Anda di halaman 1dari 100

10 INDUK AKHLAK-AKHLAK TERCELA

DAN PENGOBATANNYA

AGAMA ISLAM IV
Muhammad Taqiyyuddin Alawiy
DARI SEGI LOGIKA, IMAM AL GHOZALI
MENYATAKAN BAHWA SESEORANG TIDAK
DAPAT SIBUK MENGHIASI AKHLAK YANG
TERPUJI, TANPA MENGENAL AKHLAK YANG
TERCELA , OLEH SEBAB ITU PERLU KIRANYA
KITA MEMPELAJARI LEBIH DAHULU AKHLAK
YANG TERCELA SEBELUM MEMPELAJARI
AKHLAK YANG TERPUJI.
MEMBERSIHKAN HATI DARI AKHLAK YANG
TERCELA ADALAH PERBUATAN YANG SESUAI
DENGAN ANJURAN AGAMA, ALLAH BERFIRMAN:
َْ َ
QS. َ AL A’LA AYAT
‫قَ ْد أفلح من تزّكى‬
14:
َ َ َ َ
14. SESUNGGUHNYA BERUNTUNGLAH ORANG
YANG MEMBERSIHKAN DIRI (DENGAN
BERIMAN),

QS. ASY SYAMSI AYAT 9:


َ
َ َ َ َ ََْ ْ َ
‫قد أفلح من زَّكها‬

9. SESUNGGUHNYA BERUNTUNGLAH ORANG


YANG MENSUCIKAN JIWA ITU
SABDA RASULULLAH SAW.:

BERSUCI ADALAH SEPARUH DARI IMAN

Jika orang tidak mengenal Najis, niscaya sulit bagi


dirinya untuk bersuci.
10 MACAM INDUK AKHLAK TERCELA:
1. (Suka Makan)
2. (Banyak Bicara)
3. (Marah)
4. (Iri Hati)
5. (Pelit dan Senang Harta)
6. (Ambisi dan Gila Pangkat)
7. (Senang Dunia)
8. (Takabur)
9. (Kagum Terhadap Diri Sendiri)
10. (Riya’ / Pamer / Show)
Prilaku Tukang Makan/
1. (Suka Makan)
PERUT ADALAH SUMBER SEMUA SYAHWAT.
DARI PERUT AKAN TIMBUL BERMACAM-MACAM
SYAHWAT LAIN SEPERTI SYAHWAT SEKS. JIKA
SYAHWAT MAKAN DAN SYAHWAT SEKS KUAT AKAN
MENIMBULKAN NAFSU SENANG HARTA, KARENA
KEDUA SYAHWAT TERSEBUT TIDAK AKAN TERPENUHI
TANPA HARTA.
NAFSU SENANG HARTA SENANG KEDUDUKAN /
JABATAN KARENA MENCARI HARTA TANPA KEDUDUKAN
ADALAH SUKAR.
HARTA DAN KEDUDUKAN BERTUMPUK
PENYAKIT HATI (TAKABUR, PAMER, IRI HATI, DENDAM,
PERMUSUHAN DSB.
SUMBER SEMUA PENYAKIT PERUT
MANFAAT LAPAR MENURUT RASULULLAH SAW:


 Tidak ada sesuatu amal yang lebih dicintai oleh Allah Ta’ala
kecuali lapar dan dahaga.

 Orang yang memenuhi perutnya tidak akan masuk kedalam
kerajaan langit.

 Penghulu seluruh amal adalah lapar

 Berpikir adalah setengah ibadah, sedangkan sedikit makan
adalah ibadah penuh

• Yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah Ta’ala ialah


orang yang paling lama lapar dan berpikirnya. Sedangkan
orang yang lebih dibenci oleh Allah Ta’ala ialah tukang
makan, penidur dan tukang minum.

• Tiadalah seseorang anak Adam memenuhi tempat yang


lebih jelek daripada memenuhi perutnya. Cukup bagi
seseorang beberapa suapan kecil yang dapat menegakkan
tulang punggungnya.
Jika seseorang mampu, maka tidak boleh tidak sepertiga dari
perutnya adalah untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan
sepertiga lagi untuk bernafas.

• Sesungguhnya Syaitan itu beredar pada perdaran darah


manusia. Karena itu persempitlah tempat-tempat peredaran
Syaitan dengan cara lapar dan dahaga.

• Rasulullah bersabda pada ‘Aisyah ra.: Hendaklah kamu


terus menerus mengetuk pintu sorga, niscaya pintu itu akan
dibuka bagimu, lalu ditanyakan: Bagaimana cara kami
mengetuk pintu sorga terus menerus? Jawab Nabi: Dengan
lapar dan dahaga
Rasulullah bersabda: “Hendaklah kamu makan dan minum
setengah kenyang karena sesungguhnya hal tersebut bagian
dari kenabian”.
Rahasia Lapar dan Persesuaiannya ke Jalan Akhirat
7 Hal Yang Terpenting dari Faedah-Faedah Lapar

1. (Kejernihan hati dan terangnya


pandangan mata hati)
Rasulullah bersabda:

Barangsiapa yang melaparkan perutnya, maka akan


tinggilah pemikirannya dan cerdas hatinya.

2.

Kelunakan Hati, sehingga dengannya orang dapat


memperoleh kelezatan munajat dan mendapatkan faedah
dzikir dan ibadah)
Syeh Junaid Al Baghdadiy berkata: “Orang yang ingin mendapat
kenikmatan dalam munajat akan membuat suatu tempat yang
kosong dari makanan antara hati dan dirinya

3. (Kerendahan Nafsu,
hilangnya takabur serta lenyapnya perbuatan membandel)
4. (Sesungguhnya Ujian adalah
termasuk pintu-pintu sorga)

5.(Melemahkan Syahwat untuk berbuat maksiat dan


merampas kemampuan nafsu yang selalu mengajak kepada
kejahatan serta melemahkan semua syahwat yang menjadi
sumber segala kemaksiatan).
Dzun Nun Al Mishriy ra. berkata: “Tiadalah sekali-kali aku
kenyang kecuali aku berbuat maksiat atau berkeinginan kepada
kemaksiatan”.

Sayyidatina Aisyah ra. berkata: “ Bid’ah yang pertama kali


terjadi sesudah Rasulullah saw. adalah kenyang.
Sesungguhnya bila sesuatu kaum kenyang perutnya, nafsu
mereka akan menjamah ke dunia”.

6.
(Ringan badan untuk bertahajud dan ibadah, sirnanya tidur
yang mencegah perbuatan ibadah).
Sesungguhnya modal kebahagiaan adalah umur, sedangkan
tidur mengurangi umur, karena tidur mencegah perbuatan
ibadah.

Pangkal tidur adalah kenyang

Abu Sulaiman Ad Daraini berkata: “Barangsiapa kenyang,


maka akan masuk 6 (enam) macam penyakit dalam dirinya,
yaitu:
1. Hilangnya kelezatan ibadah
2. Terhalang untuk menghafal ilmu
3. Tamak kepada belas kasihan orang lain
4. Menyangka bahwa semua orang juga kenyang
5. Bertambah syahwatnya
6. Lebih dekat ke WC, sementara orang mukmin lebih dekat
ke Masjid.
7.
(Meringankan biaya dan mampu untuk rela kepada harta
dunia yang sedikit, serta mampu mendahulukan kepentingan
orang fakir)

Cara Meninggalkan Tamak Makan yaitu


Dengan mengurangi makanan sedikit
demi sedikit.
Orang biasa makan sedikit hendaknya memperhatikan 3 (tiga)
hal: Kadar Makanan, Waktu Makan dan Jenis Makanan

Kadar Makanan dikelompokkan menjadi tiga:


1. Derajat yang Tinggi (Derajat orang-orang yang Sidiq), makan
sekedar menguatkan dirinya terhadap hal-hal yang
dikhawatirkan mengurangi akal dan kehidupannya.

2. Derajat Pertengahan yaitu satu mud (12,25 ons) untuk 7


hari.

3. Derajat Terendah, setengah mud (6,125 ons) tiap hari.


•Waktu Makan dibagi menjadi tiga tingkat:

1. Tingkat Tertinggi, makan sekali dalam tiga hari atau lebih

2. Tingkat Pertengahan, makan dua hari sekali

3. Tingkat Terendah, makan sehari sekali

• Jenis Makanan, berkaitan dengan kualitas yang dimakan dan


lauk pauk
Prilaku Tukang Omong /
2. BANYAK BICARA
Al Imam Al Ghozali berkata: “Mulut adalah yang paling banyak
memberi pengaruh kepada hati seseorang, karena setiap kata
yang diucapkan akan membentuk sebuah gambar di dalam hati”
BANYAK OMONG MEMBAWA KEPADA KEMATIAN HATI

Banyak Sabda Rasulullah saw. Yang menganggap perbuatan


mulut perlu dikendalikan:
.1
Barangsiapa yang menyerahkan sesuatu yang ada di antara
kedua jenggotnya, maka akan kuserahkan sorga kepadanya
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ketika
Rasulullah saw. Ditanya tentang hal yang banyak
menyebabkan orang masuk neraka, beliau menjawab: “Dua
lubang, yaitu mulut dan kemaluan”.

.3
Bukankah yang banyak menelungkupkan manusia di neraka
karena lubang-lubang mereka kecuali pangkal lidahnya?

Barang siapa diam, maka selamatlah ia


Muadz bin Jabal pernah bertanya kepada Rasulullah tentang
perbuatan yang paling utama dilakukan oleh seseorang.
Rasulullah lalu mengeluarkan lidahnya kemudian meletakkan
tangan beliau pada lidah tersebut seraya bersabda:
“Sesungguhnya sebagian besar kesalahan manusia terletak
pada lisannya”.

Barangsiapa yang iman kepada Allah dan hari akhir,


hendaklah ia berkata yang baik atau diam”

Barangsiapa yang banyak omongnya, maka banyak jatuhnya.


Barangsiapa banyak jatuhnya, maka banyak dosanya.
Barangsiapa banyak dosanya, maka neraka lebih patut
baginya
Bahaya Banyak Omong, sebagaimana firman Allah QS. An
Nisa’: 114

114. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan


mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
Mengadakan perdamaian di antara manusia.
Anas ra. Berkata: “Pada hari Ahad ada salah seorang pelayan
laki-laki kami yang menampakkan dirinya kepada kami. Di
perutnya diikatkan sebuah batu karena menahan lapar.
Kemudian ibu pelayan tersebut mengusap debu dari muka
anaknya seraya berkata: “Bergembiralah, bagimu sorga wahai
anakku! Kejadian itu disaksikan oleh Rasulullah saw.
Kemudian beliau bersabda kepada ibu tersebut: “Dari mana
engkau tahu bahwa ia akan masuk sorga? Barangkali ia
berkata-kata dalam hal-hal yang tidak berguna baginya, dan
mencegah makanan yang tidak memberi mudlarat
kepadanya”.

Akibat Banyak Omong: dusta, merasani (membicarakan


kejelekan atau kekurangan seseorang dilihat dari segi
negatif), berbantah, memuji, dan bergurau
Kata Umi Kulsum ra. Salah seorang istri Nabi: Rasulullah
saw tidak memberikan keringanan sedikitpun dalam dusta
kecuali tiga hal:
1. Orang yang mengucapkan ucapan untuk menghendaki
kemaslahatan
2. Orang yang mengucapkan ucapan dalam peperangan,
dan
3. Orang yang berbicara kepada istrinya.
3. Marah /
Rasulullah memperingatkan umatnya agar tidak lekas
marah, sebagaimana sabda Rasulullah saw. Sbb.:

1. Bukanlah yang disebut orang kuat adalah karena


pukulannya, tetapi sesungguhnya orang yang kuat ialah
orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.

2. Marah dapat merusakkan iman sebagaimana jadam


merusak madu

3. Seseorang yang marah sebenarnya pergi ke tepi neraka


Jahannam
4. Seseorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.:”Ya
Rasulullah, siksa apa yang paling berat?” Jawab Rasulullah:
“Murka Allah” Orang itu bertanya lagi: “Apakah yang dapat
menyelamatkan saya dari murka Allah?” Rasulullah mejawab:
“ Jangan marah”.

5. Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw.:”Perintahlah


aku dengan suatu perbuatan yag kuanggap sedikit!” Sabda
Rasulullah saw. Mengulangi berkali-kali dan beliau bersabda:
“Jangan marah”.
Hakekat Marah: “Seberkas api dari neraka yang menyala-
nyala, yang membakar hati manusia”. Hal ini nampak pada
mata seseorang yang sedang marah,yaitu kelihatan merah.

Barangsiapa yang marah berarti telah tertarik ke dalam


urat nadi syetan, karena syetan dijadikan dari api.
Akibat Yang ditimbulkan marah 1. Segi Lahir
2. Segi Batin

Ditinjau dari:
Segi Lahir : 1. Pemukulan
2. Mencaci Maki
3. Merasani ke sana ke mari

Segi Batin: 1. Rasa Dendam


2. Iri Hati
3. Kejahatan
4. Memaki
5. Berniat Membongkar Rahasia
6. Senang terhadap Musibah yang Menimpa
Orang Yang Dimarahi.
7. Sedih Bila Orang Yang Dimarahi Mendapat
Kesenangan.
Cara Pengobatan:

1. Melemahkannya 2. Menahannya

Add. 1. melemahkan marah dengan jalan latihan, berupa jalan


mujahadah artinya membiasakan diri berbuat lembut
dan menyimpan rasa marah dengan berpaling dari
hal-hal yang menyebabkan marah. Bahkan rasa
marah jika hilang harus dicari.
Rasa marah diibaratkan sebagai anjing pemburu yang bila
terlatih dan terdidik dapat dikendalikan oleh akal dan
syara’

Add. 2. mengobati marah dengan menahan ketika datang.


Cara ini bisa terlaksana bila dilakukan dengan ilmu
dan dengan perbuatan.
Add. 2.1. Pengobatan marah dengan ilmu dimaksudkan bahwa orang harus sadar
bahwa sebenarnya tidak ada alasan baginya untuk marah.

Add.2.2. Pengobatan marah dengan perbuatan dapat dilakukan dengan langkah:


a. Membaca Ta’awudz karena marah itu dari syetan,
b. Jika marah berdiri supaya duduk
c. Jika sedang duduk agar berbaring
d. Bila masih belum reda hendaknya berwudlu

Cara mengantisipasi marah menurut sabda Rasulullah saw.:

Sesungguhnya syetan dijadikan dari api, maka bila seseorang


di antaramu marah, hendaklah ia berwudlu.
Ingatlah bahwa sesungguhnya marah adalah bara di
dalam hati manusia. Tidakkah kau lihat warna merah
kedua matanya dan nafasnya yang terengah-engah?
Barang siapa yang mendapatkan sesuatu dengan
marah, hendaklah memukul pipinya dengan tanah.
Hadits tersebut sebagai petunjuk penempatan bagian badan
yang paling mulia ke tempat yang paling rendah agar rasa
takabur menjadi lemah. Bagian kepala yang biasa diangkat
dan diletakkan di atas harus dirundukkan ke bawah, yaitu ta-
nah yang sering diinjak-injak.

Lemah lembut dapat menyejajarkan dengan tingkat


keperkasaan. Sabda Nabi saw:
Seseorang dengan kelemahlembutannya pasti akan
mencapai derajat orang salat yang berpuasa. Ia dicatat
sebagai orang perkasa dan dengan sesuatu yang
dikuasai kecuali kepada keluarganya.
Orang yang dapat menahan diri akan mendapatkan keamanan
dan keimanan pada hari kiamat kelak. Rasulullah saw bersabda:

Barang siapa yang menahan kemarahan yang seandainya ia


ingin melampiaskannya pasti dapat melakukannya, maka Allah
akan memenuhi hatinya dengan rasa aman dan iman pada hari
kiamat.
Dalam penjelasannya yang lain Rasulullah saw menya-
takan bahwa seseorang yang dapat menahan ke-
marahan akan mendapatkan ganti yang lebih baik, ya-
itu keimanan yang memenuhi dadanya. Sabdanya:

Tak ada tegukan yang lebih disenangi oleh Allah kecuali tegukan
kemarahan yang ditahan oleh seseorang hambanya. Tiadalah
seseorang menahan hal yang demikian kecuali Allah akan
memenuhi rongga dadanya dengan keimanan.
4. IRI HATI/HASUD (ُ‫سد‬ َ ‫)ا ْل‬
َ ‫ح‬
Rasulullah saw. memperingatkan agar seseorang tidak memen-
dam rasa iri hati terhadap orang lain, misalnya dalam sabda be-
liau:

Iri hati akan menghancurkan amal kebajikan seseorang bagaikan


api yang membakar kayu.

Rasa iri atau hasud memang biasa dimiliki oleh setiap orang.
Cara untuk menyelamatkan diri dari hasud adalah dengan cara
tidak mengikutinya. Rasulullah saw menjelaskan hal tersebut:
Ada tiga hal yang tak seorangpun selamat darinya,
yaitu: berprasangka, meramal, dan iri hati. Aku
beritahukan kepadamu cara menyelamatkan diri dari
ketiga hal tersebut, yaitu: bila berprasangka jangan
kau benarkan; bila meramal agar kau langgar; dan
bila iri hati jangan kau ikuti.
Hasud atau iri hati adalah penyakit yang sudah lama diderita oleh
orang-orang sebelum kita, sebagaimana sabda Nabi saw:

Penyakit umat sebelum kamu akan merayap kepadamu, yaitu ha-


sud dan saling membenci.
Orang yang hasud berarti tidak rela terhadap keputusan dan
pembagian dari Allah. Sabda Nabi Zakariya as bahwa Allah telah
berfirman:
‫ا‬

Orang yang hasud adalah musuh terhadap kenikmatan-Ku,


marah terhadap keputusan-Ku, dan tidak rela terhadap
pembagian-Ku yang telah Kuberikan kepada para hamba-Ku.

Pada hakekatnya iri hati terdiri dari 3 unsur, yaitu:


1) tidak senang terhadap kenikmatan yang ada pada orang lain,
2) berusaha untuk melenyapkan kenikmatan orang lain, dan
3) ingin memiliki agar kenikmatan tersebut berpindah kepada
dirinya.
Cara pengobatan:
Mengobati rasa iri hati dalam diri seseorang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan ilmu dan dengan perbuatan.

Cara pertama, mengobati iri hati dengan ilmu adalah dengan


menyadari bahwa iri hati yang ada dalam diri seseorang tidak
akan memberi kerugian atau kemelaratan kepada orang yang
dihasudi, bahkan memberi manfaat kepadanya. Orang yang
iri hati akan memperoleh kerugian sebab semua amal baik-
nya akan rusak binasa dan ia akan berhadapan dengan
murka Allah karena marah atau tidak senang terhadap
keputusan Allah, serta pelit terhadap kenikmatan Allah yang
diberikan kepada sekalian hamba-Nya. Ini adalah bahaya iri
hati ditinjau dari segi agama.
Cara kedua, pengobatan iri hati dengan perbuatan, yaitu seba-
iknya orang yang iri hati mengetahui hukum dan akibat yang di-
timbulkan, baik ucapan maupun perbuatan. Dengan demikian
ia mau menyalahi dorongan untuk iri hati, bahkan memuji orang
yang dihasudi, menampakkan rasa senang terhadap kenik-
matan yang diterima seseorang, dan berlaku andap asor atau
berendah hati kepadanya. Cara ini dapat mengubah dari orang
yang diiri menjadi orang yang disukai, hingga seseorang
terlepas dari dosa karena iri hati. Allah berfirman:

ِ‫ا‬

Bantahlah dengan yang lebih baik. Jika di antaramu dan antara


dia ada permusuhan, anggaplah seolah-olah ia sahabat karib.
(Hamim As Sajdah : 34).
Kiat yang dapat dilakukan agar seseorang terselamatkan
dari dosa. Kiat tersebut adalah:
1. Jangan tampakkan iri hati dengan ucapan, gerak gerik anggota badan,
dan tingkah laku yang disengaja. Jika mampu, tentanglah dorongan un-
tuk iri hati.
2. Merasa benci jika kenikmatan Allah yang diberikan kepada hamba-
Nya lenyap. Jika kebencian tersebut dari dorongan agama yang bersatu
dengan tabiat kepada kegembiraan akan hilangnya kenikmatan
seseorang, maka tertolaklah dosa dimaksud. Tanda kebencian adalah
sekiranya seseorang mampu untuk menghilangkan kenikmatan lawan, ia
tidak melakukannya serta merta menyenangi kenikmatan tersebut. Bila
seseorang mampu menolong untuk melestarikan kenikmatan atau
menambahnya, ia melakukannya.

Apabila seseorang sudah mampu berkiat demikian, barulah


ia terbebas dari dosa. Orang yang berbuat demikian
mengetahui bahwa jika orang yang diberi kenikmatan
ternyata nanti berada di neraka, maka tak ada guna
kenikmatan duniawinya.
ُُّ ّ ‫وحبُّ ُال‬
5. PELIT & SENANG HARTA ( َ‫د ْْني‬ ِ َ‫)اَ ْلب‬
َ ُ‫خ ْيل‬
Pelit, kikir, atau bakhil adalah perangai yang perlu
ditinggalkan dari diri orang mukmin. Beberapa firman
Allah swt dan hadits Rasulullah saw yang berkaitan
dengan sifat pelit dan senang harta adalah:
ََِ‫ُ ْو‬ ُ ‫مِاِْل‬
ُ ِ‫ُم ْف‬ ُ ‫ِه‬
ُ ‫ك‬َ ‫خِنَ ْفسهِ َف ُأولَئ‬
َّ ‫ِش‬
ُ ‫ق‬َ ‫ِي ْو‬
ُ ‫ن‬ْ ‫َو َم‬
Barang siapa yang terpelihara dari kepelitan dirinya,
maka merekalah orang yang berbahagia. (Al Hasyr : 9 dan
At Taghabun : 16).
Sebagian orang menyangka bahwa kebakhilan membuat baik
diri seseorang. Padahal Allah swt berfirman:

Janganlah menduga bahwa orang-orang yang kikir dengan


harta yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya akan
menjadikan kebaikan baginya. (Ali Imran : 180).

Orang yang bakhil tidak disukai oleh Allah, apalagi ia mengajak


orang lain untuk berbuat serupa. Hal tersebut ditegaskan oleh
Allah swt:
‫إ‬

Allah tidak mengasihi setiap orang yang sombong dan


bermegah-megah, yaitu orang-orang yang bakhil dan
menyuruh orang lain agar berlaku bakhil. (An Nisa : 36 dan Al
Hadid : 24).
Kebakhilan akan mencelakakan seseorang seperti sabda
Nabi saw:

Waspadalah kamu terhadap sifat bakhil. Sesungguhnya


kebakhilan telah mencelakakan orang-orang sebelum kamu.

orang yang bakhil akan masuk neraka, sedangkan yang


dermawan akan masuk surga sebagaimana sabda Nabi
saw.:

Kedermawanan adalah pohon yang tumbuh di surga, ka-


rena itu tak akan masuk surga kecuali orang yang der-
mawan; dan kekikiran adalah sebuah pohon yang tumbuh di
neraka, karena itu tak akan masuk ke dalam neraka kecuali
orang yang kikir.
Pelit dan senang harta adalah sama-sama tercela. Perbedaan
antara keduanya terletak pada pelakunya. Bagi orang miskin
tidak akan menonjol sifat kebakhilannya dengan menahan
harta yang dimiliki, namun ia menampakkan kesenangannya
kepada harta. Bila ada seseorang yang dermawan tetapi ia
senang sekali kepada harta, di balik itu sifat kedermawanan
yang dilakukan dimaksudkan agar ia disebut sebagai orang
dermawan, maka perbuatan demikian juga tercela menurut
agama.
Hal tersebut akan melengahkan dirinya dari mengingat Allah
serta menghadapkan wajah hatinya kepada dunia sedemikian
rupa sehingga erat sekali hubungan antara hatinya dengan du-
nia yang menyebabkan sukarnya kematian baginya.
Ayat Al Qur'an dan hadits yang berkaitan dengan hal tersebut
antara lain:

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kau terlengahkan


oleh harta dan anak-anakmu dari mengingat Allah. (Al
Munafiqun : 9)

Dalam surat At Taghabun ayat 15 Allah berfirman:


ْ ‫ُمِ َوِأَ ْوال َُدك‬
ِ‫ُمِف ْت َنة‬ ْ ‫ُماِأَ ْم َوا ُلك‬
َ َّ‫إن‬
Sesungguhnya seluruh harta dan anakmu adalah fitnah.
Memang sulit dipungkiri jika orang cenderung untuk berlaku pelit dan senang
kepada harta, sehingga terkadang untuk mendapatkan harta tersebut ia me-
lupakan batasan agama, bahkan menerjangnya. Firman Allah swt dalam
surat At Takatsur ayat 1 berbunyi:
ُ ‫أَ ْل َهاك‬
ِ‫ُمِال َّت َكاث ُُر‬
Kamu telah terlengahkan oleh kegiatan memperbanyak harta.
Mengapa harta yang melebihi kadar kecukupan dapat men-
celakakan diri pemiliknya? Hal ini dapat ditinjau dari tiga segi.

Pertama, harta akan mengajak manusia untuk berbuat maksiat.


Orang yang memiliki harta lebih sangat mungkin untuk berbuat
maksiat, dan sangat sulit menjauhkan diri dari kemaksiatan.
Bukankah tempat kemaksiatan dipenuhi oleh mereka yang
hartanya lebih dari sekedar kecukupan sebagaimana maksud
doa Rasulullah di atas?
Fitnah yang datang pada waktu senang adalah lebih besar dari
pada ketika waktu susah. Lebih-lebih bersabar diri dengan
segala kemampuan harta yang dimiliki adalah lebih berat.
Kedua, harta akan membuat seseorang lengah dari mengingat
Allah. Padahal mengingat Allah adalah dasar kebahagiaan
akhirat. Di dalam hati seseorang akan berjejal sifat untuk memu-
suhi orang-orang yang bahagia, menghitung teman sekerja,
memikirkan cara untuk menyingkirkan koleganya, berupaya
untuk menambah harta yang dimiliki, dan mengusahakan cara
yang dapat menghasilkannya, menjaganya, dan mengeluarkan-
nya.

Semua kegiatan tersebut termasuk hal yang dapat membuat hati


menjadi hitam, menghilangkan kejernihan hati, dan membuat
hati lengah untuk mengingat Allah. Itulah maksud ayat pertama
surat At Takatsur: "Kau telah terlengahkan oleh kegiatan
memperbanyak harta!"
Ketiga, harta akan mengajak untuk menikmati hal-hal yang
mubah, meskipun ini adalah tingkat yang terrendah. Dengan
kenikmatan tersebut badan bertumbuh dan tak sabar terhadap
keinginan untuk menikmatinya. Mencari kenikmatan seperti ini
dak dapat dilaksanakan tanpa pertolongan makhluk lain dan ber-
lindung pada kedhalimannya. Bila dilanjutkan, bernikmat-nikmat
akan mengajak kepada perbuatan munafik, dusta, pamer,
bermusuhan, dan membenci.
Dari hal-hal seperti ini akan muncul sifat-sifat yang men-
celakakan. Itulah sebabnya Rasulullah saw menyatakan bahwa:

ِ ‫خط ْيئ‬
‫َة‬ ُ ‫بِال ُّد ْنيَاِ َر ْأ‬
َ ِ‫سِكُل‬ ُّ ‫ح‬
ُ
Senang dunia adalah pangkal setiap kesalahan.
Cara pengobatan
Obat bakhil adalah kapsul yang diramu dari dua bahan, yaitu ilmu
dan amal. Bahan ramuan pertama adalah ilmu, yaitu terdiri dari:
1. Mengetahui kecelakaan akibat bakhil di akhirat dan kehinaan di dunia.
2. Mengetahui bahwa harta tidak akan ikut serta dibawa bila ia menetap di
dalam kubur.
3. Menyadari bahwa harta adalah milik Allah yang ditempatkan pada
seseorang untuk dibelanjakan pada perintah Allah yang lebih penting.
4. Mengetahui bahwa membelanjakan harta untuk pahala akhirat adalah
lebih baik dari pada untuk bernikmat-nikmat dan menuruti syahwat.
5. Memperhatikan bahwa menuruti syahwat adalah tabiat binatang, se-
dangkan menuruti syara' adalah tabiat orang berakal.
6. Memperhitungkan bahwa meninggalkan harta untuk anak yang
dianggap sebagai solusi terbaik adalah wujud kebodohan bila ia sendiri
menghadap Tuhannya dengan kejelekan. Jika anaknya saleh, Allah akan
mencukupinya, dan jika anaknya fasik maka harta peninggalannya akan
membantunya pada kemaksiatan yang dilakukan anaknya. Harta tersebut
menjadi sebab tetapnya anak dalam kemaksiatan, memberi kesengsaraan
yang meninggalkannya, dan menikmatkan orang lain.
Bahan ramuan kedua obat bakhil adalah amal,
yaitu:
1. Membawa dirinya untuk membelanjakan
harta dengan paksaan dan selalu melakukan
hal itu hingga menjadi adat kebiasaannya.

2. Jalan untuk melakukan hal tersebut ialah


menipu dirinya dengan kebaikan nama dan
mengadakan perbandingan hingga senang
membelanjakan harta.

3. Meningkatkan pengekangan terhadap sifat-


sfat yang tidak baik.
َ ‫بُا ْل‬
6. AMBISI/GILA PANGKAT (ُ‫ج ِه‬ ُّ ‫)ح‬

Allah swt menjelaskan bahwa orang yang tidak gila pangkat


akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Firman Allah dalam
Al Qur'an berbunyi:

Itulah rumah akhirat yang Kami sediakan untuk orang-orang yang tidak
menghendaki pangkat yang tinggi di dunia dan tidak pula menghendaki kerusakan.
(Al Qashash : 83)
Terhadap ambisi dan gila pangkat, Rasulullah saw antara lain
menjelaskan bahwa sifat tersebut akan menumbuhkan sifat
munafik dalam diri seseorang. Beliau mengibaratkan
pertumbuhan sifat munafik akibat gila pangkat seperti
pertumbuhan sayuran akibat siraman air. Sabdanya:

Cinta harta dan gila pangkat akan menumbuhkan sifat munafik


dalam hati, bagaikan air menumbuhkan sayur mayur.

Rasulullah saw menggambarkan bahwa kerusakan yang ditim-


bulkan akibat cinta harta dan gila pangkat diibaratkan sama
dengan kerusakan yang ditimbulkan akibat keganasan serigala
dalam kandang kambing; bahkan lebih parah.
Sabda Rasulullah dalam salah satu sabdanya:

Dua serigala yang ganas yang dimasukkan ke kandang kambing tidak akan
lebih membuat kerusakan dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan
dari cinta harta dan gila pangkat dalam agama seorang muslim.

Pada zaman akhir, orang cenderung suka menunjukkan


pangkat dan status sosialnya. Padahal orang yang
menyembunyikan pangkat lebih disukai Nabi saw,
sebagaimana pujian yang beliau katakan terhadapnya:

Banyak orang yang kepalanya penuh debu, berpakaian buruk, yang apabila
ia bersumpah atas nama Allah pasti diterima.
Maksud hadits ini adalah pujian Rasulullah saw. terhadap
orang yang menyembunyikan pangkat yang ia miliki. Dalam
hadits yang lain beliau menjelaskan:

Sesungguhnya ahli surga ialah setiap orang yang kepalanya penuh dengan
debu, berpakaian buruk, dan tidak diperhatikan. Bila mereka meminta ijin
kepada pejabat tidak dikabulkan, bila meminang wanita ditolak, bila
berbicara tidak didengarkan, dan keinginan salah seorang di antara mereka
itu hanya terpendam dalam dadanya. Tetapi di hari kiamat, apabila cahanya
dibagikan kepada semua orang pasti merata.
Hakekat pangkat
Pangkat pada hakekatnya adalah menguasai hati orang lain
supaya tunduk kepada orang yang mempunyai pangkat
sehingga menuruti kemauannya, lisannya dipergunakan
untuk memujinya, dan bekerja guna memenuhi keinginannya.
Jika harta berarti memiliki uang untuk menyampaikan
kepada semua tujuan, maka pangkat ditujukan untuk
menguasai semua hati orang.
Mengapa pangkat lebih disukai dari pada harta?
Imam Al Ghazali mencoba menyampaikan analisisnya sebagai
berikut:
1. Dengan pangkat orang lebih mudah untuk sampai kepada
harta yang diinginkan dari pada kemudahan harta untuk men-
dapatkan pangkat.
2. Pangkat tidak dapat dicuri, tidak dapat digasab (dipinjam
tanpa izin), dan aman dari hama.
3. Pangkat dapat bertambah besar dan meluas tanpa
paksaan.
4. Orang yang hatinya telah dikuasai dengan itikad
mengagungkan orang yang berpangkat selalu memuji dan
menjaring hati orang lain untuk atasannya.
5. Pangkat berarti ketinggian, kebesaran, dan kemuliaan.
Ketiganya adalah termasuk sifat-sifat ketuhanan. Manusia
menyukai sifat ketuhanan karena tabiat, bahkan dirasa paling
lezat dari lainnya karena hal tersebut adalah untuk rahasia da-
lam munasabah ruh kepada masalah ketuhanan.

Hal ini digambarkan oleh Allah swt dalam Al Qur'an surat Al


Isra' ayat 85 yang berbunyi:

Katakanlah wahai Muhammad: "Ruh adalah urusan Tuhanku."


Ruh adalah urusan ketuhanan yang membatasi
manusia dari segi tabiat untuk menyendiri dalam
wujud. Sendiri dalam wujud adalah hakekat
ketuhanan, karena tidak ada sesuatu yang wujud
beserta Allah. Segala sesuatu yang wujud adalah
sebagai bayangan dari cahaya kekuasaan. Oleh
karena itu segala yang wujud mempunyai derajat
mengikuti, bukan derajat menyertai.
Cara pengobatan:
Setelah diketahui bahwa pangkat pada hakekatnya adalah
kesempurnaan semu, maka cara mengobati jiwa adalah
dengan mengendalikan hati terhadap gila pangkat. Jika
semua orang di dunia sujud kepada seseorang, misalnya,
maka hal tersebut tidak kekal. Mengapa massa berbuat
bakhil untuk menyerahkan kerajaan kepada seseorang lebih-
lebih di negaranya sendiri?
Bagaimana ia rela meninggalkan kerajaan yang kekal dan
pangkat yang lama serta luas di sisi Allah dan para malaikat-
Nya?
Sementara pangkat yang dimilikinya hina lagi sempit di sisi
sekelompok orang tolol yang tak mampu memberi manfaat
maupun kesengsaraannya. Mereka semua tak memiliki
kematian, kehidupan, kebangkitan, rizki, dan ajal untuknya.
ُّ ‫بُال‬
7. SENANG DUNIA ( َ‫د ْْني‬ ُّ ‫)ح‬
Senang dunia adalah pangkal setiap kesalahan. Maksud dunia
di sini bukan hanya gambaran tentang harta dan kedudukan
saja. Keduanya hanyalah sebagian dan merupakan cabang
dari dunia. Dunia adalah gambaran tentang keadaan sebelum
mati, sedangkan akhirat adalah gambaran tentang keadaan
setelah mati. Dengan demikian segala yang dimiliki seseorang
sebelum mati termasuk dunia kecuali ilmu, makrifat, dan
kebebasan. Segala yang tetap setelah mati adalah lezat bagi
orang yang tajam pandangan mata hatinya, akan tetapi tidak
termasuk dunia meskipun berada di dunia. Di dalam bagian-
bagian dunia ini terdapat bantuan dan hubungan dengan
bagian akhirat dan berkaitan dengan pekerjaan seseorang.
Bagian-bagian duniawiyah adalah:
(1) materi yang wujud,
(2) bagian seseorang di dunia, dan
(3) kesibukan mengurus dunia.
Materi dunia
Materi dunia adalah bumi dan segala yang ada di atasnya.
Firman Allah Ta'ala dalam Al Qur'an berbunyi:
‫ج َع ِْ َناِ َماِ َعَِىِ ْاألَ ْرضِز ْي َن ًةِلَ َها‬
َ ِ‫إنَّا‬
Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala yang ada di atas
bumi ini sebagai hiasan baginya. (Al Kahfi: 7)

Pemanfaatan bumi dan isinya oleh manusia antara lain:


a. Wujud bumi untuk tempat tinggal dan kebun /ladang.
b. Tumbuh-tumbuhan untuk obat dan makanan.
c. Barang tambang untuk mata uang, bejana, dan perkakas.
d. Binatang untuk kendaraan dan makanan.
e. Manusianya untuk dinikahi dan untuk berbuat kebaikan.
Allah telah menjelaskan hal itu dalam surat Ali Imran ayat 14
yang berbunyi:
َ ‫ساءِ َِوا ْلََن ْي‬
‫نِِايآية‬ َ ‫نِالن‬
َ ‫ِالش َه َواتِم‬
َّ ‫ب‬
ُّ ‫ح‬
ُ ِ‫نِلِ َّناس‬
َ ‫ُزي‬
Manusia itu dihiasi senang syahwat kepada perempuan dan
anak-anak .... dst.
Hakekat dunia
Dunia yang dapat mencelakakan manusia sebetulnya
merupakan kebun akhirat bagi orang yang mengetahuinya.

Dunia adalah salah satu tempat orang yang bepergian menuju


Allah Azza Wa Jalla. Dunia ibarat bangunan yang didirikan di tepi
jalan, tempat mengisi bahan bakar, perbekalan, dan keperluan
lain selama dalam perjalanan. Barang siapa yang mengambil be-
kal untuk akhiratnya dan mencukupkan diri sekedar keperluan-
nya, baik makanan, pakaian, dan lain-lainnya, maka ia berarti
telah mengerjakan sawah dan menabur benih. Ia akan menuai
hasilnya di akhirat. Namun, barang siapa yang cenderung
kepada dunia dan sibuk dengan kenikmatannya, maka ia akan
celaka.
Sikap positif
Barang siapa yang mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, me-
ngenal hiasan dunia, dan mengenal akhirat, maka ia akan
menyaksikan wajah permusuhan dunia kepada akhirat dengan
cahaya mata hatinya. Akan terbuka baginya bahwa tak ada
kebahagiaan di akhirat kecuali orang yang mendahulukan Allah
dengan mengenal-Nya serta cinta kepada-Nya. Kecintaan ini
tidak akan diperoleh tanpa dengan terus menerus menuntut
dan memikirkan. Padahal hati seseorang tidak akan terisi oleh
keduanya, kecuali orang yang telah berpaling dari kesibukan
duniawi. Makrifat dan kecintaan tidak akan menguasai hati
selagi hati lari dari kecintaan kepada Allah. Kesunyian hati dari
selain Allah adalah keharusan sibuknya hati dengan mencintai
Allah Ta'ala dan mengenal-Nya. Hal demikian tak dapat di-
gambarkan kecuali pada orang yang berpaling dari dunia,
orang yang rela terhadap dunia dengan kadar bekal dan keper-
luan yang mendesak. Inilah sikap positif orang yang telah
mengenal dunia dan akhirat.
Bila seseorang memiliki pandangan mata hati yang tajam, maka
ia termasuk orang yang ahli merasakan dan menyaksikan. Bila
tidak, jadilah ia golongan taklid. Karena itu perlu diperhatikan
ancaman Allah swt dan peringatan yang disampaikan oleh
Rasulullah saw. Firman Allah swt yang berkaitan dengan ini mi-
salnya:
1. Surat Hud ayat 15:
‫مِف ْي َها‬ َ ‫مِأَ ْع‬
ْ ‫ُمالَ ُه‬ ْ ‫ِير ْي ُدِال ُّد ْنيَاِ َوز ْي َن َت َهاِ ُن َوفِإِلَ ْيه‬
ُ ََ‫نِ َكا‬
ْ ‫َم‬
Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka
akan Kami cukupkan kepada mereka amal-amalnya di dunia.
2. Surat An Nahl ayat 107:
ِ‫عَِىِ ْايآخ َرة‬ َ ‫َُُّواِا ْل‬
َِ ِ‫ُيَاةَِال ُّد ْنيَا‬ َ ‫ِاس َت‬
ْ ‫م‬ ُ ‫كِبأَنَّ ُه‬
َ ‫ذَل‬
Yang demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka lebih senang
akan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat.
3. Surat An Nazi'at ayat 37:
‫ُم ْأ َوى‬
َ ‫يِا ْل‬
َ ‫مِه‬
َ ‫جُ ْي‬ َّ ‫ُيَاةَِال ُّد ْنيَاِ َفإ‬
َ ‫َِال‬ ْ ‫َفأَ َّماِ َم‬
َ ‫نِطَغَىِ َوآثَ َرِا ْل‬
Adapun orang yang durhaka dan memilih kehidupan duniawi, sesungguhnya
Neraka Jahim adalah tempatnya.
Tipuan dunia
Seseorang yang menyangka bahwa ia memakai dunia hanya di
badannya saja sedangkan hatinya sunyi dari dunia, maka dia
tertipu. Sabda Rasulullah saw:

Perumpamaan pemilik dunia adalah ibarat orang yang


berjalan di air. Adakah orang yang berjalan di air kakinya tidak
basah?
‫ر‬ ُ َ َ
8. TAKABUR (‫)اتلكّب‬
Takabur, tinggi diri, atau sombong adalah
sifat yang tidak baik. Orang yang takabur
dijanjikan oleh Allah swt untuk
menempati neraka sebagaimana firman-
Nya dalam Al Qur'an dan beberapa hadits
Rasulullah saw. Dalam surat Al Mukmin
ayat 35 Allah swt berfirman:

Seperti demikianlah Allah mengecap


setiap hati yang takabur dan ganas.
Surat Az Zumar ayat 72 menegaskan
bahwa orang yang takabur akan
ditempatkan di neraka jahanam
selamanya:

Dikatakan kepada mereka: "Masuklah kamu


sekalian ke pintu neraka Jahanam serta kekal di
dalamnya." Itulah seburuk-buruk tempat bagi
orang yang takabur.
Adapun hadits yang berkaitan dengan takabur antara lain hadits
qudsi:
َ َ‫اء ر َداِئ َف َم ْن ن‬
َ‫از َعِن فيْهما‬ ‫ر‬ َ‫ الْ َع َظ َم رة إ َزارى َوالْك ّْبي‬: ‫اَل‬
َ ََ ‫َ َ ر‬
‫قال اهلل تع‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫قَ َص ْمترهر‬

Allah berfirman: "Keagungan adalah pakaian-Ku, kesombongan


adalah selendang-Ku. Barang siapa yang menandingi Aku dalam
kedua hal tersebut, maka Aku akan memusuhinya."

Sabda Rasulullah saw:

ْ‫ِف قَلْبه مثْ َق رال َح َبة م ْن َخ ْر َدل م ْن كّب‬


ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ‫َ َْ رر‬
ٍ ِ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ‫ال يدخل اْلنة من َكن‬
Tidak akan masuk ke dalam surga barang siapa yang di dalam
hatinya ada rasa takabur meskipun seberat biji sawi.
Rasa takabur terkadang datang secara tiba-tiba dalam diri sese-
orang. Karena itu Nabi saw mengajarkan doa agar orang
terhindar dari hal tersebut yaitu:
َ ‫َر َ ِ َ رْر‬
ْ‫ك م ْن َن ْف َخة الْكّب‬
ِ ِ ِ ِ ِ‫اللهم ِإّن أعوذ ب‬
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari datangnya takabur
yang tiba-tiba.

Kecongkakan atau kesombongan tidak hanya dalam ucapan


atau kata-kata, tetapi dapat terwujud dalam perilaku atau
tindakan. Allah swt tak mau memandang orang yang demikian.
Sabda Nabi saw:
َ ْ َ ‫َ َْر ر ر ََ َ َ َ ْ َ َ ََْر‬
َ‫الء‬ ‫ال ينظر اهلل تعاَل ِإَل من جر ثوبه خي‬
Allah Taala tidak akan memandang kepada orang yang membiarkan ujung
pakaian (sarung atau jubahnya) terseret karena congkak.
Hakekat dan bahaya takabur
Takabur pada hakekatnya adalah keadaan seseorang
yang melihat dirinya melebihi orang lain dalam ke-
sempurnaan, sehingga timbullah rasa sombong atau
tinggi hati dalam dirinya dan bersemangat untuk berbuat
jahat karena sifat yang hina dan keyakinan seperti ini.
Oleh karena itu Rasulullah saw bersabda: "Aku
berlindung kepada-Mu ya Allah dari datangnya takabur
yang tiba-tiba." Umar bin Khatab ra juga berkata
sewaktu sebagian ulama meminta izin kepadanya untuk
memberi nasihat kepada manusia sesudah salat subuh:
"Aku benar-benar takut apabila Anda menjadi takabur
hingga mencapai bintang Surayya."
Perbuatan takabur dapat menimbulkan tingkah
laku atau perangai seperti:
1. Duduk lebih tinggi dalam satu tempat.
2. Berjalan mendahului di jalanan.
3. Benci bila dinasihati.
4. Berlaku kasar jika memberi nasihat atau mengajar.
5. Memperkosa kebenaran sewaktu bertukar pikiran.
6. Memandang orang awam seperti keledai.
7. Marah dan memandang hina jika tidak diberi salam
lebih dahulu.
8. Marah jika keperluan dan kehormatannya dikurangi.
Bahaya takabur sangat besar, sehingga Rasulullah saw
menyatakan bahwa orang yang di dalam hatinya memiliki rasa
takabur meskipun seberat atom tidak akan masuk surga. Efek
samping dari takabur adalah bahaya yang ditimbulkan, yang
merupakan kejahatan besar yaitu:

1. Orang yang takabur sebenarnya menentang Allah dalam sifat-


sifat-Nya yang khusus, karena takabur adalah selendang Allah.
Keagungan adalah milik Allah, dan tidak patut bagi seseorang.
Firman Allah sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah saw:
‫َ َ َْ َ َ َ َ َ ْر َ َ ْ َْ َ َ ْر َْ َ َ ر َْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ر‬
ْ‫ك من‬
ِ ‫َف ِإن العظمة ال ت ِليق ِإال بِ ِه و َ ِمن أين ت ِليق العظمة بِالعب ِد اذل ِِل ِل‬
ِ ‫اذلي ال يم ِل‬
ْ َ ْ ْ َ ً ْ َ ًْ َ َْ ْ
‫ْيهِ؟‬
ِ ‫أم ِر نف ِس ِه شيئا فضال عن أم ِر غ‬
Sesungguhnya keagungan tidak patut kecuali pada Allah. Dari
segi mana keagungan patut bagi hamba yang hina yang tidak me-
nguasai urusan dirinya sendiri sedikitpun? Apalagi urusan orang
lain!
2. Orang yang takabur terbawa untuk memperkosa kebenaran
dan melanggar hak makhluk lain. Takabur sebenarnya adalah
menentang kebenaran dan mendustakan orang lain sebagai-
mana penjelasan Rasulullah saw:
ْ َ َ ْ َ ‫َْ ْر‬
َ ‫اْل َ َق َو َغ َم َس‬
َ‫انلاس‬ ‫كّب من س ِفه‬
ِ ‫ال‬
Takabur adalah menentang kebenaran dan mendustakan manu-
sia.

Cara pengobatan takabur


Ada dua cara pengobatan agar rasa takabur hilang dari
diri seseorang. Cara pertama adalah secara global yaitu
mengekang kehinaan takabur, dan cara kedua adalah
pengobatan secara rinci yaitu dengan memperhatikan
hal-hal yang menjadikan seseorang takabur.
Cara pertama, mengobati takabur dengan mengekang kehinaannya yaitu:

1. Hendaknya seseorang menyadari bahwa asal kejadian dirinya adalah dari


sperma yang menjijikkan dan akhirnya menjadi bangkai yang busuk.

2. Memahami bahwa keadaan dirinya di antara kedua hal di atas selalu


membawa kotoran dalam perutnya.

3. Mencamkan firman Allah swt dalam surat Abasa ayat 17-21 yang berbunyi:
‫ر َ ْ ْ َ ر َ َ ْ َ َ ر ْ َ ِ َ ْ َ َ َ ر ْ ر ْ َ َ َ َ ر َ َ َ َ ر َر‬
‫ئ خلقه ِمن نطف ٍة خلقه فقدره ثم‬ ٍ ‫ي‬‫ش‬ ‫ي‬ ‫أ‬ ‫ن‬ َ ‫م‬
ِ ‫ه‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ان‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫إل‬
ِ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ت‬
ِ ‫ق‬
َ َ ‫َّس ره رث َم أ َماتَ ره فَأ ْق‬
‫ّبهر‬ َ َ َ ‫السبيْ َل ي‬َ
ِ
Terkutuklah manusia! Lantaran apa ia ingkar? Dari mana asal
kejadiannya? Dari setetes mani ia dijadikan, kemudian ditentukan
fase-fasenya. Lalu dimudahkan jalan keluarnya, dan akhirnya di-
matikan dan dikuburkan
Cara kedua, mengobati takabur secara terinci yaitu dengan memperhatikan
faktor yang dijadikan sebab untuk takabur. Faktor dimaksud meliputi 4 bidang,
yaitu:

1.Ilmu
Orang perlu memahami hadits Rasulullah saw seperti :
‫َ ر ْ ْ َْ ْ ر‬
‫آفة ال ِعل ِم اْليل‬
Penyakit ilmu ialah sombong atau takabur.

Juga larangan Rasulullah saw:


‫ْرََ َ َ َ ْ ْر ر ْ َْ ر‬
ْ‫كم‬ َ َ ْ ْ ‫َ َ ر ْر‬
‫ال تكونوا ِمن جبابِ ِر العلما ِء فال ي ِِف ِعلمكم ِِبه ِل‬
Janganlah engkau menjadi cendekiawan yang takabur, karena
ilmumu tidak sepadan dengan kebodohanmu.
2.Wirai dan ibadah
Meskipun melakukan ibadah, hati seseorang tidak
bebas dari takabur. Sebagian dari yang demikian karena
ketololannya dengan beranggapan bahwa musibah yang
diderita dan kesenangan yang diterima orang lain
adalah karena kekeramatannya. Jika ada orang yang
menyakitinya kemudian orang tersebut sakit atau
meninggal, ia berkata: "Kau telah melihat apa yang di-
perbuat Allah kepadanya." Kalau ada seseorang yang
menyakitinya, ia berkata: "Engkau akan melihat apa
yang akan terjadi terhadapnya."
3.Nasab/keturunan
Faktor ketiga yang biasa dijadikan sarana untuk takabur adalah nasab atau
keturunan. Untuk mengobatinya dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
asal usulnya, yaitu bahwa orang tuanya berasal dari sperma dan neneknya ber-
asal dari tanah. Keduanya tak dapat dibanggakan, karena sperma wujudnya
sebagai sesuatu yang menjijikkan, sedangkan tanah wujudnya sebagai sesuatu
yang hina terinjak-injak oleh manusia.

Jika orang yang membanggakan nasabnya karena alasan yang lain, maka
nenek moyangnya, seandainya bisa, niscaya berkata: "Siapa kamu sebenarnya?
Kamu sebenarnya berasal dari ulat air kencing dari orang yang mempunyai
amal baik." Sehubungan dengan ini, ada syair yang menyatakan:
ْ‫ت َولَك ْن بئ ْ َس َما رو رِلوا‬ َ ْ َ َ ْ َ
َ ْ‫ لَ َق ْد َص َدق‬- ‫ت بآبَا ِء َذوى ن َ َسب‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫ل ِِئ فخر‬
Jika engkau membanggakan diri dengan nenek moyang yang memiliki
keturunan atau nasab baik, sungguh benar engkau. Tetapi, alangkah jeleknya
anak yang mereka lahirkan.
4.Harta, kecantikan, dan pengikut
Takabur sebab harta, kecantikan, dan pengikut adalah
bodoh sebab hal-hal tersebut adalah di luar pribadinya.
Mengapa orang bertakabur dengan harta yang dapat
dicuri dan diambil orang lain? Mengapa pula orang
bertakabur dengan kecantikan yang dapat rusak karena
sakit atau tertimpa musibah?
Jika orang cantik memikirkan kotoran perutnya, pasti hal itu akan
membuat kecut hatinya ketika menghias wajahnya. Bila orang yang
cantik tidak mandi dan tidak membersihkan badannya selama
tujuh hari, pasti baunya lebih busuk dari pada bangkai sebab
perubahan bau mulut, bau kencing, bau tahi, bau kotoran badan,
bau ingus, dan bau ketiaknya. Patutkah jamban atau WC mem-
banggakan diri karena indahnya? Manusia pada hakekatnya
adalah jamban, karena ia adalah tempat keluarnya kotoran dan
najis.
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫)العجب( ‪9. KAGUM‬‬
Kagum atau takjub sering dilakukan oleh orang yang biasanya
tidak merasa bahwa sifat tersebut termasuk deretan akhlak
tercela. Allah swt. menjelaskan tentang hal yang berkaitan
dengan kekaguman dalam berbagai firman-Nya, seperti:
‫جبَ ْ ر ْ َ ْ َ ر ر‬
ْ‫كم‬ َ ْ َ ْ َْ ‫ََْ َ ر‬
‫ْي ِإذ أع تكم كْثت‬ ٍ ‫ويوم حن‬
Dan pada hari perang Hunain, tatkala jumlahmu yang banyak
menjadikan kamu sekalian takjub. (At Tawbah : 26)
ً‫َو ره ْم ََيْ َسبر ْو َن َأ َن ره ْم رَيْسنر ْو َن رصنْعا‬
ِ
Mereka mengira bahwa mereka memperindah suatu pekerjaan.
(Al Kahfi : 105).
Kekaguman terhadap dirinya sendiri merupakan salah satu faktor
yang mencelakakan diri seseorang. Rasulullah saw bersabda:
ْ َ ْ َ ْ ‫َ َ ٌ ر ْ َ ٌ ر ٌّ ر َ ٌ َ َ ً ر َ َ ٌ َ ْ َ ر‬
‫ثالث مه ِلَكت شح مطاع وهوى متبع و ِإعجاب المر ِء بِنف ِس ِه‬
Ada tiga hal yang mencelakakan, yaitu sifat bakhil yang ditaati,
hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap
dirinya sendiri.

Takjub atau kagum dikategorikan sebagai sesuatu yang dikhawa-


tirkan oleh Rasulullah saw karena dapat berakibat lebih besar
dari pada dosa yang diperbuat manusia. Sabdanya:
‫ب الْ رع رجبر‬ َ َ ْ ‫َْ َْ ر ْ رْ َ ْ ر َ َْ ر ْ َ ر َ َ ْ َ ر‬
‫ الْ رع رج ر‬:‫ك‬
ِ ‫ْلفت عليكم ما هو أعظم ِمن ذال‬ِ ‫لو لم تذنِبوا‬
Seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa, maka pasti aku
takut atasmu hal yang lebih besar dari pada dosa, yaitu kagum,
dan kagum!
Cara Mengobati Rasa Kagum
Rasa kagum adalah kebodohan yang murni. Obatnya adalah ilmu
yang murni. Orang yang mengagumi kekuatan, kecantikan atau hal
yang tidak bersangkut paut dengan usahanya, maka ia adalah bo-
doh karena hal itu bukan disebabkan oleh usahanya. Ia sepatutnya
mengagumi Dzat yang memberinya tanpa hak. Patut pula ia berpi-
kir tentang lenyapnya hal yang dikagumi itu pada waktu dekat de-
ngan penyakit yang paling ringan atau kelemahan dirinya.

Rasa kagum yang mengherankan


Termasuk hal yang mengherankan adalah jika orang yang berakal
mengagumi ilmu dan akalnya, sehingga ia merasa heran kalau
Allah memberikan kefakiran kepadanya dan memberikan kekayaan
kepada sebagian orang-orang bodoh, seraya berkata, "Mengapa
Allah melapangkan kenikmatan kepada orang bodoh dan mena-
hannya dari padaku?"
Allah dapat menyiksa seseorang dan mencabut
kenikmatan seseorang tanpa dosa dan tanpa sebab. Apa
yang akan diperbuat seseorang jika hal yang diberikan
oleh Allah kepadanya berupa kenikmatan ternyata
merupakan tipuan atau pembinasaan?

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al Qur'an


surat Al An’am ayat ke 44 yang berbunyi sebagai berikut:
ًَْ َ ْ ‫ََ ْ َ َ َْ ََْ َ رِ َ ْ َ َ َ َ ر ْ َ رْرْ َ َ َْ ر‬
‫ئ حَّت ِاذا ف ِرحوا ِبما اوتوا اخذنا هم بْغتة‬
ٍ ‫فتحنا علي ِه أبواب ُك شي‬
Kami bukakan atas mereka pintu-pintu dari segala se-
suatu, sehingga bila mereka bersenang-senang dengan
hal yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong.
‫ر‬ َ ِ
10. RIYA/PAMER/SHOW (‫)الرياء‬

Riya, pamer, show, atau menampakkan sesuatu perbuatan atau


lainnya termasuk induk akhlak yang tercela. Allah swt mencela
orang yang melakukan salat yang disertai rasa riya, seperti firman-
Nya:
َ ْ ‫ٌََْ ْر َ َِْ َ ْ َ ٌ ْ َ ْ َ َ ْ َ ر ْ َ َ ْ َ ر ْ ر ر‬
‫اذلين هم يرآؤون‬ ِ ‫اذلين هم عن صالتِ ِهم ساهون‬
ِ ‫فويل لِلمصلْي‬
Celaka bagi mereka yang salat, yang mereka lalai dari salat, lagi
pula mereka memamerkan. (Al Ma'un : 4-6)
Perbuatan yang baik adalah jika dilakukan tanpa unsur riya, dan
hanya mengharap keridlaan Allah semata. Di dalam Al Quran dise-
butkan:
‫َ ر ْر ْ ر ْ َ َ ً َ َ ر ر‬
ً‫ك ْورا‬ ْ َ ْ ‫ََ رْ ر ر‬
ِ ‫إِِنما نط ِعمكم لِوج ِه ا‬
‫هلل ال ن ِريد ِمنكم جزاء وال ش‬
Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu sekalian karena
mengharapkan keridlaan Allah Taala. Kami tak menginginkan ba-
lasan darimu dan/atau tanda terima kasih. (Ad Dahr : 9)

Riya adalah termasuk perbuatan syirik. Ditegaskan oleh Nabi saw


bahwa:
َ ْ َ
ِ ‫إ َن أدّن‬
ْ ِ ‫الر َيا ِء‬
‫الِّشكر‬
ِ
Serendah-rendah tingkatan riya adalah syirik.
Hakekat riya dan yang dipamerkan
Hakekat riya adalah mencari kedudukan di hati manusia dengan berbuat
ibadat dan amal kebaikan lainnya. Hal yang dipamerkan ada 6 macam,
yaitu riya dari segi badan, riya dalam tingkah laku, riya dalam pakaian,
riya dalam ucapan, riya dengan amal, dan riya dengan kolega.

Pertama, riya dari segi badan. Perbuatan yang dilakukan antara lain:
1. Menampakkan keletihan dan kepucatan badan supaya disangka
tidak tidur dan menjalankan puasa.
2. Menampakkan kesusahan supaya disangka bahwa ia sangat mem-
perhatikan urusan agama.
3. Menampakkan kekusutan rambutnya supaya disangka bahwa ia
terlalu tenggelam dalam urusan agama, sehingga tidak ada kesem-
patan baginya untuk mengurus dirinya.
4. Menampakkan kekeringan bibirnya untuk membuktikan atas pua-
sanya.
5. Merendahkan suaranya untuk membuktikan kelemahan dirinya
sebab selalu mujahadah, yaitu memerangi hawa nafsu, memerangi
kemungkaran, dan memerangi kekafiran
Kedua, riya dalam tingkah laku, misalnya:
1. Mencukur kumis.
2. Mengangguk-anggukkan kepala ketika berjalan.
3. Pelan-pelan dalam bergerak.
4. Membiarkan bekas sujud di dahinya.
5. Memejamkan kedua matanya agar disangka sedang berhadap-
an dengan Tuhan dan mukasyafah atau sedang menyelam
dalam berpikir.

Ketiga, riya dalam pakaian, seperti:


1. Memakai pakaian sufi, pakaian kasar, dan merendahkannya
sampai betis.
2. Memendekkan lengan baju dan membiarkan pakaian sobek la-
gi kotor agar disangka bahwa ia menghabiskan waktu untuk
ibadah dan tidak ada kesempatan mengurus pakaian.
3. Memakai pakaian bertambal dan sajadah agar disangka ahli
tasawuf, sedang nyatanya sama sekali tidak mengerti hakekat
tasawuf.
4. Memakai baju kurung dengan lengan longgar agar disangka bahwa ia
seorang alim dan pura-pura rela beserta kain sarung.
5. Membiarkan pakaiannya terkena debu jalan agar disangka ia sangat wirai.
6. Memakai pakaian buruk untuk mencari kedudukan di hati ahli kebaikan
dan jika memakai pakaian baru, maka tingkahnya seperti binatang yang
disembelih karena takut dikatakan ia tidak zuhud lagi.
7. Mencari kedudukan di hari para penguasa dan pedagang sebab jika ia
memakai pakaian yang rusak pasti ia mengkhianatinya dan jika ia memakai
pakaian mewah maka para penguasa dan pedagang tidak meyakini
zuhudnya.
8. Mencari kain bagus dan sarung tipis serta bulu yang halus sehingga harga
dan mahalnya seperti pakaian orang-orang kaya; sedangkan bentuk-
nya seperti pakaian orang-orang ahli tasawuf. Jika dipaksa memakai
pakaian buruk pasti tingkahnya seperti binatang yang disembelih
karena martabatnya akan cepat jatuh di mata orang-orang kaya.
Kalau dipaksa memakai pakaian sutera, pakaian dari bulu, pakaian
hijau yang bersinar, dan pakaian yang harganya cukup mahal pasti
mereka sangat takut kedudukannya akan jatuh di mata ahli sufi lan-
taran akan dikatakan bahwa ia telah meninggalkan zuhud.
Keempat, riya dalam ucapan, yaitu riya yang dilakukan oleh ahli
nasihat dan ahli memperingatkan. Misalnya:
1. Membuat indah suaranya dan memberi semangat.
2. Mengucapkan kata-kata hikmah, hadits, dan ucapan ulama sa-
laf dengan suara pelan dan menampakkan kesusahan; padahal
batinnya sunyi dari kebenaran dan keikhlasan.
3. Mengaku hafal hadits dan bertemu dengan guru-guru atau para
ulama.
4. Cepat-cepat mengatakan tentang hadits bahwa hadits itu sahih
atau lemah supaya disangka bahwa ilmunya deras.
5. Menggerakkan kedua bibir dengan dzikir, amar makruf dan nahi
mungkar di hadapan umum; padahal hatinya kosong dari rasa
terkejut terhadap kemaksiatan.
6. Menampakkan rasa marah terhadap kemungkaran dan penye-
salan terhadap kemaksiatan; padahal hatinya kosong dari rasa
sakit terhadapnya
Kelima, riya dengan amal, seperti:
1. Memperlama berdiri waktu salat, memperbagus rukuk
dan sujud, serta menhentakkan kepala dan
mempersedikit melirik.
2. Bersedekah, berpuasa, berhaji, berjalan seraya me-
nunduk dengan membiarkan tangan terjuntai padahal
Allah mengetahui bahwa batinnya apabila dalam
keadaan sepi pasti tidak melakukan sesuatu dari yang
tersebut. Bahkan mempermudah salat dan berjalan ce-
pat. Terkadang ia berlaku demikian waktu berjalan,
tetapi kalau ia merasa dilihat orang lain, maka ia
kembali tenang supaya disangka khusyuk.
Keenam, riya dengan kolega, misalnya:
1. Riya dengan banyaknya murid, teman, dan banyaknya menyebut
para ulama supaya disangka bahwa dirinya banyak bertemu de-
ngan para ulama yang banyak.
2. Senang didatangi para ulama dan pejabat supaya dikatakan
bahwa ia termasuk orang yang mendapat berkah dari kedatang-
an itu.

Kejahatan riya
Ada beberapa tingkat kejahatan riya yang berkaitan dengan
keagamaan dan ibadah. Tingkat pertama adalah riya yang tidak
haram karena tidak bermaksud untuk dikatakan sebagai orang
wirai dan saleh, misalnya dalam hal:
1. Orang yang memakai pakaian bagus untuk bepergian berbeda
dengan yang dipakai di rumah.
2. Orang yang membelanjakan harta untuk jamuan makan.
3. Orang kaya yang membelanjakan harta agar dikatakan
dermawan.
Tingkat kedua adalah riya yang diharamkan, misalnya melakukan se-
perti hal tersebut di atas, yaitu memakai pakaian bagus untuk
bepergian yang berbeda dengan yang dipakai di rumah, dan sebagai-
nya, namun dimaksudkan agar orang percaya bahwa dirinya taat
agama dan wirai. Keharamannya disebabkan oleh kefasikan dan
maksiat yang dilakukan; yaitu:
1. Jika seseorang ingin agar orang lain meyakini bahwa ia seorang
yang ikhlas, taat kepada Allah, dan cinta agama; maka sungguh ia
telah menipu. Kalau ia berniat seperti ini maka ia menjadi orang
yang fasik dan terkutuk di sisi Allah.
2. Jika sekiranya seseorang menyerahkan uang kepada sejumlah
orang dan berangan-angan agar orang menjulukinya sebagai der-
mawan padahal uang tersebut adalah pinjaman, maka ia telah
berbuat maksiat. Hal tersebut disebabkan ia menyerupakan diri
atau menipu meskipun ia tidak menuntut diyakini sebagai orang
yang baik, lantaran ia memiliki atau menguasai hati dengan berpu-
ra-pura atau menipu. Perbuatan semacam ini adalah haram.
Tingkat ketiga adalah riya yang termasuk syirik, yaitu jika dalam
beribadah kepada Allah seseorang bermaksud kepada makhluk
Allah. Perbuatan semacam ini berarti mengejek Allah. Perumpama-
annya adalah seperti orang yang menghadap seorang raja dalam
rangka memenuhi tugas kewajiban atau berkhidmat, tetapi orang
tersebut bertujuan lain yaitu ingin memperhatikan para pelayan
wanita.

Cara mengobati riya


Setelah mengetahui hakekat riya dan kadar riya yang masuk dalam
amal ibadah, kita harus bersungguh-sungguh dalam mengobati
jiwa agar dapat terhindar dari riya. Cara pengobatannya adalah de-
ngan menolak penyebab utama yang mendorong seseorang
berbuat riya, yaitu senang pujian, takut celaan, dan tamak.
Bagaimana jika seseorang yang sedang melakukan per-
buatan ada sekelompok orang yang datang lalu ia khawatir
kalau dirinya berbuat riya?
Dalam hal ini ia tidak patut meninggalkan perbuatan terse-
but, tetapi hendaknya menyelesaikan perbuatannya sambil
berjuang memerangi dorongan riya yang muncul.

Terima kasih atas perhatiannya


Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai