2. Ketokonazol
Adalah Obat Antijamur Sistemik merupakan Golongan Azol Pada umumnya golongan
azol bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk
mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja dengan cara menginhibisi enzim
sitokrom P 450, C-14-α-demethylase yang bertanggung jawab merubah lanosterol
menjadi ergosterol, hal ini mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permeabel dan
terjadi penghancuran jamur.Ketokonazol mempunyai spektrum yang luas dan efektif
terhadap Blastomyces, dermatitidis, Candida species, Coccidiodes immitis, Histoplasma
capsulatum, Malasezzia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis. Ketokonazol juga efektif
terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Aspergillus spesies dan
Zygomycetes.Dosis ketokonazol yang diberikan pada dewasa 400 mg/hari sedangkan
dosis untuk anak-anak 3,3-6,6 mg/kgBB dosis tunggal. Lama pengobatan untuk tinea
korporis dan tinea kruris selama 2-4 minggu, 5 hari untuk kandida vulvovaginitis, 2
minggu untuk kandida esofagitis, tinea versikolor selama 5-10 hari, 6-12 bulan untuk
mikosis dalam.
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dijumpai terjadi
pada 20% pasien yang mendapat dosis 400 mg/hari. Pemberian pada saat menjelang tidur
atau dalam dosis terbagi dapat mengatasi keadaan ini. Alergi dapat terjadi pada 4% pasien,
dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 2% pada pasien yang diterapi ketokonazol.
Ketokonazol dapat menginhibisi biosintesis steroid, seperti halnya pada jamur.
Peninggian transaminase sementara dapat terjadi pada 5-10% pasien. Untuk pengobatan
jangka waktu yang lama, dianjurkan dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Hepatitis drug
induced dapat terjadi pada beberapa hari pemberian terapi atau dapat terjadi berbulan-
bulan setelah pemberian terapi ketokonazol. Ketokonazol dosis tinggi (>800 mg/hari)
dapat menghambat human adrenal synthetase dan testicular steroid yang dapat
menimbulkan alopesia, ginekomastia dan impoten.