DAN PENGOBATANNYA
AGAMA ISLAM IV
Muhammad Taqiyyuddin Alawiy
DARI SEGI LOGIKA, IMAM AL GHOZALI
MENYATAKAN BAHWA SESEORANG TIDAK
DAPAT SIBUK MENGHIASI AKHLAK YANG
TERPUJI, TANPA MENGENAL AKHLAK YANG
TERCELA , OLEH SEBAB ITU PERLU KIRANYA
KITA MEMPELAJARI LEBIH DAHULU AKHLAK
YANG TERCELA SEBELUM MEMPELAJARI
AKHLAK YANG TERPUJI.
MEMBERSIHKAN HATI DARI AKHLAK YANG
TERCELA ADALAH PERBUATAN YANG SESUAI
DENGAN ANJURAN AGAMA, ALLAH BERFIRMAN:
َْ َ
QS. َ AL A’LA AYAT
قَ ْد أفلح من تزّكى
14:
َ َ َ َ
14. SESUNGGUHNYA BERUNTUNGLAH ORANG
YANG MEMBERSIHKAN DIRI (DENGAN
BERIMAN),
Tidak ada sesuatu amal yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala
kecuali lapar dan dahaga.
Orang yang memenuhi perutnya tidak akan masuk kedalam
kerajaan langit.
Penghulu seluruh amal adalah lapar
Berpikir adalah setengah ibadah, sedangkan sedikit makan
adalah ibadah penuh
•
2.
3. (Kerendahan Nafsu,
hilangnya takabur serta lenyapnya perbuatan membandel)
4. (Sesungguhnya Ujian adalah
termasuk pintu-pintu sorga)
6.
(Ringan badan untuk bertahajud dan ibadah, sirnanya tidur
yang mencegah perbuatan ibadah).
Sesungguhnya modal kebahagiaan adalah umur, sedangkan
tidur mengurangi umur, karena tidur mencegah perbuatan
ibadah.
.3
Bukankah yang banyak menelungkupkan manusia di neraka
karena lubang-lubang mereka kecuali pangkal lidahnya?
Ditinjau dari:
Segi Lahir : 1. Pemukulan
2. Mencaci Maki
3. Merasani ke sana ke mari
1. Melemahkannya 2. Menahannya
Tak ada tegukan yang lebih disenangi oleh Allah kecuali tegukan
kemarahan yang ditahan oleh seseorang hambanya. Tiadalah
seseorang menahan hal yang demikian kecuali Allah akan
memenuhi rongga dadanya dengan keimanan.
4. IRI HATI/HASUD (ُسد َ )ا ْل
َ ح
Rasulullah saw. memperingatkan agar seseorang tidak memen-
dam rasa iri hati terhadap orang lain, misalnya dalam sabda be-
liau:
Rasa iri atau hasud memang biasa dimiliki oleh setiap orang.
Cara untuk menyelamatkan diri dari hasud adalah dengan cara
tidak mengikutinya. Rasulullah saw menjelaskan hal tersebut:
Ada tiga hal yang tak seorangpun selamat darinya,
yaitu: berprasangka, meramal, dan iri hati. Aku
beritahukan kepadamu cara menyelamatkan diri dari
ketiga hal tersebut, yaitu: bila berprasangka jangan
kau benarkan; bila meramal agar kau langgar; dan
bila iri hati jangan kau ikuti.
Hasud atau iri hati adalah penyakit yang sudah lama diderita oleh
orang-orang sebelum kita, sebagaimana sabda Nabi saw:
ِا
ِ خط ْيئ
َة ُ بِال ُّد ْنيَاِ َر ْأ
َ ِسِكُل ُّ ح
ُ
Senang dunia adalah pangkal setiap kesalahan.
Cara pengobatan
Obat bakhil adalah kapsul yang diramu dari dua bahan, yaitu ilmu
dan amal. Bahan ramuan pertama adalah ilmu, yaitu terdiri dari:
1. Mengetahui kecelakaan akibat bakhil di akhirat dan kehinaan di dunia.
2. Mengetahui bahwa harta tidak akan ikut serta dibawa bila ia menetap di
dalam kubur.
3. Menyadari bahwa harta adalah milik Allah yang ditempatkan pada
seseorang untuk dibelanjakan pada perintah Allah yang lebih penting.
4. Mengetahui bahwa membelanjakan harta untuk pahala akhirat adalah
lebih baik dari pada untuk bernikmat-nikmat dan menuruti syahwat.
5. Memperhatikan bahwa menuruti syahwat adalah tabiat binatang, se-
dangkan menuruti syara' adalah tabiat orang berakal.
6. Memperhitungkan bahwa meninggalkan harta untuk anak yang
dianggap sebagai solusi terbaik adalah wujud kebodohan bila ia sendiri
menghadap Tuhannya dengan kejelekan. Jika anaknya saleh, Allah akan
mencukupinya, dan jika anaknya fasik maka harta peninggalannya akan
membantunya pada kemaksiatan yang dilakukan anaknya. Harta tersebut
menjadi sebab tetapnya anak dalam kemaksiatan, memberi kesengsaraan
yang meninggalkannya, dan menikmatkan orang lain.
Bahan ramuan kedua obat bakhil adalah amal,
yaitu:
1. Membawa dirinya untuk membelanjakan
harta dengan paksaan dan selalu melakukan
hal itu hingga menjadi adat kebiasaannya.
Itulah rumah akhirat yang Kami sediakan untuk orang-orang yang tidak
menghendaki pangkat yang tinggi di dunia dan tidak pula menghendaki kerusakan.
(Al Qashash : 83)
Terhadap ambisi dan gila pangkat, Rasulullah saw antara lain
menjelaskan bahwa sifat tersebut akan menumbuhkan sifat
munafik dalam diri seseorang. Beliau mengibaratkan
pertumbuhan sifat munafik akibat gila pangkat seperti
pertumbuhan sayuran akibat siraman air. Sabdanya:
Dua serigala yang ganas yang dimasukkan ke kandang kambing tidak akan
lebih membuat kerusakan dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan
dari cinta harta dan gila pangkat dalam agama seorang muslim.
Banyak orang yang kepalanya penuh debu, berpakaian buruk, yang apabila
ia bersumpah atas nama Allah pasti diterima.
Maksud hadits ini adalah pujian Rasulullah saw. terhadap
orang yang menyembunyikan pangkat yang ia miliki. Dalam
hadits yang lain beliau menjelaskan:
Sesungguhnya ahli surga ialah setiap orang yang kepalanya penuh dengan
debu, berpakaian buruk, dan tidak diperhatikan. Bila mereka meminta ijin
kepada pejabat tidak dikabulkan, bila meminang wanita ditolak, bila
berbicara tidak didengarkan, dan keinginan salah seorang di antara mereka
itu hanya terpendam dalam dadanya. Tetapi di hari kiamat, apabila cahanya
dibagikan kepada semua orang pasti merata.
Hakekat pangkat
Pangkat pada hakekatnya adalah menguasai hati orang lain
supaya tunduk kepada orang yang mempunyai pangkat
sehingga menuruti kemauannya, lisannya dipergunakan
untuk memujinya, dan bekerja guna memenuhi keinginannya.
Jika harta berarti memiliki uang untuk menyampaikan
kepada semua tujuan, maka pangkat ditujukan untuk
menguasai semua hati orang.
Mengapa pangkat lebih disukai dari pada harta?
Imam Al Ghazali mencoba menyampaikan analisisnya sebagai
berikut:
1. Dengan pangkat orang lebih mudah untuk sampai kepada
harta yang diinginkan dari pada kemudahan harta untuk men-
dapatkan pangkat.
2. Pangkat tidak dapat dicuri, tidak dapat digasab (dipinjam
tanpa izin), dan aman dari hama.
3. Pangkat dapat bertambah besar dan meluas tanpa
paksaan.
4. Orang yang hatinya telah dikuasai dengan itikad
mengagungkan orang yang berpangkat selalu memuji dan
menjaring hati orang lain untuk atasannya.
5. Pangkat berarti ketinggian, kebesaran, dan kemuliaan.
Ketiganya adalah termasuk sifat-sifat ketuhanan. Manusia
menyukai sifat ketuhanan karena tabiat, bahkan dirasa paling
lezat dari lainnya karena hal tersebut adalah untuk rahasia da-
lam munasabah ruh kepada masalah ketuhanan.
3. Mencamkan firman Allah swt dalam surat Abasa ayat 17-21 yang berbunyi:
ر َ ْ ْ َ ر َ َ ْ َ َ ر ْ َ ِ َ ْ َ َ َ ر ْ ر ْ َ َ َ َ ر َ َ َ َ ر َر
ئ خلقه ِمن نطف ٍة خلقه فقدره ثم ٍ يش ي أ ن َ م
ِ ه ر ف ك َ أ ا م ان س ن إل
ِ ا ل ت
ِ ق
َ َ َّس ره رث َم أ َماتَ ره فَأ ْق
ّبهر َ َ َ السبيْ َل يَ
ِ
Terkutuklah manusia! Lantaran apa ia ingkar? Dari mana asal
kejadiannya? Dari setetes mani ia dijadikan, kemudian ditentukan
fase-fasenya. Lalu dimudahkan jalan keluarnya, dan akhirnya di-
matikan dan dikuburkan
Cara kedua, mengobati takabur secara terinci yaitu dengan memperhatikan
faktor yang dijadikan sebab untuk takabur. Faktor dimaksud meliputi 4 bidang,
yaitu:
1.Ilmu
Orang perlu memahami hadits Rasulullah saw seperti :
َ ر ْ ْ َْ ْ ر
آفة ال ِعل ِم اْليل
Penyakit ilmu ialah sombong atau takabur.
Jika orang yang membanggakan nasabnya karena alasan yang lain, maka
nenek moyangnya, seandainya bisa, niscaya berkata: "Siapa kamu sebenarnya?
Kamu sebenarnya berasal dari ulat air kencing dari orang yang mempunyai
amal baik." Sehubungan dengan ini, ada syair yang menyatakan:
ْت َولَك ْن بئ ْ َس َما رو رِلوا َ ْ َ َ ْ َ
َ ْ لَ َق ْد َص َدق- ت بآبَا ِء َذوى ن َ َسب
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ل ِِئ فخر
Jika engkau membanggakan diri dengan nenek moyang yang memiliki
keturunan atau nasab baik, sungguh benar engkau. Tetapi, alangkah jeleknya
anak yang mereka lahirkan.
4.Harta, kecantikan, dan pengikut
Takabur sebab harta, kecantikan, dan pengikut adalah
bodoh sebab hal-hal tersebut adalah di luar pribadinya.
Mengapa orang bertakabur dengan harta yang dapat
dicuri dan diambil orang lain? Mengapa pula orang
bertakabur dengan kecantikan yang dapat rusak karena
sakit atau tertimpa musibah?
Jika orang cantik memikirkan kotoran perutnya, pasti hal itu akan
membuat kecut hatinya ketika menghias wajahnya. Bila orang yang
cantik tidak mandi dan tidak membersihkan badannya selama
tujuh hari, pasti baunya lebih busuk dari pada bangkai sebab
perubahan bau mulut, bau kencing, bau tahi, bau kotoran badan,
bau ingus, dan bau ketiaknya. Patutkah jamban atau WC mem-
banggakan diri karena indahnya? Manusia pada hakekatnya
adalah jamban, karena ia adalah tempat keluarnya kotoran dan
najis.
ر ر ر
)العجب( 9. KAGUM
Kagum atau takjub sering dilakukan oleh orang yang biasanya
tidak merasa bahwa sifat tersebut termasuk deretan akhlak
tercela. Allah swt. menjelaskan tentang hal yang berkaitan
dengan kekaguman dalam berbagai firman-Nya, seperti:
جبَ ْ ر ْ َ ْ َ ر ر
ْكم َ ْ َ ْ َْ ََْ َ ر
ْي ِإذ أع تكم كْثت ٍ ويوم حن
Dan pada hari perang Hunain, tatkala jumlahmu yang banyak
menjadikan kamu sekalian takjub. (At Tawbah : 26)
ًَو ره ْم ََيْ َسبر ْو َن َأ َن ره ْم رَيْسنر ْو َن رصنْعا
ِ
Mereka mengira bahwa mereka memperindah suatu pekerjaan.
(Al Kahfi : 105).
Kekaguman terhadap dirinya sendiri merupakan salah satu faktor
yang mencelakakan diri seseorang. Rasulullah saw bersabda:
ْ َ ْ َ ْ َ َ ٌ ر ْ َ ٌ ر ٌّ ر َ ٌ َ َ ً ر َ َ ٌ َ ْ َ ر
ثالث مه ِلَكت شح مطاع وهوى متبع و ِإعجاب المر ِء بِنف ِس ِه
Ada tiga hal yang mencelakakan, yaitu sifat bakhil yang ditaati,
hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap
dirinya sendiri.
Pertama, riya dari segi badan. Perbuatan yang dilakukan antara lain:
1. Menampakkan keletihan dan kepucatan badan supaya disangka
tidak tidur dan menjalankan puasa.
2. Menampakkan kesusahan supaya disangka bahwa ia sangat mem-
perhatikan urusan agama.
3. Menampakkan kekusutan rambutnya supaya disangka bahwa ia
terlalu tenggelam dalam urusan agama, sehingga tidak ada kesem-
patan baginya untuk mengurus dirinya.
4. Menampakkan kekeringan bibirnya untuk membuktikan atas pua-
sanya.
5. Merendahkan suaranya untuk membuktikan kelemahan dirinya
sebab selalu mujahadah, yaitu memerangi hawa nafsu, memerangi
kemungkaran, dan memerangi kekafiran
Kedua, riya dalam tingkah laku, misalnya:
1. Mencukur kumis.
2. Mengangguk-anggukkan kepala ketika berjalan.
3. Pelan-pelan dalam bergerak.
4. Membiarkan bekas sujud di dahinya.
5. Memejamkan kedua matanya agar disangka sedang berhadap-
an dengan Tuhan dan mukasyafah atau sedang menyelam
dalam berpikir.
Kejahatan riya
Ada beberapa tingkat kejahatan riya yang berkaitan dengan
keagamaan dan ibadah. Tingkat pertama adalah riya yang tidak
haram karena tidak bermaksud untuk dikatakan sebagai orang
wirai dan saleh, misalnya dalam hal:
1. Orang yang memakai pakaian bagus untuk bepergian berbeda
dengan yang dipakai di rumah.
2. Orang yang membelanjakan harta untuk jamuan makan.
3. Orang kaya yang membelanjakan harta agar dikatakan
dermawan.
Tingkat kedua adalah riya yang diharamkan, misalnya melakukan se-
perti hal tersebut di atas, yaitu memakai pakaian bagus untuk
bepergian yang berbeda dengan yang dipakai di rumah, dan sebagai-
nya, namun dimaksudkan agar orang percaya bahwa dirinya taat
agama dan wirai. Keharamannya disebabkan oleh kefasikan dan
maksiat yang dilakukan; yaitu:
1. Jika seseorang ingin agar orang lain meyakini bahwa ia seorang
yang ikhlas, taat kepada Allah, dan cinta agama; maka sungguh ia
telah menipu. Kalau ia berniat seperti ini maka ia menjadi orang
yang fasik dan terkutuk di sisi Allah.
2. Jika sekiranya seseorang menyerahkan uang kepada sejumlah
orang dan berangan-angan agar orang menjulukinya sebagai der-
mawan padahal uang tersebut adalah pinjaman, maka ia telah
berbuat maksiat. Hal tersebut disebabkan ia menyerupakan diri
atau menipu meskipun ia tidak menuntut diyakini sebagai orang
yang baik, lantaran ia memiliki atau menguasai hati dengan berpu-
ra-pura atau menipu. Perbuatan semacam ini adalah haram.
Tingkat ketiga adalah riya yang termasuk syirik, yaitu jika dalam
beribadah kepada Allah seseorang bermaksud kepada makhluk
Allah. Perbuatan semacam ini berarti mengejek Allah. Perumpama-
annya adalah seperti orang yang menghadap seorang raja dalam
rangka memenuhi tugas kewajiban atau berkhidmat, tetapi orang
tersebut bertujuan lain yaitu ingin memperhatikan para pelayan
wanita.