Anda di halaman 1dari 83

LI.1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan Fungsi Kulit

LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Histologi Kulit

Ciri-ciri kulit adalah:

Pembungkus yang elastis yang melindungi kulit dari pengaruh lingkungan.

Alat tubuh yang terberat: 15 % dari berat badan.

Luas: 1,50 – 1,75 m.

Tebal rata – rata: 1,22mm.

Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm)
pada daerah penis.

Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah kulit terdapat lapisan
jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak
mengandung jaringan lemak.

Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulit-mukosa
(mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva,
preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar
16% dari berat tubuh.

Maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang
disebut apendix kulit, dimana meliputi; glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea
(kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.

Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat disebabkan
karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler
kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata
– rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit
dibagi menjadi:

A. Kulit Tebal

Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada
permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur

– alur dinamakan sulcus cutis.

Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis
sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan
epidermis. Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula
sudorifera untuk menembus epidermis.

Kulit tipis

Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal.
Epidermisnya tipis, sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh. Pada dasarnya
memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal, hanya terdapat beberapa perbedaan:

Epidermis sangat tipis, terutama stratum spinosum menipis

Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu

Tidak terdapat stratum lucidium

Stratum corneum sangat tipis

Papila corii tidak teratur susunannya

Lebih sedikit adanya glandula sudorifera

Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea


6
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:

1) Epidermis

Dalam epidermis terdapat dua sistem:

Sistem Malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.

Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk sintesa
melanin.

Epidermis tersusun atas beberapa jenis sel:

Keratinosit

Pembentuk keratin, protein kompleks, terbentuk sel-sel lapisan basal yg membelah diri, bergerak ke
permukaan → keratin (protein yang tidak larut) → menetap lapisan tanduk → keratinisasi (28

- 45 hari).

Lapis teratas kulit (epidermis) tersusun oleh sel keratinosit

Terbentuk atas protein keratin


à à
Keratin mensintesis sitokin cytokinocyt aktif dalam proses imunologis

Melindungi kulit dari antigen eksogen yang berbahaya

Melindungi dari neoantigen endogen pada mutasi sel


à à à
Keratin protein protektif lapisan skuama terluar proteksi stimulus luar

à
Keratinosit menerima pigmen dari melanosit pelindung surya

à
Mikroskopis tersusun atas sel-sel eosinofilik

Ketebalan & arsitektur bervariasi tergantung regio


Melanosit

Berasal dari neural crest, janin (8 minggu)

Sel mempunyai dendrit, mensekresi melanin

Terlihat pada sepanjang stratum basale

Nukleus kecil, padat, ovoid


à
Sitoplasma pink pucat, ME elektrolusen

à
Mensuplai melanin pada 5-10 keratinosit tergantung regio

Memiliki dendrit yang menjulur diantara badan sel mengarah ke keratinosit stratum granulosum &
spinosum

à à à
Memiliki organela sitoplasmik melanosome 0,3-0,8 µm aktif membentuk melanin dengan bantuan enzim
tyrosinase

à à
Aktif dalam proses donasi pigmen terdispersi difus sunscreen endogen

Letak: lapisan basal, clear cell. Melanosit : keratinosit : 1:4 sampai 1:10

Sel Langerhans

Paul Langerhans (1868), normal tersebar diantara sel keratinosit

Berasal dari mesenkim, pada janin 14 mg

Fungsi: reaksi hipersensitivitas tipe lambat

Mid stratum spinosum & di atas melanosit


à à
HE tidak tampak imunohistokimia

à à à à
Inti eksentrik, sitoplasma relatif jernih granula sitoplasma Birbeck granules bentuk cakram, ukuran bervariasi potong lintang
raket tenis

à
· Fungsi: sel penyaji antigen pd limfosit T respon imun selular
7
Sel Merkel

· Friedrich Merkel (1875), pada dasar rete ridges, berhubungan dengan neurofibril, sel peraba →

reseptor rasa raba.


à
Pada vertebrata neurosensoris

à
Berada di sepanjang lapisan sel basal imunohistokimia

Mengandung granula neurosekretoris, ukuran bervariasi, terikat pd membran

<< melanosom & lysosom

Mengandung perinuclear aggregates

Terbagi atas 5 lapisan:


Stratum korneum/Lapisan tanduk

Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti

Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

Stratum Lusidum

Lapisan sel gepeng tanpa inti

protoplasma berubah menjadi protein (eleidin)

Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan

Tidak tampak pada kulit tipis

Stratum granulosum / Lapisan Granular

Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng

Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti diantaranya

Mukosa tidak mempunyai lapisan ini

Stratum spinosum / lapisan Malphigi

Lapisan epidermis yang paling tebal

Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses mitosis

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah

Terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges) yg tdd: protoplasma dan tonofibril

Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero


Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon – respon antigen kutaneus. Seperti
ditunjukan dibawah

8
Stratum basale

Terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis

Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade

Lapisan terbawah dari epidermis

Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif

Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang membentuk melanin melindungi kulit dari
sinar matahari. Dengan sitoplasma yang basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen
(melanosomes)
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble yang membentuk
barier terluar kulit yang berfungsi:

Mengusir mikroorganisme patogen

Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh

Unsur utam yang mengerskan rambut dan kuku.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian
tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang
berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers
prints.

Dermis (korium)

Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan:

Pars papilare

o Bagian yang menonjol ke epidermis membentuk papilla corii o Berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah

o Terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

Pars retikulare

o Bagian yang menonjol ke subkutan

o Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matriks (cairan kental asam
hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas)
9
Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh
darah, limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus

Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis

Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini terdapat ujung-
ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.

a. Sel lemak

Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa

Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga
panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan

Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai
mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energi

Vaskularisasi

Dikulit diatur oleh 2 pleksus:

Pleksus superfisialis

o Pleksus profunda

Adneksa Kulit

Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit

Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:


Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit

o Melepaskan keringat sebgai reaksi penngkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh.

o Kecepatan sekresi keringat dikendalkan oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan,
kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap setress, nyeri dll

Kelenjar Apokrin

o Terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan berm,uara pada folkel rambut

o Kelenjar ininaktif pada masa pubertas,pada wanit a akan membesar dan berkurang pada sklus haid

o Kelenjar Apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti susu yang diuraikan oleh bajkteri
menghasilkan bau khas pada aksila

o Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut K. seruminosa yang
menghasilkan serumen (wax)

Kelenjar Sebasea

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak (sebum), yang
berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit sehingga rambut menjadi halus lentur dan
lunak. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebasea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali
pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.
10
Turunan Kulit Rambut

Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut yang merupakan
pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis dibawahnya. Pertumbuhan rambut berlangsung
dalam bagian pangkal folikel yang menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel
epitelial yang aktif membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh
darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Papila dermis dalam bulbus pili ini
disebut papila pili. Batang rambut dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam yang membatasi papila yang
disebut sel matriks. Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum epidermis
kulit.

Pada permulaan perkembangan semua sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel
terdiferensiassi sempurna hanya tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan
berbagai bagian rambut yaitu, medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan
terjepit diantara dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut. M. arector pili melekat ke
sarung folikel dan berinsersi di daerah papila dermis pada epidermis. Kontraksi ini menyebabkan
rambut menegak dan menarik ke dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan
yang tampak pada kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf simpatis
dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.

Kuku

Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif bermitosis menghasilkan
dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif kulit. Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan
kulit yang disebut eponikium atau kutikula. Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu lempeng
zat tanduk.Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas membran
basal dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku terdapat daerah putih yang berbentuk
bulan, disebut lunula. Stratum korneum yang mengeras di bawah ujung

bebas kuku disebut hiponikium.Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai
indikator kesehatan seseorang seperti, adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi
kuku.Kuku yang tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya penyakit seperti
anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh menunjukan defisiensi vitamin
atau keadaan hipotiroid.
Nutrisi Kulit

Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat pengikat
di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-
sel stratum Malphigi.

11
EFLUORESENSI KULIT

Kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata telanjang (secara obyektif) dan bila perlu dapat
diperiksa dengan perabaan. Dibagi menjadi:

Efluoresensi Primer

Makula

Perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentu bervariasi tanpa disertai perubahan
konsistensi dan permukaannya. Makula berukuran < 1 cm, jika > 1 c itu patch.

Papula

Penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1 cm dan bagian terbesarnya berada diatas permukaan
kulit.

Plaque (plakat)

Kelainan kulit seperti papula dgn permukaan datar & diameter > 1 cm. Plak dapat terjadi karena
perluasan suatu papula, tetapi juga dapat karena gabungan dari beberapa papula.

Nodul

Penonjolan pada kulit berbatas tegas, letaknya dalam, diameternya > 1 cm.

Urtika

Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat dan hilangnya juga cepat. Biasanya berwana
kemerahan dan pucat di bagian tengah.
Papiloma

Penonjolan kulit yang berbentuk seperti jari-jari tangan yang disebabkan karena meningginya papilla
dermis dan ditutupi oleh epidermis yang mengalami hiperplasi.

Vesikel

Penonjolan kulit berbatas tegas, berisi cairan & diameternya < 1 cm. Bila pecah menjadi Erosi, bila
bergabung menjadi Bula.

Bula

Penonjolan kulit berbatas tegas, seperti vesikel dengan ukuran > 1 cm.

Pustula

Penonjolan kulit berbatas tegas, diameter < 1 cm, berisi cairan pus/ nanah.

Purpura

Perubahan warna kulit menjadi kemerahan yang terjadi karena perdarahan di dalam kulit. Dapat di tes
dengan Diaskopi. Berdasarkan diameter:

Petechie: < 1 cm

Echymosis: > 1 cm
12
Kista

Suatu rongga yang dibatasi oleh epitel dan di dalamnya berisi massa cair atau
solid.

Teleangiektasis

Terjadinya pelebaran pembuluh darah kapiler, venulae atau arteriole yang


nampak pada permukaan kulit

Komedo

Penonjolan kulit karena adanya pelebaran infundibulum folikel rambut yang


terisi masa keratin, sebum & mikroorganisme tertentu.

Efluoresensi Sekunder

Skuama

Stratum korneum yang terkelupas dan tampak pada permukaan. Dapat kering/
berminyak, tipis/ tebal, warna putih keabuan kuning coklat.

Krusta

Bahan cair, eksudat, darah atau serum maupun jaringan nekrotik yang
mengering.

Erosi
Defek pada sebagian atau seluruh epidermis tetapi tidak sampai pada membrana
basalis, sehingga pada proses penyembuhannya tidak meninggalkan bekas
sikatriks.

Ulkus

Defek yang mengenai seluruh epidermis dan melebihi membrana basalis, bahkan
mungkin sampai dermis atau subkutis, sehingga pada proses penyembuhannya
sering meninggalkan sikatriks.

Ekskoriasi

Hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare.

Fisura

Retakan kulit/defek linier yang dapat mulai dari permukaan sampai lapisan
dermis.

Atrofi

Penipisan kulit, baik epidermis maupun dermis. Kulit yang mengalami atropi
tanpak mengkilat, putih, dengan gambaran permukaan yang hilang, mengkerut
& tidak memiliki adneksa lagi.
13
Sikatriks

Pembentukan jaringan baru yang sifatnya lebih banyak mengandung jaringan ikat untuk mengganti
jaringan yang rusak akibat penyakit atau trauma pada dermis yang lebih dalam.

Sklerosis

Mengerasnya kulit yang hanya dapat ditemukan dengan palpasi.

Likenifikasi

Penebalan kulit yang ditandai dengan penegasan gambaran garis-garis permukaan kulit baik
longitudinal maupun transfersal, biasanya disertai hiperpigmentasi. Proses likenifikasi terjadi sebagai
akibat garukan kronis dan hebat.

Sinus

Saluran yang dibatasi oleh epitel dan bermuara pada kulit.

Abses

Kumpulan pus pada jaringan yang terlokalisir.

Kunikulus

Suatu lorong yang terdapat pada stratum korneum atau stratum spinosum, yang biasanya terjadi karena
adanya infestasi larva suatu parasit tertentu.

KONFIGURASI LESI

·
Diskret
: tersebar satu- satu/ terpisah dari yang lain
·
Unilateral
: mengenai sebelah badan
·
Universalis
: mengenai hampir seluruh tubuh
·
Generalisata
: tersebar hampir seluruh tubuh (90-100%)
·
Herpetiformis
: vesikel berkelompok spt pd herpes zoster
·
Anuler/Sirsinar
: seperti lingkaran
·
Linier, arkuata
: seperti garis lurus
·
Arsiner
: seperti bulan sabit
·
Serpiginosa
: proses menjalar ke satu jurusan diikuti penyembuhan pd bagian yg ditinggalkan
·
Konfluens
: dua atau lebih lesi yang menjadi satu
BATAS LESI

·
Sirkumskripta
: Batas tegas
·
Difus
: Batas tidak tegas

Batas tepi meninggi

Batas tepi aktif


UKURAN LESI

·
Milier
: sebesar kepala jarum pentul
·
Lentikuler
: sebesar biji jagung
·
Numuler
: sebesar uang logam 100 rupiah

14
LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Fungsi Kulit

Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan
bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur. Gangguan fisik dan
mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut
penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel
melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak
permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0

– 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke
dalam kulit.

Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. Tetapi cairan yang mudah
menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Permeabilitas kulit
terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi
respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum.

Eksresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl. Urea, asam urat, dan
ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit karena selain meminyaki kulit juga
menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

Persepsi

· Rangsang panas: badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. · Rangsang dingin: badan-badan
Krause yang terletak di dermis.
· Rangsang rabaan: badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis. ·
Rangsang tekan: badan Paccini di epidermis.

Pengaturan suhu tubuh

Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.

Pembentukan pigmen

Perbandingan jumlah sel basal: melanosit adalah 10:1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya
butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari mempengaruhi
produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada
dermis melalui sel melanofag. Warna kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi
Hb dan karoten.

Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke
atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang

15
amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari dan member perlindungan kulit
terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

Pembentukan vitamin D

Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

Fungsi Ekspresi Emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat
untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat dinyatakan oleh otot
kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh kelenjar air mata yang
meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi
pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan
pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan
menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan
kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Dermatofitosis

Dermatomikosis

Penyakit pada kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau mikosis dibagi menjadi: mikosis
profunda dan mikosis superfisialis. Menurut Petrus 2005 & Utama 2004 faktor yang mempengaruhi
adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber
penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika
yang tidak terkendali.

Klasifikasi dermatomikosis:
Mikosis profunda

Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur, dengan gejala klinis tertetentu
yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus
urogenitalis, susunan saraf sentral, otot, tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis
profunda dapat berupa afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya (per
kontinuitatum). Dikenal beberapa penyakit jamur profunda yang klinis dan manifestasinya berbeda

satu dengan yang lain. CONANT dkk. (1977) misalnya mencantumkan dalam bukunya Manual of
Clinical Mycology berbagai penyakit, yaitu:

1.
Aktinomikosis
11.
Kandidiosis
2.
Nokardiosis
12.
Geotrikosis
3.
Antinomikosis misetoma
13.
Aspergillosis
4.
Blastomikosis
14.
Fikomikosis
5.
Parakoksidiodomikosis
15.
Sporotrikosis
6.
Lobomikosis
16.
Maduromikosis
7.
Koksidiodomikosis
17.
Rinosporidiosis
8.
Histoplasmosis
18.
Kromoblastomikosis
9.
Histoplasmosis Afrika
19.
Infeksi yang disebabkan jamur Dematiceae
10.
Kriptokokosis

(berpigmen coklat)

16
Mikosis superfisialis

Terbagi menjadi:

Dermatofitosis

Non-dermatofitosis, terdiri atas berbagai penyakit:

Pitriasis versikolor

Piedra hitam

Piedra putih

Tinea nigra palmaris

Otomikosis

Keratomikosis

Dermatofitosis

LO.2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Dermatofitosis

Setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit dan mengenai stratum korneum kulit,
rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk tinea. Disebut juga
epidermomycosis dan epidermophytosis.

Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum, trichophyton, dan epidermophyton) dan
spesiesnya misalnya, microsporum canis, t. rubrum). Beberapanya hanya menyerang manusia
(antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan (zoofilik), walau kadang bisa menyerang
manusia. Apabila jamur hewan menimbulkan lesi dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut sering
menyebabkan suatu reaksi inflamasi yang hebat (misalnya, cattle ringworm).

LO.2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Dermatofitosis


Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi: microsporum, tricopyton, dan
epidermophyton. Yang paling terbanyak ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain
adalah: E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum, T.schoeleini dan T.
tonsurans.

Microsporum

Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada
hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak
adalah:

SPECIES

CLASSIFICATION (NATURAL

RESERVOIR)
Microsporum audouinii

Anthropophilic
Microsporum canis

Zoophilic (Cats and dogs)


Microsporum cooeki

Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs,

and rodents)
Microsporum ferrugineum

Anthropophilic
Microsporum gallinae
Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum

Geophilic (also isolated from fur of rodents)


Microsporum nanum

Geophilic and zoophilic (swine)


Microsporum persicolor

Zoophilic (vole and field mouse)

Tabel 2.1 Spesies Microsporum

17
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan pada agar
Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni
bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu.
Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinamon.

Epidermophyton

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton
stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis
yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis
pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku
(onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat
dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning
kecoklat-coklatan.

Tricophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan
tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah
endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab
infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES

Species
Natural Reservoir
Ajelloi
Geophilic
Concentricum
Anthropophilic
Equinum
zoophilic (horse)
Erinacei
zoophilic (hedgehog)
Flavescens
geophilic (feathers)
Gloriae
Geophilic
Interdigitale
Anthropophilic
Megnini
Anthropophilic
Mentagrophytes
zoophilic (rodents, rabbit) /

anthropophilic
Phaseoliforme
Geophilic
Rubrum
Anthropophilic
Schoenleinii
Anthropophilic
Simii
zoophilic (monkey, fowl)
Soudanense
Anthropophilic
Terrestre
Geophilic
Tonsurans
Anthropophilic
Vanbreuseghemii
Geophilic
Verrucosum
zoophilic (cattle, horse)
Violaceum
Anthropophilic
Yaoundei
anthropophilic
Tabel 2.2 Spesies Trichophyton

18
LO.2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Dermatofitosis

Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di
semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit
pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan
populasi umum.

Dermatomikosis atau mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara tropis. Di
Indonesia angka yang tepat, berapa sesungguhnya insiden dermatomikosis belum ada. Di Denpasar,
golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Angka insiden tersebut diperkirakan
kurang lebih sama dengan di kota-kota besar Indonesia lainnya. Di daerah pedalaman angka ini
mungkin akan meningkat dengan variasi penyakit yang berbeda.

Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita dermatomikosis yang dirawat di IRNA
Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998
sampai dengan 31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19 penderita
dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24 tahun (26,3%), penderita wanita
hampir sebanding dengan laki-laki(10:9). Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis,
Aktinomisetoma, Tinea Kruris et Korporis, Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.

Di luar seperti India, berdasarkan penelitian di India yang mengambil sampel sebanyak 121 kasus (98
pria & 23 perempuan), dermatomikosis menempati urutan pertama untuk kasus penyakit kulit, 103
kasus (70,5%), diikuti candidiasis 30 kasus (20,5%) dan pitiriasis versikolor. Di Amerika endemik
dermatomikosis di daerah Utara dan barat Venezuela, brasil, dan beberapa kasus di laporkan di
Columbia dan Argentina. Di Eropa infeksi tinea adalah hal yang umum. Perkiraan insidensi penyakit
ini sekitar 10-20%. Di Eropa dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menempati urutan kedua.
Penyakit ini disebabkan oleh tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris, dan tinea rubrum. Tinea rubrum
ditemukan pada 76,2% kasus dermatomikosis melalui pemeriksaan sampel di Eropa.

Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan anak usia sekolah. Paling
sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada usia dewasa. Frekuensi infeksi pada spesies
tertentu antara lain:

Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum

27% Trichophyton mentagrophytes


7% Trichophyton verrucosum

3% Trichophyton tonsurans

Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii, Microsporum


canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum versicolor, Trichophyton equinum,
Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii dan Trichophyton violaceum.

LO.2.4. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Dermatofitosis

Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:

Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala

Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.

Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai
perut bagian bawah.

Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.

Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.

Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah.

Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea diatas.

19
Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:

Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan disebabkan oleh
tricophyton concentricum.

Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh tricophyton schoenleini: secara
klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperti tikus (mousy odor).

Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari morfologinya.

Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan
steroid topical kuat.

LO.2.5. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Dermatofitosis

Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara
fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan
tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga
dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi
dari tinea pedis, tinea inguium dan tinea manum.

Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke
stratum korneum.

Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati.

Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi
peradangan.

Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan
batas yang jelas dan meninggi (ringworm).
Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:

Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain
afinitas ini masing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap
manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermophython fluccosum paling sering menyerang lipat paha bagian dalam.

Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.

Faktor suhu dan kelembaban

Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana
banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.

Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada
golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang
baik

Faktor predisposisi: Higiene sanitasi jelek, kelembaban, daerah tropis panas, faktor penyebab maserasi
di pelipatan, sakit berat dan lama, penderita diabetes mellitus, neurodermatitis, leukorrhoe, obesitas

Faktor umur dan jenis kelamin


20
Ada 3 (tiga) cara penularan pada dermatofitosis, yaitu:

Antropofilik (dari manusia ke manusia)

Spesies antropofilik (E. floccosum, M. audouinii, M. ferrugineum, T. mentagrophytes var. interdigitale


= T. interdigitale, T. rubrum, T. tonsurans) mengakibatkan reaksi radang ringan dan kronis/kambuh -
kambuhan.

Zoofilik (dari binatang ke manusia)

Spesies Zoofilik (M. Canis pada anjing dan kucing, T. Mentagrophytes var. Mentagrophytes = T.
Mentagrophytes pada binatang engerat) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut, sembuh jarang
kambuh.

Geofilik (dari tanah ke manusia)

Spesies Geofilik (M. Gypseum) mengakibatkan reaksi radang hebat/akut.

Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan pada keratinosit, penetrasi
melewati dan di antara sel serta pembentukan respon pejamu.

Perlekatan dermatofit pada keratinosit

Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6 jam, dimediasi oleh serabut
dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase (keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan
memfasilitasi pertumbuhan jamur di stratum korneum. Dermatofit juga melakukan aktivitas proteolitik dan
lipolitik yang menyebabkan katabolisme protein ekstrasel di pejamu.

Penetrasi dermatofit melewati dan diantara sel

à
Proses penetrasi menghasilkan sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik nutrisi bagi jamur.
Diperlukan 4-6 jam untuk penetrasi ke stratum korneum setelah spora melekat ke keratin. Dalam upaya
bertahan menghadapi imun pejamu, jamur patogen punya mekanisme, yaitu:
Penyamaran

à à
Kapsul polisakarida yang tebal dibentuk memicu pertumbuhan filamen hifa dan membentuk biofilamen
bertahan terhadap fagositosis.

Pengendalian

à à
Peangaktifan mekanisme hambat imun pejamu atau mengendalikan respon imun pertahanan pejamu tidak
efekktif

à
Contoh: Adhesin di dinding jamur berikatan dengan CD14 dan C3 pada dinding makrofag aktivasi makrofag
terhambat

Penyerangan

Produksi molekul perusak pertahanan sistem imun yaitu sekresi toksin atau protease.

à à
Contoh: Katalase dan superoksida dismutase menurunkan barrier jaringan invasi jamur dipermudah.

Pertahanan dari pejamu: pertahanan non spesifik

Struktur, keratinisasi dan proliferasi epidermis à Barrier masuknya dermatofit. Stratum korneum
secara kontinu diperbarui à keratinisasi sel epidermis à menyingkirkan dermatofit

à
Akumulasi neutrofil di epidermis menghambat pertumbuhan dermatofit melalui mekanisme oksidatif.

à à
Substansi antijamur transferrindan a2-makroglobulin keratinase inhibitor melawan invasi dermatofit.
Pertahanan spesifik

Imunitas humoral maupun cell-mediated immunity (CMI). CMI berhubungan dengan Delayed Type

à
Hypersensitivity (DTH) berhubungan dengan penyembuhan klinis dan pembentukan stratum korneum pada
à à
bagian yang terinfeksi. Kekurangan CMI mencegah respon efektif infeksi dermatofit kronis atau berulang.

à à
Respon T helper (Th1) produksi sitokin Th1 respon DTH

Sel langerhans.

Infiltrasi radang pada dermatofitosis terdiri dari sel TCD4 dan T CD8 dilengkapi makrofag T CD68 dan sel
à
langerhans Cda1+ pengambilan dan pemrosesan antigen pada respon Th1

Imunitas humoral

Pejamu membentuk berbagai macam antibiotik terhadap infeksi dermatofit.

LO.2.6. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Dermatofitosis

Tinea Pedis

Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen hifa dari jamur
yang mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan selama berbulan-
bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan kontak tidak langsung lama setelah
infeksi terjadi.Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu, transmisi
dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T. interdigitale dan Epidermophyton floccosum yang
biasnya pada kaki. Infeksi di sini sering kronis dan tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun
dan hanya ketika menyebar kebagian lain, biasanya di kulit.

Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)


Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan tinea unguium.
Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1). Superficial white-
onycomycosis yang menempel atau membuat lubang pada permukaan kuku. (2). Invasif, subungual
dermatofita yang lateral dari proximal atau pun distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar
kuku. Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari onycomycosis dermatofita. Jamur
menyerang bagian distal bantalan jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan
onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.

Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral kuku dan sering
menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada onycomycosis subungual proximal jamur
menginvasi kebawah kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal karena spot
yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng kuku.

C. Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini
dapat bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur
hidup. Lesi kulit dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus,
daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain.

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih
nyata daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder (polimorfik). Bila menahun dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosi dan keluarnya
cairan terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis tersering di Indonesia.
Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris. T rubrum menjadi
dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T tonsurans ( 6%) dan T mentagrophytes
(4%). Organisme lain, termasuk E floccosum dan T verrucosum, menyebabkan suatu kondisi klinis
yang serupa. Infeksi T rubrum dan E floccosum lebih cenderung untuk menjadi kronis dan non-
inflamatori, sedangkan infeksi oleh T mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi
klinis merah, menyebabkan peradangan akut. Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris
antara lain: T. rubrum, T. interdigitale dan E. floccosum.

Tinea kapitis

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita.
Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk tinea kapitis:

Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum
dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar
rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita
adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan
terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah
tersebut terserang oleh jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat sebagai gray
patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu
wood terlihat fluoresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch
tersebut. Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan,
hanya sesekali berbentuk kerion.

Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis. Bentuk yang
disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah,
dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.

Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans
dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam
pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang
patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia
areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005).

Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap, herpes sircine
trichophytique)

Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin).

Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas tegas terdiri dari
eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah biasanya tenang.
Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak
terpisah satu dengan yang lain. Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena beberapa lesi
kulit menjadi satu.

Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini
dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini
disebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et korporis. Bentuk menahun dari
trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.

Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum disebut tinea
imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi
besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa
waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.
Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus. Penyakit ini
biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus oleh
satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut
tidak berkilat lagi dan terlepas. Bila tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan
parut dan botak. Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh
pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Tiga spesies
dermatofita yang menyebabkan favus, yaitu Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum, dan
Microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak bergantung pada spesies jamur
penyebab, namun lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur dan ketahanan penderita
penderita.

LO.2.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Dermatofitosis

Anamnesis

Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas ke sekitar
anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah.
Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah
pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai
pakaian ketat, bertukar pakaian dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus.
Penyakit ini dapat menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko
terkena dermatophytosis.

Pemeriksaan Fisik

Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula eritematosa,
berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka
efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai
likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lampu Wood
Prinsip:

Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit
organisme penyebab, sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan pendaran warna
tertentu.

Alat: Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya

Cara:

Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah mungkin.

Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan terlebih dahulu karena dapat
memberikan hasil positif palsu.

Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar perbedaan warna lebih kontras.

Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm

Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling besar/jelas.


Interpretasi

Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M. ferrugineum dan M. gypseum):


hijau terang.

Pitiriasis versikolor: putih kekuningan, orange – tembaga, kuning keemasan, atau putih kebiruan
(metabolit koproporfirin).

Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ): biru suram / hijau suram (akibat metabolit pteridin)

Eritrasma (Corynebacterium minutissimum): merah koral (metabolit porfirin).

Infeksi pseudomonas: hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).

Hasil positif palsu:

Salep dan krim di kulit atau eksudat: biru - jingga

Tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum: kuning

B. Pemeriksaan KOH

Cara pengambilan spesimen: a) Kulit tidak berambut:

§
Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian tengah dengan pisau tumpul steril

§
Menggunakan larutan KOH 10% b) Kulit yang berambut:

§
Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
§ §
Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10%
untuk kulit.

c) Kuku

§
Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian
proksimal kutikula atau lipatan kuku proksimal

§
Gunakan larutan KOH 40%

Teknik pemeriksaan preparat KOH:

Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.

Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.

Tutup dengan kaca penutup.

Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa kali, tetapi jangan sampai mendidih
(biasanya 2-4 kali).

Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis menipis dan rata.

Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali lalu dikonfirmasi dengan
pembesaran 40 kali.

Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali sehingga visualisasi menjadi lebih
baik

Interpretasi

Dermatofitosis: hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan artrospora


Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita:

o Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks) o Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki indeks bias berbeda dengan
sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung seperti
rantai (artrospora).

Pitiriasis versikolor: spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan terputus-
putus/ pendek-pendek (sphaghetti and meatballs)

Kandidosis: tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel ragi bertunas) dan
pseudohifa.

Diagnosis Banding

Gejala
Tinea capitis
Allopecia
Trikotilomania
Dermatitis

Areata

Seboroik

Allopecia
+
+
(pd kepala)
(Pd kepala, alis,
+
+

janggut)

Batas
Tegas,
Tegas,
Tidak tegas
Tegas,
tidak

eromatous
bulat/lonjong

erimatous

Rambut
Kusam, mudah
patah
putus tidak tepat
Tidak patah
patah

pd kulit kepala

Skuama
+
-
-
Berminyak
dan

kekuningan

Nyeri
-/+
-
-
-

Gatal
+
-
-
-

Papul eritem
+
-
-
eritema

Allopecia Areata

Kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui. Dengan gejala adanya bercak
kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong,
tapi tidak ada sisik/skuama.

Trikotilomania

Kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan
rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikis.

Dermatitis Seboroik
Peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea pada daerah kepala dan badan.
Prevalensi Dermatitis Seboroik sebanyak 1-5% populasi. Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
wanita. Penyakit ni dapat mengenai bayi sampa orang dewasa. Umumnya pda bayi terjadi pada usia 3
bulan sedang pada dewasa pada usia 30-60 tahun. Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya
bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudat dan krusta tebal.

Candidosis intertriginosa

Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida
albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan. Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen.
Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak
keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit
genetik). Faktor eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan
kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur, kontak dengan penderita. Dapat mengenai daerah lipatan kulit, terutama ketiak,
bagian bawah payudara, bagian pusat, lipat bokong, selangkangan, dan sela antar jari; dapat juga
mengenai daerah belakang telinga, lipatan kulit perut, dan glans penis (balanopostitis). Pada sela jari
tangan biasanya antara jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima,
keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar. Lesi pada penyakit yang
akut mula-mula kecil berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan kemerahan. Kemudian
meluas, berupa lenting-lenting yang dapat berisi nanah berdinding tipis, ukuran 2-4 mm, bercak
kemerahan, batas tegas, Pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama. Lesi tersebut
dikelilingi oleh lenting-lenting atau papul di sekitarnya berisi nanah yang bila pecah meninggalkan
daerah yang luka, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi utama. Kulit sela jari tampak
merah atau terkelupas, dan terjadi lecet. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal dan berwarna
putih.

Erytrasma

Erytrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah
ketiak dan lipat paha. Gejala klinis lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan
warna kulit penderita. Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita
gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan
tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan skuama pada seluruh lesi
merupakan tanda khas dari eritrasma. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan
terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat berfluoresensi merah membara
(coral red)

Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan
adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan,
disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah
tersebut dengan muka, ekstremitas ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema
sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering bagian di tengah menghilang dan
hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi dapat lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.

LO.2.8. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Dermatofitosis 2.8.1. Farmakologis

Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai contoh lesi tunggal pada kulit dapat
diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal. Walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan
kuku sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi
dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering
jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik.
Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur
dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis:

Infeksi

Rekomendasi

Alternatif

Tinea
unguium
Terbinafine
250
mg/hr
Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400 mg/hr
(Onychomycosis)
6
minggu
untuk
kuku
seminggu per bulan selama 3-4 bulan berturut-turut.

jari tangan, 12 minggu


Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-12
untuk kuku jari kaki
bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d sembuh (12-

18 bulan)

Tinea capitis
Griseofulvin

Terbinafine
250
mg/hr/4
mgg

500mg/day

Itraconazole
100

mg/hr/4mgg

(≥
10mg/kgBB/hari)
Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8

minggu)

Tinea corporis
Griseofulvin 500 mg/hr
Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu

sampai sembuh (4-6


Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr

minggu),

sering
selama 1 mgg. Fluconazole 150-300 mg/mggu

dikombinasikan dengan
selama 4 mgg.

imidazol.

Tinea cruris
Griseofulvin 500 mg/hr
Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole

sampai sembuh (4-6


100 mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1

minggu)
mgg. Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.
Tinea pedis
Griseofulvin 500mg/hr
Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole

sampai sembuh (4-6


100 mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1

minggu)

mgg. Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg.


Chronic
and/or
Terbinafine
250
mg/hr
Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.
widespread
selama 4-6 minggu
Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh (3-6
non-responsive

bulan).

tinea
Tabel 2.8.1 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit

Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai antiinflamasi, yakni
prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan
pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga
diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung
berat badan.

Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang
didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea,
vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.

Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal
diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain
berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan
setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula
3,3%-7% kasus.

Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai terapi sistemik 200 mg
per hari selama 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi
untuk kelainan hepar.
Pengobatan topikal yang diberikan adalah:
Imidazol:

o Miconazol: 1-2x /hari, selama 2-3 minggu Sediaan: krim 2%, bedak kocok ataupun bedak

o Klotrimazol: 2x /hari, selama 4 minggu Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok

o Ketokonazol: 2-4x /hari, selama 2-4 minggu Sediaan: krim 1%

Allilamin

o Nafritin: 4x /hari selama 4 minggu Sediaan: krim, gel, atau solusio 1%

o Terbinatin: 4x /hari selama 1-4 minggu

Catatan:

Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris

à
Untuk tinea capitis, rehabilitasi: sampo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa

2.8.2. Non Farmakologis

Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering

Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.

Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti pakaian yang
lembab

Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan
ganti setiap hari.
Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus segera
dicuci dan direndam air panas

2.8.3. Pencegahan

Tinea capitis

Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab

Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat

Hindari kontak dengan penderita/hewan piaraan.

Tinea Cruris

Menjaga berat badan ideal

Mengeringkan badan setelah mandi

Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat

Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang

Tinea Manus

Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya

Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab

LO.2.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Dermatofitosis

Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida

Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik

Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit

Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)


Onychomycosis (tinea manus/pedis)
LO.2.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Dermatofitosis

DUBIA AD BONAM, bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis dapat
sembuh total.

LI.3. Memahami dan menjelaskan infeksi jamur pada kulit

Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui dapat mengakibatkan
mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia. Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat
infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis
sistemik (profunda). Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks dalam skala
ringan atau berat. Pada kasus-kasus tertentu juga dijumpai adanya makanisme infeksi skunder akibat
mikosis. Reaksi imun sangat berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian
pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses penyembuhan.

A. Mikosis Superfisial, Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah
superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku.

1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan
Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.

Klinis : Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung, axila leher dan
perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami depigmentasi.

Pencegahan: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.

Pengobatan : 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit kemudian dicuci.
Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan mengangkat kateter yang terpasang.

Diagnosa

Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan kerokan kulit yang mengalami kelainan.

a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 %

Kulit yang mengalami kelainan dilakukan kerokan dengan alat skalpel yang sudah disterilkan dengan
alkohol 70 %. Hasil kerokan ditampung pada cawan petri steril atau kertas steril, dan dilakukan
pemeriksaan dengan cara diambil dengan ose diletakkan pada objek glas dan diberi KOH 10 % ditutup
dengan deck glas dan diperiksa dibawah mikroskop. Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek –
pendek dan spora bergerombol.

b) Pemeriksaan sinar wood

Dengan pemeriksaan sinar wood pada daerah infeksi akan memperlihatkan flouresens warna emas atau
orange.
Terapi

Dengan pemberian salisil / salep imidazol / mikonazol / klotrimazol dan pemberian ketokonazol secara
oral.

Tinea nigra : Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.

Klinis : Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi oleh hifa
bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat datar menempel pada kulit
(tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik ataupun reaksi yang lain)

Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil kerokan langsung dilakukan
pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan tampak hifa dan tunas yang
berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang bergerombol.

Pencegahan : dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.

Pengobatan : Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.

3. Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon
Beigelli dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk nodul yang
lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian
anti jamur tropikal.

a. Piedra Hitam

Merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh Piedraia hortai. Infeksi terjadi
karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan berupa
benjolan yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman. Benjolan sulit dilepaskan jika
dipaksakan rambut akan patah. Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada saat menyisir rambut
mengalami kesulitan.

Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan pemeriksaan langsung
dengan menggunakan KOH 10 %. Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna tengguli
dan ditemukan askus yang mengandung askospora.

Kultur

Jika ditaman pada media SGA tampak koloniyang berwarna Hitam

b. Piedra Putih
Merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum. Infeksi terjadi
karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi mengalami kelainan berupa
benjolan yang tidak berwarna .

Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari rambut yang terinfeksi dilakukan pemeriksaan langsung dengan
menggunakan KOH 10 %. Tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna atau putih kekuningan,
ditemukan arthrospora pada ujung hifa.

Kultur

Bahan pemeriksaan jika ditanam pada media akan tumbuh koloni yang berwarna kuning, granuler.

4. Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan
berkukudisebabkan oleh Trichopyton schoenleinii.

Klinis : Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar membentuk kerak
yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat akan meninggalkan luka basah. Dapat
menyebabkan kebotakan yang menetap.

5. Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan Aspergillus,
Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.

Klinis : muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika terjadi infeksi skunder
oleh bakteri, akan menjadi bernanah.

6. Tinea barbae

Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher, rambut dan folikel
rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton violaceum, Microsporum
cranis.

7. Tinea cruris

Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah dalam. Pada kasus
yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau
Trichophyton sp.

B. Mikosis Kutan, Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah
superfisial yang terkeratinisasi , yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.

1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang
menjadi vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh
Trichophyton rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.

Klinis : Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga terjadi infeksi
skunder.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda,
kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim
mikonazol).Pada fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan
kimia bedak antijamur pada siang hari.

2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan
oleh serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir
cincin stratum korneum yan belum terserang.

Klinis : Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi oleh
pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua dan memisahkan diri
menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora mengelupas, sehinga pada beberapa kasus
terdapat bagian tengah yang bersih pada lesi kurap.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan

Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.

3. Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) : Infeksi microsporum terjadi pada masa kanak-kanak dan
biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh
Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa.

Klinis : infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti dinding
keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut. Rambut menjadi mudah patah
dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk
kemerahan, edema, bersisik dan membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan
peradangan dan mengarah pada mikosis sistemik.

Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh dari
anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk bersama. Hindari kontak
dengan orang yang terinfeksi.

Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan
mengunakan krim antijamur mikonizol.

C. Mikosis Subkutan, Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah
kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.

1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada
tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar
melalui aliran getah bening.

Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir
tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru.
Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun
demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.

2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea
pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini
adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan
saprofit.

Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui
trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di
aliran getah bening
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah,
kebun dll.)

Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar
dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.

3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic
mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.

Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk
ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang.
Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan
menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.

Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah,
kebun dll.)

Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini
sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.

D. Mikosis Sistemik, Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah
dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-
masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya
mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau
pertumbuhan pada suhu 37 o C.

Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya
infeksi skunder.

1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru,
organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan
Blastomycetes brasieliensi
Klinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan
sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan
bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat
mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).

Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol selama 6 bulan akan bermanfaat.

2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini
menyerang paru-paru.

Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit
kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya
dapat sembuh dengan sendirinya.

Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk
imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan
amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.

3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan
kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)

Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar
akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun
99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan
sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada
terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada
hidung, mulut lidah, dan usus halus.

Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang
mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering
kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.

4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis


( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.

Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan
gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya
terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.

Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika
penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan
pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin B.

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kulit Menurut Pandangan Islam

Perintah menutup aurat


Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah fiiah aurat
diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 33

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

Manfaat menutup aurat

Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)

“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang
memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita
yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip
punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium
baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang
berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan
sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena
wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam,

“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki adalah menutup
antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan
tapak tangan.

Aurat Ketika Sembahyang

Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

Aurat Ketika Sendirian

Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini bererti bahagian
tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama Mahram

Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan lutut. Walau pun
begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang boleh menaikkan syahwat
lelaki walaupun mahram sendiri. Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana
dalam menjaga kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.
Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang wanita yaitu:
1.Suami

2.Ayah mertua

3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan

Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak

Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya

Anak saudara dari saudara perempuan

Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama

Hamba sahaya

Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat


Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun begitu, bagi kanak-
kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita dilarang menampakkan aurat
terhadap mereka.

Berwudhu

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang


menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah: 222)

Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari pada iman
kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah
SWT.

Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan
dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata
“bersuci” sebagai padanan kata “membersihkan/melakukan kebersihan”.

Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup
praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum
Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti:
wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).

Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan badan secara
terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri
dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita
melakukannya memang bersih. Jadi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang
melaksanakannya. Disinilah letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain
tentunya peran utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.

Adab berpakaian (untuk lelaki dan wanita) yaitu:

Menutup aurat
AURAT lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah
seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: “Paha itu adalah aurat.” (Bukhari)

Tidak menampakkan tubuh

Pakaian Muslimah yang jarang sehingga menampakkan aurat Wanita Muslim tidak memenuhi syarat
menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang
yang melihatnya. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Dua golongan ahli neraka yang belum
pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul
manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan
juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk surga
dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau surga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh.”
(Muslim)

Pakaian tidak ketat

Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan Wanita Muslim

Tidak menimbulkan riak

Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong,
Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: “Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian
kehinaan pada hari akhirat nanti.” (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’iy dan Ibnu

Majah)

Lelaki, wanita berbeda

Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya.

Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: “Allah
mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap
perempuan.” (Bukhari dan Muslim). Baginda juga bersabda bermaksud: “Allah melaknat lelaki
berpakaian wanita atau Pakaian Murah Muslim dan wanita berpakaian lelaki.” (Abu Daud dan Al-
Hakim).

Larangan pakai sutera

Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud:

“Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat
memakainya di akhirat.” (Muttafaq ‘alaih)
Melabuhkan pakaian

Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak Wanita Muslimah yaitu
bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud:
“Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta Wanita Muslimah
beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka
keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik)
maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang.” (al-Ahzab:59)

Memilih warna sesuai

Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna Pakaian Muslim ini
sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud:
“Pakailah Pakaian Muslim Putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain

putih).” (an-Nasa’ie dan al-Hakim) Daftar Pustaka

Bennet, J.E. 2006. Antimicrobial Agents; in: Goodman & Gilman’s. Brunton, L.L: Lazo, J.S. and
th
Parker, K.L: The Pharmacological Basis of Therapeutics; 11 ed pp(1232). McGraw-Hill Medical
Publishing Division: New York

Budimulja, U. 1980. Penyelidikan Dermatofitosis di RS Dr. Cipto Mangunkusomo Jakarta. Tesis.


Jakarta

rd
Conant, N.F., etc. 1971. Manual of clinical mycology; 3 ed. W.B. Saunders Company: Philadelphia
Grunwald, M.H. Adverse drug reacions of the new oral antifungial agents-terbinafine, gluconazole, and

itraconazole. Int. J. Derm. 37: 410-4315 http://www.bekamhijamah.com/index.php?


Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Aldjoefrie:Menjaga_keseh

atan_kulit_badan_dan_wajah_dengan_sistem_Islam [diakses 28 Februari, 18:54] Junqueira C.L., Carneiro,


L. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. EGC: Jakarta Menaldi, Sri W. 2015. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Badan Penerbit FKUI: Jakarta

Rippon, J.W. 1982. Medical Mycology. The Pathogenic Fungi and the Pathogenic Actinomycetes.
W.B. Sauders Company: Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai