / atau pembentukan produk penghambatan seperti asam organik. Fase
stasioner dihasilkan dari situasi di mana tingkat pertumbuhan dan tingkat kematian sama.
Jumlah sel baru yang dibuat dibatasi oleh faktor pertumbuhan dan sebagai hasilnya laju
pertumbuhan sel sesuai dengan tingkat kematian sel. Hasilnya adalah "halus," bagian linier
horisontal dari kurva selama fase diam. Mutasi dapat terjadi selama fase diam. Bridges
dkk. (2001) menunjukkan bukti bahwa kerusakan DNA bertanggung jawab atas banyak
mutasi yang timbul pada genom fase diam atau bakteri kelaparan. Spesies oksigen reaktif
yang dihasilkan secara endogen tampaknya merupakan sumber utama kerusakan tersebut.
Pada fase kematian (fase kemunduran), bakteri mati. Hal ini bisa disebabkan oleh
kurangnya nutrisi, suhu lingkungan di atas atau di bawah pita toleransi untuk spesies, atau
kondisi merugikan lainnya.

9
Model pertumbuhan budaya batch dasar ini menarik dan menekankan aspek
pertumbuhan bakteri yang mungkin berbeda dengan pertumbuhan makrofauna. Ini
menekankan klonalitas, pembagian binari aseksual, waktu pengembangan yang singkat
dibandingkan replikasi itu sendiri, tingkat kematian yang tampaknya rendah, kebutuhan
untuk bergerak dari keadaan tidak aktif ke keadaan reproduksi atau kondisi media, dan
akhirnya, kecenderungan strain yang diadaptasi laboratorium untuk membuang nutrisi
mereka Pada kenyataannya, bahkan dalam budaya batch, empat fase tidak didefinisikan
dengan baik.
Pertumbuhan fase eksponensial mereka seringkali tidak pernah merupakan tingkat
yang konstan, namun merupakan tingkat peluruhan perlahan, respons stochastic konstan
terhadap tekanan keduanya. untuk bereproduksi dan menjadi tidak aktif dalam menghadapi
penurunan konsentrasi nutrisi dan meningkatkan konsentrasi limbah.
Menjelang akhir fase logaritmik dari kultur batch, kompetensi untuk transformasi
genetik alami dapat diinduksi. Transformasi genetik alami adalah bentuk transfer DNA
yang tampaknya merupakan adaptasi untuk memperbaiki kerusakan DNA.
Kultur batch adalah metode pertumbuhan laboratorium yang paling umum dimana
pertumbuhan bakteri dipelajari, namun hanya satu dari banyak. Idealnya secara spasial
tidak terstruktur dan terstruktur secara temporal. Kultur bakteri diinkubasi dalam bejana
tertutup dengan batch medium tunggal. Dalam beberapa rezim eksperimental, beberapa
kultur bakteri dilepaskan secara berkala dan ditambahkan ke media steril segar. Dalam
kasus ekstrim, ini mengarah pada pembaharuan nutrisi secara terus-menerus. Ini adalah
chemostat, juga dikenal sebagai budaya kontinyu. Idealnya secara spasial tidak terstruktur
dan temporal tidak terstruktur, dalam keadaan mapan yang ditentukan oleh tingkat pasokan
nutrisi dan pertumbuhan bakteri. Dibandingkan dengan kultur batch, bakteri dipertahankan
dalam fase pertumbuhan eksponensial, dan tingkat pertumbuhan bakteri diketahui.
Perangkat terkait termasuk turbidostats dan auxostats. Ketika Escherichia coli tumbuh
sangat lambat dengan waktu penggandaan 16 jam di dalam chemostat, kebanyakan sel
memiliki satu kromosom tunggal.
Pertumbuhan bakteri bisa ditekan dengan bakteriostat, tanpa harus membunuh bakteri.
Dalam situasi sinekologis dan benar-benar alami dimana lebih dari satu spesies bakteri
hadir, pertumbuhan mikroba lebih dinamis dan terus-menerus. Cairan bukan satu-satunya

10
lingkungan laboratorium untuk pertumbuhan bakteri. Lingkungan terstruktur secara spasial
seperti biofilm atau permukaan agar menghadirkan model pertumbuhan kompleks
tambahan.
2.4. Nutrisi Yang Dibutuhkan Bakteri
Secara umum, organisme mikroskopis pada tingkatan seluler memiliki metabolisme
seperti pada umumnya sel eukaryotik maupun prokariyotik. Perbedaan terletak pada cara
memperoleh nutrisi, dan cara hidup yang akan berpengaruh terhadap kemampuan metabolit
yang khas untuk setiap jenis mikroba. Lingkungan tempat hidup (habitat) juga berpengaruh
terhadap kemampuan metabolisme suatu mikroba.
1. Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua
makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih tinggi
dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan
komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu
lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan
berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel
akan terhenti.
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
 Bakteri psikrofilik, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C,
dengan suhu optimum 15 °C.
 Bakteri mesofilik, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C,
dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
 Bakteri termofilik, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° –
75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C.
 Bakteri hipertermofilik, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C,
dengan suhu optimum 88 °C.
2. Keasaman (pH), dilihat dari keasaman lingkungan tempat tinggal bakteri, bakteri
dibagi menjadi asidofilik (lingkungan bersifat asam), neutralofilik (lingkungan
netral), dan alkalofilik (lingkungan bersifat basa).
 Asidofilik adalah Bakteri yang hidup pada pH 1-5 (optimum pada pH 3).
 Neutralofilik adalah Bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,5 (optimum pada pH 7,5).
 Alkalofilik adalah Bakteri yang hidup pada pH 9-11 (optimum pada pH 10.5).

11
3. Kebutuhan Oksigen. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dibagi menjadi 2
macam, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob.
 Bakteri Aerob. Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai
respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai contoh
gula dan lemak) untuk memperoleh energi. MisalnyaNitrosococcus, Nitrosomonas
dan Nitrobacter.
 Aerob. Bakteri yang bisa hidup dan tumbuh dalam lingkungan beroksigen.
 Anaerob fakultatif. Bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen dan bisa
menggunakan oksigen bila tersedia.
 Bakteri Anaerob
 Anaerob obligat. Bakteri yang tidak bisa hidup di lingkungan beroksigen dan
bahkan dirugikan dengan keberadaan oksigen. Bagi bakteri anaerob obligat,
oksigen merupakan racun.
 Aerotoleran. Bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya
tetapi bisa mentoleransi keberadaan oksigen di lingkungannya.
4. Substansi yang Dibutuhkan, bakteri untuk pertumbuhan dan bertahan hidup
memerlukan nutrisi dan sumber energi. Bahan-bahan ini bisa diperoleh dari air,
garam organic, mineral, sumber nitrogen, dan karbon dioksida.
• Air, bakteri membutuhkan air dalam konsentrasi tinggi. Air sebagai pengantar
semua nutrisi yang diperlukan sel. Membuang semua zat yg tidak diperlukan keluar
sel.
• Garam Anorganik, untuk mempertahankan tekanan osmotik sel, memelihara
keseimbangan asam basa, sebagai aktivator reaksi enzim.
• Mineral, Sulfur (belerang) sebagian besar sulfur sebagai H2S. Fosfor-fosfat (PO4)
àdiperlukan sebagai komponen asam nukleat & berupa koenzim. Aktivator enzim:
Mg, Fe, K & Ca.
• Sumber Nitrogen, Nitrogen yang dipakai bakteri, diambil dalam bentukà NO3,
NO2, NH3, N2 & R-NH2(R-radikal organik).
• CO2, Diperlukan dalam proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2 di dalam
sel.

12
5. Kelembaban relative, bakteri memerlukan kelembaban relatif (Relative Humidity,
RH) yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Kelembaban relatif dapat didefinisikan
sebagai kandungan air yang terdapat di udara. Pengurangan kadar air dari
protoplasma menyebabkan kegiatanmetabolisme terhenti, misalnya pada proses
pembekuan dan pengeringan.
Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya
tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%. Bakteri
gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang
mengandung lipid bilayer.
6. Cahaya, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada
paparan cahaya normal. Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar
ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.
Teknik penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar gamma untuk mensterilkan
suatu lingkungan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik
iradiasi yang mulai berkembang sejak awal abad ke-20. Metode ini telah
diaplikasikan secara luas untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi
makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan. Beberapa contoh bakteri
patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan antara lain Escherichia coli and
Salmonella.
7. Radiasi, pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat
bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia,
radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan
kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari
paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan
manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. Sebagai perbandingan,
manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray
(Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat
bertahan hingga 5.000 Gy.

13
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan
putusnya rantai DNA. Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat
mengalami kematian. Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk
bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem
adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.
2.5. Metabolisme Bakteri
Menurut Pelczar, et al. (2010) metabolisme adalah semua reaksi kimiawi yang
dilakukan oleh sel untuk menghasilkan energi dan yang menggunakan energi untuk sintesis
komponen-komponen sel dan untuk kegiatan-kegiatan selular, seperti pergerakan. Proses
metabolisme terdiri atas: proses perombakan senyawa-senyawa kimia didalam sel atau
katabolisme dan proses pembentukan komponen sel atau anabolisme (Ristiati, 2000).
Dalam Madigan, et al., (2012) reaksi metabolisme katabolik, yang berarti
melepaskan energi, sedangkan anabolik, yang berarti membutuhkan energi. Katabolisme
memecah struktur molekul bawah dan melepaskan energi dalam proses, sedangkan
anabolisme menggunakan energi untuk membangun molekul yang lebih besar dari yang
lebih kecil. Menurut Campbell, et al., (2010), metabolisme adalah sifat emergen kehidupan
yang muncul dari interaksi antara molekul-molekul dalam lingkungan sel yang teratur. Jadi
metabolisme merupakan hasil pengumpulan dari reaksi anabolis dan katabolisme.
1. Proses Metabolisme
a. Anabolisme
Anabolisme adalah penyusunan/pengambilan zat makanan, pembentukan
karbohidrat yang membutuhkan energi dan sintetis protoplasma. Merupakan sintesis
protoplasma yang meliputi proses sintesa makromolekul seperti asam nukleat, lipida
dan polisakarida, dan penggunaan energi yang dihasilkan dari proses katabolisme.
Proses metabolisme mikroorganisme dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
sumber energinya yaitu fototrof dan kemotrof. Sedangkan apabila berdasarkan
kemampuan mendapat sumber karbonnya menjadi dua juga yaitu autotrof dan
heterotrof.
Mikroorganisme fototrof adalah mikroorganisme yang menggunakan cahaya
sebagai sumber energi utamanya. Fototrof dibagi menjadi dua yakni : fotoautotrof
dan fotoheterotrof.

14
 Fotoautotrof, Organisme yang termasuk fotoautrotrof melakukan fotosintesis.
Sedangkan fotosintesis adalah proses mensintesis senyawa organik kompleks dari
unsur-unsur anorganik dengan menggunakan energi cahaya matahari. Fotosintesis
tidak hanya dilakukan oleh tumbuhan namun juga dilakukan oleh mikroba.
Mikroba yang melakukan fotosintesis seperti Cyanobacteria, serta beberapa jenis
algae. Pada Reaksi umum yang terjadi dpat dituliskan sebagai berikut:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 + 6O2
Dalam fotosintesis terjadi dua tahapan reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi
terang atau fosforilasi reaksi ini terjadi di tilakoid dan reaksi gelap terjadi di dalam
stromokloroplas. Reaksi terang merupakan pemecahan air menjadi hidrogen dan
oksigen yang disebut dengan fotolisis. Hidrogen hasil fotolisis digabung dengan
karbondioksida yang ditangkap dari uadara bebas untuk membentuk glukosa. Pada
reaksi terang, atom hydrogen dari molekul H2O dipakai untuk mereduksi
NADP menjadi NADPH, dan O2 dilepaskan sebagai hasil samping reaksi
fotosintesis. Reaksi ini juga dirangkaikan dengan reaksi endergonik pembentukan
ATP dari ADP + Pi.
Dalam hal ini pembentukan ATP dari ADP + Pi merupakan suatu mekanisme
penyimpanan energi matahari yang diserap kemudian diubah menjadi bentuk energi
kimia. Proses ini disebut fotofosforilasi.
Tahap kedua disebut tahap reaksi gelap. Dalam hal ini senyawa kimia
berenergi tinggi NADPH dan ATP yang dihasilkan dalam tahap pertama (reaksi
gelap) dipakai untuk proses reaksi reduksi CO2 menjadi glukosa.
 Fotoheterotrof, adalah kelompok kecil bakteri yang menggunakan energi cahaya
tapi membutuhkan zat organik seperti alkohol, asam lemak, atau karbohidrat
sebagai sumber karbon. Organisme ini meliputi bakteri non-sulfur, bakteri ungu,
dan hijau.
Contoh: Fotosintesis anoksigenik, yaitu proses fototrof mana energi cahaya
ditangkap dan diubah menjadi ATP, tanpa menghasilkan oksigen.
Fotosintesis bakteri ungu non belerang
CO2 + 2CH3CHOHCH3 → (CH2O) + H2O + 2CH3COCH3
Fotosintesis bakteri hijau belerang

15
CO2 + 2H2S → (CH2O) + H2O + 2S
Mikroorganisme kemotrof, mikroorganisme ini bergantung kepada reaksi
oksidasi dan reduksi akan zat anorganik atau organik sebagai sumber energi mereka.
Mikroorganisme kemotrof dibagi menjadi dua yakni kemoautotrof dan
kemoheterotrof.
 Kemoautotrof, adalah organisme kemotrof yang sumber karbonnya berasal dari
CO2, hanya memerlukan CO2 sebagai sumber karbon bukan sebagai sumber energi.
Bakteri ini memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan-bahan anorganik.
Energi kimia diekstraksi dari hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), ion fero (Fe2+),
atau bahan kimia lainnya. Contohnya adalah bakteri Sulfolobus sp. yang
mengoksidasi sulfur.
 Kemoheterotrof adalah organisme kemotrof yang sumber karbonnya dari
senyawa-senyawa organik (mengonsumsi molekul organik untuk sumber energi dan
karbon). Dibagi menjadi dua berdasarkan akseptor elektron terakhirnya. Apabila
akseptor terakhirnya adalah O2 contohnya adalah hewan dan hampir semua fungi,
protozoa, serta bacteria. Apabila akseptor terakhirnya bukan
O2 adalah Streptococcus sp dan Clostridium sp.
b. Katabolisme
Katabolisme adalah penguraian bahan organik kompleks menjadi bahan
organik yang lebih sederhana, pembentukan energi dengan menguraikan karbohidrat
melalui reaksi oksidasi substrat. Merupakan oksidasi substrat yang diiringi dengan
terbentuknya energi, meliputi proses degradasi sebagai reaksi penguraian bahan
organik kompleks menjadi bahan organik sederhana atau bahan anorganik yang
menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa anabolisme adalah pembentukan
senyawa yang memerlukan energi (Rekasi endergonik). Misalnya pada fotosintesis
yang membentuk C6G12O5 dari CO2 DAN H2O. Sedangkan katabolisme adalah
penguraian senyawa yang menghasilkan energi (reaksi eksergonik), misalnya pada
respirasi yang menguraikan karbohidrat menjadi asam piruvat dan energi.
Dalam reaksi metabolisme, enzim pada umumnya dilengkapi dengan energi
kimia yang tersedia disebut adenosine triphosphate, atau sederhananya ATP. Energi

16
didalam molekul ATP didapat dengan mengurai rantai energi tinggi yang terdapat
pada grup fosfat akhir yang terdapat pada molekul. Enzimnya disebut adenosine
triphosphatase (ATPase) yang mengkatalis reaksi. Meskipun molekul ATP
digunakan dimana-mana oleh bakteri, ATP tidak cocok untuk menyimpan energi.
Oleh karena itu, sel-sel mensintesis atau mendapatkan molekul kecil seperti
glukosa atau lipid untuk menyimpan energi. Kemudian, energi dalam molekul dapat
dibebaskan dalam katabolisme dan digunakan untuk mengganti ATP dari ADP dan
P. ATP yang dihasilkan akan mengendalikan katabolisme dan anabolisme serta
aktivitas lain dari bakteri (Alcamo, 1994). Jadi ATP merupakan “mata uang energi”
bagi sel dan merupakan medium perrtukaran energi antara reaksi-reaksi eksergonik
dan endergonik (Pelczar, et al., 2010).

Gambar 2. Proses katabolisme.


Pada jalur katabolik terdapat dua rangkaian reaksi yang terkait dalam
konservasi energi di chemoorganotrophs yaitu fermentasi dan respirasi (Madigan, et
al., 2012). Fermentasi merupakan bentuk katabolisme anaerob terdiri dari gabungan
bahan organik donor elektron dan akseptor elektron, dan ATP dihasilkan oleh
fosforilasi tingkat substrat; respirasi adalah katabolisme yang merupakan oksidasi
gabungan O2 (atau penganti O2) sebagai pusat akseptor elektron, biasanya selalu
disertai dengan produksi ATP phosfolirasi oksidatif. Menurut Campbell, et al.,
(2010) salah satu proses katabolik, yaitu fermentasi (fermentation) merupakan
penguraian gula sebagian yang terjadi tanpa penggunaan oksigen. Akan tetapi jalur
katabolik yang paling dominan dan efisien adalah respirasi aerobik (aerobic
respiration) yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama dengan bahan
organik.

17
Dalam fermentasi dan respirasi, sintesis ATP adalah pasangan untuk
membebaskan energi dalam reaksi oksidasi-reduksi. Fermentasi dan respirasi adalah
pilihan alternatif metabolisme yang dapat digunakan untuk semua mikroorganisme.
Dalam organisme bisa mengalami keduanya baik fermentasi dan respirasi, seperti
yeast, fermentasi penting ketika kondisi anaerob dan terminal akseptor elektron tidak
ada. Ketika tersedia O2, dapat melakukan respirasi. ATP yang dihasilkan lebih
banyak dalam respirasi daripada fermentasi.
Menurut Madigan, et al., (2012) tiga macam katabolisme selain dari fermentasi
dan respirasi aerob yaitu: respirasi anaerobik, chemolithotrophy, dan phototrophy.
 Respirasi anaerobic adalah respirasi yang berlangsung dalam kondisi tidak
terdapat oksigen, akseptor elektron selain oksigen dapat digunakan untuk
mendukung respirasi pada prokariota tertentu. Beberapa elektron akseptor yang
digunakan dalam respirasi anaerob meliputi nitrat (NO3- direduksi menjadi nitrit,
NO2-, oleh Escherichia coli atau N2 oleh spesies Pseudomonas), ferri oksida (Fe3+
direduksi menjadi Fe2+ oleh spesies Geobacter), sulfat (SO42+ direduksi menjadi
hidrogen sulfida, H2S, oleh spesies Desulfovibrio), karbonat (CO32+, direduksi
menjadi metana, CH4, oleh metanogen atau asetat oleh acetogens), dan gabungan
senyawa organik tertentu. Ketersediaan O2 kadang sedikit atau tidak ada dalam
habitat mikrobia, sehingga respirasi anaerob menjadi sangat penting. Seperti dalam
respirasi aerobik, respirasi anaerobik melibatkan transpor elektron, pergerakan
proton, dan aktivitas ATPase.
 Chemolithotrophs adalah organisme yang menggunakan bahan kimia anorganik
sebagai donor elektron. Contoh yang berhubungan dengan donor elektron
anorganik yaitu: H2S, gas hidrogen (H2), Fe2+, dan NH3. Metabolisme
Chemolithotrophic sama dengan respirasi aerobik dan dimulai dengan oksidasi dari
donor elektron anorganik. Elektron dari donor anorganik masuk ke rantai
transportasi elektron dan pergerakan proton dibentuk sama seperti pada
chemoorganotrophs. Namun, salah satu perbedaan penting antara chemolithotrophs
dan chemoorganotrophs, selain donor elektron, adalah sumber karbon untuk
biosintesis. Chemoorganotrophs menggunakan senyawa organik (glukosa, asetat,

18
dan sejenisnya) sebagai sumber karbon sumber. Sebaliknya, chemolithotrophs
menggunakan karbon dioksida (CO2) sebagai sumber karbon.
 Mikroorganisme phototrophs, menggunakan cahaya sebagai sumber energi dalam
proses fotosintesis. Mekanisme cahaya digunakan sebagai sumber energi yang
kompleks, tapi hasil akhirnya adalah sama seperti dalam respirasi: pergerakan
proton yang digunakan untuk menggerakkan sintesis ATP. Sintesis ATP cahaya
mediasi disebut photofosforilasi. Kebanyakan phototrophs menggunakan energi
ATP untuk asimilasi CO2 sebagai sumber karbon untuk biosintesis disebut
photoautotrophs. Namun, beberapa phototrophs menggunakan senyawa organik
sebagai sumber karbon dengan cahaya sebagai sumber energi, disebut
photoheterotrophs. Ada dua jenis fotosintesis: oksigenik dan anoxygenik.
Fotosintesis oksigenik dilakukan oleh cyanobacteria dan kerabatnya dan juga oleh
tanaman hijau, menghasilkan O2. Fotosintesis anoxygenic adalah proses yang
sederhana digunakan oleh bakteri ungu dan hijau yang tidak menghasilkan O2.
2.6. Reproduksi Bakteri
Bakteri dapat berkembang biak secara vegetatif (aseksual) maupun generatif
(seksual), adapun penjelasan lebih lanjutnya yaitu:
a. Reproduksi Bakteri Dengan Cara Seksual
Bakteri yang berkembang biak degan cara ini mempunyai ciri, yakni terjadinya
penggabungan gen dari antar bekteri, ini akan meningkatkan keanekaragaman jenis bakteri
karena muncul variasi baru dari menyatunya kedua gen dari bakteri itu. Mutasi merupakan
akibta dari reproduksi, bakteri akan mengalami perubahan genetik. Banyak kasus dari
mutasi yang menyebabkan bakteri mengalami kekebalan pada antibiotik.
Perkembang biakan dengan cara seksual memakan waktu lebih lama akan tetapi hasil
dari reproduksi jenis ini akan menghasilkan jenis baru yang lebih kuat dibanding induknya.
Berikut ialah penyatuan genetik pada reproduksi seksual yang dapat diperoleh degan cara:
 Transformasi, Dengan metode ini bakteri akan mengambil fragment DNA bakteri
lain dari lingkungan lalu merekontruksi dengan DNA ia dia miliki. Bakteri
rekombinan yang terbentuk selanjutnya akan melakukan reproduksi dengan cara
saeksual utnuk mengahsilkan spesies bakteri yang sejenis.

19
 Transduksi, Rekomendasi genetik yang diperantai oleh bakteriofage virus, virus
bakteriofage ialah kelompok virus yang menyerang baktero. Virus jenis ini
meminjam tubuh bkateri untuk melakukan perkembang biakan. Virus ini membawa
DNA dari bakteri yang sebelumnya sudah diinfeksi kedalam tubuh bakteri lain.
Fragmen DNA antar bakteri selanjutnya akan menyatu sehingga akan membentuk
bakteri rekombinan.
 Konjugasi, melibatkan dua sel bakteri yang dengan langsung akan melakukan
tranfer genetik. Teknik jenis ini pertama kali dikenalkan oleh Lederberg dan Tatum
pada bakteri E.COli Plasmid merupakan DNA ekstra yang dimiliki oleh beberapa
jenis bakteri. Pertukaran akan melalui jembatan konjungan yang dibentuk oleh
bakteri konjungna yang menembus sel bakteri penerima atau F-. Pili akan ditarik
kembali setelah plasmid sudah selesai ditransfer. Sebelum itu terjadi, bakteri donor
atau F+ akan menggandakan plasmid sehingga terbentuk dua plasmid yakni asli dan
replika. Plasmid replika akan ditransfer pada bakteri recipient atau F- sehingga
bakteri penerima sekarang bermutasi mempunyai kombinasi gen dari bakteri F+.
b. Reproduksi Bakteri Dengan Cara Aseksual
Reproduksi jenis ini tidak terjadi penyatuan gen, perkembang biakan jenis ini akan
berlangsung sangat cepat, dalam hitungan satu jam maka akan dihasilkan jutaan bakteri.
Berikut jenis-jenis reproduksi aseksual:
 Membelah Diri atau Pembelahan Biner, Pada umumnya bakteri akan melakukan
teknik jenis ini, membelah diri akan berjalan dengan cepat karena tidak melalui
tahapan pembelahan seperti pada sel hewan atau pada tumbuhan. Dengan teknik ini
bakteri akan menggandakan DNA-nya dengan menyematkan di membran sel. Setelah
terbentuknya DNA replika maka bakteri akan membagi tubuhnya menjadi dua sel
dan akan terbentuk dua sel anakan yang mempunyai DNA identik dnegan induknya.
Setiap anakn sel akan melakukan pembelahan lagi dalam waktu 20 sampai 30 menit,
sehingga dengan begitu akan dapat dihasilkan jutaan bakteri dalam waktu 10 jam,
tentu saja dengan lingkungan yang mendukung.
 Fragmentasi, Dilingkungan yang tidak baik bakteri akan membentuk tubuh gonidia
yang isinya ialah fragmen atau potongan DNA dan protoplasma sel bakteri. Setelah
lingkungannya kembali normal maka masing-masing gonidia akan tumbuh menjadi
20
sel bakteri yang utuh kembali dengan mereplikasi ulang DNA untuk melengkpai
fragmen DNA-nya.
 Budding atau Tunas, Dalam beberapa kasus, bakteri dapat membuat tonjolan dari
dirinya yang disebut tunas. Sel induk yang ada pada bakteri akan membuat replika
DNA yang akan diberikan pada tunas. Replika DNA akan ditransfer ke dalam tubuh
tunas yang msih menempel pada tubuh induk. Sel anak dari pertunasan mempunyai
DNA yang sama persis dengan induknya dan akan mengalami perkembangan yang
sama.
 Endospora, Dengan teknik ini, bakteri akan meng-copy DAN lalu membungkusnya
dengan dinding yang amat kuat. Endospora akan tetap di dalam tubuh induk sel
bakteri. Hanya beberapa bakteri yang dapat bereproduksi dengan endospora. Teknik
ini dilakukan jika terjadi perubahan lingkungan yang buruk untuk pertumbuhan
bakteri, Jiak cuaca buruk maka induk bakteri akan mati dan endospora akan terlepas
lalu keluar. DInding dari endospora tahan dengan panas sehingga ia tahan akan
kondisi yang ekstrim. Hingga lingkungan akan kembali normal, endospora akan
menetas dan membentuk bakteri yang baru.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Mikroba merupakan organisme berukuran kecil yang sulit untuk dilihat tanpa
menggunakan peralatan bantu
 Fisiologi bakteri adalah turunan biologi yang mempelajari bagai mana kehidupan
mengidentifikasi kebutuhan
 Penyusun struktur bakteri diantaranya plasmid, sentriol, kapsul atau lapisan lender,
flagel atau bulu cambuk, pili, kromosom.
 Pertumbuhan bakteri adalah reproduksi aseksual, atau pembelahan sel, bakteri
menjadi dua sel anak, dalam proses yang disebut pembelahan biner

22
DAFTAR PUSTAKA
Bridges BA, Foster PL, Timms AR (2001). Effect of endogenous carotenoids on "adaptive"
mutation in Escherichia coli FC40. Mutat. Res. 473 (1): 109–19.
Brock, T.D., Madigan, M.T, Martiko, J.M., Parker, J. 1994. Biology of Mikroorganisms. 7th ed.
Prentice-Hall International.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain., M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
Jackson, R.B. 2010. Biologi. 8th ed. Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2001. Medical Microbiology, 22th Edition. Appleton & Lange.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., Clark, D.P. 2012. Brock Biology of
Microorganisms.13th ed. Pearson Education, Inc.
Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Werkman, Wilson. 1951. Bacterial Physiology. Academic Press Inc. New York.

23

Anda mungkin juga menyukai