Anda di halaman 1dari 4

Inklusi fluida adalah inklusi yang terperangkap sebagai zat cair yang sebagian besar masih dalam bentuk

cairan pada suhu permukaan. Inklusi ini (terutama yang primer) terbentuk bersamaan dengan mineral
yang memperangkapnya, sehingga karakteristik fisik/kimia dari larutan pembawa mineral tersebut akan
mempunyai kemiripan dengan larutan yang terperangkap sebagai inklusi fluida. Dengan demikian, inklusi
fluida dapat digunakan antara lain untuk mengetahui lingkungan fisika dan kimia pembentukan endapan
bijih; suhu, tekanan, dan komposisi larutan hidrotermal, perubahan suhu dan tekanan pada cekungan
minyak bumi (khusus pada inklusi fluida yang mengandung minyak bumi) dan membuat zonasi suhu pada
eksplorasi geotermal.

5. Komposisi Inklusi Fluida


Inklusi fluida sangat penting dalam studi deposit karena bijih sering berubah, atau setidaknya
minimal diubah, sampel dari cairan oreforming. Pencatatan paling komprehensif untuk data komposisi
inklusi fluida adalah yang dimiliki oleh Roedder (1972).

Sejauh ini jenis yang paling melimpah inklusi adalah yang berisi cairan viskositas rendah dan volume gas
yang lebih kecil atau gelembung uap. Cairan umumnya mengandung air, mempunyai pH di dalam satu unit
netral dan mengandung sejumlah Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, dan SO42- dengan sedikit Li+, Al3+, BO33-, H4SiO4,
HCO3-, dan CO32-, Na+, dan Cl-biasanya dominan, karbon dioksida, baik cair, gas, dan hidrokarbon cair pada
umumnya. Hidrogen sulfida cair juga telah diamati, tapi jarang.

Cairan karbon dioksida tidak akan pernah terlihat di atas 310C, titik kritis tersebut; maka pengamat inklusi
fluida harus berhati-hati dari pemanasan sampel dengan sumber cahaya dan bahkan bekerja di ruang
panas. Daughter mineral, biasanya berbentuk garam (NaCl) atau silvit (KCl), bentuk ketika hampir jenuh
cairan dingin dari suhu awal jebakan. Kehadiran kristal tersebut jelas menunjukkan bahwa cairan adalah
garam-jenuh. kristal lain yang diamati dalam inklusi fluida, tetapi yang tidak endapan sederhana solusi jenuh
termasuk sulfida, kuarsa, anhidrit, kalsit, hematit, dan gipsum. kristal tersebut mungkin baik dibentuk
sebelum inklusi itu akhirnya ditutup, sebagai akibat dari cairan sekunder, atau bahkan melalui oksidasi akibat
difusi hidrogen. Sebagai contoh: 2Fe2+ + 3H2O = Fe2O2 (hematite) + 4H+ + H2

Salinitas setara dengan NaCl dari inklusi fluida dapat ditentukan dengan metode depresi beku. Dalam
prakteknya, ini dicapai dengan membekukan sampel, kemudian mengamati melalui mikroskop seperti yang
hangat dan mengukur suhu di mana es terakhir mencair.

Inklusi fluida yang didinginkan atau dipanaskan dengan cara tahap yang mount pada mikroskop
konvensional. desain komersial seperti, Leitz 350 R. Chaix M.E.C.A atau Linkham sedang digunakan,
seperti juga berbagai macam model buatan sendri. Dalam semua tahapan inklusi seperti fluida, sampel
diadakan dan dipanaskan atau didinginkan dalam ruang dilengkapi dengan berbagai tampilan.
2. ciri komposisi gas dari inklusi fluida pada deposit batuan sedimen

Jawab :

3. Studi Inklusi fluida dapat memberikan tambahan data apa saja?

Jawab:

Lelehan inklusi silika pada kristal batuan vulkanik bisa digunakan untuk menentukan
konsentrasi volatil pada magma pra-erupsi. Hal ini disebabkan karena magma mengalami
pelepasan gas saat perjalanannya ke atas maupun saat erupsi, atau saat mengkristal pada suatu
kedalaman tertentu di dalam bumi. Pengetahuan langsung tentang kandungan volatil pada
magma (utamanya H2O, CO2, spesies S dan Cl pra-erupsi bisa didapatkan dari analisa
inklusi lelehan (Bodnar dan De Vivo, 2003).

Informasi ini sangat penting untuk mengetahui dinamika magma, mekanisme dari erupsi
gunung api eksplosif, emisi gas dari sebuah gunung api aktif, pengaruh dari vulkanisme ke
atmosfer serta kontribusi magma terhadap deposit bijih hidrotermal.

Inklusi lelehan merupakan memberikan informasi tentang komposisi dari fluida magmatik
selama transportasi mereka dari kedalaman sampai ke permukaan bumi, dan pembelajaran
tentang konsentrasi volatil yang terlarut dalam magma memberikan informasi tentang sejarah
evolusi sistem magmatik yang kompleks.

Roedder dan Coombs (1965) mengatakan inklusi lelehan bisa memberikan informasi tentang
asal muasal, sifat dan evolusi dari fluida yang terperangkap di dalam kristal, serta menjelaskan
proses-proses yang terjadi pada masa lampau (pada perjalanan fluida ke atas). Volatil yang
terlarut memberikan informasi penting tentang sifat reologi dari magma seperti viskositas dan
pergerakan magma. Mereka juga mempengaruhi temperatur kristalisasi serta pembentukan
fase.

Bagi ahli geologi, inklusi liquid, solid, dan/atau vapor yang terdapat dalam mineral merupakan
kunci informasi yang sangat berarti dalam memahami proses-proses fisika dan kimia yang
bekerja pada pertumbuhan suatu kristal di alam. Studi inklusi fluida telah terbukti sangat
berguna di bidang genetik bijih, di mana selama ini telah memberi kontribusi yang sangat
bernilai dalam pemahaman akan transportasi dan pengendapan bijih (Shepherd et al., 1985).
Secara umum ada lima asumsi dasar yang diterapkan pada studi inklusi fluida (Roedder and
Bodnar, 1997):

1. Suatu sampel fluida pembentuk bijih homogen yang representatif telah terperangkap
dan terawetkan (sealed) selama berlangsungnya pertumbuhan dari suatu kristal di
dalam suatu endapan bijih.
2. Tidak terjadi penambahan atau kehilangan dari inklusi setelah pemerangkapan.
3. Volume vacuole (cavity) di sekeliling fluida inklusi tidak bertambah atau berkurang
setelah pemerangkapan.
4. Hubungan-hubungan telah diketahui antara kejadian pemerangkapan aktual - baik
secara spasial dan terutama temporal - dengan proses-proses geologi yang penting,
seperti pengendapan bijih.
5. Efek tekanan adalah signifikan atau telah diketahui.

Secara langsung, data-data yang dapat diperoleh dari analisis inklusi fluida meliputi:
suhu, salinitas, tekanan, beratjenis cairan, dan komposisi komponen yang terjebak.
Salah satu variabel yang dapat digunakan untuk pembeda suatu model endapan bijih
adalah suhu pembentukannya.

Data suhu yang diukur dari inklusi fluida dapat digunakan untuk menentukan model endapan
bijih secara global, misalnya endapan epitermal umumnya dapat dijumpai pada suhu 150 - 250
°C. Pada endapan mesotermal suhu berkisar antara 250 - 350 °C, sedangkan pada endapan
porfiri suhu pembentukannya relatif tinggi (>400 °C).

Kehadiran H2O-CO2 yang mengandung CO2-cair dan gas hanya terbentuk pada lingkungan
dalam (paling tidak beberapa kilometer), dapat dijadikan batas target mineralisasi epitermal.
Salinitas dan komposisi cairan pada inklusi fluida dapat digunakan untuk menginterpretasi
kondisi kimia larutan hidrothermal (agen transport dan mekanisme presipitasi mineral).

Sebagai contoh, inklusi dengan salinitas rendah atau mendekati netral dapat diinterpretasikan
bahwa fluida hidrotermal didominasi oleh kompleks sulfida. Pada kondisi ini emas-perak lebih
memungkinkan tertransport dibandingkan logam dasar.

Sebaliknya, inklusi dengan salinitas tinggi mengindikasikan fluida kaya akan ion Cl- atau
kompleks klorida. Fluida semacam ini dapat mengangkut logam dasar dengan mudah. Namun,
hal ini sangat tergantung kepada suhu dan tekanan ketika fluida itu mengalir (Wayan, 2005).

INFORMASI APA YANG DIDAPAT DARI INKLUSI FLUIDA

(1) Komposisi Fluida


• Disajikan dalam hal elemen terlarut spesies (mis aqueous ions, molekul), isotop stabil dan
isotop radiogenik
• unit konvensional (fraksi mol): xi

(2) Densitas Fluida


• Inklusi fluida menyediakan satu-satunya densitas paleo-fluid
• unit konvensional: ρ α (1 / V)

(3) kondisi P-T dari fluida saat terperangkap dalam mineral


• Pengukuran temperatur homogenisasi memberikan informasi tentang suhu temperatur
formasi batuan dalam keadaan normal ( "homogenous entrapment"), kondisi dibatasi dengan
garis dalam P-T (Isochore), yang berasal dari suhu minimum dan tekanan.
• Dalam keadaan khusus ( "heterogenous entrapment jebakan"), misalnya cairan
immiscibility, formasi batuan dapat ditentukan dari P dan T .

(4) Evolusi Temporal


• Perbandingan beberapa generasi inklusi fluida memungkinkan evolusi komposisi fluida,
densitas fluida dan kondisi fluida saat terjebak
• Interpretasi tekstur memberikan informasi tentang sejarah deformasi dan P-T

Referensi:

 Roedder, E. (1984) Fluid Inclusions. In Ribbe, P.H. (Ed.), Reviews in Mineralogy


Vol.12, Mineralogical Society of America, BookCrafters, Inc., Chelsea, Michigan, 646
p.
 Roedder, E. and Bodnar, R.J. (1997) Fluid Inclusion Studies of Hydrothermal Ore
Deposits. In Barnes, H.L. (Ed.), Geochemistry of Hydrothermal Ore Deposits, Third
Edition, John Wileys and Sons Inc., Canada-USA, p.657-697
 I Wayan Warmada (http://warmada.staff.ugm.ac.id/GeoGaul/inklusi.html)
 Shepherd, T.J., Rankin, A.H. and Alderton, D.H.M. (1985) A Practical Guide to Fluid
Inclusion Studies, Blackie & Son Ltd., Glasgow, 239 p.

Anda mungkin juga menyukai