Anda di halaman 1dari 18

EKONOMI PEMBANGUNAN II

OLEH :
Dini Amalia 12020116140119
Dhea Silvania 12020116140121
Adelia Nur Fasha 12020116140128
Gabrielle Alberta S. 12020116140132
Lufian anjas putra 12020116140146
Destiati nabila 12020116140147

S1-IESP
KELAS: B
Kelompok 8

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten terluas yang berada di Provinsi Jawa Tengah,
dengan luas wilayah 225.361 atau 6,94 persen dari luas wilayah Jawa Tengah. Secara administrasi
pemerintahan, terdiri dari 24 kecamatan yang terdiri dari 2.316 Rukun Warga (RW) dan 10.447
Rukun Tetangga (RT).Selain memiliki wilayah terluas di Provinsi Jawa Tengah, jumlah
penduduknya juga menempati urutan kedua terbanyak setelah Kabupaten Brebes. Dengan Jumlah
penduduk 1.774.649 jiwa, terdiri dari 888.928 laki-laki dan 855.721 perempuan.
Selain wilayah yang luas dan jumlah penduduknya yang banyak, Kabupaten Cilacap
merupakan kabupaten miskin. Hal itu dapat dilihat dari survei oleh Aliansi Strategis untuk
Penanggulangan Kemiskinan atau dikenal dengan nama program SAPA (Strategic Alliance for
Poverty Alleviation) pada tahun 2013, sebanyak 56 desa/kelurahan di Kabupaten Cilacap 26
persen warga di desa-desa tersebut termasuk keluarga miskin. Dari 56 desa tersebut tersebar di
beberapa kecamatan, seperti Dayaeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, Karang Pucung,
Cipari, Sidareja, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu. Selain itu juga ada dari Kecamatan
Bantarsari, Kawunganten, Kampung Laut, Jeruk Legi Kesugihan, Adipala, Maos, Sampang,
Koya, Binangun, Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, dan Cilacap Utara.
Meskipun dari tahun ke tahun tingkat kemiskinan Kabupaten Cilacap mengalami penuruan,
akan tetapi tidak terlalu signifikan. Pada tahun 2014 saja masyarakat miskin di Kabupaten Cilacap
mencapai 242.468 jiwa atau sekitar 14,36 persen yang pada tahun sebelumnya 255.749 jiwa atau
15,24 persen, hanya turun 13.281 jiwa atau sekitar 0.88 persen.
Masalah kemiskinan merupakan masalah kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan,
papan dan pendidikan dasar. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cilacap ukuran
penduduk miskin di Kabupaten Cilacap adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai
kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk
permasalahan. Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kemiskinan, selain timbulnya
masalah-masalah sosial, kemiskinan juga dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu
Negara. Kemiskinan yang tinggi akan menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan pembangunan ekonomi menjadi lebih besar, sehingga secara tidak langsung akan
menghambat pembangunan ekonomi. Maka dari itu, diperlukan penanggulangan yang baik dalam
memberantas kemiskinan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dan faktor yang mempengaruhi kemiskinan ?
2. Apa penyebab kemiskinan di Kabupaten Cilacap ?
3. Bagaimana cara untuk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Cilacap ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penelitian dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep dan faktor mengenai kemiskinan
2. Untuk mengetahui penyebab munculnya kemiskinan di Kabupaten Cilacap
3. Untuk mengetahui cara penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Cilacap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi
standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan
rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan,
sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan
masyarakat dan standar pendidikan.
Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan
pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada prinsipnya, standar hidup di
suatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga
tercukupinya kebutuhan akan kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun
pemukiman yang layak merupakan salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan
masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila
memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak memiliki
kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004).
Menurut BPS, kemiskinan pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi, yaitu:
1) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang berkaitan dengan tingkat pendapatan dan
kebutuhan yang terbatas pada kebutuhan pokok sehingga orang tersebut dapat disebut hidup
dengan layak. Kemiskinan absolut diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan
seseorang dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk mendapatkan kebutuhan
dasarnya tersebut dengan tujuan kelangsungan hidupnya.Dengan demikian, seseorang
dikatakan miskin absolut apabila pendapatan yang diperolehnya kurang dari garis kemiskinan
dan tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya.Menurut BPS, nilai nominal garis
kemiskinan DIY tercatat sebesar Rp 354.000 per kapita per bulan di Bulan Maret 2016.
2) Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif dilihat dari aspek ketimpangan sosial. Apabila seseorang sudah
mampu memenuhi kebutuhan dasar minimumnya, namun masih jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan masyarakat di sekitarnya, maka orang tersebut termasuk kategori
miskin relatif. Semakin tinggi kesenjangan tingkat pendapatanantara golongan atas dengan
golongan bawah maka akan semakin tinggi pula jumlah penduduk miskin. Dengan demikian,
kemiskinan relatif berhubungan erat dengan distribusi pendapatan.

2.2 Teori Kemiskinan


1) Teori Neo-Liberal
Teori ini dikemukakan oleh Shanon, Spicker, Cheyne, O’Brien dan Belgrave.Teori ini
berpendapat bahwa kemiskinanmerupakan permasalahan individu yang muncul karena
kelemahan dan pilihan individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya
apabila kekuatan pasar dibuka lebar dan pertumbuhan ekonomi ditingkatkan setinggi-tingginya.
Menurut teori ini, penanggulangan kemiskinan bersifat residual, yang melibatkan keluarga,
kelompok swadaya atau lembaga keagamaan, sedangkan negara akan bertindak setelah lembaga-
lembaga di atas tidak mampu menanggulangi kemiskinan. Contoh penerapan teori ini adalah
program Jaminan Pengaman Sosial (JPS).
2) Teori Sosial Demokrat
Menurut teori ini, kemiskinan bukan permasalahan individual melainkan permasalahan
struktural. Kemiskinan disebabkan adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat
yang disebabkan oleh tersumbatnya akses masyarakat terhadap sumber-sumber modal. Teori ini
menekankan pentingnya manajemen dan pendanaan dari negara dalam memberikan pelayanan
sosial dasar bagi seluruh masyarakat. Menurut teori ini, strategi penanggulangan kemiskinan
harus bersifat institusional melalui program-program jaminan sosial dan bantuan sosial.
3) Teori Marjinal
Teori ini mengasumsikan bahwa kemiskinan di perkotaan disebabkan adanya kebudayaan
kemiskinan yang tersosialisasi di masyarakat.Teori ini menyebutkan bahwa masyarakat miskin
karena adanya budaya kemiskinan dengan karakter apatis, menyerah pada nasib, sistem keluarga
yang tidak mantap, pendidikan yang kurang, kurang ambisi untuk membangun masa depan,
kejahatan dan kekerasan yang banyak terjadi.
4) Teori Pembangunan
Teori ini menyebutkan bahwa akar permasalahan kemiskinan adalah persoalan
perekonomian dan masyarakat sebagai satu kesatuan. Asumsi dari teori ini adalah:
a) Negara menjadi miskin karena ketiadaan atribut industrialisasi, modal, kemampuan
manajerial, dan prasarana yang diperlukan untuk peningkatan ekonomi.
b) Pertumbuhan ekonomi adalah kriteria utama pembangunan yang dianggap dapat mengatasi
masalah-masalah ketimpangan.
c) Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya bila pasar diperluas sebesar-besarnya dan
pertumbuhan ekonomi didorong setinggi-tingginya.
Berdasarkan ketiga asumsi di atas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan
persoalan ekonomi dan pembangunan, bukan hanya persoalan budaya.

2.3 Penyebab Kemiskinan


BPS menyebutkan bahwa berdasarkan penyebabnya, kemiskinan terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan karena faktor-faktor adat atau budaya
dari suatu daerah yang menyebabkan seseorang tetap berada dalam kemiskinannya.
2) Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan karena ketidakberdayaan seseorang
pada tatanan sosial yang kurang adil.
Todaro dan Smith (2008) menyebutkan bahwa kemiskinan disebabkan karena interaksi dari
faktor-faktor berikut ini:
1) Tingkat pendapatan nasional negara terbilang rendah dan laju pertumbuhan ekonominya
berjalan lambat.
2) Pendapatan perkapita rendah dan pertumbuhannya sangat lambat atau bahkan stagnasi.
3) Terjadi ketimpangan distribusi pendapatan.
4) Mayoritas penduduk hidup di bawah tekanan kemiskinan absolut.
5) Fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk dan sangat terbatas, kekurangan gizi.
6) Fasilitas pendidikan dan kurikulum kurang memadai.
2.4 Ukuran Kemiskinan
- Kemiskinan Makro
1. Metode perhitungan
a. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs)
b. Garis kemiskinan (GK) 2100 h. Kalori per orang/hari + non makanan atau
setara dengan rupiah tertentu untuk pengeluaran perorang/hari
2. Sumber data
Survey sosial ekonomi nasional (BPS)
3. Data cakupan
Jumlah penduduk miskin di setiap daerah (estimasi)
4. Kegunaan
a. perencanaan dan evaluasi program dengan target geografis
b. tidak dapat menunjukkan siapa dan dimana sasarannya dan tahu operasional untuk
program bantuan langsung

Kemiskinan Mikro
1. Metode penelitian
a. Pendeketan kualitatif non moneter
b. Didasarkan pada indeks ciri-ciri rumah tangga miskin
2. Sumber data
PPLS 2011 (pendataan program Perlindungan Sosial)
3. Data cakupan
RT ( RTSM, RTM, RNM), by name by address
4. Kegunaan
Dasar acuan untuk pengaturan BLT dan sebagainya
BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar sebagai indikator kemiskinan, yaitu:
1) Head count index, yaitu persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
2) Poverty gap index, yaitu ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan.
3) Poverty severity index, yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin.
2.5 Kurva Lorenz
Kurva Lorenz adalah kurva yang bisa dijadikan patokan dalam menentukan merata atau
tidaknya distribusi pendapatan. Unsur dalam kurva lorenz : Sumbu horizontal (sumbu x
/mendatar) mendefenisikan persentase kumulatif penduduk. Sementara sumbu vertikal (sumbu
y/ tegak) mewakili persentase pendapatan yang diterima penduduk. Dari titik koordinat yang di
dapat bisa ditarik sebuah garis dalam kurva tersebut disebut garis kemerataan. Lebih lengkap
coba perhatikan contoh kurva Lorenz di bawah ini.
Kurva Lorenz dibentuk oleh OBA. Distribusi pendapatan akan dikatakan merata
apabila kurva semakin mendekati garis OA. Dengan kata lain, apabila daerah yang di arsir
(antara kurva OBA dan garis OA) semakin luas artinya pendapatan penduduk semakin tidak
merata. Begitu juga sebaliknya.

2.6 Koefisien Gini

Cara menghitung Koefisien Gini adalah dengan membandingkan luas bidang yang arsiran
dengan luas segitga AO'O. Apabila perbandingan lebih kecil, artinya distribusi pendapatan
semakin merata dan apabila hasil perbandingan besar maka distribusi pendapatan tidak merata.

Selain itu Koefisien Gini juga bisa dihitung dengan menggunakan rumus:

Dari hasil perhitungan koefisien Gini tersebut maka disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut:

1. GR < 0.3 artinya distribusi merata bagus


2. 0.3 ≤ GR ≤ 0.5 artinya distribusi pendapatan sedang
3. GR > 0.5 distribusi pendapatan buruk
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
Kabupaten Cilacap adalah salah satu dari 15 kabupaten yang masuk zona merah kemiskinan
di Jawa Tengah. Tetapi jumlah penduduk miskin dan persentase kemiskinan di Kabupaten Cilacap
dari tahun ke tahun mengalami penurunan hingga tahun 2016. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut :
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Cilacap
Daerah Jumlah Penduduk Miskin (ribuan)
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jawa Tengah 6533.5 7100.6 6557.2 6122.55 5655.41 5218.7
Kabupaten 361 402.1 363.65 343.89 318.75 297.2
Cilacap

Daerah Jumlah Penduduk Miskin (ribuan)


2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Tengah 5256 4952.06 4811.34 4561.82 4577.04 4506.89
Kabupaten 282 265.69 255.75 239.75 243.47 240.24
Cilacap

Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Cilacap


Daerah Persentase Penduduk Miskin
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Tengah 20.49 22.19 20.43 18.99 17.48 16.11 16.21 14.98 14.44 13.58 13.58 13.27
Kabupaten 22.25 24.93 22.59 21.4 19.88 18.11 17.15 15.92 15.24 14.21 14.39 14.12
Cilacap

Tingkat kemisinan Kabupaten Cilacap juga dapat dilihat dari garis kemiskinan. Garis
kemiskinan di Kabupaten Cilacap berada dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh jawa
tengah. Jika dilihat, garis kemiskinan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yang menunjukan
bahwa berkurangnya kemiskinan karena semakin tingginya pengeluaran masyarakat. Asumsinya
yaitu pengeluaran sama dengan pemasukan.
Garis Kemiskinan
Daerah Garis Kemiskinan
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jawa Tengah 130012.88 142337.32 154111 181876.87 201650.59 217327
Kabupaten 128670.92 135406.19 141840.48 161646.36 191166.67 206714
Cilacap
Daerah Garis Kemiskinan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jawa Tengah 217440 233769.06 261880.79 281569.54 297851.39 317347.9
Kabupaten 224530 240024.68 256615 265713.66 273828 292525
Cilacap

Meskipun Jumlah penduduk miskin dan persentase kemiskinan turun, serta garis kemiskinan
di Kabupaten Cilacap naik, tetapi distribusi pendapatan cenderung fluktuatif. Distribusi pendapatan
dapat dilihat dari gini rasio
Gini Rasio Kabupaten Cilacap
Wilayah Gini Rasio
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jawa 0.28 0.27 0.25 0.3 0.32 0.34 0.38 0.38 0.39 0.38
Tengah
Cilacap 0.29 0.26 0.27 0.24 0.27 0.25 0.32 0.32 0.37 0.34

Jumlah kemiskinan di Cilacap mengalami penurunan hingga 297.200, tetapi distribusi


pendapatannya tidak menurun. Distribusi pendapatannya cenderung naik dan turun, maka dengan
menurunnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cilacap tidak menyebabkan turunnya perbedaan
pendapatan di Kabupaten Cilacap.
Penyebab Kemiskinan perlu di lihat dari beberapa faktor, diantaranya dilihat dari pendidikan,
kesehatan, pdrb kabupaten cilacap, hdi kabupaten cilacap dan tenaga kerja.
Pengaruh Pendidikan Kabupaten Cilacap terhadap tingkat kemiskinan
Tingkat pendidikan di suatu daerah menunjukan kualitas sumber daya manusia suatu daerah
tersebut. Tingkat pendidikan dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah. APS merupakan indikator
dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi
penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk
yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat
diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Cilacap
Kelompok Angka Partisipasi Sekolah
Umur Total
Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 2015

7-12 99.45 98.63 97.67 99.38 99.84 99.28


13 - 15 85.74 91.91 92.82 87.07 91.41 95.96
16 - 18 48.11 47.09 48.64 73.46 75.86 64.63
Kelompok Angka Partisipasi Sekolah
Umur Perempuan Laki-laki
Pendidikan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015

7-12 99.38 99.01 98.24 98.64 100 99.69 99.51 98.31 97.09 100 99.69 98.91
13 - 15 86.37 94.49 93.84 88.57 90.81 95.63 85.16 89.85 92 85.51 92 96.25
16 - 18 49.61 39.3 42.23 73.82 76.52 65.63 46.39 54.47 53.69 73.14 75.32 63.78

APS Kabupaten Cilacap setiap tahunnya cenderung meningkat, tetapi pada tahun 2015 mengalami
penurunan. Semakin besar kelompok umur, semakin kecil pula APS Kabupaten Cilacap. Hal ini
menunjukan masih kurangnya pendidikan bagi Kabupaten Cilacap, terutama untuk usia 16-18 tahun.
Pada tahun 2015, masih ada 35.37 % usia 16 18 tahun yang tidak bersekolah, sedangkan pada usia 7-
12 dan 13-15 APSnya mendekati 100%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut :
Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD

Kabupaten Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD


Sekolah
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cilacap 1219 1206 1202 1191 1212 1209 1209
Murid
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
207841 204603 204180 193757 194469 191897 191281
Guru
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
10674 10782 10993 11724 11705 11410 11275
Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SLTP

Kabupaten Jumlah Sekolah,Murid, dan Guru SLTP


Sekolah
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cilacap 256 273 268 271 273 275 275
Murid
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
90346 90269 90702 90844 91369 88576 88095
Guru
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
5295 5637 5472 5558 5662 5212 5060
Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SLTA

Kabupaten Jumlah Sekolah,Murid,Guru SLTA


Sekolah
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cilacap 112 115 119 125 132 131 131
Murid
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
51190 52114 52491 56729 59163 62141 60973
Guru
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
3276 3336 3398 3815 3800 3605 3532

Jika di bandingkan dari ketiga tabel, jumlah sekolah, murid dan guru yang paling rendah
adalah tingkat SLTA. Rendahnya APS di usia 16-18 tahun, selain karena kurangnya kesadaran,
jumlah sekolah dan guru tingkat SLTA tidak tersedia sebanyak tingkat SD maupun SLTP. Sehingga
diharapkan pemerintah dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa pentingnya
pendidikan pada tingkat SD sampai tingkat SLTA karena jelas pendidikan berpengaruh terhadap
kemiskinan.

Pengaruh kesehatan Kabupaten Cilacap terhadap tingkat kemiskinan


Dengan tingkat kesehatan masyarakat Kabupaten Cilacap yang baik, akan meningkatkan
produktivitas masyarakat Kabupaten Cilacap. Dari tahun ke tahun, fasilitas kesehatan Kabupaten
Cilacap mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah Fasilitas Kesehatan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rumah Sakit Umum 5 5 5 6 7 7 8
Rumah Sakir Bersalin 18 18 18 28 28 3 2

Puskesmas 38 38 38 38 38 38 38
Puskesmas Pembantu 79 79 81 79 73 74 86
Posyandu 2043 2167 2165 2183 2217 2060 2149
Apotek 65 82 82 65 104 121 121
PDRB Kabupaten Cilacap
PDRB Kabupaten Cilacap menurut lapangan pekerjaan
Lapangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Tanpa Migas) (Juta Rupiah)
Usaha/Sector 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, 5612505.73 5712491.03 6003870.63 6195201.4 6030826.89 6405714.72 6604526.96
Kehutanan dan
Perikanan
Pertambangan 2187252.84 1629845.88 1743558 1866296.74 2338906.01 2345647.81 2348588.3
dan
Penggalian
Industri 9297874.57 10511326.83 11057266.2 11730242.13 12134375.64 12580130.51 13147441.84
Pengolahan
Pengadaan 32524.09 35523.26 39527.01 43657.42 52780 60847.96 70413.04
Listrik dan
Gas
Pengadaan 29882.69 30974.26 29852.7 29973.1 31270.35 31300.93 31940.39
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
Konstruksi 3231692.46 3331860.69 3474561.94 3569951.53 3730933.09 3997282.72 4358149.69
Perdagangan 3331422.39 3720120.2 3740892.54 3870046.26 4114354.51 4364309.17 4652880.65
Besar dan
Eceran,
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi 1450981.91 1523886.04 1649787.88 1844473.55 2028563.52 2228324.12 2329629.64
dan
Pergudangan
Penyediaan 596575.38 647396.48 684932.11 713634.86 787181.28 844767.34 885068.15
Akomodasi
dan Makan
Minum
Informasi dan 827295.48 913530.08 1004837.34 1058971.95 1253535.01 1416984.64 1515055.26
Komunikasi
Jasa Keuangan 508524.25 550436.61 559132.93 581527.44 615958.36 662798.33 716562.84
dan Asuransi
Real Estate 480601.24 528215.34 563714.15 610020.69 680423.76 730538.78 774942.87
Jasa 72779.74 81102.54 86795.39 99055.61 109128.28 119733.93 128885.01
Perusahaan
Administrasi 800851.99 830032.34 830149.36 851071.49 865731.93 920791.14 942985.34
Pemerintahan,
Pertahanan,
dan Jaminan
Sosial Wajib

Jasa 703305.37 848712.59 962194.35 1038630.1 1113730.22 1158706.03 1238907.73


Pendidikan
Jasa Kesehatan 155876.22 177771.3 193011.36 209901.71 240651.89 263244.95 289864.1
dan Kegiatan
Sosial
Jasa Lainnya 450910.35 464700.61 474183.09 521882.53 565538.25 588446.53 625050.66
PDRB 29770856.7 31537926.09 33098266.99 34834538.48 36693888.99 38719569.62 40660892.46

PDRB Kabupaten Cilacap dari tahun ke tahun meningkat, menunjukkan bahawa produktivitas
Kabupaten Cilacap meningkat.
IPM Kabupaten Cilacap
Indeks Harapan Hidup berfungsi untuk mengukur kinerja pembangunan manusia pada suatu
wilayah tertentu, seperti negara, propinsi atau kabupaten/kota. Pada dasarnya IPM menetapkan
standar-standar minimal yang sangat sederhana sehingga dapat dikatakan sebagai prasyarat minimal
yang harus dicapai oleh suatu negara atau wilayah pada kurun waktu tertentu.
IPM Kabupaten Cilacap 2011-2016
Komponen IPM IPM Cilacap
2011 2012 2013 2014 2015 2016
IPM 64.73 65.72 66.8 67.25 67.77 68.6
Angka Harapan Hidup (th) 72.55 72.65 72.75 72.8 73 73.11
Harapan Lama Sekolah (th) 10.71 11.34 11.98 12.27 12.28 12.29
Rata-rata Lama Sekolah (th) 6.27 6.28 6.43 6.48 6.58 6.9
Pengeluaran per Kapita (Rp. 000) 8801 8969 9071 9091 9351 9677

IPM Kabupaten Cilacap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan peningkatan
disetiap komponennya. Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui
pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:
IPM < 60 : IPM rendah
60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang
70 ≤ IPM < 80 : IPM tinggi
IPM ≥ 80 : IPM sangat tinggi
IPM Kabupaten Cilacap dari tahun 2011 hingga 2016 berada diantara 60 sampai 70, maka
IPM Kabupaten Cilacap termasuk IPM Sedang. Untuk melihat perbandingan dengan jawa tengah,
dapat dilihat dari tabel berikut :
Komponen IPM Kabupaten Cilacap tahun 2015
Daerah 2015
Komponen IPM
Angka Harapan Rata-rata Pengeluaran IPM Peringkat
Harapan Lama Lama per Kapita IPM
Hidup Sekolah Sekolah
Jawa Tengah 73.96 12.38 7.03 9930 69.49 12
Kabupaten 73 12.28 6.58 9351 67.77 22
Cilacap

Jika dibandingkan dengan jawa tengah pada tahun 2015, IPM Kabupaten Cilacap masih
dibawah dari IPM Jawa tengah, dan komponen IPM di semua aspek dibawah nilai dari jawa tengah.
Tenaga kerja dan produktivitas Kabupaten Cilacap
Penduduk Kabupaten Cilacap hampir 65% dari penduduknya adalah angkatan kerja, tetapi
setiap tahunnya cenderung fluktuatif. Penduduk kabupaten cilacap masih kurang produktif karena
masih banyak yang penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja.
Kelompok Penduduk Usia Kelompok Penduduk Usia Kerja
15+ Total
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Penduduk Usia Kerja 1176584 1188828 1182273 1177155 1233991 1247179
Angkatan Kerja 762347 853137 773687 781886 780345 778151
Bukan Angkatan Kerja 414237 335691 408586 395269 453646 469028
Kelompok Penduduk Usia Perempuan
15+ 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Penduduk Usia Kerja 593336 598643 594680 592073 621150 627809
Angkatan Kerja 276237 358738 283071 305873 284690 283798
Bukan Angkatan Kerja 317099 239905 311609 286200 336460 344011
Kelompok Penduduk Usia Laki-laki
15+ 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Penduduk Usia Kerja 583248 590185 587593 585082 612841 619370
Angkatan Kerja 486110 494399 490616 476013 495655 494353
Bukan Angkatan Kerja 97138 95786 96977 109069 117186 125017

Angkatan Kerja, Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka


Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran Total
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Angkatan Kerja 762347 853137 773687 781886 780345 778151
Pengangguran 74298 55619 57222 52827 44098 62332
TPT (%) 9.75 6.52 7.4 6.76 5.65 8.01
Angkatan Kerja dan Perempuan
Pengangguran 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Angkatan Kerja 276237 358738 283071 305873 284690 283798
Pengangguran 28984 27777 21497 17873 12435 17653
TPT (%) 10.49 7.74 7.59 5.84 4.37 6.22
Angkatan Kerja dan Laki-laki
Pengangguran 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Angkatan Kerja 486110 494399 490616 476013 495655 494353
Pengangguran 45314 27842 35725 35003 31663 44679
TPT (%) 9.32 5.63 7.28 7.35 6.39 9.04

Tingkat pengangguran juga cenderung fluktuatif, pada tahun 2014 ke 2015 naik hampir 3%.
Angkatan Kerja dan Bekerja Tingkat Kesempatan Kerja
Total
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bekerja 688049 797518 716465 729059 736247 715819
Tingkat Kesempatan Kerja 90.25 93.48 92.6 93.24 94.35 91.99
Angkatan Kerja dan Bekerja Perempuan
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bekerja 247253 330961 261574 288049 272255 266145
Tingkat Kesempatan Kerja 89.51 92.26 92.41 94.17 95.63 93.78
Angkatan Kerja dan Bekerja Laki-laki
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bekerja 440796 466557 454891 441010 463992 449674
Tingkat Kesempatan Kerja 90.68 94.37 92.72 92.65 93.61 90.96

Dilihat dari tingkat kesempatan kerja, TKK Kabupaten Cilacap cenderung tinggi.TKK tahun
2015 yaitu 91.99%, artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi
barang dan jasa (angkatan kerja), sebanyak 91 orang merupakan penduduk bekerja.
Nilai Upah Minimum Per Bulan Kabupaten Cilacap
Wilayah UMK UMK dan Persentase Kenaikannya
Nilai UMK
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Wilayah Kota 730000 760000 790000 852000 986000 1125000 1287000
Wilayah Timur 634000 675000 691000 747000 861000 975000 1200000
Wilayah Barat 629000 660000 675000 720000 816000 950000 1100000
Wilayah UMK Persentase Kenaikan
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Wilayah Kota 12.74 4.11 3.95 7.85 15.73 14.1 14.4
Wilayah Timur 13.21 6.47 2.37 8.1 15.26 13.24 23.08
Wilayah Barat 13.33 4.93 2.27 6.67 13.33 16.42 15.79

Tingkat keparahan kemiskinan Kabupaten Cilacap


Kabupaten se eks Indeks Keparahan Kemiskinan
Karesidenan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Banyumas
Jawa Tengah 0.93 0.94 1.08 1.24 0.87 0.68 0.66 0.57 0.59 0.51 0.65 0.63
Kabupaten Cilacap 1.33 1.08 0.76 1.35 0.6 0.81 0.6 0.5 0.45 0.38 0.76 0.7

Index Keparahan Kemiskinan berguna untuk melihat ketimpangan pengeluaran. Semakin


tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Pada
kabupaten Cilacap Indeks keparahan kemiskinan cenderung menurun dari tahun 2005-2014, tetapi
pada tahun 2015 – 2016 meningkat, menandakan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara
penduduk miskin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi
standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai
dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa
pangan, sandang, maupun papan. Kabupaten Cilacap adalah salah satu dari 15 kabupaten yang
masuk zona merah kemiskinan di Jawa Tengah.
Garis kemiskinan di Kabupaten Cilacap berada dibawah garis kemiskinan yang
ditetapkan oleh jawa tengah. Jika dilihat, garis kemiskinan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, yang menunjukan bahwa berkurangnya kemiskinan karena semakin tingginya
pengeluaran masyarakat. Meskipun Jumlah penduduk miskin dan persentase kemiskinan
turun, serta garis kemiskinan di Kabupaten Cilacap naik, tetapi distribusi pendapatan
cenderung fluktuatif. Distribusi pendapatan dapat dilihat dari gini rasio.
Tingkat pendidikan, kesehatan, indeks harapan hidup, dan produktivitas
mempengaruhi tingkat keparahan kemiskinan di Kabupaten Cilacap. Tingkat pendidikan
yang rendah di tingkat SLTA mempengaruhi tingkat kemiskinan, karena tingkat pendidikan
merupakan factor utama untuk memperoleh pekerjaan yang baik. Indeks harapan hidup di
Kabupaten Cilacap yang masuk kategori sedang, membuat IPM di Kabupaten Cilacap lebih
rendah dari IPM Provinsi Jawa Tengah.
Namun, kesehatan yang baik (yang berhubungan dengan tingkat produktivitas yang
baik pula) di Kabupaten Cilacap tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan menjadi rendah di
daerah ini.

4.2 Saran
Pemerintah harus lebih memperhatikan daerah-daerah di Indonesia, yang termasuk
sebagai daerah ter-miskin di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia, agar tidak terjadi ketimpangan
yang begitu besar antar daerah-daerah di Indonesia.
Selain itu, pemberian informasi yang lebih simetris mengenai pekerjaan dan juga
penyediaan pekerjaan yang lebih “labor intensif” agar semakin banyak tenaga kerja yang
dapat terserap. Hal ini tentu akan mengurangi pengangguran dan menekan kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai