Anda di halaman 1dari 8

V.

PUNTIR (TORSI)

1. Pendahuluan
Masalah puntir (torsi) pada batang elastik penampang bulat pertama kali dipelajari
oleh Coulomb sekitar tahun 1775. Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom
mengalami perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri.

Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada penampang balok


cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan akan melawan
pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan timbul
kerutan kerutan berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan
garis geseran yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada
sumbu memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang geser puntir.

2. Puntir pada Komponen Struktur

½b
P
L

T = P.1/2b

Diagram Momen Puntir

M = P.L

Diagram Momen Lentur

Gambar 5.1 Puntir Pada Balok Terjepit Sebelah

43
B

P
D
A C
A T
B

Gambar 5.2 Puntir pada Balok Balkon

Perhatikan balok CD, terjadi momen jepit pada C dan pada D. Momen jepit di C akan
mengakibatkan momen puntir pada balok AC, momen jepit di D akan mengakibatkan
momen puntir pada balok BD.

Pada dasarnya untuk keperluan perencanaan setiap balok harus diperiksa apakah balok
tersebut mengalami puntir atau tidak. Sebab puntir akan mempengaruhi perencanaan
penampang balok yang bersangkutan.

Asumsi dasar pada analisis puntir


1. Bentuk penampang datar yang tegak lurus sumbu batang tetap datar setelah
mengalami puntir
2. Regangan puntir yang terjadi berbanding lurus dengan jaraknya ke sumbu
pusat
3. Tegangan geser yang terjadi berbanding lurus dengan regangan geser puntir.

3. Tegangan Geser Puntir


Tegangan geser puntir yang akan dibahas disini adalah tegangan geser puntir pada
penampang lingkaran. Apabila sebuah batang berpenampang lingkaran mengalami
momen puntir sebesar T, maka akan terjadi tegangan geser puntir pada pada setiap
elemen kecil dA pada penampang. Tegangan geser puntir terbesar terjadi pada sisi
terluar penampang seperti pada Gambar 5.3.

τmaks

r ρ/r τmaks
ρ
O B C

dA

Gambar 5.3 Tegangan Geser Puntir pada Penampang

44
Dengan mengambil persamaan kesetimbangan gaya luar terhadap gaya dalam pada
suatu irisan penampang pada Gambar 5.3. maka dapat diturunkan hubungan sebagai
berikut :

Gaya-gaya dalam :
ρ
Tegangan geser puntir = τ ma ks
r
Luas = dA
ρ
Gaya = tegangan x luas = τ ma ks .dA
r
ρ
Momen puntir dalam = gaya x lengan = τ ma ks .dA.ρ
r
Gaya-gaya luar :
Momen puntir luar = T
Gaya gaya dalam = Gaya gaya luar
ρ
∫ r τ ma ks .dA.ρ = T
τma ks
r ∫
ρ 2dA = T

Dari bab sebelumnya ∫ ρ 2 dA = Ip (momen inersia polar), sehingga


τma ks
Ip = T
r
τmaks = T.r (5.1)
Ip

dengan :
τmaks : tegangan geser puntir maksimum
T : momen torsi
r : jari-jari lingkaran
Ip : momen inersia polar
πr 4
Ip = (penampang lingkaran)
2

4. Sudut Puntir Penampang Lingkaran

dx

45
dx

B
A
O

γmaks D

Gambar 5.4 Sudut Puntir Pada Penampang

Untuk sudut-sudut kecil dalam radian maka tg γ = γ atau tg φ = φ sehingga:


Panjang busur BD = γmaks dx atau
Panjang busur BD = dφ.r
γmaks.dx = dφ.r
Dari Persamaan 4.7.
τ
γmaks = maks
G
Dari Persamaan 5.1.
T .r
τ maks =
Ip
T .r
γ maks =
GI p
T .r
dx = dφ.r
GI p
T
dφ = dx
GI p
L
T
φ=∫ dx
0
GI p

φ = TL (5.2)
GI p
dengan :
φ : sudut puntir
T : momen puntir
L : panjang batang
G : modulus geser bahan
Ip : momen inersia polar

46
5. Puntir Pada Penampang Non Circular
Puntir pada penampang non circular telah dikembangkan oleh Saint Venant tahun
1853. Secara matematis analisis puntir pada penampang non circular lebih rumit. Dua
asumsi dasar pertama pada penampang lingkaran, tidak berlaku pada penampang segi
empat. Pada penampang lingkaran, tegangan geser puntir akan maksimum pada jarak
yang terjauh dari pusat penampang. Sedangkan pada penampang segiempat tegangan
geser puntir justru nol pada jarak terjauh dari pusat penampang. Pada penampang segi
empat, tegangan pada sudut-sudut penampang adalah nol dan tegangan maksimum
berada pada tengah-tengah sisi panjang dari penampang, seperti terlihat pada Gambar
5.5.

τmaks

b = sisi panjang
h h = sisi pendek

Gambar 5.5 Distribusi Tegangan Geser Puntir

Tegangan Geser Puntir

T
τ maks = (5.3)
α .b.h 2
Sudut puntir :
TL
φ= (5.4)
β .b.h 3 .G

Tabel 5.1 Koefisien α dan β Penampang Persegi

b
1,00 1,50 2,00 3,00 6,00 10,00 ∞
h
α 0,208 0,231 0,246 0,267 0,299 0,312 0,333
β 0,141 0,196 0,229 0,263 0,299 0,312 0,333

47
6. Contoh-Contoh
Contoh 5.1

1,15 kN
A

C
3m 1m
B

Balok horizontal AB dijepit di A. Batang BC juga horizontal tetapi tegak lurus dengan
batang AB. Pada titik C bekerja gaya vertikal sebesar 1,15 kN.
a. Hitung tegangan geser puntir maksimum penampang pada batang AB dan
sudut puntir pada ujung B apabila penampang batang AB adalah lingkaran
dengan diameter 55 mm.
b. Hitung tegangan geser puntir maksimum penampang pada batang AB dan
sudut puntir pada ujung B apabila penampang batang AB adalah persegi
dengan tinggi 60 mm dan lebar 40 mm.
Modulus geser bahan (G) = 77,5 GPa

Penyelesaian :
Momen puntir pada batang AB
TAB = 1,15x1 = 1,15 kNm

a. Penampang lingkaran
Tegangan Geser puntir maksimum pada penampang
6
T .r 1,15.10 27,5
τ AB = = = 35,2 Mpa
Ip 1 π .27,5 4
2

Sudut puntir pada penampang :


6
T .L 1,15.10 .3000
φB = = = 0,049 rad
G.I p 77,5.10 3. 1 2 π .27,5 4

b. Penampang persegi
Tegangan geser puntir maksimum pada penampang
6
τ AB = T 2 = 1,15.10 2 = 51,86 Mpa
α .b.h 0,231.60.40

Sudut puntir pada penampang


6
φB = T .L 1,15.10 .3000
= = 0,059 rad
β .b.h G 0,196.60.40 .77,5.10 3
3 3

48
Contoh 5.2

0,75 kN

0,4 kN
A
E
D
3m B 1m
C
1,5 m

Balok horizontal AB berpenampang lingkaran dengan diameter 55 mm, balok


horizontal BC juga berpenampang lingkaran dengan diameter 40 mm. Batang BE dan
batang CD juga horizontal tetapi tegak lurus dengan batang AC. Pada titik D bekerja
gaya vertikal sebesar 0,4 kN dan pada titik E bekerja gaya vertikal sebesar 0,75 kN.
a. Hitung tegangan geser puntir maksimum pada penampang pada batang AC.
b. Hitung sudut puntir pada ujung C, modulus geser bahan, G = 77,5 Gpa.

Penyelesaian :
Diagram momen puntir
Akibat gaya 0,75 kN

A B C

0,75 kNm

Akibat gaya 0,4 kN

A B C
0,4 kNm

Kedua diagram momen puntir diatas dijumlahkan sehingga diperoleh :

A B C

0,4 kNm
1,15 kNm

49
Tegangan geser puntir
Momen inersia polar batang AB
Ip = ½ πr4 = ½ . π.27,54 = 898360,5 mm4

Tegangan geser puntir pada batang AB


6
T .r 1,15.10 .27,5
τ AB = = = 35,20 MPa
Ip 898360,5

Momen inersia polar batang BC


Ip = ½ πr4 = ½ . π.204 = 251327,41 mm4
6
T .r 0,4.10 .20
τ BC = = = 31,83 MPa
Ip 251327,41
Maka tegangan geser puntir maksimum ada pada batang AB sebesar 35,20 MPa

Sudut puntir
Sudut puntir di B
6
T .L 1,15.10 .3000
φ B = AB AB = = 0,049 rad
GI p 77,5.103.898360,5
6
TBC .LBC 0,4.10 .1500
φc = = = 0,031 rad
GI p 77,5.103.251327,41
φc total = 0,049 + 0,031 = 0,08 rad
Maka sudut puntir di C = 0,08 rad.

Contoh 5.3
Berapakah seharusnya panjang sebuah kawat aluminium yang berdiameter 5 mm
hingga benda ini dapat dipelintir sebesar satu putaran penuh tanpa melebihi tegangan
geser sebesar 42 MPa, modulus geser bahan 27 GPa.

Penyelesaian :
Momen inersia polar
I p = 1 2 .π .r 4 = 1
2 .π .2,54 = 61,32 mm4
T .r
τ=
Ip
T .2,5
42 =
61,32
T = 1030 Nmm

T .L
φ=
GI p
dipelintir satu putaran penuh maka φ = 2π

1030L
2π =
27000.61,32
L = 10094 mm
L = 10,094 m

50

Anda mungkin juga menyukai