Irvan Arisandi - Rangkuman Bencana Pak Kamil
Irvan Arisandi - Rangkuman Bencana Pak Kamil
KEPERAWATAN BENCANA
Disusun Oleh :
AKHMAD FURQONUDIN
NIP: 2016727052
Kelas III B Program Transfer
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan (Permenkes No 19
Tahun 2016), kasus kegawat daruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan
terjadi pada siapa saja, seperti serangan jantung dan kejadian trauma akibat
kecelakaan lalu lintas, kecelakan kerja ataupun yang lainnya (AGD Dinkes DKI
Jakarta, 2015).
Bencana adalah setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit atau cedera melebihi
kemampuan sistem gawat darurat yang tersedia dalam memberikan perawatan
adekuat secara cepat dalam usaha meminimalkan kecacadan atau kematian
(korbanmassal), dengan terjadinya gangguan tatanan sosial, sarana, prasarana
(Bencana kompleks bila disertai ancaman keamanan). Bencana merupakan
fenomena yang terjadi secara tiba-tiba yang membawa dampak sangat parah pada
lingkungan tempat tinggal dan memerlukan bantuan dari luar komunitas kejadian
(WHO, 2004).
Hodget & Jones (2002) mengatakan bahwa faktor yang mendukung keberhasilan
dalam pengelolaan bencana adalah management bencana, dan salah satu syarat
sukses dalam management bencana adalah tenaga kesehatan. Perawat adalah
salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang paling banyak dibutuhkan saat
bencana. Masih teringat saat bencana Tsunami di Aceh, para perawat banyak yang
dikirim ke Aceh untuk membantu memberikan pertolongan medis dan asuhan
keperawatan. Bantuan/pertolongan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang terkena
gempa tidak selalu makanan, minuman ataupun shelter sementara, namun ada satu
bidang profesi yang sangat mereka butuhkan yaitu hadirnya tenaga kesehatan.
Profesi keperawatan menjangkau segala aspek (biologis, psikologis dan spiritual)
dan pelayanan keperawatan dapat mencakup segala kondisi, dimana pemberian
asuhan keperawatan tidak hanya dilakukan diarea rumah sakit atau pelayanan
kesehatan, namun harus bisa memberikan asuhan keperawatan dalam kondisi
siaga tanggap bencana. Perawat dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuanya dalam memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi. Berikut akan dijelaskan tentang sistem asuhan
keperawatan saat bencana.
b. Observasi
Adalah melihat dan mendokumentasikan kondisi sesungguhnya
bencana yang sednag terjadi. Observasi dilakukan dalam rangka
memperkuat data masalah. Perawat langsung melakukan observasi
menggunakan alata perekan sederhanan seperti: HP atau kamera saku.
c. Wawancara
Wawancara sederhana dapat dilakukan dengan beberapa orang
masyarakat, petugas yang bertanggung jawab dengan wilayahyang
bersangkutan seperti: kepala desa, RT, petugas Puskesmas dan Kader.
d. Data sekunder
Data ini diperoleh dari petugas lain yang menangani korban bencana,
laporan puskesamas, kelurahan dan dinas kesehatan.
2. Analisa data
Bertujuan untuk mengelompokan data masalah kesehatan sesuai kelompok
masalahnya sehingga dapat ditegakan diagnosa keperawatanya.
5. Strategi implementasi
a. Pendidikan kesehatan
Dilakukan dalam bentuk penyuluhan kesehatan, demonstrasi
keterampilan dalam mengatasi masalah kesehtan masyarakat, seperti:
penyuluhan diare, membuat larutan gula garam dst.penyuluhan dan
demostrasi dilakukan oleh perawat dengan alat dan bahan yang sedang
yang sederhana. Penyuluhan dibuat semenarik mungkin, sebelum dan
sesudah penyuluhan dilakuka pretestuntuk mengetahui sejauhmana
tingkat pemahaman masyarakat tentang penyuluhan dan demosntrasi
yang dilakukan perawat. Pretest dan post test dapat diberikan dalam
bentuk pertanyaan lisan.
b. Strategi kelompok
Strategi kelompok adalah membentuk kelompok dimasyarakat dalam
mengatsi masalah kesehatannya.strategi kelompok bertujuan agar
masyarakat dapat saling berbagi pengetahuan pengalaman, dan
keterampilan serta saling memotivasidalam kebehasilan memecahkan
masalah kesehatan, dalam bentuk peer group dll.
c. Kerjasama
Strayegi kerjasama adalah untuk memenfaatkan instasi dan profesi
laindalam mengatasi masalah kesehatan dimasyarakat. Kerjasama
partner ship: lintas program (ahli gizi, kesling), lintas sektor (TNI,
polri, diknas dan LSM). Lewin ( 1958 dalam ervin 2002) mengatakan
bahwaperubahan terjadi melalui 3 tahap yaitu: unfreezing yang
bertujuan untuk membuat masyarakat siap menerima perubahan,
change yaitu tahap dimana masyarakat mampu melaksanakan
perubahan positif sesuai dengan rrencana kegiatan dan refreezing yaitu
tahap dimana masyarakat sudah stabil dengan perubahan baru.
6. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untu melihat efektifitas dan efisiensi program yang
sedang atau telah dilaksanakan (ervin, 2002). Evaluasi dapat
mengidentifikasi masalah dan keterbatasn program yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan saat program sedang berlangsung atau setelah
program terlaksana. Menurut marquis dan houston (2006) bahwa
controling terdiri dari quality control, instrumen evaluasi dan disiplin.
Evaluasi akhir dilaksanakan dalam bentuk lokakarya kedua untuk
membahas tingkat pencapaian dan keberhasilan mengatasi maslaah
kesehatan dan rencana tindak lanjut.
2. Masalah pangan
Masalah oangan atau makanan, pada saat bencana terjadi banyak lahan
pertanian atau bahan makanan yang tidak bisa terselamat kan, untuk itu
korban bencana memerlukan kebutuhan pangan dan bahan makanan.
3. Masalah papan
Masalah papan atau tempat tinggal dimana ketika terjadi becana seperti
gempa bumi banyak infra struktur yang hancur termasuk tempat tinggal.
4. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang timbul sebagai dampak dari bencana. Kerusakan
tempat tinggal tidak tersdianya air bersih, kehilangan mata pencaharian
dan lain-lain yang menimbulkan ketidakmampuan korban bencana untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya terutama kebutuhan pangan dan air bersih.
Depkes RI, 2006, Tanggap Darurat Bencana, Safe Community modul 4).Depkes
RI, Jakarta