Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting karena


keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai penyampai materi kepada siswa. Pembelajaran akan berhasil jika interaksi
pembelajaran guru terhadap siswa lancar. Ketidaklancaran pembelajaran akan membawa
akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Adakalanya pesan tersebut berhasil disampaikan
dan terkadang mengalami hambatan. Guru hendaknya dapat mengelola kondisi kelas secara
baik untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi dalam kelas perlu dipertimbangkan, direncanakan dan dikelola
dengan baik dalam usaha meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dan siswa di kelas. Upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah adalah manajemen
kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya. Mutu pembelajaran guru adalah cerminan mutu pendidikan
sekolah. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa pembinaan manajemen kelas sangat urgen dilakukan.
Supriyanto (2003:43) menyatakan pembinaan pendidikan diarahkan pada kelas dan konsekuensinya
amatlah wajar jika dikelola secara baik dan optimal. Manajemen kelas merupakan persyaratan penting
yang menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. Manajemen kelas yang efektif adalah suatu
segi penting dari proses belajar mengajar. Ketika siswa merasa bahwa kelas adalah seperti rumahnya
sendiri, maka ia akan belajar dengan rasa senang dan lapang.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh
para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon guru, guru
baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar
dengan optimal, dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima
oleh peserta didik dengan baik.
1. Pengertian Pengelolaan
Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari pengelolaan kelas. Sebab
pengelolaan kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam uapayanya menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik. Kata
pengelolaan merupakan kata lain dari manajemen, berasal dari bahasa Latin, yaitu dari
kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi
kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager
untuk melakukan kegiatan pengelolaan. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa pengelolaan menurut Mary Parker,
adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary
ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu
dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.
Itulah yang dimaksud pengelolaan.
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari pengelolaan adalah manajemen,
penyelenggaraan, ketatalaksanaan, penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
tujuan/sasaran yang diinginkan”. Dengan demikian, manajemen/pengelolaan adalah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar,
efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian pengelolaan (manajemen) menurut Terry
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Pengelolaan juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu
pengetahuan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan pengelolaan.
Dengan demikian, pengelolaan adalah suatu kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar di dalamnya
mencakup pengaturan orang (siswa) dan fasilitas, yang dikerjakan mulai terjadinya kegiatan
pembelajaran di dalam kelas sampai berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.

2. Pengertian Kelas
Pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut
pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan
pandangan dari segi siswa. Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yakni:
a. Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur
kronologis masing-masing.
b. Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang
secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk
mencapai suatu tujuan.
Sementara itu, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru”.
Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan
belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan
kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan
bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang
sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses
belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi siswa untuk
belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas
adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan
omosional. Mengingat pentingnya sebuah kelas dalam pembelajaran, kelas hendaknya
dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan
menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik adalah:
a. Rapi, bersih, sehat, dan tidak lembab
b. Cukup cahaya yang meneranginya
c. Sirkulasi udara cukup
d. Perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan rapi, dan
e. Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang
3. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolahan (Management) kelas merupakan keterampilan guru dalam


mendayagunakan potensi kelas. Pengelolaan kelas bisa juga diartikan sebagai kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar yang
didalamnya mencakup pengaturan siswa dan fasilitas. Kegiatan pengelolaan kelas
mendayagunakan kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan murid. [2]

Johson dan Bany (1970) menguraikan bahwa pengelolaan kelas adalah merupakan
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan
kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi
kelas, tindakan seleksi dan kreatif. Suharsimi Arikunto (2006) mendefinisikan pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa
yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Muliyasa (2006) mendefinisikan pengelolaan kelas
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Selaian definisi di atas, definisi pengelolaan kelas atau pengelolaan kelas yang dipetik
dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan kelas sebagaimana
berikut ini.
a. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif, yakni seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
b. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan ini menekankan bahwa
tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru
membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat
sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara
alamiah.
c. Pengelolaan kelas yang berdasarkan prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku
(behavioral modification), yaitu seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari
tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori
penguatan (reinforcement).
d. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif di
dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan
berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana
hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Peranan guru
ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan
hubungan interpersonal yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
e. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial
dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah
anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu
kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang
mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar
dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya
dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas
ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi
kelas yang efektif (Depdikbud, 1982).
Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya
yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas dengan menciptakan atau
mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang mendukung program pengajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama
oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon
guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik
dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan
dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses; guru dengan segala
kemampuannya; murid dengan segala latar belakang dan potensinya; kurikulum dengan
segala komponennya; metode dengan segala pendekatannya; media dengan segala
perangkatnya; materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam
kelas. Sementara itu, hasil pembelajaran ditentukan pula segala sesuatu yang terjadi di
kelas. Oleh karena itu, sudah selayaknya kelas dikelola secara baik, profesional, dan
berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud terlebih dahulu diperlukan
pemahaman akan hal-hal umum/prinsip-prinsip pengelolaan kelas sebelum sampai kepada
pemahaman yang lebih khusus.
Tujuan pengelolaan Kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan pendidikan
secara umum. Menurut Sudirman (2000), tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan
bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Suharsimi Arikunto (2004) berpendapat bahwa tujuan dari pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih jelasnya Arikuno
menguraikan rincian tujuan Pengelolaan Kelas, sebagaimana berikut ini:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelek
siswa dalam belajar.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya,
serta sifat-sifat individunya (Dirjen PAUD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).

C. Prinsip Manajemen Kelas


Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian
utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru senior yang telah berpengalaman
sekalipun. Alasannya ialah karena calon guru, guru baru, dan guru senior yang telah
berpengalaman memiliki keinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal.
Hal ini dalam arti bahwa guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diserap
oleh para peserta didik dengan baik. Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari
manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam
uapayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik
belajar dengan baik.

Segala aspek pembelajaran di kelaslah bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala
komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi
dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil
pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas
harus dikelola secara baik, profesional, terus-menerus, dan berkelanjutan. Untuk sampai pada
tujuan yang dimaksud, diperlukan pemahaman akan hal-hal umum dan prinsip-prinsip
manajemen kelas terlebih dahulu sebelum sampai kepada pemahaman yang lebih khusus.
Pemahaman guru dalam hal ini menjadi hal yang krusial dalam meningkatkan keefektifan
pembelajaran.

Prinsip adalah asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak.
Manajemen kelas sebagai proses mengelola kelas agar tercapai tujuan juga harus memerhatikan
beberapa prinsip-prinsip manajemen kelas, agar dalam implementasinya sesuai dengan yang
direncanakan. Prinsip-prinsip tersebut hal yang penting dalam manajemen kelas. Djamarah
(2006:185) menyatakan seorang guru dalam rangka meminimalisasi masalah gangguan dalam
mengelola kelas dapat menggunakan prinsip-prinsip manajemen kelas, yaitu:
1. Hangat dan antusias. Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Guru yang hangat dan akrab pada peserta didik, selalu menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.
2. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah dan motivasi siswa untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara
guru dan peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan
perhatian siswa. Variasi ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas
yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya
dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, dan tidak mengerjakan tugas.
Penekanan pada hal-hal yang positif. Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada
hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku
yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar.

5. Penanaman disiplin diri. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah peserta didik
dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi
teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin peserta didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
Manajemen kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang
baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang
berarti. Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari
agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar peserta didik.
Masalah lain yang juga selalu guru gunakan adalah masalah pendekatan. Hampir tidak
pernah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan
tertentu terhadap semua peserta didik. Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan
oleh guru pun salah satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik
dalam hal variasi media pandang, variasi media dengar, dan maupun variasi media
taktil. Oleh sebab itu, sangat penting sekali teori manajemen kelas itu, terutama bagi
guru sebagai seorang pendidik dan pebelajar yang memang harus selalu
memperhatikan hal penting itu. Manajemen kelas merupakan salah satu unsur
kompetensi pedagogik seorang guru yang profesional.

D. Kompetensi Keterampilan Dalam Manajemen Kelas


E. Faktor yang mempengaruhi manajemen kelas

Kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu dalam arti sempit (tradisional ) dimana
kelas dilihat sebatas ruangan tempat sejumlah murid belajar. Sedangkan dalam arti luas
(modern) yaitu suatu masyarakat kecil dari sekolah yang terorganisir menjadi unit kerja
sistem belajar mengajar dengan orientasi pencapaian tujuan.
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.(Djamarah 2006:184). Faktor intern
siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa
dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya
secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan
biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah
siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas,
misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya
semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, adapula
faktor yang mempengaruhi dalam manajemen suatu kelas. Berhasilnya manajemen kelas
dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik
kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio- emosional) yang
melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, dan beberapa faktor
yang mempengaruhi antara lain :
1. Kurikulum
Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas seperti pengertian di atas
haruslah di rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung
jawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang
diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan
kelas bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi pelajaran atau
pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga memperhatikan aspek
pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial maupun
sebagai makhluk yang bermoral.
Pada sekolah dasar dirancangkan untuk untuk memungkinkan
diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan melakukan
eksplorasi dan eksperimentasi guna memberikan pengalaman intelektual dan sosial
yang terpadu dalam rangka realisasi diri. Oleh karena itu disamping aspek materi
pengetahuan diperlukan program kelas untuk memenuhi perbedaan minat bakat dan
kemampuan murid. Program tersebut dapat dilakukan melalui aspek-aspek
kependidikan dibidang kesenian termasuk kesejahteraan keluarga, teknik, olahraga,
kepramukaan dan kesehatan pada kelas-kelas terakhir sekolah menengah tingkat
atas programnya harus dirancangkan untuk membantu anak-anak mewujudkan diri
dalam memasuki masyarakat sebagai orang dewasa. Program itu antara lain harus
diarahkan untuk memberikan keterampilan tertentu guna memasuki lapangan kerja
tingkat menengah atas disamping program untuk mempersiapkan para remaja agar
menjadi warga Negara yang memahami dan mampu menjalankan hak dan
kewajibannya.
2. Komponen-komponen Belajar
Ada 5 komponen dalam belajar, di bawah ini akan diuraikan satu persatu:
Tujuan
Tujuan adalah target hasil yang ingin dicapai. Seseorang atau sebuah lembaga
atau pun juga suatu organisasi yang mempunyai perencanaan kedepan pasti
mempunyai sebuah target atau tujuan yang akan di capai. Karena adanya rencana
diakibatkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dengan
pembelajaran di sekolah mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan dalam belajar
bersifat normatif, artinya tujuan belajar berpusat pada perubahan perilaku siswa
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Materi
Materi ialah bahan yang akan diajarkan atau disampaikan kepada audien.
Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon dan mengantisipasi
setiap perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya materi yang
diajarkan bisa bermanfaat bagi kelangsungan siswa dimasa depan. Nana Sudjana
(2000) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan
materi pelajaran, diantaranya :
a. Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
b. Materi pelajaran yang ditulis dalam perencanaan hanya secara garis
besarnya saja
c. Menetapkan materi harus sesuai dengan urutan tujuan
d. Urutan materi hendaknya memperhatikan kesinambungan
e. Materi disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks
f. Sifat materi pelajaran ada yang faktual ada yang konseptual
Strategi
Strategi bisa diartikan sebagai cara, siasat atau metode yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan. Metode dalam pengajaran hendaklah bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak
monoton dan menjenuhkan. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan
hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan
tujuan dan materi pelajaran.
Media
Media adalah apa-apa yang digunakan atau fasilitas lainnya yang mendukung
dalam mencapai tujuan. Dwyer (1967) mengatakan :”belajar yang sempurna hanya
dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati
realitas.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengoreksi, mengumpulkan informasi mengenai
hasil kegiatan belajar yang telah dilaksanakan guna mengetahui sampai sejauh
mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah (Kondisi Fisik)
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang
harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah. Sedang ruangan atau gedung bersifat permanen,
maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang / gedung yang
bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan. Dalam konteks ini kepandaian
guru dalam pengelolaan kelas sangat dibutuhkan.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat
minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai
pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang
dimaksud meliputi:
a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b. Pengaturan tempat duduk
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya
d. Pengaturan penyimpanan barang-barang
4. Guru
Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam membantu anak dalam
mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut bukan
sekedar berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi atau pengetahuan
tertentu, akan tetapi dalam keanggotaan masyarakat yang harus aktif dan berjiwa
bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk
menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
Guru juga harus bisa juga menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi
interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi sesuai untuk belajar dengan baik
dan sungguh-sungguh.
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh besar
terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya
tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional itu meliputi:
 Sikap guru
Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi
perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak
hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya
dalam kehidupan sehari-sehari oleh anak didiknya. Mengingat pada saat ini
banyak sikap dari seorang guru tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai
seorang pendidik karena adanya berbagai faktor yang mestinya tidak terjadi
dalam dunia pendidikan. karenanya masalah sikap guru dalam mengajar perlu
mendapat perhatian kita semua.
 Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
Menurut Moekijat, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan
untuk menggerakkan orang-orang agar mengikutinya. Sondang S.P. Siagian
memberikan definisi tentang kepemimpinan tersebut adalah seni kemampuan
mempengaruhi prilaku manusia dan kemampuan mengendalikan orang-orang
dalam organisasi agar prilaku mereka sesuai dengan prilaku yang diinginkan
pemimpin organisasi.
Selanjutnya Drs. Sarwoto mengatakan sukses tidaknya seorang pemimpin
dalam melaksanakan tugas kepemimpinan tidak ditentukan oleh tingkat
keterampilan tehnis (Tehnical Skill) yang dimilikinya akan tetapi lebih banyak
ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik
(Managerial Skil).
Berkenaan guru/wali kelas dalam usahanya untuk mengelola kelas, maka
kepemimpinan kelas tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan guru/wali kelas
dalam mempengaruhi atau mengendalikan kelas agar tercipta suasana kelas yang
tertib kreatif dan produktif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam
kelas.
Dalam usaha untuk mengendalikan kelas tersebut maka bermacam-macam
cara dapat dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut. ada yang dengan cara keras.
Murid yang tidak mematuhi kehendak guru/wali kelas diberi hukuman atau sanksi.
Segala sesuatunya ditentukan oleh guru/wali kelas. Murid-murid melaksanakannya
tanpa membantah. Ada yang dengan cara lunak. Segala sesuatunya diserahkan
kepada kemauan atau kehendak murid dan ada pula dengan cara demokratis artinya
segala sesuatu yang menyangkut kelas sebelum diputuskan dirundingkan terlebih
dahulu dengan murid dan keputusan adalah kesepakatan bersama antara guru dan
murid.
Cara-cara yang dilakukan tersebut menggambarkan tentang tipe-tipe
kepemimpinan yang dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut.
1. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Otoriter
Guru/wali kelas yang kepemimpinannya bertipe otoriter ini di dalam
melaksanakan kepemimpinannya bersikap keras. Segala sesuatunya ditentukan
oleg guru/wali kelas tanpa berkompromi dengan murid. Murid-murid harus
mematuhi segala sesuatu yang ditetapkan oleh guru/ wali kelas. Apabila
murid-murid tidak melaksanakan ketentuan yang telah digariskan oleh
guru/wali kelas maka akan diberikan sanksi berupa hukuman. Kepatuhan
murid bukan karena kesadaran mereka, tetapi takut terhadap sanksi yang
diberikan oleh guru/wali kelas. Secara lahiriah memang murid-murid kelihatan
menurut, tetapi secara batiniah mereka terasa tertekan. Akibatnya guru dibenci
oleh anak.
2. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Laizzes Faire
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Laizzes Faire, di dalam
melaksanakan kepemimpinannya bersifat lunak. Segala sesuatunya diserahkan
kepada murid-murid. Guru/wali kelas hanya mengikuti kemauan atau
kehendak murid-muridnya. Keputusan yang diambil guru/wali kelas pada
dasarnya adalah bukan keputusannya melainkan sebagai hasil kesepakatan
antara guru/wali kelas dengan murid. Karena guru/wali kelas bersikap lunak
dan menyerahkan segala sesuatunya kepada murid, maka guru/wali kelas
kadang-kadang dijadikan alat oleh murid-murid untuk memenuhi
keinginannya. Guru/wali kelas dianggap oleh murid-muridnya sebagai
guru/wali kelas yang tidak berwibawa.
3. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Paterlistik
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Paterlistrik, di dalam
melaksanakan kepemimpinannya selalu bersikap melindungi atau menolong
murid-muridnya. Dalam segala hal murid selalu dibantu. Guru/wali kelas
selalu menganggap murid-muridnya tidak mampu dalam menyelesaikan
permasalahannya. Akibatnya inisiatif dan kreatifitas murid-murid tidak
berkembang. Murid-murid tidak pernah diserahkan tanggung jawab
sepenuhnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Murid-murid tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya.
Guru/wali kelas selalu dianggap dirinya orang yang superior.
4. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Demokratis
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Demokratis, di dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya selalu didasarkan atas musyawarah.
Segala sesuatunya ditentukan antara guru/wali kelas dengan murid. Murid-
murid selalu diikutsertakan dalam sesuatu hal yang berkaitan dengan kelas.
Murid-murid diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan ide,
pendapat dan saran. Guru/wali kelas selalu memperhatikan dan mendengarkan
segala sesuatu yang dikemukakan oleh murid-murid untuk kemudian
diputuskan sebagai hasil keputusan bersama.
Kepatuhan murid-murid terhadap apa yang telah digariskan oleh guru/wali
kelas bukan karena terpaksa tetapi atas kemauan atau kesadaran sendiri karena
merasa ikut bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut sebagai keputusan
bersama.
Di antara tipe-tipe kepemimpinan guru/wali kelas yang dikemukakan
tersebut, maka tipe kepemimpinan yang banyak dikembangkan adalah tipe
kepemimpinan yang demokratis. Tipe kepemimpinan ini lebih bersifat manusiawi
karena baik guru/wali kelas maupun murid-murid dipandang sebagai orang yang
masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Oleh karena itu murid-
murid dibimbing dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif,
berkreatif dan mengemukakan pendapat.
Berdasarkan uraian-uraian diatas jelas bahwa jabatan guru sebagai suatu
profesi tidak saja mulia, karena berhubungan langsung dengan masalah
pendewasaan anak-anak, akan tetapi juga merupakan tugas yang cukup berat.
Tugas yang mulia dan hanya dapat diwujudkan oleh orang-orang yang memiliki
kecintaan terhadap pekerjaan mendidik.
Suara guru
Sering suasana kelas dipengaruhi oleh sikap guru di muka kelas. Kelas
menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu dan kelas menjadi tenang kalau guru bersikap
tegas dan bijaksana. Bersikap tegas tidak sama dengan bersikap keras, bersikap
tegas berarti begini: kalau guru menyuruh murid-muridnya supaya tenang, mereka
harus mengindahkan suruhannya. Kalau mereka belum tenang dan jangan mulai
mengajar atau melanjutkan pelajaran, kalau murid-murid belum tenang sungguh-
sungguh. Kalau masih ada murid-murid yang bercanda, bercakap-cakap dan guru
terus melanjutkan mengajar, maka percakapan itu akan menjadi menjalar dan kelas
akan menjadi gaduh. Karena itu peganglah teguh disiplin kelas, berbicaralah
dengan tenang dan tegas, jangan menganggap.
Pembinaan hubungan baik
Kondisi organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas
maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan
kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada
semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan
tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Selain itu mereka akan
terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan
yang bersifat rutin itu. Rutinitas kegiatan tersebut antara lain:
 Pergantian pelajaran
 Guru berhalangan hadir
 Masalah antar siswa
 Upacara bendera
 Kegiatan lainnya
Dengan hal demikian maka mereka akan terbiasa bertingkah laku secara
teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu.
5. Murid
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan (Sense Of
kolektive) merupakan kondisi yang sangat penting artinya bagi terciptanya kelas
yang dinamis. Oleh karena , setiap murid harus memiliki perasaan diterima (Sense
of membershif) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas.
Perasaan inilah yang akan menumbuhkan rasa tanggung jawab (Sense of
respsibility) terhadap kelasnya. Sikap ini akan tumbuh dengan baik apabila
dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan kelas sebagai berikut :
a. Setiap murid dilibatkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
kelas, guru hanya sekedar memberi petunjuk dan bimbingan agar program atau
kegiatannya sejalan dengan kurikulum.
b. Murid diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas untuk kepentingan
kelas.
c. Bila guru atau wali kelas berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan
berupa tanggung jawab mengatur rumah tangga
d. Motivasi agar setiap murid selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan
rutin, misalnya membersihkan kelas, papan tulis dan lain-lain.
e. Kembangkanlah kesediaan bekerjasama dalam setiap kegiatan.
f. Susunlah bersama murid tata tertib dan disiplin kelas serta bentuklah pengurus
kelas yang bekerja selama 1 tahun ajaran.
g. Doronglah agar murid secara terus menerus ikut memikirkan kegiatan kelas
dan berani mengusulkannya untuk dilaksanakan bersama di dalam atau di luar
kelas.
6. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap
guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika
kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara
terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu
kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan
berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki
murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan
membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar
terbatas di dalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-
kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus dilihat dari dua segi.
Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat mewujudkan
kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang
menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem
dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua
kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid (Nawawi, 1989:130).
Indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah sebagai berikut.
 Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti
karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang diberikan padanya.
 Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap
siswa akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang
diberikan padanya.
7. Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan
keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik
yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak
berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan
keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan
atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta
didik melanggar di kelas.
8. Lingkungan Sekitar
Dalam hal lingkungan sekitar, maka yang dimaksud sendiri adalah masyarakat
kelas yang ada di sekitar kelas, yaitu kelas sebelah yang harus selalu di perhatikan
agar selalu kondusif, karena kalau kelas sebelah rebut, maka akan mengganggu
konsentrasi kelas yang dibimbing oleh seorang guru.
9. Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik termasuk hal-hal berikut ini:
a. Daftar resensi
Daftar presensi guru dan siswa hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan
pengecekan secara periodik daftar presensi ini.
b. Ruang bimbingan siswa
Ruangan khusus hendaknya tersedia dan dapat digunakan untuk keperluan
bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas, atau guru pembimbing di
sekolah.

c. Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau
pada waktu luang hendaknya tersedia, begitu pula tempat dan alat bermain yang
edukatif.
d. Catatan pribadi siswa
Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan
manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi
tingkah laku yang sudah terlanjur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajar memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran


di kelas. Pembelajar sangat berperan dalam membantu perkembangan potensi belajar
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas, pembelajar
melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan membelajarkan dan dan kegiatan
mengelola kelas.

Pengertian pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja


dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana
hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengajar dapat
berjalan secara efektif dan efesien, sehingga tercapailah tujuan pembelajaran.

Dengan menerapkan pengelolaan kelas diharapkan siswa mampu untuk menjadi


peserta yang aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran, yang bertanggung jawab dan
berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajar, yang menemukan informasi untuk
menjawab pertanyaannya, dan yang membangun serta sumber-sumber yang didapatinya.
Dengan demikian pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa adalah suatu langkah
yang efektif dan efisien yang mengembalikan serta menunjang cara belajar ke proses yang
aktif ke setiap anak.

B. Saran

Demikianlah pembahasan kami tentang konsep dasar pengelolaan kelas


yang merupakan landasan mengabdi dalam dunia pendidikan keguruan . Guru
yang professional tidak hanya mampu dalam tugas menyampaikan materi tetapi harus
mampu mengelola kelas dengan baik semoga pembahasan kami ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal ‘alamin.
Daftar Pustaka

Ardiansyah, Asrori. 2011. Definisi Pengelolaan Kelas. Online, tersedia:


http://www.majalahpendidikan.com/2011/06/definisi-pengelolaan-kelas.html,
diakses tanggal 16 Mei 2013

Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosda Karya

Popham, W. James. 1992. Teknik mengajar secara sistematis. Jakarta: Rineka Cipta

Setiawan, Conny dkk. 1985. Pengelolaan kelas. Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai