Hy
Hy
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
henti nafas dan henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda
tetap ada, yaitu bagaimana melakukan resusitasi jantung paru (RJP) yang lebih dini,
kesehatan dan kedokteran. Hal ini karena banyak korban – korban henti nafas dan
tergantung kepada orang lain. Untuk itu diperlukan teknik RJP yang tetap dapat
Pada tahun 1950, Peter Safar memperkenalkan nafas mulut ke mulut, bidan
resusitasi jantung paru yang saat ini digunakan, yaitu yang dibutuhkan hanya
1
Henti jantung merupakan penyebab utama kematian di beberapa negara.
Terjadi baik di luar rumah sakit maupun didalam rumah sakit. Diperkirakan sekitar
Kanada. Perkiraan ini tidak termasuk meraka yang diperkirakan meninggal akibat
henti jantung dan tidak sempat diresusitasi. Walaupun usaha untuk melakukan
resusitasi tidak selalu berhasi, lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak
dilakukan resusitasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Bantuan hidup dasar merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk
(Siti Rohmah.2012).
Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS) adalah usaha yang
di mana pun. Kondisi ini memerlukan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar
yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru
(RJP).
3
3. Menyelematkan nyawa korban.
4. Mencegah cacat.
Waktu sangat penting dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar. Otak dan
jantung bila tidak mendapat oksigen lebih dari 8-10 menit akan mengalami
kematian, sehingga korban tersebut dapat mati. Dalam istilah kedokteran dikenal 2
korban, penolong tidak menemukan adanya pernafasan dan denyut nadi yang
berarti sistem pernafasan dan sistem peredaran darah berhenti. Pada beberapa
jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik, biasanya terjadi
dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak,
Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat
4
darah ke tempat yang penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan oksigen ke
B. Henti Nafas
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran darah
udara pernafasan korban dengan gawat darurat. Henti nafas merupakan kasus yang
harus dilakukan tindakan bantuan hidup dasar. Henti napas primer (respiratory
1. Sumbatan jalan nafas : benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang,
pipa trakeal terlipat, kanula trakel tersumbat, kelainan akut glottis dan
2. Depresi pernafasan :
Pada awalnya hentin nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,
pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit.
Kalua henti nafas mendapat pertolongan segera maka pasien akan terselamatkan
5
C. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung
untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secra mendadak
dan dapat baik normal, bila dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau
penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung. Henti jantung disebabkan oleh:
akut, embolus paru, fibrosis pada system konduksi (penyakit lenegre, sindrom
6
Henti jantung yang diawali dengan fibrilasi vantrikel atau takikardia tanpa
denyut sekitar (80 – 90 %) kasus, kemudia disusul oleh asistol (± 10 %) dan terakhir
oleh disosiasi elektro-mekanik (± 5 %). Dua jenis henti jantung yang terakhir lebih
terjadi karena koordinasi aktivitas jantung menghilang. Henti jantung ditandai oleh
denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis) disertai kebiruan (sianosis) atau
pucat sekali, pernafasan berhenti atau satu – satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak
otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap
O2 dan fungsi pernafasan. Iskemi melebihi 3 – 4 menit pada suhu normal akan
menyebabkan krtek serebri rusak menetap, walupun setelah itu dapat membuat
mengabungkan antara kompresi dada dan nafas bantuan dengan tujuan untuk
7
1. Penolong
Setiap orang dapat menjadi penolong bagi pasien henti jantung. Kemampuan
pada semua korban henti jantung. Karena pentingnya, kompresi dada harus
menjadi tindakan RJP yang pertama kali dilakukan terhadap semua korban
juga melakukan ventilasi. Penlong non petugas kesehatan yang tidak terlatih,
meraka dapat melakukan strategi “Hands Only CPR” (hanya kompresi dada).
Kompresi dada sebaiknya dilakukan hingga petugas kesehatan hadir atau alat
2. Korban
Sebagian besar henti jantung dialami orang dewasa secara tiba – tiba setelah
suatu sebab primer, karenannya sirkulasi yang dihasilkan dari kompresi dada
besar karena asfiksia yang memerlukan baik pengelolaan jalan nafas ventilasi
dan kompresi untuk hasil yang optimal. Karenanya, pengelolaan jalan nafas dan
8
Urutan yang disarankan penolong diminta untuk memulai kompresi dada
maka harus melalui RJP dengan 30 kompresi dada yang diikuti dengan 2 nafas
kompresi, dan mencega ventilasi yang berlebihan. Kecepatan kompresi dada yang
disarankan adalah 100 hingga 120/ min (diperbaharui dari minimal 100/min).
dewasa adalah minimal 2 inci (5 cm), namun tidak lebih dari 2,4 inci (6 cm).
Ketika menemukan korban henti jantung pada orang dewasa yang bersifat
mendadak, seorang penolong pertama kali harus mengenai henti jantung itu dari
9
penolong harus segera mengaktifkan system respons gawat darurat (SPGDT),
resusitasi jantung paru (RJP) dengan kompresi dada. Jika AED tida tersedia,
penolong harus memulai RJP langsung, jika ada penolong lain, penolong pertama
defibrilator sambal dia langsung memulai RJP. Ketika AED/ defibrillator datang,
pasang pad, jika memungkinkan, tanpa memotong kompresi dada yang sedang
dilakukan, dan nyalakan AED. AED akan menganalisis ritme jantung dan
Jika AED/ defibrillator tidak tersedia, lanjutkan RJP tanpa interupsi hingga
Untuk penyediaan layanan kesehatan tim terpadu yang terdiri dari atas
dada, penolong ketiga menyiapkan alat bantu pernafasan/ bag valve mask
defibrillator).
10
dan membiarkan recoil dada sepenuhnya diantara setiap kompresi meminimalkan
Anjurkan dan larangan BLS untuk RJP yang berkualitas tinggi pada orang dewasa
melihat seseorang yang tiba – tiba jatuh atau tidak responsive maka petugas
Tepukan pada pundak dan teriakan memanggil korban sembari melihat apakah
korban tidak bernafas atau terengah – engah. Lihat apakah korban merespon
dengan jawaban, erangan atau gerakan. Korban tidak responsive serta tidak ada
nafas atau hanya terengah – engah maka petugas kesehatan dapat mengasumsikan
terpadu (SPGDT) yang dalam hal ini berarti menghubungi institusi yang
11
mempunyai fasilitas/ layanan gawat darurat, contohnya menghubungi rumah sakit,
Memeriksaa ada atau tidaknya nafas pada korban dengan cukup dengan
melihat langsung pergerakan dada atau tidak. Sulitnya menilai nafas yang adekuat
pada korban merupakan alasan dasar hal tersebut tidak dianjurkan. Nafas yang
terengah dapat disalah artikan sebagai nafas adekuat oleh professional maupun
bukan. Contohnya pada korban dengan sindrom coroner akut sering kali terdapat
nafas terengah yang dapat disalah artikan sebagai pernafasan yang adekuat. Maka
tidak dianjurkan memeriksa pernafasan dengan “look, listen, and feel” dan
pernafasan.
dari 10 detik jika lebih dari waktu tersebut tidak terdapat denyut nadi yang
definitive maka petugas sebaiknya memulai RJP. Lakukan kompresi dada sebanyak
tersebut hingga Advanced Life Support (ALS) tiba dan mengambil alih tindakan.
12
Ringkasan Komponen Resusitasi Jantung Paru (RJP) Berkualitas Tinggi untuk BLS
Bayi
Anak – anak
Dewasa dan anak (usia kurang dari 1 tahun
Komponen (Usia 1 tahun hingga
remaja tidak termasuk bayi baru
pubertas)
lahir)
Keamanan lokasi Pastiakan lingkungan telah aman untuk penolong dan korban
Pengenalan serangan Periksa apakah nafas pasien berhenti tersengal? (misalnya, nafas tidak
jantung normal, tidak ada denyut nadi yang teraba dalam 10 detik ) (periksa nafas dan
denyut nadi dapat dilakukan secara bersamaan kurang dari 10 detik)
Peningkatan SPGDT Jika anda sendiri tanpa Korban terlihat jatung pingsan
telepon seluler , Ikuti langkah – langkah untuk orang dewasa dan
tinggalkan korban anak remaja disebelah kiri.
untuk mengaktifkan
SPGDT dan mengambil Korban tidak terlihat jatuh pingsan
AED sebelum memulai Lakukan RJP selama 2 menit
RJP atau meminta Tinggalkan korban untuk mengaktifkan SPGDT dan
bantuan orang lain mengambil AED
untuk melakukannya Kembali ke anak atau bayi dan lanjutkan RJP,
dan mulai RJP gunakan AED yang telah tersedia.
secepatnya, gunakan
AED segera setelah
tersedia
Rasio kompresi bantuan 1 atau 2 penolong 1 Penolong 30 : 2
nafas tanpa airway 30 : 2 2 penolong atau lebih 15 : 2
definitif
Rasio kompresi bantuan Kompresi kelanjutan pada kecepatan 100 – 120/menit
nafas dengan airway Berikan 1 nafas buatan setiap 6 detik (10 nafas buatan/menit)
defenitif
13
Kecepatan kompresi 100 – 120/ menit
Kedalam kompresi Minimum 2 inci (5 cm) Minimum sepertiga dari Minimum sepertiga
diameter AP dada diameter AP dada
Sekitar 2 inci ( 5 cm) Sekitar 11/2 inci (4 cm)
Penempatan tanggan 2 tangan berada 2 tangan atau 1 tangan 1 Penolong
ditengah bagian bawah (opsional untuk anak 2 jari dibagian tengah
tulang dada (sternum) yang sangat kecil) dada, tepat dibawah
berada disetengah baris putting
bagian bawah tulang
dada (sternum) 2 Penolong atau lebih
2 tangan dengan ibu jari
bergerak melingkar
dibagian tegah dada,
tepat dibawah baris
puting
Recoil dada Lakukan rekoil penuh dada setelah setiap kali kompresi, jangan bertumpu
diatas dada setiap kali kompresi
Meminimalkan Batasi gangguan dalam kompresi dada menjadi kurang dari 10 detik
gangguan
Search and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong,
dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau
bencana . Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah
14
sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia
lainnya.
keterampilan mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta,
dalam fisik maupun psikologis. Anggota tim dalam vertical rescue diperlukan
15
Dalam hal ini rescuer haruslah terbiasa dengan ketinggian, kejasama tim yang
vertical rescue akan melakukan bayak hal dengan lokasi yang berhubungan
palaksanaan peyelamatan.
penyelamatan.
penggunaannya.
Disiplin adalah hal paling penting bagi penyelamat. Absensi rutin harus
dilakukan untuk setiap kegiatan, setiap keputusan tim leader haruslah diikuti
efektif dan efisies. Kerja sama tim harus memiliki standart yang tinggi, setiap
16
kedisiplinan, dan mementingkan keamanan untuk kelompok dan dirinya
sendiri.
faktor yang ada dan mungkin terjadi, mempertimbangkan setiap aksi yang akan
vertical rescue, antara rescuer haruslah selalu berkomunikasi setiap saat dalam
dilakukan.
6. Keamanan
Keamanan menjadi bagian paling vital dalam setiap operasi penyelamatan. Hal
Perlengkapan perorang
17
2. Sarung tangan, merupakan bagian vital yang harus di perhatikan. Menggunakan
sarung tangan akan melindungi tangan dari gesekan dan kehilangan kontrol
3. Sepatu, gunakanlah sepatu yang dapat mencengkeram kuat, pas digunakan dan
4. Pakaian, penggunaan yang pas dan nyaman bagi penggunanya, tidak terlalu
penyelamatan.
tertentu. Tempatkan pisau sebagai peralatan yang wajib dibawa untuk setiap
personal.
18
dalam vertical rescue untuk mengetahui dan memahami tentang tipe-tipe tali dan
bahan yang digunakan untuk membuat tali. Serta dihruskan memahami bagaimana
Tipe tali yang digunakan dalam vertical rescue sebaiknya dibuat dengan
bahan sintetic fibre kernmantle, dimana bahan ini merupakan bahan terbaik dari
Dengan adanya rope history card, kita dapat mengetahui sejauh mana
kemampuan tali untuk dapat digunakan menahan beban. Rope history card
yang lebih tinggi, sehingga sangat cocok untuk menahan jatuhnya pemanjat
hingga 20% persen kemuluran dialami ketika tali dibebani tubuh seseorang.
static dapat mennyesuaikan diri dengan berbagai penggunaan seperti pada tali
lainnya.
19
Ciri-ciri Rescue rope:
Dalam Vertical Rescue, materi atau teknik yang harus dipelajari meliputi 2 hal
obyek/korban.
yaitu:
1. Leading (Perintisan)
di bawah posisi objek/korban berada. Teknik ini dilakukan oleh Leader dengan
20
2. Traversing (Perintisan Menyamping)
dimana tim evakuasi berada dalam titik sejajar dengan posisi objek/korban
3. Abseiling (Rapeling/Descending)
evakuasi. Misalnya, jika korban/objek berada dalam jurang, lubang, atau lain
sebagainya.
21
BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
di mana pun. Kondisi ini memerlukan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar
eksternal tehadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang mengalami henti jantung
Langkah – langkah untuk BHD (Bantuan Hidup Dasar) pada tahun 2015
penolong, terhadap diri korban dan terhadap orang lain. Pastikan tidak ada orang
lain lagi yang terluka, bertindaklah bila keadaan telah aman. Respons (Reaksi)
memeriksa keadaan atau reaksi korban apakah korban sadar penuh. Bereaksi
nyeri (ditepuk, dicubit) atau tidak sadar. Memeriksa korban dengan cara
22
korban diindikasi hentinafas dan henti jantung aktifkan SPGDT setelah
dalam vertical rescue untuk mengetahui dan memahami tentang tipe-tipe tali dan
bahan yang digunakan untuk membuat tali. Serta dihruskan memahami bagaimana
B. Saran
Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja
diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa
calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai “Bantuan Hidup
Dasar” menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus
RJP dan melakukan tahapan yang tepat untuk menolong korban, karena
23
kurangnya ketepatan waktu dapat mengakibatkan keterlambatan korban
tertolong.
Maka dari itu disarankan bagi penolong untuk lebih tepat dalam melakukan
langkah – langkah yang telah ditentukan serta dapat mengefesiensikan waktu dalam
24