Anda di halaman 1dari 3

Menjaga Keseimbangan Kelembaban

Inti dari menjaga keseimbangan kelembaban adalah:


1. Keadaan lembab yg terjaga dengan baik akan mendukung migrasi
keratinosit dan penyembuhan luka.
2. Dalam menjaga kelembaban luka, gunakanlah pembalutan luka yang tidak
terlalu basah atau tidak terlalu kering.
3. Terdapat beberapa jenis pembalutan luka dalam menjaga kelembaban,
yaitu film (selaput/kassa), foam (busa), hidrokoloid, alginate, dan hidrogel.
4. Terapi tekanan negatif tampak efektif pada luka post operasi.

Pembalutan yang mempertahankan kelembaban Luka


Dalam menjaga keseimbangan kelembaban luka diperlukan pemilihan
pembalut luka yang dapat menyerap eksudat dan tetap menjaga keadaan lembab
luka. Pembalut luka tersebut dikenal dengan istilah Moisture-retentive dressings
(MRD). MDR yang digunakan harus memiliki nilai MVTRs (Moisture Vapor
Transmission Rates) kurang dari 35g/ m2/ jam agar dapat menjaga keadaan
lembab dalam penyembuhan luka. Angka kesembuhan awal pada proses
penyembuhan luka lebih cepat jika menggukan MRD dan kompresi dibandingkan
hanya menggunakan kompresi saja.

Terdapat 5 jenis MRD, yaitu film, foam, hidrokoloid, alginate, dan


hidrogel. Film lebih tipis dan berbentuk selembar polyurethane transparan elastis
yang mengikuti bentuk permukaan kulit dan bersifat gas permeable. Film dipilih
untuk perawatan luka daerah donor pada split-thichness skin grafts dan biasanya
juga digunakan pada luka bekas operasi.

Foam merupakan pembalut dengan pembalut bilaminate yang terdiri dari


polyurethane hidrofobik pada bagian dalam dan dan permukaan yang bersifat
hidrofilik yang berguna untuk mencegah kebocoran dan kontaminasi bakteri.
Foam lebih banyak digunakan sebagai padding pada luka yang berkenaan dengan
tulang dan cocok pula digunakan pada luka dengan eksudat derajat ringan-sedang.
Jika digunakan pada luka yang tidak terlalu banyak mengeluarkan eksudat, maka
pada saat mengganti atau melepaskan foam memerlukan bantuan larutan saline.

Hidrokoloid merupakan pembalut yang terdiri dari


carboxymethylcellulose, pectin, dan gelatin yang terikat ke foam atau
polyurethane film dibelakangnya. Permukaan luka yang mengandung eksudat
akan berinteraksi dengan hidrokoloid dan membentuk gel berwarna kuning yang
mendorong proses autolytic debridement. Hidrokoloid ini sesuai digunakan pada
luka dengan eksudat ringan. Penggunaan hidrokolpid harus diperhatikan karena
dapat menyebabkan maserasi. Untuk menghindai hal ini dapat diberikan lapisan
petroleum atau zinc oxide di tepi luka.
Alginate merupakan pembalut yang sangat bersifat absorber yang terdiri
dari cellulose-like polysaccharides yang berasal dari algae atau kelp. Alganite
dapat menggantikan sodium dengan kalsium guna menyerap cairan dan berguna
dalam hemostatik. Alginate lebih tepat digunakan pada luka dengan eksudat yang
berat, dan harus dihindari pada luka kering atau luka dengan eksudat ringan.

Hidrogel terdiri dari 96% air yang tersimpan di cross-linked hydrophilic


polymer network. Hidrogel baik digunakan pada luka yang kering. Hidrogel juga
dapat member rasa nyaman pada pasien karena bersifat dingin dan menyejukkan.

Tatalaksana Khusus Luka pada Beberapa Penyakit


A. Dekubitus (Bed Sores)
Tujuan dari tatalaksana dekubitus adalah mengurangi tekanan,
gesekan, pergeseran, dan kelembaban yang berlebihan. Penyakit yang
mendasari harus ditangani termasuk nutrisional dan hidrasi. The National
Pressure Ulcer Advisory Panel menegaskan bahwa MRD jika
dibandingan pembalutan menggunakan kasa, karena kasa dapat
menempel pada luka dan dapat menimbulkan nyeri ketika diganti.
Reposisi pasien selama 2 jam sekali merupakan inti dari tatalaksana dan
pencegahan dekubitus. Penggunaan alat-alat seperti busa atau bantalan
dan matras dapat mengurangi resiko terjadinya dekubitus.

B. Ulserasi Vena
Terapi kompresi baik dengan menggunakan graduated compression
stocking atau compression bandage merupakan tatalaksana utama pada
kasus ulserasi vena. Dari studi review menunjukkan bahwa pemberian
tekanan pada kasus ulserasi vena meningkatkan angka kecepatan
penyembuhan luka. Terapi kompresi ini harus diperhatikan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif, pada pasien lanjut usia, dan pasien
dengan penyakit arterial yang berat. Penggunaan obat pentoxifylline
sistemik sangat berguna untuk terapi penunjang pada kasus ulserasi vena.
Sebuah studi review menujukkan penggunaan pentoxifylline baik dengan
atau tanpa terapi kompresi meningkatkan proses penyembuhan pada
ulserasi vena bila dibandingkan dengan placebo. Namun efek samping
yang paling sering timbul adalah gangguan gastrointestinal.

C. Ulserasi Arteri
Evaluasi pada beberapa studi menunjukkan bahwa terapi
konservatif berhasil digunakan pada pasien dengan ABI <0.9 tetapi nilai
transcutaneus oxygen level >30 mmHg. Studi ini menunjukkan bahwa
terapi konservatif, meliputi pembalutan luka dan amputasi minor, sembuh
2/3 lebih cepat pada luka dan menghindari resiko amputasi akibat late
revaskularisasi. Studi lain juga menunjukkan bahwa pengunaan topical
lidocaine 1-2% gel dua kali sehari meringankan nyeri yang timbul.

D. Ulkus Diabetik
Faktor dasar dari tatalaksana ulkus diabetic meliputi debirdemen,
pemulihan perfusi vascular, penanganan luka yang baik, pembebasan
tekanan, dan kontrol infeksi. MRD sangat dianjurkan pada luka ulkus
diabetik.

E. Ulserasi Malignansi
Pada pasien dengan ulserasi akibat malignansi, tatalaksana
bertujuan untuk menjaga luka agar tetap bersih dan menghindari adanya
infeksi. Penggunaan metronidazol tropical berguna untuk menjaga luka
agar tidak bau.
F. Ulserasi Rheumatologi
Ulserasi rheumatologi diakibatakan oleh disregulasi dari sistem
imun dapat dengan cepat menjadi expansice nonhealing wound. Luka yang
cukup dalam membutuhkan pembalutan yang dapat mengontrol eksudat,
seperti alginate atau foam. Jika luka kering dan nekrosik, hidrogel sangat
disarankan guna membantu proses autolytic debridement. Penanganan
sistemik dapat meliputi pemberian imunosupresi dan inhibitor tumor
nekrosis faktor.

G. Luka dengan Nutrisional yang Buruk


Asupan protein yang tidak memadai dapat mengurangi atau
menghambat proses penyembuhan luka. Pasien dengan asupan protein
tinggi menunjukkan kecepatan proses penyembuhan yang lebih cepat.
Studi menunjukkan bahwa pemberian suplemen protein meningkatkan
kira-kira dua kali lebih cepat penyembuhan luka.

Anda mungkin juga menyukai